Discleamer : Gundam Seed © BANDAI - SUNRISE INC
Pairing(s) : Athrun X Kira, Dearka X Yzak
Rated : T
WARNING : AU, Maybe OOC, Shou-ai, BoyXBoy, Typo. Don't Read If Don't Like..
.
.
.
Enjoy!
.
.
.
A/N: Sebagai permintaan maaf Naru. Karena udah publish telat banget, chapter kali ini Naru buat lebih panjang dari chap sebelumnya. Semoga terhibur… :)
Chapter 3 : Kiss?
-Apartement Delta. At. 06.25 pm-
"Gomen, Kira-nii. Minggu ini aku tidak bisa mengunjungimu."
"Tak apa. aku mengerti, Cagalli,"
"Tapi, minggu depan nanti, aku pasti mengunjungimu. Jaga diri Kira-nii, aku tak mau terjadi apa-apa dengan 'adik' laki-lakiku ini! Jaa.."
"Haha.. iya. Kau juga jaga dirimu, Cagalli. Salam untuk Uzumi-sama. Jaa,"
Sambungan telepon terputus. Kira menghela nafas sembari menaruh gagang telepon pada tempatnya semula. Ia pun melirik jam dinding yang berada di ruang tamu.
"Setengah tujuh," gumamnya.
ooooo
"Besok akan ku jemput jam 7 pagi, sampai jumpa."
ooooo
"Apa Athrun-senpai benar-benar akan menjemput?" gumam Kira, Kira menggeleng, "Mustahil begitu. Aku baru mengenalnya secara langsung kemarin. Siapa tahu, hanya sekedar ucapan saja,"
Jangan heran, Kira memang sudah mengenal Athrun. Tapi, tidak secara langsung. Wajar. Athrun adalah orang yang terkenal yang sering muncul di media massa dan siswa terpopuler di sekolah. Jadi, mana mungkin Kira tak mengenal pemuda berambut dark blue itu. Tapi, untuk secara langsung atau bahasa gaulnya face to face baru kenal kemarin.
"Sudahlah. Lebih baik aku berangkat sekarang," Kira mengambil tas selempangnya di sofa, lalu beranjak meninggalkan apartement-nya. Tak lupa dikuncinya pintu apartemen bewarna silver itu.
Kira menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Sesekali ia menyapa orang-orang yang ia temui.
"Ohayou gozaimasu, Yumiko-san,"
"Wah, Ohayou Kira-kun. Sudah mau berangkat ya?"
"Iya.."
"Oh. Hati-hati!"
Kira tersenyum sekilas pada wanita parubaya itu. Lalu, kembali menuruni anak tangga. Setelah sampai di lantai bawah, Kira bergegas keluar dari gedung apartement-nya itu.
Setelah berhasil turun hingga lantai bawah. Kira segera bergegas menuju gerbang.
"Ohayou, Yamato-kun!" sapa security apartement yang kebetulan berada di pos tunggu di dekat gerbang.
"Um, Ohayou, Tsubaragi-san." balas Kira, sambil menunduk sekilas. Lalu, tersenyum dan bergegas keluar gerbang.
Saat ke luar gerbang. Kira terpaku.
"Ohayou, Kira." Sapa Athrun, yang kini berdiri sambil menyender pada mobilnya. Ia memakai topi sport bewarna hitam. Rambut dark blue-nya ia masukan kedalam topi. Sehingga terlihat pendek. Ditambah, sebuah kacamata bewarna hitam menghiasi wajah putihnya.
Membuang rasa kejutnya, Kira menghampiri Athrun yang kini menegakkan tubuhnya.
"O-ohayou, Athrun-senpai," sapa Kira kikuk.
"Ohayou," balas Athrun. Lalu, tersenyum geli, "Kaget?" tanya Athrun.
"U-um, go-gomen. Aku tidak menyangka kalau Athrun-senpai benar-benar akan datang,"
"Ohh.. kita mengobrol dalam mobil saja. Kalau ramai, bisa repot nanti,"
Mengerti maksud Athrun, Kira segera beralih masuk ke mobil itu. Athrun pun segera masuk ke dalam mobilnya. Setelah memasang sabuk pengaman. Athrun membuka kacamata hitamnya, lalu beralih membuka topinya. Sedikit mengibaskan rambutnya agar tidak teralu berantakan. Kira yang berada disamping Athrun, memperhatikan itu dengan tampang kagum seperti penggemar yang secara beruntung memenangkan tiket dinner bareng idolanya yang langka.
Merasa diperhatikan. Athrun menoleh ke samping kanannya.
"Ada apa?" tanya Athrun.
"A-ah. Tidak. Tidak ada apa-apa," ujar Kira jadi gugup sendiri. Wajarlah. Disampingnya itu kan idola terkenal yang sangat digandrungi. Apalagi oleh kaum hawa termaksud author fic ini. (haha). Dan sekarang berada SATU mobil DENGAN idola ITU.
"Kau pasti heran, ya?" tanya Athrun tiba-tiba.
"Eh?"
"Aku sudah menjemputmu jam segini," kata Athrun sambil memandang Kira.
Kira menundukkan kepala sambil mengangguk pelan, "Kukira, Athrun-senpai hanya bergurau. Jadi, aku bermaksud untuk berangkat duluan. Gomen," ujarnya sambil memainkan jari-jarinya tanda nervous.
Puk!
