I Love You, Sasuke-kun!
Naruto © Masashi Kishimoto
valentina14
.
Heart thumping, hands shaking, brain—SNAP!
.
.
'Sial.'
Sasuke memasukkan kedua tangannya di saku celananya dengan dongkol. Kaus KA-nya sudah berantakkan, rambutnya semakin mirip pantat ayam pula. Bagus sekali.
Dan yang bikin tambah bagus, ia... sepertinya sedikit tersesat. Sedikit.
Seingatnya tadi ia cuma jalan luruuus saja, berusaha menyesatkan cewek-cewek menyebalkan yang menguntitnya terus. Usahanya juga berhasil, karena setelah melewati lorong-lorong yang penuh dan berdesak-desakkan, cewek-cewek itu menghilang. Bagus. Tapi sekarang ia malah tidak tahu berada di mana. Hanya ada pohon. Dan semak-semak.
Bagus sekali. Usahanya menyesatkan cewek-cewek itu malah membuat dirinya sendiri tersesat.
Sebenarnya ia ingin juga menonton drama kelas Sakura. Ia ingin melihat aktingnya. Ia kontan mengerang, teringat sms teror Naruto padanya untuk datang menonton, jelas sekali ingin pamer karena jadi peran utama. Pasti bocah itu akan merongrongnya kenapa ia tidak datang. Sasuke menghela napas panjang.
Ia jadi teringat Gaara yang berjalan dengan santai, seolah sudah tahu seluk beluk sekolah ini. Alisnya berkedut. Ia punya firasat kalau Gaara akan menonton drama Sakura juga...
Sasuke melepas dasinya dengan cepat dan memasukkannya ke sakunya. Ia merutuki Tsunade, kepala sekolah KA itu yang mengharuskan anak KA memakai seragam sekolah ke KHS. Buat apa coba? Merepotkan.
Daripada membuang waktu di tempat aneh ini, ia memutuskan untuk berjalan saja ke depan. Samar-samar terdengar juga suara keramaian—mungkin daritadi ia berada di halaman belakang. Berjalan menginjak rumput-rumput basah, suara keramaian berangsur-angsur menjadi lebih jelas. Hingga ia sampai di halaman depan, orang-orang sudah hilir mudik di sekitarnya.
Begitu berada di tengah-tengah festival, masih di area halaman depan tempat stan-stan dipasang, Sasuke melayangkan pandangannya, mencari sosok yang ia kenal. Beberapa detik, hingga ekor matanya menangkap bayangan oranye di satu sudut, bersama kepala-kepala berwarna cerah lainnya.
Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku, berjalan menghampiri mereka. Cekikikkan dan obrolan mereka, umpatan-umpatan dan ancaman Sakura terdengar, membuat Sasuke tersenyum tipis, seakan nostalgia. Ia tahu benar suasana akrab ini—
...sampai bayangan seseorang muncul di hadapannya.
Ngapain si sialan itu di sini? pikir Sasuke dongkol. Ia mempercepat langkahnya, melewati orang-orang yang juga berseliweran.
Lalu, seakan tahu sedang dipelototi, mata hijau Gaara melirik ke arahnya.
BZZZZZZZTTTTTT
Seakan ada perang sengit di antara mereka. Mata Sasuke sendiri mendeathglare mata lawannya itu. Kerutan di dahi Sasuke sampai bertambah karenanya. Tapi hal yang paling membuatnya sebal adalah pandangan Gaara padanya. Datar, tanpa emosi, tapi juga... sangat tajam.
Sasuke tidak mengerti arti pandangan itu, tapi ia tidak memedulikannya. Langkah kakinya sudah sampai ke arah mereka, dan—
"TEME!"
..ha.
"KENAPA KAU NGGAK NONTON, HAAAH?" teriak Naruto tepat di telinganya. Gendang telinga Sasuke berdenging.
"Urusan," ia bergumam, matanya sekilas melirik gadis pink yang sedang ngobrol dengan Hinata.
"Sok sibuk kau, Teme!" Naruto menggerutu. Tapi wajahnya berangsur-angsur cerah, ia menarik lengan Gaara dan nyengir, "Kau nggak datang sih... harusnya kau lihat pas Gaara nongol tiba-tiba ngumumin jadi Perdana Menteri, hahahaha ya ampun, muka orang-orang itu pada cengok semua!" ia memerankan wajah orang cengok itu.
Sasuke masih tidak bergerak.
"Trus, masa akhirnya dia dinikahin sama Sakura-chan..."
...
APA.
Rahang Sasuke mengeras. Dinikahin.. jadi pasangan.. mereka berdua..? Tampaknya Gaara menyadari itu, karena ia memandang Sasuke dengan pandangan...
"Gaara-kun! Sini deh, lihat fotonya tadi,"
Pandangan beralih ke arah Sakura, yang sedang menggenggam sebuah kamera hitam. Hinata berdiri di sampingnya. Wajah Sakura tampak terkejut melihat adanya Sasuke, dan Sasuke sudah menebak adanya rona kemerahan di pipi gadis itu—kebiasaan Sakura saat bertemu dengannya dari SD yang sangat dikenal Sasuke—tapi nihil.
"Mana, mana?" Naruto langsung lompat ke samping Sakura.
Tapi tatapan Sakura masih berada dalam tatapan Sasuke. Pandangan matanya kosong, dan Sasuke sendiri tidak punya keinginan untuk memindahkan pandangannya ke arah lain. Baru beberapa detik kemudian, Sakura memutuskan pandangan itu dengan menatap ke arah lain. Ia tertawa canggung.
"Wah... foto perdana nih!" seru Naruto, bibirnya nyengir. Ia bergegas mengambil kamera itu dari genggaman Sakura, dan menunjukkannya ke Gaara. Sasuke yang berada di sampingnya, tidak tahan untuk tidak melirik.
Matanya terpaku.
Itu...
"Hm..." Gaara bergumam.
Tiba-tiba wajah Naruto menyala. Matanya membelalak, ia menunjuk Gaara lalu Sasuke. Lalu Gaara dan Sasuke lagi.
"I-itu!" serunya, "mirip! Mirip sama Teme!"
"Apa."
"Jangan melotot, Teme, maksudku bukan penampilannya," Naruto buru-buru menjelaskan saat melihat deathglare Sasuke. Sasuke kelihatannya tidak terima disamakan dengan Gaara. Ia memalingkan wajahnya dengan bunyi "Hn."
"NAH HA!" ia menunjuk lagi, "itu dia! Bunyi itu lho! Hn hn itu,"
Sasuke terlihat makin sebal, "Idiot. Dia bilang hm, aku bilang hn. Bisa lihat bedanya?" ia mendengus.
Naruto sweatdropped. Ia melongo, "Nggak."
Sasuke menghela napas.
"Eh iya, kalian kan sama-sama dari KA! Pasti kenal kan?"
Baik Sasuke maupun Gaara tidak menjawab. Keduanya memalingkan wajah, Sasuke dengan deathglare-nya, sementara Gaara tetap datar.
"...serem. Mereka berdua sama banget." bisik Naruto pada Sakura dan Hinata.
"Ha ha..." pemuda berambut pirang oranye itu tertawa gugup saat melihat tatapan Sasuke. Lalu ia bergegas mengalihkan pembicaraan, "Kita liburan yuk? Jalan-jalan gitu..."
Tapi Sasuke sudah tak memerhatikannya lagi. Mata hitamnya tertuju pada foto yang terpampang di kamera di tangan Naruto. Pandangannya tak jelas karena tangan Naruto bergoyang-goyang ke sana kemari selagi ia mengobrol dengan yang lain. Tapi sepertinya gambar itu akan tercetak di kepala Sasuke belakangan ini.
Badannya kaku.
