Vocaloid's Fan Fiction


Vocaloid © Yamaha

© khiikikurohoshi

I'm Yours, Idiot!

Genre : Romance, School Life

"Well…again, Kagamine Rin and Len! xD"


I'm Yours, Idiot!

Chapter 1

You Must Grant Everything That I Wished!

"Berisik! Rasakan nih!"

Bugh! Bag! Duagh!

"Geeeh…tu—tunggu saja kau, Kagamine Len! Ki—kita akan membalasmu!"

"Huh. Coba saja kalau kau bisa, pengecut!"

Kagamine Len, sebut saja begitu. Dia adalah anak SMP yang sangat suka berkelahi dan merupakan ketua geng di sekolahnya. Dia memang terkenal bandel dan pemarah, maka tak seorang pun mendekatinya. Kecuali anggota gengnya yang juga, terkenal nakal.

"Wah, wah, wah…kau betul-betul hebat Len!" puji seseorang berambut hijau—kebiru-biruan. Len langsung mendelik sambil mengikat rambutnya yang agak panjang ke belakang.

"Kenapa kau tidak membantuku sih, Mikuo!" gertak Len dengan sebal.

"Eiitt…aku ini setahun lebih tua darimu. Setidaknya panggil aku senpai." Kata Mikuo dengan tenang. Len mencibir.

"Beda setahun aja, bangga. Sudah deh. Aku mau balik!" seru Len lalu memperbaiki blazernya.

Mikuo tertawa kecil, "Hehehehe. Baiklah. Makasih atas kerja samamu ya, Len." Kata Mikuo.

Dheg!

Len langsung bergidik dan membalas dengan sebal—atau…malu-malu. "A—aku nggak butuh yang kayak begitu, idiot!"—lalu dia meninggalkan Mikuo di koridor luar sendirian. Sepeninggalan Len, Mikuo tertawa sambil berkata :

"Dasar tsundere…"

Ya.

Siapa yang tahu? Mungkin Cuma sedikit orang yang tahu. Kenyataan kalau Kagamine Len yang pemarah itu hanyalah topeng untuk Len. Sebenarnya, Len selalu marah-marah untuk mengingatkan—atau melindungi orang-orang disekitarnya. Dia memang tidak pernah memperlihatkan perasaan sesungguhnya pada orang-orang. Makanya yang lain pasti salah paham.


Len menggerutu sambil berjalan. Kemudian ketika dia melewati koridor menuju kelasnya, dia melihat seorang gadis sedang menyanyi di taman.

(Koridor menuju kelas Len bersebelahan dengan taman)

Gadis itu berambut pendek sebahu. Dia memakai pita putih. Dan rambutnya yang agak blonde—sama sepertinya—terlihat berkilat karena sinar matahari. Sepintas…dia terlihat seperti bidadari yang sedang menyanyi untuk menyapa dunia…

Dheg…

Hati Len berdegup. Dia tidak mampu berkedip dan…melangkahkan kakinya. Suara gadis itu sangat…sangat halus dan lembut. Tapi terdengar tegas. Siapa dia? Dia tidak memakai seragam yang seharusnya…

Len terperanjat—dia langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu berlari…menyusuri koridor itu tanpa menengok ke kanan atau pun ke kiri.

Setelah Len jauh dari gadis itu, gadis itu membuka matanya dan berhenti menyanyi.

"Bodoh sekali. Dasar penguntit…" bisiknya—kemudian dia meninggalkan taman itu.


Len membuka pintu kelasnya. Karena sudah jam pulang, Len merogoh tasnya lalu pergi. Menuju tempat yang teramat disukainya.

…ruang klub menyanyi.

Graaak…

Len mendorong pintu ruangan itu perlahan. Dia melihat semua kakak kelasnya (SMP maupun SMA) sudah berkumpul. Ada Kaito yang polos dan bodoh. Miku yang ceria, namun juga friendly. Ada Meiko yang tomboy dan tegas. Gumi yang cerewet dan centil. Miki yang pendiam, namun bisa diandalkan. Dan terakhir, Luka yang sangat feminine tapi dia juga keibuan.

Mendengar ada yang masuk, sontak semuanya mengalihkan pandangan ke arah pintu.