Kira mendongak ketika ia rasa ada sesuatu atau tepatnya sebuah lengan yang menyentuh kepalanya.
Athrun tersenyum gemas, sambil mengacak-acak rambut coklat Kira. "Kau ini, dari tadi membuatku gemas tahu," ujar Athrun jujur. "Baru pertama kali aku bertemu orang sepolos dirimu, Kira."
Kira Cuma bisa terpaku dengan wajah rona merah menghiasi wajah caramelnya. Athrun yang menyadari itu, tak bisa lagi menahan diri untuk tidak tersenyum melihat pemuda disampingnya itu.
Athrun berseru, "Ok! ayo kita berangkat, Kira."
"U-um,"
Sepanjang perjalanan menuju sekolah. Setidaknya sudah tidak terasa canggung lagi. Athrun bisa mengajak ngobrol Kira dengan santai dan Kira pun bisa membalasnya dengan akrab. Sesekali tawa menghiasi perbincangan ringan mereka dalam mobil itu.
"Baiklah, aku punya tebak-tebakkan untukmu," tantang Athrun sambil melirik Kira sekilas dari ekor matanya.
"Sou ka? Kalau begitu apa?" balas Kira dengan penasaran.
"Haha.. begini. 4x6 berapa, hm?"
Kira tersenyum senang, "Tentu saja 24!" jawabnya yakin. Mungkin kalau ada orang lain disana. Orang itu pasti akan mengira kalau mereka seperti anak kecil yang baru saja berhasil menghapal perkalian 4. Ya, iyalah. Anak TK juga bisa menjawab pertanyaan semudah itu.
Athrun tertawa, "Salah,"
Kira sweatdrop, "Salah?"
Athrun mengangguk, "Ya. Yang benar 1000," katanya sambil menahan tawa saat melihat wajah bingung Kira.
"Lho kenapa bisa?" heran Kira sambil mengernyitkan alis. Sejak kapan 4x6 hasilnya bisa berubah dari 24 ke 1000. jauh bangeeeett kali.
Athrun menjawab sambil tetap fokus mengemudi, "Coba saja kau tanya ke tempat penyucian foto, 4x6 berapa." Ujar Athrun.
Mengerti maksud Athrun, Kira merungut, "Itukan harganya. Bukan hasilnya, Athrun-senpai,"
"Sejak awal aku tidak menanyakan 4x6 hasilnya berapakan. Aku Cuma bilang 4x6 berapa. Hehehe." Balas Athrun penuh kebenaran + OOC.
"Ukh.." Kira bungkam. Sedikit tidak menyangka kalau pemuda berambut dark blue itu bisa bercanda juga.
Athrun tertawa puas, "Hahaha.. aku menang,"
Beberapa saat kemudian, Kira menyeringai. Athrun yang menyadari itu langsung bergidik, "Kalau begitu, negatif kali negatif jadi apa, Athrun-senpai?" tantang Kira balik.
"What? negatif kali negatif?" tentu saja Athrun tahu jawabannya. Tapi, mengingat pertanyaannya yang diajukan ke Kira tadi. Pasti jawabannya, sama-sama konyol. Athrun berpikir keras.
Kira menunggu dengan senyum yang mencurigakan. Membuat Athrun yang melihat itu sweatdrop. Kemanakah Kira yang polos tadi? Author menjawab. RAHASIA! Tetap di id-. #d'hajared#
"Ukh, Oke. Aku menyerah," ujar Athrun pasrah.
Seketika. Senyum mencurigakan di wajah Kira menghilang. Digantikan dengan tawa polos yang menggemaskan.
"Tentu saja positif, Athrun-senpai. Tidak mungkinkan, Kalau negatif kali negatif hasilnya negatif lagi. Hehehe,"
"Haha.. kau menjebakku,"
"Hehe.. aku yang menang." Ujar Kira sambil memasang tanda peace dengan jari.
Kira menghela nafas, "Hahh.. arigatou, Athrun-senpai,"
Athrun membelokkan mobilnya ke arah kanan jalan, "for what?"
Kira tersenyum, "Untuk pagi ini,"
"Tentu," balas Athrun, 'dan bukan untuk pagi ini saja, Kira.' Tambah Athrun dalam hati.
Tanpa terasa. Mobil yang dikendarai mereka berdua sampai dengan selamat ke sekolah. Setelah memakirkan mobil, Athrun dan Kira pun berjalan bersama-sama ke dalam gedung sekolah.
OOOOOooooOOOOO
"Tunggu, Yzak! aku minta maaf, oke?"
"Maaf? No thanks!"
"Ayolah.. kau jangan jealous sperti itu,"
Sontak Yzak menghentikan langkahnya, "Jealous kau bilang?"
Daerka berhenti melangkah tepat dihadapan Yzak, "Lalu apa lagi? Kau jealous karena ada siswi junior menembakku tadi kan?"
"Hah? Kenapa tidak sekalian mati saja saat ditembak tadi?" sinis Yzak.
Dearka menghela nafas, "Hahh.. yang pentingkan aku menolaknya, jadi kau tak usah marah-marah, Yzak-koi,"
Blush!
Wajah Yzak merona, "Ba-baka! Jangan tambahkan kata 'koi'," rungut Yzak kesal. Tapi gagal. Why? Mana ada wajah kesal dihiasi rona merah dipipi.