Matanya terasa memburam saat melihat foto itu. Foto di sebuah panggung, empat orang dengan background sebuah istana, di-zoom hingga mereka hanya setengah badan. Dua pasangan; pasangan pertama di sebelah kanan, mereka terlihat seperti pasangan baru menikah—Naruto dan... seorang gadis yang tak ia kenal. Senyum lebar mereka kontras dengan pasangan di sebelah mereka. Pasangan yang membuat jantung Sasuke seolah jatuh ke dasar.
Karena pasangan di sebelah Naruto, karena gadisnya adalah Sakura, dengan rambut pink berantakkan dan tiara mungil tersemat di antaranya. Dengan gaun hijaunya yang membuat matanya terlihat semakin bening. Raut wajahnya panik, mulutnya sedikit terbuka seakan ingin memprotes.
Dan juga... karena yang di sebelah Sakura adalah Gaara. Karena lengan yang dipegang Sakura adalah milik Gaara.
Dia juga memakai tuksedo, tapi acak-acakan dengan dasi yang dipakai asal-asalan. Matanya terlihat kaget, tapi bahkan dengan tampang berantakkan ini... ia terlihat serasi dengan Sakura.
...mereka terlihat seperti pasangan.
Sasuke menelan ludah pahit. Ia tahu, habis kejadian itu, pasti ada gosip-gosip kalau Sakura bersama Gaara. Sasuke benci sekali dengan gosip, hal seperti itu. Ia benci... karena belum tentu mereka benar. Ia juga benci, karena hal itu terus-terusan dibicarakan orang-orang idiot, dan fakta bahwa telinganya (dan hatinya) terasa sakit mendengarnya. Dan terutama... ia benci perasaan menunggu seseorang (atau sesuatu) untuk meyakinkan dirinya bahwa... hal itu tidak benar.
..dan karena ada suatu bagian dirinya yang sedikit berharap, dirinyalah yang berada di sampingnya. Ada bagian dirinya yang berharap lengannyalah yang digenggam olehnya. Bahwa mungkin, jika ia yang di sana...
Sasuke mengepalkan tangan erat, karena mungkin itu satu-satunya cara yang bisa ia pikirkan untuk menghilangkan perasaan ini. Ia memalingkan wajahnya kasar dari kamera itu.
"Kita semua harus jalan-jalan!" umum Naruto, menarik kembali tangannya.
"K-ke mana?" gadis berambut indigo di sebelah Sakura bertanya pelan.
Naruto mengangkat bahu santai. Ia nyengir ceria, "Nggak tahu. Terserah, yang penting jalan-jalan sama-sama... nggak akan seru kalau nggak bareng-bareng," katanya.
Sasuke mendengus. "Dobe," gumamnya.
"Aku dengar itu, Teme!"
Dari kejauhan, seorang gadis berambut pirang panjang dan pemuda berkulit pucat berjalan menghampiri mereka. Kerumunan itu ramai, mereka harus berdesak-desakkan agar bisa sampai ke tempat mereka.
Sakura memerhatikan mereka. Ino terlihat sangat kesal, dengan dahi berkerut dan bibir yang terus mencibir. Sementara Sai hanya berjalan bersisian dengannya, tapi tanpa senyum khasnya di bibir. Mereka sampai juga di depan stan itu.
"Ino!" seru Sakura, matanya menatap mereka berdua dengan penasaran, "kau dari mana?"
"Kuburan." kata Ino pendek. Matanya mendelik pada Sakura.
"Hei, kau nggak perlu seperti itu juga!" protesnya. Tapi Sakura tahu Ino sedang kesal dan belakangan ini sering badmood, jadi ia berkata sekali lagi dengan khawatir, "Kau kenapa?"
"Aaarghhh!" balasan Ino hanyalah teriakan frustrasinya.
Naruto menyelanya, "Jadi kita mau ke mana nanti jalan-jalan?"
"Aku nggak tahu, Meksiko kek, Afrika kek," celetuk Ino pedas. Naruto langsung mundur dengan tangan terangkat.
"Oi!" serunya, "kau sedang badmood ya? Wajahmu kayak ingin menerkam seseorang—sori, sori," ia mengeluarkan cengiran saat Ino memelototinya tajam. Lalu wajahnya berubah cerah, "Aku tahu! Aku tahu apa yang bisa membuatmu nggak badmood lagi!"
"Apa?" tanya Ino masih dengan wajah tertekuk.
Balasan Naruto instan: "Ramen!" lengkap dengan senyum gigi yang cemerlang.
"Aaargghhh!"
.
.
.
Itachi Uchiha merundukkan kepala dari hiasan rumbai-rumbai kuning yang tergantung di salah satu stan makanan. Mata onyx hitamnya menatap sekitarnya, sebuah tenda stan kecil yang berisi meja datar panjang dengan cetakan takoyaki dan mangkuk-mangkuk serta bahan-bahan bertumpuk di atasnya. Di atasnya digantung papan kecil bertuliskan: TAKO-YAAA~KI!
Setelah memandangi tempat itu hingga menyeluruh, pandangannya terjatuh pada gadis di hadapannya. Gadis itu berambut cokelat dikuncir satu, memakai celemek pink berenda, tangannya yang memegang spatula ditangkupkan di dada dan matanya berkaca-kaca.
"A-aa... k-kau..." ia tergagap.
Itachi mengangguk pelan. Gadis itu tersentak.
"U-uchiha Itachi-sama..."
"Ah, a—" Itachi berusaha mengoreksi perkataannya.
"U-UCHIHA I..ITACHI-SAMA!" pekik gadis itu, melempar spatula di tangannya hingga membentur wajan dengan bunyi 'GONG'.
Itachi tidak berusaha membetulkan kata-katanya lagi. Ia melipat kedua tangannya, lalu berkata dengan tenang, "Tolong enam takoyakinya,"
Gadis itu mengangguk berkali-kali sebelum dengan panik membetulkan celemeknya dan mencari-cari bahan adonan takoyakinya. Ia berseliweran ke sana ke mari, sesekali melirik ke Itachi dengan senyum gigi di bibir.
Sementara gadis itu menemukan adonannya (yang ternyata di atas meja) dan menuangkannya ke cetakan, Itachi memejamkan mata. Ia meresapi bau yang menguar, juga saat panas cetakan itu menerpa wajahnya. Penat di kepalanya tidak kunjung hilang, ia juga jadi bertanya-tanya kenapa ia datang ke tempat ini.
Oya... karena Hana.
Ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri, saat dua orang pemuda mengendap-endap di belakangnya dengan seringai di wajah. Dua pemuda itu sudah berdiri di masing-masing sampingnya, hendak mengagetkannya saat Itachi membuka sebelah mata.
"Apa," tanyanya tanpa ekspresi.
"Aaa~masih saja datar, Itachi-kun!" Deidara menyeringai semakin lebar, "keriput di wajahmu kayaknya tambah panjang ya, un,"
"Sepertinya tambah lima centimeter gitu," seringai Sasori dengan matanya yang sayu.
Itachi berusaha memblok suara mereka dari telinga dan pura-pura tuli. Tapi sepertinya tidak akan berhasil kalau Deidara terus menerus mendengus di telinganya.
"Apa mau kalian,"
"Kami?" Deidara menampakkan wajah bingung, "kami, un, tidak ingin apa-apa! Kami bersih!"
Sasori mendengus. "Kau sepertinya sudah tumbuh besar ya, sampai tiba-tiba membeli takoyaki begini," katanya tidak nyambung.
"Un, mungkin maksudmu, ada angin apa si Itachi tiba-tiba beli takoyaki, betul kan un?" pemuda berambut pirang panjang itu membetulkan, sembari melempar senyum setengah seringai ke si gadis di hadapan mereka, yang wajahnya langsung menyala 100 watt dan tambah semangat menyiapkan takoyaki.