"Hei. Datang juga kau, Len." Sapa Kaito sambil menyetel bassnya. Di sampingnya ada Meiko dan Miku yang sibuk menekan-nekan tuts keyboard.

"Hai, Len!" sapa Gumi yang kelihatannya…nganggur. Sedang Miki yang berada agak jauh darinya sedang membaca buku matematika sambil mendengar musik melalui headphone-nya. Dan Luka, dia sedang berdiri sambil menguras otak. Sepertinya…

Len menyimpan tasnya di salah satu sofa. "Ada apa nih?" tanya Len.

Kaito menghentikan aktifitasnya. "Kata kepsek, 3 bulan lagi ada festival memperingati ultah sekolah. Terus klub menyanyi diminta partisipasinya untuk ikut." Jawab Kaito—lalu kembali menyetel bass.

Len memang tahu, klubnya masih terbilang kecil dan belum ada yang mengakui klub ini. Tapi inilah tempat yang disukainya, lebih dari rumahnya. Sebab…dia merasa ruangan ini adalah 'dunia'nya yang lain. Yang lebih indah dan hebat, tentu saja.

"Lalu, Luka-senpai kenapa? Wajahnya kusut tuh…" tanya Len sambil berbisik pada yang lain sambil menunjuk Luka.

"Begitulah…Luka-san memang suka berpikiran banyak." Jawab Miku yang mendengar bisikan Len. Len memiringkan kepalanya—bingung.

"Sudahlah. Jangan dipikirkan. Yang terpenting sekarang adalah…kita harus tenang!" kata Meiko dengan tegas. Len tersenyum dan mengangguk.

Anggota klub menyanyi memang tidak sebanding dengan klub-klub lainnya. Klub ini juga tidak punya pembimbing. Tapi tidak masalah. Selama dilakukan bersama…pasti bisa sukses seperti yang lain.

Len merebahkan tubuhnya di sofa, dekat Miki. Miki sama sekali tak mengubris kehadiran Len, dia masih sibuk membaca—atau melihat soal-soal yang tertera di buku matematika yang sedari tadi dipegangnya.

"Fuuuhhh…gimana ya?" pikir Len sambil merenggangkan dasinya.

Kaito tersenyum, "Tenang saja. 3 bulan itu bukan waktu yang sebentar…" ucapnya. Niatnya untuk menenangkan semua anggotanya. Dan ya…hampir semuanya merasa lega.

Hampir…

Kecuali Luka…

Dia masih berdiri, sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan berwajah masam. Sepertinya…dia…

"Ugh. Sepertinya dia tidak memikirkan soal festival sama sekali deh…" ucap Len sambil sweatdrop. Kaito mengangkat bahunya.

"Kutebak. Dia diajak kencan oleh seseorang." Ucap Miki yang tiba-tiba bersuara.

Dheg!

"Ti—tidak kok!" seru Luka tiba-tiba.

Aaah…ketahuan deh.

"Nee…sama siapa, Luka-san?" tanya Miku dengan wajah menggoda. Diikuti Meiko. Wajah Luka langsung memerah padam hingga ujung telinganya.

"Tidak! A—aku tidak akan kencan dengan Gakupo-sensei kok! Hmph!"

"APAAAAAAAA!"


Len menutup telinganya lalu meninggalkan ruang menyanyi. Sebenarnya, Len hanyalah anak SMP biasa yang juga, suka menyanyi. Tapi yang mengetahui hal itu hanya teman-teman satu klubnya.

Di depan pintu, dia bertemu dengan gadis yang tadi ditemuinya di taman. Gadis itu hanya lewat—tanpa melihat Len. Dia terus berjalan dengan angkuh.

"Siapa sih gadis itu? Penasaran…" bisik Len. Dia langsung memutuskan untuk membuntuti gadis itu. Len berada cukup jauh dari gadis itu. Jadi dia yakin kalau gadis itu tidak akan menyadarinya.

Saat berada di perempatan lorong kelas. Gadis itu dicegat oleh…

"Geh! I—itu kan…kakak kelas 3 SMU!" teriak Len dalam hati. Dan Len menghapal semua wajah itu. Mereka terkenal penggoda dan mesum. Pasti…mereka akan melakukan yang tidak senonoh pada gadis itu!

Brak!