Dearka tersenyum penuh kemenangan, "Akan kukatakan itu terus sampai kau mau memaafkan aku, bagaimana?"
"Hah?"
"Yzak-koi, Yzak-koi. Yzak-koi, Yzak-koi, yza,-"
"S-stop! Oke! Iya, aku maafkan. Tapi, berhenti memanggilku seperti itu!"
"Hahaha.. oke, Yzak-koi,"
"Dearka!"
"Ohayou, Dearka, Yzak!"
Seketika. dua orang yang habis bertengkar konyol itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggil mereka tadi.
"Oh, ohayou, Athrun!" balas Dearka semangat. Sedangkan Yzak hanya merungut tanpa jelas.
"Tumben, pagi-pagi berada di koridor seperti ini?" tanya Athrun.
Dearka melirik Yzak sekilas, lalu nyengir. "Hehe.. tak ada hal khusus kok. Cuma habis dari taman sekolah saja,"
"Taman sekolah?" Athrun mengernyit heran.
"Iyaaa.. begituah!" kata Daerka.
Yzak menyela, "Itu bukan urusanmu, Zala,"
"Sudahlah. Tidak baik pagi-pagi seperti ini kalian berte- ohh! Siapa yang dibelakangmu itu, Athrun!" seru Dearka yang baru menyadari keberadaan Kira dibelakang Athrun.
Athrun tersadar, "Oh, ya. Perkenalkan. Dia Kira Yamato,"
Kira dengan sedikit canggung memperkenalkan dirinya, "Watashi wa Kira Yamato desu. Yoroshiku, senpai,"
"Eh, Yzak Jule." Tanggap Yzak cuek.
Dearka menghampiri Kira dengan cepat, "Dearka Elsman. Yoroshiku ne, Kira-chan!" ujarnya tersenyum, sambil sedikit menunduk untuk melihat wajah Kira dengan jelas.
Kira menunduk malu, "U-um. Ano.. senpai," panggil Kira.
"Ya?" ringis Dearka.
"Bisakah, hilangkan embel-embel chan dinamaku?"
Dearka menegakkan tubuhnya, "Tidak bisa. Habis kau manis," goda Dearka.
Kira makin menundukkan kepalanya. Malu, euy!
"Dearka..." panggil Yzak.
Dearka yang merasakan hawa pembunuh yang kuat dibelakangnya segera menoleh kebelakang. Dan sweatdrop mendapati asap pekat bewarna hitam dibelakang Yzak.
Glek!
"Baka!" seru Yzak sambil pergi.
"Oh-hey! Tunggu, Yzak! Kalau begitu, Jaa Athrun, Kira-chan!" ucap Dearka, sempat-sempatnya mengedipkan matanya kearah Kira. "Hoy, Yzak!" lalu pergi mengejar sang uke yang sudah masuk tahap 'siaga'. =?= (udah kayak gunung merapi aja)
Athrun tertawa hambar, "Haha.. mereka memang seperti itu. Nah, ayo pergi, Kira."
Kira langsung tersadar dari lamunannya, "I-iya,"
OOOOOooooOOOOO
-Mension Yula Atha at. 07.35 pm-
"Pindah?" Tanya seorang pria berjenggot dan berambut panjang yang terurai rapih pada seorang gadis manis berambut pirang sebahu didepan meja kerjanya itu.
"Bukan pindah, Otou-sama. Hanya untuk 1 bulan saja. Aku mohon!" pintanya sambil membungkukkan badan.
Pria paru baya yang memiliki nama lengkap Uzumi Yula Atha ini menghela nafas, "Kau ingin tinggal sementara dengan kakakmu, Cagalli?" tanyanya dengan bijak.
Cagalli menegakkan tubuhnya lalu mengangguk antusias, "Iya! Sebenarnya aku sangat mengkhawatirkannya, Otou-sama. Walau Kira-nii berkata dengan wajah sok dewasa. Kalu dia akan baik-baik saja. Tapi, aku tahu dia itu sangat polos. Dan.. dan.. dan.. itu bisa membuatnya bisa dalam bahaya, otou-sama!" seru Cagalli hiperbola.
Uzumi sweatdrop. Dia tahu, betapa sayangnya Cagalli pada Kira. Terkadang Uzumi heran, apakah sifat lembut Cagalli dan sifat keras Kira itu tertukar saat bayi? Yang membuat mereka bertukar sifat. Kira bersifat lembut dan Cagalli bersifat keras. Haha.. mana mungkin.
Cagalli kembali berkata, "Aku sangat gembira. Ketika, Kira-nii pindah ke Orb. Sampai-sampai aku ingin langsung menemuinya dan mengajaknya untuk tinggal di mansion ini. Yah, tapi begitulah Kira-nii. Dengan sok dewasa dia bilang akan tinggal sendiri dan menyewa apartemen. Che, mana jarak apartemennya cukup jauh dari sini," gerutu Cagalli.
Mendengar itu, Uzumi hanya tersenyum maklum. Dia tahu, Cagalli berkata begitu, karena sangat mengkhawatirkan satu-satunya kakak dan keluarga kandungnya yang tersisa. Kalau diingat-ingat. Sudah hampir 7 tahun kakak-adik kembar itu terpisah. Awalnya, Uzumi tidak tega memisahkan mereka, karena memang Uzumi ada di Plant hanya untuk kunjungan kerja.