"Aku lapar," jawab Itachi sekenanya.
Sasori dan Deidara melemparkan pandangan tidak meyakinkan.
"Bukan untuk... siapa namanya? Inuzuka?" tanya Sasori, menyeringai.
"UN! Betul banget! Siapa ya namanya, eh un? Haaaaanaaaaa...?" Deidara menggoda dengan nada mengejek. Ia tertawa terbahak sambil tos dengan Sasori yang malas-malasan.
"Tutup mulut, kalian pengganggu," perintah Itachi, menerima plastik berisi takoyaki dari gadis penjual itu. "Ah, terima kasih."
Gadis itu langsung semerah tomat. "S-sama-sama..." ia terbata-bata.
Itachi mengangguk, lalu berbalik badan dan merunduk dari hiasan rumbai-rumbai itu. Seperti dugaannya, dua orang itu mengikutinya sambil cekikikkan (Deidara saja sih).
"...pesona seorang Itachi, un. Sudah sok kayak Raja sejagad dia, betul kan un,"
"...sok-sok yang sudah punya pacar, sekarang jadi sombong dan pelit ngomong,"
"...ke markas Akatsuki juga satu abad sekali, un. Pantas, keriputnya tambah panjang, dia sudah nggak have fun lagi kalau kita nggak ada, un..."
Itachi mengatupkan bibirnya dan berbalik badan. Tatapan mata hitamnya menusuk ke keduanya. Sasori dan Deidara yang masih bergosip langsung diam dan nyengir tak bersalah.
"Ada yang bisa saya bantu?" Itachi menggertakkan giginya.
"Formal sekali, Itachi-kun," Deidara mengibaskan tangannya, "tenang saja. Nanti kalau aku jadi bosmu, kita bisa manggil satu sama lain pakai aku-kamu kok, un,"
Sasori mendengus setengah tertawa.
"Kalau kalian tidak ada urusan, maka saya, akan pergi." nada Itachi berubah lebih tenang, sekaligus lebih menyeramkan.
Tapi rupanya si tidak peka satu itu... yah, tidak peka. Deidara malah dengan riang berjalan ke samping Itachi dan merangkul satu lengannya, sementara Sasori (dengan terpaksa) merangkul lengannya yang satu lagi. Dengan satu isyarat mata, mereka menggeret Itachi pergi.
"Hn," deham Itachi, berusaha memperingatkan mereka siapakah yang seharusnya berkuasa di sini.
"Ooo, diamlah, un!" semakin ceria, Deidara menyeretnya kembali, membuat Itachi harus menyeimbangkan takoyaki di tangannya.
Pemuda itu menghela napas. Ia menyentakkan kedua tangan mereka dari lengannya, lalu menatap mereka dengan pandangan tenang namun menusuk. Karisma dan auranya mulai keluar semakin kuat, aura dark yang seharusnya membuat orang lain mengkeret ketakutan. Tapi sayangnya semuanya terhancurkan, karena imej Itachi Uchiha dengan deathglare dan aura kelam di sekitarnya, ditambah dengan plastik takoyaki di tangan (yang bertuliskan: TAKO-YAAA~KI! 'di dalam sapi, pasti ada lemak; takoyaki, paling uenak') terlihat... menggelikan.
"Baik, kalau itu maumu," umum Itachi. Matanya tidak bergerak dari mereka. Tiba-tiba ia memejamkan matanya. Dengan nada suram, ia berkata, "Aku terpaksa, mengeluarkan jurus ini..."
(soundeffect: JENG JENG)
(guntur menggelegar, petir menyambar)
(pohon beterbangan, burung bersahutan)
...
"Mangekyou Sharingan."
Itachi membuka matanya.
Deidara dan Sasori mengkeret.
"I-itu..."
Mereka berseru serentak dengan wajah ketakutan, "LEVEL TERKUAT DARI JURUS DEATHGLARE ALA UCHIHA ALIAS SHARINGAN! MANGEKYOU SHARINGAN VER.3 LEVEL 'ADVANCED' DENGAN TAMBAHAN POWER YAITU: 'AMATERASU', 'TSUKUYOMI', DAN 'SUSANOO'. HANYA SEGELINTIR YANG PERNAH MELIHATNYA, DAN KABAR BURUNGNYA MEREKA YANG MELIHAT BISA—"
"...ma-mati."
"Benar sekali."
"Ampuni hamba!"
Setelah puas melihat mereka berdua menyembah-nyembahnya dengan kucuran air mata (hanya Deidara sih, Sasori melakukan dengan sangat-amat terpaksa), Itachi menonaktifkan deathglare ver.3-nya.
"Jahat sekali kau.. teganya mempermalukan kami di tengah-tengah festival sekolah seperti ini, un.."
"Kalian yang mempermalukanku terlebih dahulu," kata Itachi, dengan tenangnya menyorotkan pandangan mata ke orang-orang yang menatap mereka horor. Begitu beradu pandang dengannya, mereka langsung tersentak dan kembali ke urusan masing-masing. Ia menghela napas.
"Oke, tidak perlu basa-basi," ujar Sasori sambil bersidekap dengan gaya serius, "kami ingin mempertanyakan kabarnya taruhan kita itu,"
Itachi berpikir sejenak. "Ah."
"Jangan 'ah' saja dong, un!" seru Deidara sebal, berdiri dan mengibas-ngibaskan debu dari celananya. Ia mendelik. "Mana janjimu, un? Manaaaa—"
"Berisik," Sasori menangkupkan tangan ke mulut Deidara. "Biarkan yang profesional berbicara."
"Cih," pemuda itu memutar bola mata, melepaskan tangan Sasori dari mulutnya.
"Taruhan itu.. sudah tak berlaku," putus Itachi, "aku sudah punya seseorang,"
"'Seseorang' katanya, un! Maksudmu, kau memacari Hana cuma untuk membebaskan diri dari taruhan ini, hah?" tuntutnya.
"Tidak,"
"Kalau begitu, apa susahnya melakukan 'itu'? Kau juga tampaknya bukan tipe yang peduli amat soal itu. Apa gara-gara gosip Konan-chan pernah jadi pacarmu? Kita semua juga tahu kalau dari zaman purba dia pacaran sama Pein."
"Kekanakan."
"EH, kok kami yang kekanakan!" protes Deidara, "yang dulu bilang kalau 'Uchiha tidak pernah mengingkari janjinya' itu siapaaaa un? Siapaaa? He? He? HE?" tunjuk Deidara ke wajah Itachi.
Itachi menatap mereka.
...
...
...
..ia berbalik pergi.
"HEI, HEI, UN! URUSAN KITA BELUM SELESAAAAI!"
"PANTAI PANTAI PANTAI—"
"GUNUNG GUNUNG GUNUNG—"
"VILA VILA VILA!"
Teriakan dan seruan ribut yang berasal dari dua manusia berambut pirang (plus seseorang berambut pink) itu membuat banyak orang menoleh ke arah mereka dengan pandangan terganggu. Murid-murid KA yang berkunjung pun melirik sambil mengernyit, tapi kernyitan sebal itu langsung menghilang begitu melihat ada tiga murid KA lainnya.
Sasuke, Gaara, dan Sai yang seolah 'berjaga' seperti tameng di depan mereka, bersidekap sambil hanya memerhatikan pembicaraan mereka. Wajah-wajah mereka (dingin; menyeramkan; penuh senyum) terlihat jelas sebagai... orang-orang yang jauh berbeda dari orang-orang di depannya yang ribut setengah mati. Daritadi saja, gadis-gadis pada sok bolak-balik dan cari perhatian di depan mereka. Mulai dari gadis yang bekerja di stan-stan, gadis yang masih memakai kostum Maid dari Maid Cafe kelasnya, sampai yang sok sibuk membawa barang-barang ke sana ke mari.
