Disclaimer: I do not own Bleach
1
Kurosaki Ichigo berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Langkahnya terasa berat, nafasnya pendek, dan hatinya... Hatinya tidak tenang.
Ada seseorang di rumah sakit ini yang nyawanya sedang terancam. Diantara beribu-ribu pasien, hanya dia yang begitu penting baginya. Orang itu mungkin saja akan meninggalkannya, meninggalkan semuanya.
"Rukia."
Kurosaki Ichigo hanyalah manusia biasa. Ia pernah jatuh, kehilangan harapan, dan bangkit lagi. Ia sama saja dengan orang-orang yang kau temui di jalan. Sama-sama punya kelemahan dan kelebihan.
Orang yang begitu biasa sepertinya, mengapa bisa berada disini sekarang? Mengapa bisa menjadi sous-chef di hotel berbintang lima, Ritz Carlton?
Ia sendiri tidak tahu.
Begitu banyak orang percaya akan bakatnya, namun hanya gadis itu saja yang merubah seluruh hidupnya...
"Seluruh dunia bisa percaya kepadamu, tapi jika kau tidak percaya kepada dirimu sendiri... Kau, bukanlah siapa-siapa."
Tidak mungkin ia melupakan hari-hari yang ia lewati dengan Rukia. Ia tidak akan membiarkannya hilang begitu saja. Tidak di musim dingin ini, tidak pada hari ulang tahun Rukia. Hari ini, 14 Januari... Gadis itu genap dua puluh tiga tahun.
Apakah sekarang semuanya sudah terlambat?
"Ichigo, aku... Mendapat beasiswa dari Julliard."
Kenapa Ichigo tidak menyadarinya? Seharusnya ia mengantar Rukia. Kalau saja ia yang mengendarai mobil... Mungkin Rukia tidak akan seperti ini.
"Rukia, kau bisa menyetir sendiri ke kantor Byakuya kan? Kepala chef sedang tidak ada, jadi aku harus menggantikannya."
Bodoh kau Ichigo! Kenapa kau lupa? Byakuya, lelaki sial itu punya hati sedingin es. Selama bertahun-tahun Rukia selalu menuruti semua kemauan orang itu. Kali ini, apa Rukia tidak akan terpukul? Beasiswa Julliard! Rukia sudah memimpikan ini sejak lama.
"Aku, tidak menginjinkan kepergiannya ke Amerika. Rukia tidak butuh Julliard. Putri dari Perusahaan Kuchiki, bekerja untuk orang lain. Ia hanya akan memperburuk nama baik perusahaan."
Sial! Mereka tidak tahu betapa keras kerja gadis itu lulus dari Universitas Tokyo, meraih gelar sarjana ekonomi, melepaskan mimpinya pergi begitu saja.
Bagi Rukia, hanya ada musik. Rukia, ia terlahir untuk menjadi seorang musisi. Sekarang Julliard memanggilnya dan kakak laki-lakinya tega membuang kesempatan itu?
"Rukia, dia… kecelakaan."
Ichigo hanya bisa menundukan kepalanya dan berdoa. Tuhan, apa yang harus ia lakukan? Apa yang Rukia butuhkan? Keluarga... Dimana Kuchiki Byakuya?
"Kurosaki Ichigo, sudah cukupkah kau berdebat denganku? Sekarang aku ada rapat penting, Rukia siuman atau tidak, sekertarisku akan memberitahukannya padaku."
Apakah ia tahu apa tugas seorang kakak laki-laki? Apakah ia tahu perasaan Rukia?
"Apa yang dapat kau lakukan Kurosaki? Tidak ada. Tidak ada yang dapat kau lakukan. Kau dan aku, kita dari dunia yang berbeda. Sudah saatnya kau berhenti mencampuri urusan keluarga orang lain."
Benar, Rukia tidak ada hubungan apa-apa dengan Ichigo.
Bukan saudara, bukan kekasih. Lantas apa yang bisa ia katakan?
Ia adalah teman yang berharga bagiku, begitu?
Aku berhutang budi kepadanya, begitu?
Apa yang dapat ia perbuat?
"Kurosaki-san, Kuchiki-san sudah siuman."
"Kau mungkin tidak ingin masuk ke dalam ruangan itu Kurosaki," Ishida membetulkan posisi stetoskopnya, tatapannya serius memandang sahabat sejak SMA nya itu. Setelah delapan tahun mengenal Ishida, Ichigo tahu betul Ishida tidak sedang bercanda. Tapi, Ishida tidaklah bodoh, lelaki itu juga tahu Ichigo tidak sedang main-main.
"Rukia, kata mereka ia sudah siuman," Ichigo melangkah melewati sahabatnya itu. Langkahnya berat, sama seperti waktu ia pertama kali masuk.
Bisikan orang yang lalu lalang-lalang tidak dipedulikan Ichigo. Sekarang ia hanya ingin masuk ke dalam ruangan yang tertutup rapat itu. Ia sudah siap menatap perban yang mungkin akan menutupi luka gadis itu. Ichigo tahu betul gadis itu adalah orang yang kuat, namun sekarang, di dalam rumah sakit yang dingin ini...