Tapi, saat ia mengunjungi panti asuhan kecil di Plant untuk sekedar memberi donasi. Ia melihat sepasang kakak-adik yang sedang bermain di taman panti asuhan itu. Dan ia berminat untuk mengadopsi mereka. Namun, ia hanya boleh memilih salah satu diantara mereka. Karena itu sudah aturan dari panti asuhan itu. Dan akhirnya, Uzumi memilih Cagalli. Karena, Kiralah yang meminta Uzumi untuk menjadi orang tua yang selama ini diinginkan oleh Cagalli. Anak laki-laki berusia 9 tahun itu, memintanya langsung untuk mengadopsi Cagalli. Uzumi pun mengabulkannya.
Setelah 2 bulan mengadopsi Cagalli. Uzumi harus kembali ke Orb. Dan itu membuat kakak-beradik itu harus berpisah.
"Bagaiman, Otou-sama? Boleh ya? Cuma 1 bulan kok!" seru Cagalli lagi.
Uzumi menghela nafas, "Hahh... baiklah. Tapi, jangan menyusahkan Kira-kun disana." Ujar Uzumi.
"Yei! Sankyuu. Otou-sama memang paling the best deh!" seru Cagalli, sambil menghambur memeluk Otou-samanya.
"Iya, iya." Tanggap Uzumi.
"Kalau begitu, aku akan bersiap-siap. Terimakasih, otou-sama!" pamit Cagalli sambil keluar dari ruangan kerja Uzumi.
Setelah Cagalli pergi, Uzumi kembali menghela nafas, "Hahh.. dasar anak muda,"
Cagalli sangat puas dengan keputusan Uzumi yang memperbolehkannya tinggal sementara waktu bersama sang kakak. Karena saat Kira masih tinggal di Plant, ia dan Kira hanya kirim pesan lewat email atau alat komunikasi apapun. Agar kerinduan diantara kakak-beradik itu sedikit terobati. Dan sekarang, saat Kira pindah ke Orb. Cagalli hanya bisa mengunjunginya seminggu sekali. Karena, memang Kira menolak untuk tinggal di mansion Yula Atha dengan alasan takut merepotkan. Jadilah, ia menyewa sebuah kamar apartemen yang sekaligus dekat dengan sekolahnya baru di Orb.
Lalu perjalanan dari mansion Yula Atha ke apartemen Delta (tempat Kira tinggal) dapat memakan waktu 4 jam menggunakan mobil.
"Aku akan buat kejutan untuk Kira-nii. Dia pasti kaget. Hehehe.."
OOOOOooooOOOOO
"Baiklah, anak-anak! Sesuai janji sensei minggu lalu, hari ini kita akan adakan lari maraton!" seru sang guru yang memiliki rambut jambang yang cukup panjang.
"Ya, sensei!" seru murid-murid malas. Ya, maklum. Sebagian murid tidak terlalu suka dan menganggap maraton itu olah raga yang sangat melelahkan.
"Baiklah. Sensei akan membagi kalian menjadi 6 regu yang terdiri dari 5 orang. Sensei akan atur sesuai absen!" seru sang guru bernama Andrew Waltfeld itu, "Baiklah! Regu pertama. Ahiru Makoto, Akaba Hazami, Albert Chrishtoper, Ana Julia, Arui Seiran."
"Ha'i Sensei!"
"Selanjutnya, regu 2!..."
"Yah, sepertinya kita tidak seregu, Kira," sesal tohru kecewa.
"Ini kan Cuma sementara. Tohru." Sela Sai. Yang berada dibarisan didepan Kira dan Tohru.
"Tapi sama saja, aku tidak seregu dengan Kira, tahu! Jadi lawan lagi!" keluh pemuda berambut coklat bergelombang pendek itu lagi.
"Hahh.. terserah,"
Kira Cuma bisa tersenyum maklum. Melihat dua temannya itu.
"Oya, tadi pagi kau bersama Athrun-senpai kan, Kira?" tanya Sai.
"Hah? Apa benar itu, Kira?" kali ini Tohru yang bicara.
Kira mengangguk, "I-iya."
Tohru bertanya heran, "Sejak kapan kalian saling kenal?"
"Aku baru mengenalnya kemarin, kok."
"Begitu." Komen Sai.
Tohru langsung memeluk Kira dari samping, "Tidak boleh! Kira akan kulindungi!"
"Kau ini bicara apa? Lalu Miriallia bagaimana?" kata Sai sweatdrop.
"Tentu saja! Akan kulindungi juga. Diakan pacarku. Kalau Kira kan sudah kuanggap adikku!" bela Tohru.
"Yayaya.."
"Haaa.. gomen ne, Tohru. Aku ti-tidak bisa bernafas.." gumam Kira dalam pelukan Tohru.
Seketika, Tohru melepas pelukannya dan langsung nyengir minta maaf.
"...Kaji Kurodo, Kira Yamato!" ujar Andrew menyebut nama regu selanjutnya.
Merasa namanya dipanggil, Kira langsung menuju regunya, "Aku duluan, Tohru, Sai."
"Iya," tanggap Sai.
"Kiraaaaaa..~" panggil Tohru lebay. Kayak nggak rela Kira pergi. (Tohru: Emang nggak rela, baka!)
Sai lansung menyeret Tohru yang hendak mengekor Kira, "Kita diregu terakhir, Tohru," ucapnya cuek.