"Kita ke vila kek... sekali-kali gitu—"
"Gunung saja, kan dingin, enak. Cari suasana baru dong,"
"Yang namanya musim panas itu ya ke pantai! Masa musim panas ke gunung—"
"..ya justru itu, kan panas, makanya kita cari yang dingin-dingin!"
"Ah, kalo mau cari yang dingin, masuk kulkas saja sana,"
"GIMANA SIH, KATANYA TERSERAH, KALO TERSERAH NGGAK USAH MAKSA DONG!" semprot Ino sebal ke Naruto.
Yang disemprot cuma cengengesan.
Ino melipat tangannya sambil terus misuh-misuh, "Aku mau tanning nih, biar kulitku cokelat. Kapan lagi kalau bukan pas musim panas?"
"Eh, kau pikirkan aku juga dong. Aku mau bikin kulit yang rada putihan nih, kalau ke pantai nanti malah tambah gosong, dattebayo!" protes Naruto, menunjuk-nunjuk ke kulitnya yang sudah tan karena sering terkena matahari.
Gadis berambut pirang itu berkacak pinggang, "Kamu itu ya, nggak bisa terima banget sih kalau kulitmu itu sudah cokelat, ya cokelat!"
"Tapi pantai kan deket bangettt," rengeknya, "namanya kan liburan, perginya jauhan dikit dong... misalnya, ke gunung!"
"Gunung itu dingin! Sekarang musim panas—kalau ke sana juga saljunya meleleh—"
"Kita kan bisa nikmatin angin..."
"NIKMATIN ANGIN, NGAPAIN KITA NIKMATIN ANGIN. NONGKRONG DI DEPAN KIPAS AJA TUH KALAU MAU NIKMATIN ANGIN,"
"Stop, stop," Sakura merentangkan tangannya, mendelik ke mereka berdua, "KENAPA KALIAN TIDAK MENDENGARKAN USULKU?"
Ino memandangnya aneh, "Usulmu apa sih?"
Sakura menghela napas tidak sabar, "Ke vilaaaaaaa—"
"Err... Sakura-chan... kalau ke vila juga punya siapa?" tanya Naruto menggaruk kepalanya.
"Iya, jidat. Usulmu tidak berguna. Balik lagi ke topik sebelumnya, mendingan kita ke..."
Alis Sakura berkedut. Ino! Ia lupa, Ino kalau sedang badmood bisa sangat menyebalkan. Sakura sudah siap-siap akan 'menerkam' Ino saat gadis pirang itu berkacak pinggang dan beralih ke tiga cowok yang sedari tadi hanya diam saja.
"Kalian juga! Dukung aku dong!" perintahnya, mendelik pada Sai yang membalasnya dengan tatapan innocent.
"A-aku ikut kalian saja I-ino-chan..."
"Terserah saja,"
"Hm."
"Hn."
"AAAARGHHHH," Ino menarik rambutnya frustrasi, "jawaban kalian tuh nggak bermutu semua tau!"
Tiga cowok itu hanya acuh tak acuh, sementara Hinata yang malang perlahan mundur dan bersembunyi di balik Sakura.
"Pokoknya, semuanya mendukungku, jadi kita akan ke pantai," putus Ino seenaknya, sementara yang lain menatapnya sweatdropped.
"NGGAK BISA! Sekali gunung, tetap gunung~"
"Vilaaaaaaa—"
"Aku punya vila."
Semua pembicaraan berhenti.
Ino menoleh ke Sasuke, "Heh?"
Sakura membelalak.
Naruto berteriak.
"HEH?"
Sasuke masih dengan santai bersidekap. Rambutnya menghalangi matanya sedikit, tapi Sakura bisa melihat jelas kalau mata itu sedang memandanginya. Sasuke hanya bergumam sesaat, "Hn."
"Oh... anu.. eh, oke..." gumam Sakura tidak jelas sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Tuh kan, pas Sakura-chan ngomong dia langsung jawab. Jawabnya cepet banget lagi. Dasar tukang pamer," cibir Naruto sebal. Sebenarnya dia juga sebal gara-gara tak ada yang mendukung rencananya ke gunung.
Jantung Sakura mendadak berdegup kencang. Ia merasakan rasa hangat di pipinya. Menunduk, memandangi sepatunya, ia merutuk dalam hati, 'Apaan sih Naruto...' sementara Inner-Sakura-nya melonjak-lonjak, ('YES! YES!).
Sasuke memicingkan mata ke Naruto dengan sebal. Mengabaikan degup jantungnya yang bertambah kencang, ia melirik sekilas Sakura yang tampaknya ogah menatapnya, 'Dia bahkan tidak menatapku. Dia nggak suka apa kalau aku yang menjawab?' Menggerutu, ia berkata, "Karena ada yang bertanya, maka aku jawab."
Mereka sama-sama melotot.
"AH! Nggak seru! Sakura-chan didukung Sasuke, Ino kan ada Sai—" Naruto berhenti, ia menatap dua makhluk yang tersisa, "AHA! Sayang sekali, aku punya DUA pendukung! Hinata-chan sama Gaara! Ha ha!" ia menarik lengan Hinata dan Gaara agar mendekat ke belakang punggungnya, ceritanya ia sedang melindungi 'tim'nya.
"Dobe. Memangnya mereka sudah setuju dengan usulmu?" Sasuke bersidekap, secara tak sadar bergerak agak dekat Sakura.
"Tentu saja! Hinata-chan, kau mendukungku kan?" yang dibalas dengan rona merah gelap di pipi Hinata. Naruto menganggapnya sebagai 'ya', dan sementara ia menanyakan Gaara...
"Gaara-kun! Kau harusnya kan dukung aku!" protes Sakura menatap mata hijau Gaara. Pemuda itu menyeringai tipis.
"AHA! Maaf Sakura-chan, tapi itu berarti Gaara jadi anggota timku!" Naruto beralih ke dua 'anggota' timnya. "Nama tim kita sekarang: NaGaaHi! Salam kita adalah: Kagebunshin no Jutsu! Hinata-chan, kodemu adalah Mata Penerawang. Gaara, kodemu adalah Pasir Menakutkan. Sementara aku," ia menunjuk dirinya sendiri, "si Raja Rubah Keren! OKE!"
Yang lain memutar bola mata.
"Di mana tempatnya?" Ino bertanya, sama sekali tidak peduli dengan kata-kata Naruto. Ia mengetuk-ngetukkan kaki ke tanah.
Sasuke menatap Ino, "Dekat pantai," katanya.
Mata Ino langsung bercahaya.
"KITA KE SITU SAJA," serunya dengan mata berbinar. "Dengan begitu, keinginanku dan Jidat terpenuhi!"
"Oi, oi," Naruto memotong, "bagaimana dengan keinginanku?"
Ino mengabaikannya, "Kau ke kutub saja kalau masih mau 'nikmatin angin',"
...Ino kalau sedang badmood memang tidak ada yang bisa melawannya.
"A-ano..." sebuah suara pelan memotong pembicaraan mereka.
Hinata melirik jam tangannya lagi sebelum berkata pelan, "A-aku harus segera ke kelas... sudah giliranku untuk bekerja—"
"Oiya, kelas Hinata-chan ngadain Maid Cafe ya?" tanya Naruto.
Ia mengangguk dengan pipi yang mulai bersemu.
"Aku pengen lihat ah! Pasti banyak makanan enak..." Naruto tersenyum lebar sambil menepuk sekilas perutnya. Hinata semakin bersemu merah, lalu ia mengangguk-angguk lagi.