Gadis itu butuh seseorang untuk menopangnya, untuk diajak bercanda, untuk menyampaikan padanya bahwa dirinya akan baik-baik saja.
Sebentar pintu ruangan itu terbuka. Rukia berbaring disana. Wajahnya putih pucat, perban melingkar di kepalanya. Suara detak jantungnya terdengar teratur, gadis itu... Rukia, ia masih hidup. Gadis itu benar-benar Rukia.
"Rukia," panggil Ichigo. Suaranya lega, senang, namun juga sedih. Luka-luka yang disembunyikan perban putih itu membuatnya sedih.
Sedikit ia tahu rasa sedih belum sepenuhnya ia rasakan saat itu.
"Kau itu... Siapa?"
Dan dengan tiga kata itu, Ichigo kehilangan seluruh rasa senang dan rasa lega.
Sedih.
Hanya itu yang tersisa.
Kuchiki Byakuya tidak mempedulikan badai salju di luar. Jangankan badai salju, adik perempuannya kecelakaan pun ia tidak beranjak dari tempat duduknya. Mungkin ada sebagian dari diri Byakuya yang khawatir akan adiknya itu. Tapi kemungkinan itu terlalu kecil.
Ia harus memprioritaskan pekerjaannya. Jabatannya sebagai CEO bukan modal nama saja. Kakeknya masih share holder perusahaan. Dimata kakeknya, Byakuya masih belum pantas. Sama sekali belum pantas.
"Kuchiki-sama. Dokter Ishida sudah memberikan laporan bahwa adik anda sudah melewati masa koma."
Byakuya kemudian mengangguk, tangannya masih memegang bolpoin, dan matanya masih menatap kertas.
"Dokter Ishida juga mengatakan bahwa adik anda menderita Retrograde Amnesia."
Sesaat tangannya berhenti menulis, kemudian ia menatap sekertarisnya dan bertanya, "Apakah kakek sudah membawanya pulang?"
Sekertaris itu terdiam, seakan-akan menunggu Kuchiki Byakuya memecatnya ia kemudian berkata, "Tidak, Kuchiki-sama."
Byakuya kali ini menatap sekertarisnya dengan tajam, memutuskan untuk tetap mendengarkan penjelasannya hingga selesai.
"Kuchiki-sama, adik anda sudah tidak lagi tinggal di kediaman Kuchiki."
Byakuya menatapnya semakin tajam.
"Adik anda... Ia sudah menikah dengan lelaki bernama Kurosaki Ichigo. Sekarang Kurosaki-sama lah yang berhak tinggal bersama adik anda."
Tidak ada lemparan kursi, pecahan kaca, atau suara apapun. Tatapan Byakuya tidak lagi tajam, ia terlalu bingung. Ia hanya bisa terdiam.
"Kenapa hal sebesar ini tidak sampai kepadaku?"
"Apa yang harus saya lakukan, Kuchiki-sama?" Tanya sekertaris itu.
"Pernikahan mereka, sejak kapan?" Byakuya berbalik bertanya.
"Hari ini, mungkin sebelum adik anda kecelakaan."
Rukia tidak mungkin menikah tanpa persetujuannya. Jangankan menikah, bertunangan, berpacaran pun Rukia tidak akan berani. Dengan orang itu saja Rukia tidak berani… Kenapa Kurosaki Ichigo yang hanya temannya itu tiba-tiba menikah dengannya?
Ada sesuatu yang janggal disini…
"Byakuya! Kau tahu Rukia selama ini ingin membuatmu bangga? Selalu mendengarkan keinginanmu? Bagaimana kalau kau yang mendengarkan keinginannya sekarang? Kau tahu betapa banyak orang yang ingin masuk Julliard tapi tidak bisa? Rukia mendapatkan kesempatan ini! Kau tega melenyapkannya?"
Kurosaki Ichigo… jangan-jangan.
"Kau benar Byakuya, aku bukan keluarga maupun pacar dari Rukia, tapi Rukia adalah orang yang membuatku menjadi diriku yang sekarang, ia mewujudkan mimpiku. Kalau ia memang selalu mendengarkanmu… mungkin akan ada yang berubah kali ini."
Tidak mungkin…
"Dokter Ishida juga mengatakan bahwa adik anda menderita Retrograde Amnesia."
Semuanya jadi jelas sekarang…
"Rukia mungkin tidak akan mendengarkanmu kali ini…"
Kurosaki Ichigo, dia… sebelum Rukia ingat akan semuanya, ia ingin gadis itu lulus di Julliard?
New chapter due next week
A/N: Thanks for reading until the end! It means a lot to me. So, new chapter due next week, on the exact same day. Kalau ada yang kurang jelas, butuh di kritik, atau kalau ada yang mau kasih pendapat, bisa dituangkan di kotak review :) Again, thanks!