"Nooo! Aku tidak mau seregu denganmu Kiraaa...~"
Kira hanya menggeleng melihat temannya itu. Tapi, ia bersyukur. Memilki teman-teman yang peduli padanya. 'Rasanya, aku akan betah di sekolah ini. asalkan ada teman-teman disampingku. Aku rasa aku bisa bertahan.' Pikirnya. Melupakan hal-hal tidak menyenangkan yang ia pernah terima di sekolah ini.
OOOOOooooOOOOO
-12 IPA I-
"Ckckck.. aku tidak menyangka. Setelah kau tahu orangnya, kau langsung akrab dengannya, Athrun"
"Haha.. aku hanya berteman dengan Kira, Dearka."
Dearka langsung merangkul pundak Athrun, "Kuberi tahu, Kira-chan itu sangat manis, Athrun. Melebihi gadis-gadis yang pernah kau pacari. Aku berani bertaruh, kalau banyak yang menyukainya. Terutama para seme yang ganas di sekolah ini!"
"Kau ini bicara apa?" tanya Athrun.
"Maksudku begini. Pasti banyak yang mengincar Kira-chan. Terlebih, aku bisa melihat kalau dia itu sangat polos,"
'Benar,' tanggap Athrun dalam hati.
Dearka menegakkan tubuhnya, lalu bersandar pada meja disamping meja Athrun. "Aku juga tidak heran, kalau kau akan menyukai anak itu, Athrun. Ayolah, mumpung kau sedang jomblo sekarang!"
Blush!
Wajah Athrun merona merah, "M-maksudmu?"
"Hahaha.. tanpa kuberi tahu, kau pasti tahu maksudku, Athrun-kun," goda Dearka.
"Ti-tidak juga. Aku hanya beteman dengan Kira,"
"Yang benar, hm? Sayang lho, kalau melewatkan hal bagus seperti Kira,"
"Kau sendiri, bagaimana dengan Yzak," tanya Athrun. Mengalihkan pembicaraan.
"Sudahlah. Jangan mengalihkan pembicaraan. Jujur saja padaku, hm?"
Athrun langsung berdiri dari kursinya, "Sudahlah. Aku mau keluar dulu." Lalu beranjak pergi. Meninggalkan Dearka yang kini tersenyum geli melihat temannya itu.
Saat Athrun membuka pintu geser kelas untuk keluar. Athrun agak terkejut mendapati Lacus didepannya. Ternyata ia dan Lacus tadi membuka pintu secara bersamaan.
Lacus tersenyum lembut khasnya, "Ohayou gozaimasu, Athrun."
"Ya. Ohayou, Lacus,"
Lacus menoleh kearah belakang Athrun, lalu menghela nafas lega. "Ara-ara. Syukurlah. Gurunya tidak ada,"
"Akhir-akhir ini, kau tambah sibuk ya?" tanya Athrun.
"Um. Aku sedang dalam pembuatan album baru. Jadi, aku harus lebih bekerja keras lagi,"
"Kau pasti bisa, Lacus. Nah, aku mau ke perputakaan dulu, jaa," pamit Athrun,
"Athrun," panggil Lacus.
"Ya?"
" Hari ini, kau ada jadwal pemotretan?" tanya Lacus.
"Sepertinya, iya. Mungkin sekitar jam 5 sore nanti,"
"Baiklah, Ganbatte, Athrun," ujar Lacus sambil tersenyum.
"Ya,"
OOOOOooooOOOOO
"Fiuh! Capenyaaa.."
"Sudah cepat ganti seragam, Tohru. 20 menit lagi. Kita harus masuk kelas."
Kini mereka bertiga tengah berada diruang ganti. Tinggal mereka bertiga diruangan itu. Karena, yang lain sudah duluan keluar.
"Aku tahu, Sai. Oh ya, Kira. Pulang sekolah nanti, kita pulang sama-sama. Sekalian kita mampir sebentar ke toka game. Aku mau membeli CD game baru."
Kira menutup lokernya, lalu menoleh pada Tohru, "Baiklah, aku ikut, Tohru."
"Yosh! Kau juga ikut, Sai!"
"Ya, kurasa itu tidak buruk juga," komen pemuda berkaca mata itu singkat.
"Oya, Kira." Celetuk Sai pada Kira di loker sampingnya.
"Hm?"
"Ini mengenai Athrun-senpai,"
"Ada apa?" tanya Kira.
"Sebaiknya, kau jangan terlalu akrab dengannya. Bagus sih, punya teman seorang idola dan siswa jenius, tapi, ada rumor yang kurang baik yang melekat dengannya,"
Kira mengernyitkan alis mendengar penuturan Sai itu, "Benarkah itu?"
Tohru ikut nimbrung, "Wajar, kalau Kira tidak tahu, ya. Kira kan anak baru disini. Sebenarnya, Athrun-senpai itu..." Tohru sengaja menggantungkan kalimatnya, dan menyuruh Kira untuk mendekat padanya. Kira pun menghampiri Tohru. Setelah itu, Tohru membisikkan sesuatu pada Kira.
"P-play boy? Sou ka?" reaksi Kira setelah dibisikkan oleh Tohru.
"Yup! Dan sekarang, kabarnya ia mengincar Lacus-san. Ditambah, ia juga berteman dengan Dearka-senpai dan Yzak-senpai yang pacaran," sambung Tohru.