Sakura buru-buru berkata, "E-eh, aku juga ikut ya,"
Ino yang turut melirik jam tangannya, berkata, "Aku mau ke kelas saja," lalu setelah melambaikan tangan, ia berbalik badan dan mendelusup ke kerumunan murid-murid.
Sakura menatap Sai, memberikannya isyarat untuk 'segera mengejar pacarmu itu'. Sai menatapnya selama beberapa detik sebelum tersenyum. Lalu, tanpa ba-bi-bu lagi ia berbalik dan mengikuti arah jalan Ino.
Naruto dan Hinata pun sudah berjalan pergi meninggalkan mereka, melewati stan demi stan dan memasuki area sekolah. Sakura menyipitkan mata saat melihat sosok mereka semakin menjauh. Ia lalu berbalik badan dan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi saat pandangannya bertemu dengan dua pemuda yang bersidekap, menatapnya dengan dua pandangan berbeda, ia menutup mulutnya lagi. Mendadak ia tidak tahu harus berbuat apa, dan memilih mengambil langkah seribu menghindari mereka.
Krik krik
Canggung sekali.
Sebelum Sasuke ingin mengatakan sesuatu, Gaara menatapnya tepat di mata dengan tajam. Ada sesuatu yang berbeda di matanya, tapi ia sudah memindahkan arah pandangnya dan berjalan dengan tenang ke arah berlawanan, seolah tidak terjadi apa-apa.
Sasuke masih menatap tempat di mana Gaara pergi.
Orang itu... terlihat seperti menilainya.
Di mana Hana.
Itu pertanyaan yang sedari tadi Itachi lontarkan di kepalanya, sementara kakinya terus berjalan mengitari koridor-koridor ramai KHS. Setiap koridor yang ia lewati terus saja penuh oleh murid-murid yang menatapnya takjub. Tapi Itachi menghiraukan semua pandangannya karena, astaga di manakah keberadaan Hana Inuzuka.
Ia tidak akan berjalan seharian dengan bungkusan takoyaki yang mulai mendingin ini di tangan. Dan ia tidak akan mau dijadikan pesuruh untuk membelikan gadis penggila anjing itu takoyaki lagi.
Dan sekarang ia sampai pada koridor di belakang sekolah, melewati deretan kelas anak kelas satu yang penuh rumbai-rumbai dan pita-pita. Banyak hiasan yang tercecer di lantai, tapi kelihatannya yang paling ramai adalah kelas dengan papan besar ber-glitter dan bertuliskan 'MAID CAFE '. Suara dentang piring dan dengungan obrolan sampai keluar. Itachi menatap pintu masuk 'cafe' itu yang penuh rumbai-rumbai warna biru dan pink.
Dari dalamnya, muncul seorang 'Maid' berseragam pink putih mini dan memakai celemek berenda, memakai bando kucing dan membawa notes serta pensil.
Hinata merunduk dari hiasan rumbai itu sambil berkata, "S-selamat datang di Maid Cafe... silakan— eh?" matanya membesar melihat sosok Itachi.
"Aa," Itachi mengangguk pelan ke gadis itu yang masih bengong melihatnya. "Apa di dalam ada Hana Inuzuka?"
"H-hana... ah! Inuzuka-senpai? A-ada..." jawabnya gugup.
"Hn," Itachi bergumam sesaat sebelum memasuki kelas-yang-ditransformasi-menjadi-cafe itu.
Rupanya di dalam lebih banyak rumbai dan pita lagi. Hampir seluruh dinding dihias dengan warna-warna terang (biru-pink-kuning-putih) dan setiap meja dihiasi taplak kuning dengan pita-pita mengelilinginya. Terdapat beberapa 'Maid' berseliweran membawa nampan ke sana ke mari, terlihat begitu menikmati karena terdapat tiga-empat cowok-cowok KA. Banyak murid cewek dan cowok yang berpacaran di situ, duduk sambil menikmati cake.
Beberapa 'Maid' yang menangkap sosok Itachi menganga, beku dalam posisi membawa nampannya. Para cowok yang melihat kejadian itu langsung buru-buru mengajak pacarnya berbicara dan memerhatikannya, tapi tidak berhasil juga karena mereka langsung terdiam melihat Itachi.
Hingga akhirnya semua diam, hanya ada denting kecil piring dengan garpu dari para cowok yang menusuk-nusuk cake-nya kesal.
Itachi berjalan menuju Hana yang sedang duduk santai sambil menikmati cheesecake strawberry. Ia duduk di sebelahnya, meletakkan plastik takoyaki di atas meja, lalu melipat tangannya dan menyenderkan punggungnya ke kursi.
Saat mereka sudah kembali ke urusan masing-masing dan obrolan kembali terdengar, Hana hanya menyuapkan sesendok strawberry dan berkata tanpa menatap Itachi, "Pasti sudah dingin."
Mendengar Itachi tidak menjawab, ia berkata lagi, "Anjing saja bisa lebih cepat darimu kalau disuruh mengantar ini padaku,"
"Bukan salahku kalau tiba-tiba kau menghilang tanpa jejak," balas Itachi tanpa ekspresi.
"Salah sendiri tidak mengikutiku," kata Hana sambil menghabiskan potongan cake terakhirnya dan menaruh garpu di piring dengan bunyi dentingan. Kemudian ia mulai membuka takoyaki itu dari plastiknya.
Ia mengambil tusukan kecil dan menggigit takoyaki itu. Setelah mengunyahnya beberapa saat, ia berkata, "Sudah dingin."
Itachi pura-pura tuli.
"Itachi..." Hana berkata dengan nada mengancam, "angetin!" serunya.
"Sudah kuduga," gumam Itachi tidak jelas. "Tidak." katanya.
"Angetin!"
"Tidak."
Saat itu, sembari mendengarkan omelan dan penjelasan panjang Hana dengan ogah-ogahan, sudut mata Itachi menangkap bayangan pink di dekat pintu. Saat ia meliriknya, ia nyaris mengernyitkan dahi. Tepat di pintu, sedang mengobrol dengan 'Maid' yang tadi ia temui, adalah seorang gadis yang... berambut pink. Aneh sekali, begitu kesan pertamanya. Dan begitu mencolok. Semakin ia perhatikan, gadis itu benar-benar terlihat aneh dan tidak biasa. Rambutnya pink dan matanya hijau, tubuhnya kecil tapi ia terlihat bisa menonjok seseorang hingga terbang. Wajahnya penuh tawa dan ceria, tapi terlihat banyak yang disembunyikan olehnya.
Aneh, pikir Itachi kembali, karena ia merasa familiar dengan gadis itu. Seperti pernah melihatnya di suatu tempat...
"Siapa gadis itu?" tanya Itachi, memotong penjelasan panjang Hana bahwa takoyaki-kalau-dingin-itu-rasanya-seperti-gurita-mati.
"—apa?" Hana mendongakkan wajah, menatap gadis berambut pink itu yang masih mengobrol dengan Hinata dan melambaikan tangan ke bocah berambut pirang oranye. "Aa, dia Haruno Sakura, adik kelasku. Kenapa? Kau naksir ya?" ia menyipitkan mata.
Itachi mendengus setengah tertawa kecil. Ia menatap Hana, dan membalas perkataannya, "Kenapa? Kau cemburu?"
Gadis itu membuang muka sebal, malah menusuk-nusuk takoyakinya. Itachi terkekeh pelan.