Salah satu satu mereka menempelkan tangannya di dinding, berniat menahan gadis itu agar tidak lari. Namun wajah gadis itu tetap tenang…seolah-olah dia merencanakan sesuatu. Melihat wajah gadis itu, Len berniat untuk diam dulu.

"Hei, cewek. Keluyuran di sekolah kami tanpa seragam yang cocok bisa bahaya lho." Ucap salah satunya—yang sepertinya adalah ketua dari mereka.

"Tapi tenang, kami akan menyembunyikanmu…" kata 'anggotanya' sambil mengelus-ngelus pipi gadis itu. Tapi gadis itu masih tetap tenang.

"…iya, tentu saja. Kau akan aman bersama kami." Kata anggotanya yang lain lagi. Mereka ada 3 orang, sedang gadis itu Cuma sendiri. Pasti akan berbahaya.

Gadis itu kemudian tersenyum, "Terimakasih banyak telah mengingatkanku. Tapi nggak masalah kok." Katanya, dengan suara yang sangaaaaat halus.

Dheg…

Len terpana mendengarnya. Pupilnya yang biru langsung membolak. Pipinya yang bersih langsung merona melihat senyum dan mendengar suara gadis itu.

"Aih...jangan begitu…" kata ketua mereka. Dia mulai menyentuh lengan gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum dengan lembut.

"Sudah, sudah, ayo cepat." Ajak salah satu anggotanya sambil memegang beberapa helai rambut gadis itu. Dan anggotanya yang lain mulai menampakkan wajah penuh 'nafsu'nya.

Gadis itu terdiam, lalu tersenyum, dan berkata, "Hueh…menyedihkan."

Sontak ketiga orang itu terkejut dan agak menjauh dari gadis itu. Sedang gadis itu menunjukkan wajahnya yang…tidak seramah barusan. Kali ini wajahnya terlihat lebih liar dan 'bandel'. Dia menjilati bibirnya lalu tersenyum penuh arti.

"Merayu orang seperti itu. Payah sekali ya…senpai…" katanya dengan tegas. Tidak hanya 3 orang itu—Len juga shock mendengar ucapan gadis itu.

Jangan-jangan…

"Baiklah…kita tidak akan merayu. Langsung saja ya…" kata si 'ketua' dengan wajah liciknya.

Gadis itu menyipitkan matanya lalu melakukan gerakan yang sangat cepat. Dia memukul perut orang itu menggunakan sikunya. Orang itu langsung jatuh tersungkur sambil merintih. Melihat gerakan gadis itu, dua yang lainnya bergerak. Namun mereka kalah cepat.

Gadis itu meninju wajah mereka, menendang dengan sasaran dagu dan perut, menangkis menggunakan lengan, menendang berputar, dan…tendangan cangkul!

Semua gerakan itu…sangat cepat dan tuntas. Ketiga siswa kelas 3 itu tidak mampu bergerak lagi. Mereka langsung KO. Gadis itu mengibaskan rambutnya lalu merenggangkan tulang-tulang di jarinya.

"Jangan macam-macam, bocah. Kalian pikir aku ini gadis pemalu dan penurut? Huah! Menjijikkan!" katanya sambil meleletkan lidahnya pada siswa kelas 3 itu. Lalu kemudian dia berjongkok di dekat mereka dan berkata dengan nada dingin, dan wajah yang menyeramkan, "Kalau kalian memberitahukan hal ini pada yang lain, aku jamin…aku sudah akan memakan usus-usus dan jantung kalian!"

Fuh…

Len menghela napas saking tegangnya. Dia sudah salah menilai gadis barusan. Kekuatan bertarungnya oke sekali! Suaranya juga luar biasa! Dia itu…siapa?

Syut!

"Sudah. Jangan sembunyi lagi, hei, stalker. Aku sudah tahu kalau kau di sana." Ucap gadis itu yang sekarang sudah berada di hadapan Len.

Len hanya bisa pucat. "Gehh…a—aku nggak ada niat menguntit kok! Jangan geer deh!" kata Len dengan wajah memerah, sebal.

"Jangan bohong…aku tahu kok kalau kau melihatku menyanyi di taman tadi." Kata gadis itu sambil menyandarkan punggungnya di dinding. Len tersentak.