" Ya, walau begitu, dia tetap masih menjadi idola yang digandrungi para gadis," tambah Sai.
"Makanya, aku tidak mau, kalau Kira yang polos diracuni oleh baka-senpai itu," komen Tohru.
"Uh-um.. tapi, kurasa Athrun-senpai tidak seperti itu. Lalu, Dearka-senpai dan Yzak-senpai sepertinya orang baik," ujar Kira.
"Hah?" kaget Tohru dan Sai.
"Iya. Kurasa tidak masalah berteman dengan mereka. Mereka juga berhak mendapatkan teman kan? Kalau begitu, aku kelas duluan, Tohru, Sai," pamit Kira langsung pergi dari ruang ganti.
"Kira?" gumam Sai.
"Nooo! Kira sudah diracuni oleh baka-senpai ituu! !" jerit Tohru lebay.
Puk!
"Cepat ganti seragammu itu, Tohru!" seru Sai, sembari melempar baju seragam Tohru yang ia ambil dari loker Tohru yang memang sudah dibuka empunya sejak awal.
"Ukh, iya, iya."
Sai menggeleng pasrah, "Kau ini,"
OOOOOooooOOOOO
Kira berjalan dengan langkah perlahan menuju kelasnya. Sesekali ia menghela nafas. Sebenarnya, Kira tidak memikirkan perkataan Tohru dan Sai mengenai Athrun. Yang penting, selama bersama Athrun ia bisa akrab dengannya. Dan lagi, Athrun sangat baik padanya. Mengenai Dearka dan Yzak pun, ia tidak terlalu memikirkannya. Jadi, bukan berarti karena alasan itu, ia menjauhi mereka bertiga. Toh, itu hak mereka untuk melakukan apapun.
"Kira!"
Kira mendongak ke depan, dan terpaku dengan sosok Athrun yang tengah melangkah kearahnya dengan senyum yang mengembang.
"A-Athrun-senpai?"
"Yo! Kenapa jam segini ada diluar kelas?"
"Itu, karena baru saja selesai pelajaran olah raga, dan sekarang aku bermaksud untuk ke kelas. Athrun-senpai sendiri, sedang apa disini?"
"Ohh.." komen Athrun singkat, "Gurunya sedang berhalangan hadir, jadi jam kosong. Oya` bukankah setiap pelajaran olah raga ada waktu untuk istirahat kan?" tanya Athrun.
Kira mengangguk, "Um. Sekarang tinggal 15 menit lagi,"
"Mau ikut ke perpustakaan?" ajak Athrun.
Kira tampak berpikir sejenak. Lalu mengangguk. "Tentu,"
"Kalau begitu, ayo!"
"Iya,"
OOOOOooooOOOOO
Setelah sampai di perpustakaan, Athrun dan Kira langsung sibuk mencari buku yang akan dibacanya. Perpustakaan kini sangat sepi. Wajar sangat sepi, karena ini masih jam mengajar. Cuma ada penjaga perpustakaan yang betah banget duduk dimejanya.
"Kira, aku kesebelah sana dulu. Sepertinya buku yang kucari tidak ada dibagian ini,"
"Um,"
Lalu Athrun dan Kira pun berpisah. Kira berkeliling perpustakaan melihat buku-buku yang tertata rapih disetiap lemari. Ia pun tampak kagum dengan koleksi buku-buku disini yang sangat lengkap. Perpustakaan ini pun sangat luas.
"Jadi, seperti ada di toko buku," komen Kira.
"Kau masih marah. Hm?"
Langkah Kira terhenti saat mendengar suara seseorang. Karena penasaran, ia pun menghampiri sumber suara.
"Urusai! Kenapa kau tahu aku disini?"
Kira sedikit mengintip dari balik lemari penyimpanan buku. Dan melihat dua orang senpai yang baru dikenalnya tadi pagi. Dengan gugup ia memperhatikan Dearka dan Yzak.
Kini Yzak sedang terduduk di kursi perpustakaan dan Dearka memeluknya dari belakang dengan mesra. Kira menelan ludah.
"Ayolah, aku minta maaf koi.. tadi pagi aku hanya becanda dengan anak itu," bisik Dearka yang samar-samar masih bisa didengar Kira.
"Che, I don't care!" gusar Yzak.
Dearka meniup pelan tengkuk Yzak. Membuat pemuda berambut perak sebahu itu merinding, Yzak langsung berdiri dari kursinya, membuat Dearka melepas pelukannya, "Apa yang kau lakukan, baka? !" seru Yzak kesal.
Deraka tersenyum. Lalu memojokkan Yzak ke meja baca. "Kau mau lanjut, Yzak?" Tanya Dearka dengan suara yang menggoda, wajah Yzak merona.
"Menyingkir dariku! Sebelum ada orang yang melihat ini!" perintah Yzak.
Dearka menyeringai, "Tidak apakan. Toh, tempat ini sepi. Lagian, hubungan kita ini bukan rahasia lagi di sekolah ini kan?"
"Ukh. Pokoknya, menyingkir da-,"
Sebelum Yzak melanjutkan perkatannya. Bibirnya sudah terlebih dahulu dikunci oleh bibir Dearka. Yzak tampak terkejut. Namun, perlahan-lahan matanya tertutup untuk merasakan sentuhan dari Dearka itu. Ia akui. Ia menikmatinya.