"Kau itu tidak gaul sekali sih, Itachi," kata Hana sambil mencibir, "seingatku dia juga berteman dengan adikmu atau bagaimana gitu. Sama bocah satu lagi—yang barusan keluar, si... Naruto,"
"Aa," kalau Naruto memang dia tahu. Bocah itu sudah menjadi rival sekaligus sahabat Sasuke sejak SMP, satu-satunya yang adiknya itu 'terima' dan diperbolehkan mengetahui seluk beluk hidupnya. Ia menyeringai tipis mengingat kelakukan bocah Uzu—ah. Aneh juga, pikirnya sembari mengingat-ingat. Padahal baru dari SMP, tapi persahabatan mereka sudah begitu kuatnya hingga tak ada rahasia lagi di antara mereka, seolah sudah berteman dari kecil.
"Lagian, kau sendiri yang SMA plus kuliah di Amerika, jadi ketinggalan banyak berita deh," ujar Hana, membuyarkan pikiran Itachi. Gadis itu melayangkan pandangan setengah heran, "Sebenarnya, kenapa sih kau balik ke Konoha?" tanyanya.
"Mungkin karena aku ingin bertemu denganmu," katanya dengan nada santai, sambil menyenderkan punggung ke kursi.
Pipi Hana berubah merah. Ia mendelik sebal ke arah Itachi, yang ditanggapi dengan kekehan pelan. Setelah puas memelototi pemuda itu, Hana memutar matanya. Ia tahu Itachi sedang tidak ingin membicarakan hal itu, dan ia tahu Itachi butuh privasinya sendiri.
Tiba-tiba, ia teringat.
"Itachi," Hana membungkusi kembali takoyaki itu, "angetin takoyakinya!"
Uchiha itu menatapnya datar selama beberapa detik, sementara Hana masih bertahan dalam posisinya. Akhirnya, Itachi berdiri dan mengambil bungkusan itu dari tangan Hana, menatapnya dengan pandangan yang semakin datar, sementara Hana menyeringai senang.
Itachi menghela napas sembari berjalan keluar Maid Cafe itu. Entah kenapa ia selalu diperbudak oleh Inuzuka satu itu. Ia, Itachi yang hebat ini. Begitu keluar, ia melirik ke kanan, secara otomatis matanya menangkap rambut pink berlari menjauh hingga menghilang dari jarak pandangannya.
Dan detik itu juga ia teringat.
Gadis itu yang ia pernah bicarakan dengan Sasuke. Gadis itu yang berada di foto yang dipajang di kamar adiknya. Gadis itu yang (sepertinya) membuat adiknya jadi orang kebingungan plus galau di kamarnya.
Buktinya?
Belum cukup lama, baru beberapa hari lalu. Itachi baru pulang dari tempat kuliahnya, hendak segera bersantai dan mengistirahatkan kepalanya yang berat. Rencananya sih ia mau mandi air hangat lalu segera tidur dengan enak. Tapi, belum juga ia melangkah barang selangkah masuk rumah, ia mendengar suara erangan tertahan.
Tadinya ia kira ada apa, mencurigakan, begitu pikirnya sembari mendekati kamar adiknya. Sejenak, tak ada suara dari dalam kamar itu, membuatnya jadi makin curiga.
Ia membuka pintu kamar itu tanpa suara, dan menaikkan alis melihat adiknya.
Sasuke...
..tidak kenapa-kenapa.
Adiknya itu sepertinya hanya ngigo saja, karena buktinya ia terlihat tertidur lelap di meja belajarnya. Itachi mendekatinya, hendak membangunkannya untuk pindah ke tempat tidur atau bagaimana, tapi mata onyxnya menangkap sebuah buku tulis yang ditimpa kepala Sasuke.
Itachi melongok sedikit, dan mendapati kalau adiknya itu sedang mengerjakan PR. Rumus-rumus matematika terpampang di atasnya, beserta soal-soal njelimet tapi tampaknya dikerjakan dengan lancar oleh adiknya, melihat buku tulis itu bersih tak ada bekas lecek hapusan.
Ia menaikkan alis kembali melihat bekas coretan di mana tangan Sasuke masih memegang pensilnya, seolah baru saja menulisnya di situ, tapi keburu ketiduran.
Coretan... tidak jelas, lampu yang tidak dinyalakan beserta langit gelap dari jendela yang terbuka juga tidak mendukung. Tapi ia bisa lihat jelas bekas coretan kata-kata itu—
S...ra.. Uc...ha...
Kata-kata yang lain tercoret.
Tulisan apaan sih ini, Itachi menatap coretan itu datar. Jelas sekali, sebelum dicoret, kata terakhir itu membentuk kata Uchiha. Tapi kata pertamanya—
Tiba-tiba Sasuke bangun. Ia bangun dengan cara tidak elit yang membuat jantung Itachi mau lompat karena kaget. Tak ada angin tak ada apa, tahu-tahu Sasuke berguling sedikit dan ngejomplang dari tempat duduknya. Terjungkal begitu saja, sudah begitu matanya langsung membelalak, gimana Itachi nggak kaget.
"Itachi—"
Buru-buru dan tanpa bicara, Itachi membantu adiknya berdiri, tapi Sasuke langsung menepis tangannya dan bangkit sendiri. Itachi masih menatapnya setengah bingung, dan hendak mempertanyakannya saat Sasuke tiba-tiba (lagi-lagi nggak ada angin nggak ada apa) langsung menyambar buku tulisnya dan membacanya. Matanya membesar, lalu ia melesat mengambil penghapus dan menghapus sebuah tulisan di buku itu bersih-bersih. Wajahnya merah padam.
Tapi bukan cuma itu saja. Seperti.. baru dua hari lalu, saat hawa di sekitar Sasuke tambah suram, lalu saat Itachi main ke kamar Sasuke dan tidur di kasurnya (kebiasaannya saat Sasuke belum pulang sekolah sementara Itachi sudah pulang, maka ia biasanya menunggu adiknya dengan cara tidur di kamarnya). Kebiasaannya itu sudah sangat dikenal Sasuke dan amat mengganggu Sasuke, ia tahu itu. Biasanya Sasuke akan langsung membangunkannya dan dengan jutek menyuruhnya untuk ke kamarnya sendiri, tapi kali itu tidak.
Maka itu saat Itachi terbangun dan membuka sebelah matanya, ia malah mendapati adiknya berada di meja belajar, terlihat termangu dan bengong—yang pasti ekspresi wajahnya sangat teramat jarang dilihat Itachi. Ekspresi itu... terlihat seolah menahan sesuatu, sebuah tatapan ingin. Seperti... mendamba. Itachi jadi penasaran dengan apa yang ditatapi Sasuke begitu seriusnya, hingga ia mengendap-endap dan tanpa suara melangkah dari tempat tidur Sasuke, dan mengintip.
Foto.
Foto Sasuke dengan kedua temannya, Naruto dan... seorang lagi ia tidak tahu. Gadis yang sempat ia goda pada Sasuke.
Itachi hanya mengangguk paham saja melihat adiknya memandangi foto itu. Mungkin dia rindu pada mereka...
(Sehabis itu Itachi mengagetkan Sasuke dengan berkata "Dor." dengan datar sambil mengguncang bahunya. Dibalas dengan Sasuke yang langsung mencak-mencak kaget.)
Masih banyak perubahan-perubahan Sasuke. Dari tiba-tiba jadi sering mondar mandir tak jelas, hawa suramnya meningkat, jadi makin jutek, pernah sekali kepergok termenung dekat jendela dengan lagu sayu yang galau mengalun di radio, dan jadi sering bengong kayak orang aneh.
Lalu ia tersadar.
Itachi menyeringai tipis. Jadi namanya Haruno Sakura...
Baru ia mulai kembali berjalan hendak melaksanakan 'titah' dari sang Ratu Hana-sama, dua suara muncul dari belakangnya.
"Halo, kawanku,"
"Ayo, teman lama, kita antarkan ke manapun kau mau pergi, ya kan un?"