"Ka—kau tahu! Kau itu manusia bukan sih! Soalnya kau menyanyi dengan mata menutup! Mana mungkin kau tahu!" seru Len—gelagapan dan bingung.

"Aku manusia kok. Dan lagi...kau berisik banget sehingga aku bisa mendengarmu." Balas gadis itu dengan senyum aneh.

Apa? Berisik? "Tsk…menyebalkan…" ucap Len…sebenarnya kata-kata itu spontan keluar dari mulutnya.

Gadis itu terdiam. "Heh. Kau sudah melihat sifatku yang sebenarnya, maka dari itu tiada ampun untukmu, hei, stalker." Katanya. Len terbelalak.

"Apa!"

Syuut!

Gadis itu mengayunkan kakinya, menyenggol kaki kiri Len hingga dia oleng dan jatuh. Gadis itu menginjak pundak Len dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Fuh. Aku tahu kau akan membeberkan ke orang-orang kalau aku itu petarung. Makanya…kau harus mengabulkan semua hal yang kuharapkan!"


Len POV


"…kau harus mengabulkan semua hal yang kuharapkan!"

Apa?

"Apa! Kau gila! Memangnya aku ibumu!" tanyaku dengan sebal. Aku ingin meronta, tapi gadis ini menekanku dengan sangat kencang.

Grr…

Gadis ini…sialan!

"Aku akan bilang ke orang-orang kalau kau itu suka menguntit. Kau tahu kan? Sudah dua kali aku menangkapmu yang tengah membuntutiku. Heh. Kau dengar aku, stalker?" tanya gadis ini dengan wajah yang seolah-olah dia merendahkanku.

Grrr…

"Kau…!"

Grrrt! Gadis ini semakin menekan pundakku. Hingga ada rasa nyeri. "Guh!" aku meringis.

Gadis ini menarik dasiku, "Dengar ya, stalker. Aku ingin kau diam soal tadi. Dan ikuti apa yang kuinginkan. Lalu…aku tidak akan membeberkan soal kau yang kenyataannya adalah seorang stalker." Ucapnya dengan nada yang…penuh kebencian?

"Kenyataannya aku itu bukan stalker!" gertakku dengan sebal.

"Apa ada yang percaya? Kudengar…kau itu anak ternakal di sekolah ini. Ya kan?" tanya gadis itu dengan senyum licik.

Ya…semua orang menganggapku demikian. Tapi mengapa…sampai gadis ini mengetahuinya! Bahkan siapa dia! Dia bukan murid sekolah ini!

"Sebenarnya…siapa kau?" tanyaku.

"Hm? Namaku Kagamine Rin. Aku siswi baru mulai besok. Dan hari ini aku ingin menjelajahi sekolah ini dulu." Jawab gadis ini—yang ternyata bernama Rin…Kagamine…

Lho? Marganya sama denganku? Dia juga…murid baru! Apa!

"Salam kenal Kagamine Len. Aneh ya, marga kita sama. Tapi bukan berarti aku akan baik-baik padamu. Justru sebaliknya. Akan kubuat kau menyesal karena bertemu denganku! Dan kau harus menjadi budakku. Selamanya…" kata Rin sambil memegang kedua pipiku.

Aku terpana. Meski Cuma 1 menit.

"Apa tidak ada hak penolakan?" tanyaku.

"Fufufufu. Idiot sekali kau, stalker. Tentu saja tidak ada! Pokoknya! Mulai detik ini…baik-baiklah padaku ya…Kagamine Len si stalker…"

SHIT!

Aku sudah bertemu gadis yang sifatnya sangat berlawanan denganku! Apa? Dia itu…yandere! Sial!


T O B E C O N T I N U E D


A/N : Hai! Senang ketemu dengan kalian lagi di fic baruku! Lagi-lagi nih,, Kagamine Rin Len! Tapi sifatnya agak kubalik. Rin-nya yang liar. Aku masih belum mendalami Yandere atau Tsundere. Benarkah sifat Len bisa dibilang Tsundere? ==||| kalau Rin…benarkah bisa dibilang Yandere? ==||| aku harap iya!

Sudah ya…! Sampai ketemu lagi di chapter 2!

Dan…kolom jawab review akan muncul di chapter 2 (kalau ada yang review! Xixixixix! xDD)