Kira membatu melihat adegan ciuman yang baru ia lihat pertama kali selama hidupnya 16 tahun ini. Tentu saja ia pernah lihat adegan ciuman sebelumnya. Tapi, itu pun Cuma beberapa kali di film dan yang melakukannya pria-wanita. Bukan pria-pria. Sudah begitu, ia melihat langsung didepan matanya. Wajah caramelnya pun memerah hebat. Walau sudah tahu kabar bahwa Dearka dan Yzak ada hubungan spesial. Tapi, dia masih belum percaya dengan penglihatannya itu.
Karena takut ketahuan, Kira perlahan mundur kebelakang. Dan sialnya, ia menabrak lemari dibelakangnya yang menghasilkan suara 'Dugh' yang cukup keras.
Dearka melepas ciumannya itu. Yzak pun tampak terkejut dengan suara yang didengarnya tadi.
"Siapa itu?" seru Dearka.
'Gawat!' batin Kira panik. Ia pun langsung pergi dari tempat itu dengan sedikit buru-buru. Agar tak ketahuan bahwa ia mengintip mereka.
Setelah dirasa aman. Kira pun terduduk di lantai linoleum ruangan perputakaan itu. Jantungnya berdebar-debar. Wajahnya pun masih memerah. Kira tampak menghela nafas. Menetralisir debar jantungnya. Sumpah! Yang tadi itu hampir saja!
Entah mengapa, ketika melihat adegan ciuman tadi, ia jadi teringat kejadian saat ia hampir dirape di Toilet kemarin. Dan itu membuatnya jadi sedikit takut.
"Kira?" panggil Athrun heran yang menemukan Kira sedang terduduk dilantai perpustakann dengan wajah pucat.
Kira mendongak, "A-Athrun-senpai?"
"Kenapa? Wajahmu pucat sekali. Kau sakit?" tanya Athrun khawatir.
Kira menggeleng, "Tidak kok,"
Athrun menghampiri Kira dan mengulurkan tangannya untuk membantu Kira berdiri, "Lalu kenapa wajahmu pucat begitu? Seperti habis melihat hantu saja," gurau Athrun.
Kira menerima uluran tangan itu dan bediri, "Anu, Athrun-senpai," panggil Kira.
"Ya?"
"Se-sebaiknya, aku kembali ke kelas. Waktu istirahat olah raga sebentar lagi habis. A-aku permisi dulu," pamit Kira segera.
"Um, ya. Silahkan." Athrun agak heran dengan sikap Kira itu. Namun, ia tidak bisa mencegah saat Kira pergi untuk kembali ke kelasnya.
"Ada apa?" tanya Athrun heran pada dirinya sendiri.
"Athrun/Zala?" panggil Dearka dan Yzak bersamaan.
"Kalian? Kenapa ada disini?" tanya Athrun heran.
"Jadi kau yang tadi melihat kami berdua ya?" kata Dearka lega.
"Apa maksudmu?" tanya balik Athrun.
"Che. Tadi kau yang melihat kami berciumankan?" Decak Yzak.
"Ci-ciuman? Jangan-jangan.." Athrun menelan ludah, 'Kiralah yang melihat mereka berciuman?' lanjutnya dalam hati.
"Hoy! Kenapa, Thrun!" seru Dearka yang aneh melihat reaksi Athrun.
Tanpa menjawab pertanyaan Dearka. Athrun lansung belari cepat keluar perpustakaan. Meninggalkan Dearka dan Yzak yang terbengong heran melihat aksinya itu.
"Kenapa dia?" tanya pasangan itu bersamaan.
OOOOOooooOOOOO
"Tunggu, Kira!"
Mendengar suara yang sudah familiar ditelingnya, sontak Kira menghentikan langkahnya, dan menoleh kebelakang. Sukses mendapati sang senpai tengah menghampirinya. Kira tentu cukup terkejut dengan Athrun yang tiba-tiba memanggilnya.
"A-ada apa, Athrun-senpai?" tanya Kira, setelah Athrun berada tepat dihadapannya. Athrun mengatur nafas sejenak setelah berlari cukup kencang untuk mengejar Kira.
"Kau tidak apa-apa kan?" tanyanya sembari menatap mata violet Kira.
"A-aku.." jawabnya gugup sembari menundukkan kepalanya.
Athrun menghela nafas, "Tolong jangan menganggap mereka 'aneh', ya." Pinta Athrun. Mengerti maksud Athrun, Kira langsung menggeleng.
"Aku sama sekali tidak menganggap mereka 'aneh'..." Kira terdiam sejenak, lalu kembali berkata, "Hanya saja. Aku terkejut saat mereka be-ber.. ciuman," ujar Kira pelan diakhir kalimatnya lengkap dengan wajah merona merah manis.
Athrun tersenyum kecil, "Kau baru pertama kali melihat hal itu?" tanya pemuda bermata emerald itu.
Kira mengangguk kecil, "Ta-tapi, aku pernah melihat 'Itu' di film beberapa kali, kok!" ujarnya.
Athrun tertawa kecil mendengar penuturan Kira. Dia tahu, kalu pemuda berambut coklat itu tidak terima kalau hal seperti ciuman adalah yang pertama kali dilihatnya tadi. Melihat Athrun yang tertawa, tentu saja membuat wajah Kira merona merah karena malu.
"Hahaha.. gomen. Aku jadi tertawa seperti ini. Tapi, kau benar-benar polos, Kira." ujar Athrun. Kira makin menunduk malu, setelah Athrun berkata seperti itu.