Itachi menghela napas panjang.
.
.
.
Sekarang aku tidak ada kerjaan...
Sakura berjalan melintasi koridor penuh berisi murid-murid. Ia melongok-longok, siapa tahu ia bisa menemukan... Gaara atau siapa pun lah. Huh, harusnya ia ikut saja Naruto. Tapi ia sudah mengecek kelasnya, dan tidak ada sosok pirang oranye itu. Yang ada hanya sisa-sisa panggung dadakan dan hiasan-hiasan berceceran.
Ia melewati deretan kelas-kelas 2, balas tersenyum pada kakak kelas yang ia kenal, termasuk Tayuya-senpai yang mengangguk padanya. Sakura jadi teringat, tadi sepertinya ada Sasori-senpai di sini. Pasti Tayuya-senpai lagi kesenengan nih, hihihi.
Tiba-tiba..
DEG
KRR.. kruyuk...
"Uurgh..." erang Sakura setengah berjengit, mendapati rasa nyeri dari perutnya. Aduh.. tadi makan apa ya bisa jadi seperti ini..
Sementara ia berusaha mengingat-ingat tadi pagi sarapan apa, ia bergegas berlari kecil sambil menahan sakit perut dadakan itu.
Ugh, sial! Toilet... di mana sih, kok semua toilet menghilang? Toileeetttt...
Aduh duh duh, urgghh..!
Ia meringis kecil, berlari melewati murid-murid yang memandangnya heran, berteriak "Maaf!" sembari terus mencengkram perutnya. Matanya nyalang, mencari keberadaan toilet terdekat.
Duh, ini kan sekolahku sendiri! Masa aku bisa sampai lupa—"ADUH!"
Bahunya menyenggol keras seseorang. Gadis yang ia senggol terlihat kaget dan mengernyit sebal. Tapi, Sakura sudah tidak terlalu memikirkannya saat perutnya terasa melilit, ia sudah keburu berlari dan hanya sanggup menoleh ke belakang dan berteriak: "MAAF!"
Gadis itu masih mengelus bahunya, saat matanya membesar begitu melihat warna rambut penabraknya. Ia mengerjapkan mata dua kali sebelum berteriak mengalahkan suara riuh di sekitarnya.
"HEI! TUNG—"
Sakura berlari kencang, mengabaikan pekikan kecil dan protesan kaget orang-orang yang melompat begitu ia melewati mereka. Sial... ia meringis lagi, duh.. PERUTNYA INI LAGI KENAPA SIH?
EEEEHH. Wait, wait, wait, pikirnya sok inggris. Ya ampun... jangan bilang gara-gara makan manisan yang kemarin itu? Manisan... manisan pepaya. LHO, berarti sama seperti Inaho dan Isaribi dong? Berarti si Inaho memang tidak bohong! Dan si Kiba yang makan manisan mangga itu juga beneran mules!
Tiba-tiba, seolah ada pencerahan, toilet itu muncul di sudut koridor. YES! batin Sakura lega, ia bergegas memacu larinya. Untung saja... ia baru ingat ada toilet di samping Ruang Kepala Sekolah.
Bersamaan dengan itu, seorang pemuda berambut putih keluar dari toilet dan menepuk perutnya sambil bergumam puas, "Selesai..."
Mata pemuda itu kontan melebar melihat sesuatu berambut pink menerjangnya. "Oi—"
GUBRAK!
Suigetsu sampai terjengkang ke pintu, sementara Sakura yang menabraknya menatapnya dengan geregetan.
"Eh, kau..." Suigetsu menunjuk wajahnya. Tapi Sakura sudah mendorong tubuhnya dan berseru, "Minggir!"
Dia menatap dengan mata lebar saat Sakura melesat masuk ke toilet dan membanting pintu di belakangnya. Suigetsu menggaruk kepala, lalu ia membuka pintu toilet dan menyorongkan kepala ke dalam.
"Eee.. Nona, ini toilet cowok lho," katanya berbagi informasi. Tapi tidak ada suara dari salah satu bilik toilet yang ada. Suigetsu menggelengkan kepala, berpikir apa gadis tadi diculik alien atau apa. Ia melangkah masuk, lalu menggedor-gedor bilik toilet yang tertutup.
DOK DOK DOK
"Oi, ada orang di dalam?" ia terus menggedor pintunya.
Sakura yang berada di dalam hanya menggeretakkan gigi mendengar gedoran itu tidak berhenti juga. Sekarang, si cowok bego itu malah berteriak-teriak tak jelas, Sakura menggeram jengkel.
"Wooii... ini toilet cowok lho, tadi nggak ngeliat apa ada gambar orang biru di depan pintu? Woooiiii.."
"AH, BERISIK BANGET SIH KAU! SHUSH!" teriak Sakura kesal. Ia sedang sibuk di sini ya, terimakasihbanyak!
Di balik pintu, Suigetsu menyeringai, "Oohh.. jadi ada orang toh. Hei, ini toilet co—"
"Iya, iya, aku tahu! Tapi mau bagaimana lagi—akh, sudahlah!" Sakura memotong dengan pipi memanas.
Suigetsu berdecak. "Kelihatannya sudah mules sekali ya sampai-sampai kau salah masuk?"
Di dalam, Sakura sudah mengepalkan tangan, ingin menonjok cowok itu sampai ke Pluto. Duh, ngomong terus ini cowok. Nggak tahu ya, ada orang lagi dalam 'urusan'?
"Keluar kauuu, keluaaaarr DASAR MESUM!" teriak Sakura dengan pipi terbakar. Suigetsu hanya menyeringai semakin lebar, tapi menuruti permintaannya dan menutup pintu dengan santai.
...
Setelah 'urusan'nya selesai, Sakura menghela napas lega. Lega karena sakit perutnya teratasi dan lega karena tidak ada orang yang masuk lagi. Ia mencuci tangannya di wastafel, mengamati pantulan wajahnya di kaca, lalu menarik pintu keluar.
Sialnya, si pemuda berambut putih itu sedang bersender di dinding dengan seringaian lebar. Ia bersidekap dan langsung berdiri tegak begitu melihatnya keluar. Dahi Sakura mulai berkedut-kedut.
"Ah, selamat datang kembali," sambutnya dengan tangan terbuka. Sakura mendelik.
Lalu dia mengerjapkan mata.
"Kau!" tunjuk Sakura terperangah.
Suigetsu mengusap dagunya. "Siapa ya? Aku tidak kenal denganmu," katanya. Lalu saat melihat pandangan setengah bingung Sakura, ia menyeringai, "Bercanda."
"Ho-houzuki!"
Ia berdecak dengan seringai masih terplester di bibirnya. "Ya, Haruno Sakura-chan?" godanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" serunya.
"Memangnya ada larangan aku tidak boleh datang?" seringainya malas, tubuhnya kembali disenderkan ke dinding.
Sakura mengepalkan tangan. "Kalau sampai kau menceritakan kejadian tadi, akan kuhabisi kau..."
Suigetsu hanya mengoloknya dengan mengikuti ucapannya, membuat Sakura menggeram sebal.
Tak jauh dari situ, seorang pemuda baru saja berjalan ke koridor tempat Suigetsu dan Sakura sedang saling berdebat. Ia memasukkan tangannya ke kantong celana, mata onyxnya mengitari lorong itu hingga matanya terpaku. Badannya membeku seketika.
Sementara itu, seorang gadis berambut merah tampak ngos-ngosan dengan langkah kaki yang melambat. Ia bertumpu pada dinding agar tidak sempoyongan, perutnya terasa nyeri karena daritadi terus berlari tanpa tujuan. Ia mendelik pada lantai, menggerutu sendiri mengapa ia bisa begitu bodoh hingga dia bisa lolos..