"Kira?" panggil Athrun. Seketika, Kira yang tadinya menunduk langsung mendongakkan wajahnya. Dan terpaku saat wajah Athrun sangat dekat dengan wajahnya. Tanpa sadar, pemuda berambut coklat itu menelan ludah, "A-Athrun-senpai," gumamnya saat wajah Athrun makin mendekat.
Deru nafas pemuda berambut dark blue itu yang teratur dapat dirasakan oleh Kira. Saat itu, Kira dapat melihat dengan jelas ketampanan wajah pemuda berambut dark blue itu. Kulit yang putih bersih, mata emeraldnya yang tampak tajam namun berkilau menawan, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang tipis. Kira jadi makin gelagapan dibuatnya. Apa lagi, harum maskulin kini merasuk ke dalam indera penciumannya. Reflek, Kira pun langsung memejamkan mata erat. Degup jantung pemuda bermata violet itu pun makin kencang.
Tak lama kemudian, ia merasakan sebuah sentuhan dikepalanya. Kira pun langsung membuka matanya dan mendongak.
"Ada kotoran dirambutmu," ujar Athrun singkat. Lalu mengambil jarak dari Kira. "Lho? Kau kenapa?" tanya Athrun yang heran melihat Kira yang tiba-tiba mematung dengan rona merah dipipi.
Kira menggeleng cepat. Dalam hati, ia merutuki pikirannya yang berpikiran tidak-tidak tentang senpainya itu, "Ti-tidak. Tidak apa-apa," gugup Kira berusaha bersikap biasa saja. "Ka-kalau begitu, aku permisi, senpai." Pamit Kira.
Athrun mengangguk, "Yeah, jaa mata ne,"
Kira mengangguk kecil, "Jaa mata ne," lalu sosok Kira pun beranjak pergi menjauh dari Athrun. Setelah Kira pergi, Athrun langsung bersender pada dinding koridor itu. Lalu menghela nafas,
"Tadi hampir saja aku tidak dapat menahan diriku. Hahh.. sepertinya, Dearka benar. Kalau aku menyukai Kira,"
OOOOOooooOOOOO
-TBC-
OOOOOooooOOOOO
-Gomen update-nya lama… =,='a #bows#
Akhir-akhir ini FFN lagi error dan buat Naru jadi malas untuk update.. #didepak# tapi, demi reader yang baik naru usahakan update! Sebelumnya, FD Naru rusak dan buat semua file fic yang harus diupdate ikut raib.. dan itu buat Naru harus ketik ulang. Celakanya, Doc yang ada di lappie dah naru hapus. #baka
Oya` mengenai tebak-tebakkan garing di atas. Itu Naru dapat dari senior Naru di OSIS. Waktu itu, ada persiapan kegiatan di sekolah Naru. Dan pas lagi istirahat, ada senior Naru yang nyeletuk tebak-tebakkan itu. Alhasil, semua anggota OSIS yang lagi istirahat bareng2 langsung pada ketawa denger jawabannya. Hehehe..
Mungkin pada nggak nyangka, Naru buat Athrun play boy disini. Naru Cuma ngikutin perannya yang di GSD, kok. Ukh.. di GSD Athrun keliatan banget kayak play boy.. =,=' #ditendang Justice# Tapi, ke play boy-annya belum kelihatan sekarang. Naru akan buat kejutan di chapter 4 nanti… kukuku.. #Evil Smile
Jadi, sekali lagi gomen. Kalau update-nya lama banget terus ceritnya jadi gaje kayak gini, gomeeeeennnnnnn! ! TT^TT
Oke! Mari kita balas review yang masuk pada chapter kemarin…
-Balasan Review-
#NamiChiha yuu-chan
-Huwwwaaa.. gomen telat update! , #bows#
Makasih review-nya, Ini sudah update! Semoga terhibur… ^^v
#Via-SasuNaru
-Hehe.. #evil smirk
Hubungan Athrun dan Lacus? Hehe.. itu rahasia! –plak-
Makasih review-nya, ini sudah update! Semoga terhibur.. ^^v
#Megami Mayuki
-Huwaaaa… makasih.. ,#hug#
Kira OOC nggak disini? Habis, character-nya di Gundam Seed polos banget! Beda ma Kira di Gundam Seed Destiny yang udah sedikit dewasa. Dikit sih… =,='a #diinjek freedom#
Sou ka nggak ada typo? Yei! Berhasil! #girang
Ini sudah update! Semoga terhibur... ^^v
#AsranZARA
-Hehehe... #grin
Makasih atas review-nya, Asran-san.. ^^v
Ini sudah update! Semoga terhibur... XDD
#Zizi Kirahira Hibiki 69
-Nyaaaaaa.. ~ Sankyuuu...! #hug#
Apakah ini sudah cukup panjang? Gomen kalau masih pendek.. -bows- Makasih atas review-nya.. ^^v
Ini sudah update! Semoga terhibur... :D
#Rafi Orion Black
-Hahaha.. tak apa..^^. Rafi-kun udah mampir untuk baca aja, Naru udah seneng kok.. XDD
ini udah update. semoga terhibur... :)
-Yosh! Sekian untuk chapter kali ini! Mohon review-nya... XDD
jaa mata ne ashita, minna..! ! ! #mabur#