Lalu ia mengangkat kepala, matanya membulat melihat pemuda tadi masih terdiam dalam posisinya. Ia menegakkan posisi, mengibaskan rok seragamnya dan berjalan menghampiri pemuda itu.
"Sasuke-kun...?"
Tapi dia tidak menjawab. Gadis itu mengikuti pandangannya, hingga ia sendiri kaku melihat dua sosok itu. Degup jantungnya, terasa... mempercepat...
Bayangan mereka—rambut putih dan rambut... pink...
Itu dia.
Dan ia melirik Sasuke lagi, yang entah kenapa terdapat sekilas kekosongan di matanya. Karin melotot marah pada mereka, dan mendapati gadis berambut pink itu menghentakkan kakinya dengan raut marah ke lantai, sebelum berjalan pergi, meninggalkan Suigetsu dengan seringai yang memperlihatkan gigi taringnya.
Karin meremas ujung roknya, matanya menyipit.
Ooohh... gadis itu tak akan bisa kabur lagi...
Dan dengan itu, ia menyusul cepat si gadis rambut pink.
.
.
Itu tadi apa. Itu tadi apa.
Jadi, gosipnya benar?
Apa yang mereka katakan—gosip dari berhari-hari yang lalu itu—gosip yang sebenarnya ia harapkan agar tidak terjadi itu, benar?
Sialan. Kenapa jantungnya berdetak keras sekali? Kenapa rasa sesaknya selalu terasa menyakitkan begini?
Sasuke tidak mengerti. Tapi yang ia tahu adalah sekarang ia sudah berjalan menuju Suigetsu dengan tangan—yang tidak sadar—ia kepal.
Pemuda berambut putih dengan kilasan biru tipis itu menyeringai melihatnya. Tangannya bersidekap sambil bersender pada dinding. Sasuke menatapnya dengan tajam. Tapi Suigetsu sepertinya tidak menyadarinya, karena dengan nada biasa, ia berkata, "Oi, Uchiha!"
"Houzuki," balas Sasuke di balik gertakan giginya.
"Jadi kau datang ke sini juga, Sasuke? Tidak takut penggemarmu tambah banyak?" kata Suigetsu santai, "oh iya, si Ketua fans-club kan di sini. Baru saja lewat tadi. Mungkin dia berniat membasmi—atau merekrut anggota baru ya?"
"Tutup. Mulut." desisnya, membuat Suigetsu menatapnya sedikit heran.
"Whoa, whoa, ada apa ini?" ia mengangkat tangannya main-main. Hal itu, entah kenapa membuat Sasuke tambah kesal.
Tiba-tiba, pintu di samping Suigetsu terbuka. Seorang wanita muda berambut pendek yang mereka kenal sebagai Shizune-sensei, keluar dari ruangan Kepala Sekolah. Dahinya sedikit mengerut, di pelukannya terdapat seekor babi yang menguik-nguik.
Begitu ia pergi, Suigetsu mengangkat alis, "Guru-guru dari KA juga ikut ke festival? Tsk tsk," ia melirik ke dalam ruangan itu yang pintunya tidak ditutup.
Brengsek. Sasuke berusaha menahan emosi di dalam dirinya, dan mencoba untuk tenang. Ia masih men-deathglare Suigetsu. Tanpa memedulikan kata-katanya tadi, ia berkata tanpa basa-basi, "Darimana kau tahu Sakura?"
Pandangan Suigetsu berubah jahil, dan ia rileks kembali. Ia menoleh ke kanan, lalu ia berkata, "Aah, sayang dia sudah pergi. Maksudmu Haruno Sakura-chan?" katanya dengan nada main-main.
Sasuke tidak suka dengan tambahan sufiks sok akrab itu. Tapi Suigetsu sudah menjawab lagi.
"Kenapa? Kau juga kenal dengan Nona-Reporter-Koran-Sekolah?"
"Kami satu SMP." tahu darimana dia kalau Sakura anggota Koran Sekolah?
"Ooh. Dia dari dulu memangnya suka menonjok orang ya?" tanyanya.
Lagi-lagi, darimana dia tahu kebiasaan emosi Sakura yang meledak-ledak itu? Kenapa dia sampai bisa tahu? Ia kira... ia kira gosip itu hanya bohongan, omongan semata. Sasuke pikir.. mereka bahkan tidak saling mengenal. Lalu apa ini? Jadi... semua itu—Suigetsu Houzuki benar-benar berkencan dengan Sakura Haruno?
Itu hak mereka untuk saling berkencan. Ia tak ada hubungannya dengan mereka. Tapi ada satu pikiran yang menyumbat telinga Sasuke akan akal sehatnya. Ada sesuatu... sesuatu yang membuatnya ingin membentak Sakura dan Suigetsu bersamaan, karena.. karena—
"Cewek aneh, tapi dia lumayan cute juga kalau dilihat-lihat. Nggak bakal kalah kalau masuk KA. Eh, tapi jangan deh, nanti dia juga ikutan masuk fans-club-mu..."
Memangnya kenapa? Tidak suka? Lagian, dia sudah dari dulu menyukaiku...
"Si Karin aneh banget, tadi dia lewat-lewat langsung memelototiku. Sudah biasa sih, tapi kayaknya dia ngejar Haruno-chan deh. Mau diburu kali ya..?"
Karin?
"..heh. Si Kapten ke mana sih? Aku mau tanya soal latihan sepak bolanya... mau bikin orang tepar ya dia—"
Pikiran Sasuke jadi tidak fokus. Semuanya terasa berputar-putar di kepalanya.
"...oi, Sasuke, kenapa sih kau?" Suara Suigetsu membuatnya tersadar. Pemuda di depannya menatapnya aneh dengan satu alis terangkat. Sasuke menegakkan posisinya dan tidak berkata apa-apa.
"Hmm... kau tahu, kau belakangan ini terlihat aneh," ujar Suigetsu mengusap dagunya. "Sepertinya... hawa suram di sekelilingmu bertambah 2 kali lipat, ha. Tapi serius... kalau kau bukan Sasuke Uchiha, sudah kubilang lagi galau deh. Tapi kau kan bukan tipe yang mellow-mellow dalam urusan cinta ya? Sama seperti Sabaku tuh. Sangar amat mukanya.. Feh, tapi kayaknya dugaanku benar. Masalah cinta kan?"
Sasuke menatapnya tajam. Melihat pandangan itu, Suigetsu malah terkekeh, memperlihatkan gigi taringnya.
"Tak kusangka kau bisa tertarik dalam urusan cinta juga, Sasuke!" ia berseru dengan nada... riang? Ia menepuk pundak Sasuke sambil menyeringai. Lalu ia menambahkan, "Apa masalahnya? Putus? Patah hati? Cemburu? Atau... dia didekati orang lain?"
Perasaan apa ini...
..
..
Lalu semuanya terjadi begitu cepat.
Entah gerak refleks atau memang karena panas di dadanya yang merambat semakin jauh, tapi yang ia tahu saat itu adalah bogem mentah dari Sasuke mendarat di rahang kiri Suigetsu. Bunyi bergesernya tulang itu dan gretak pelan, kepala pemuda itu yang terantuk dinding menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di telinga Sasuke.
Suigetsu jatuh terduduk.
Matanya membelalak, tangannya refleks meraba nyeri yang menyengat dari rahangnya yang mulai memar.
"Apa yang—"
Sasuke melemaskan kepalan tangannya. Panas di dadanya masih belum hilang, tapi setidaknya sebagian sudah lenyap, dan kepuasan menonjok Suigetsu itu terasa membakarnya.
"Yang terakhir." ia melemparkan pandangan tajam dari kedua bola matanya yang menggelap, sebelum meninggalkan Suigetsu yang masih terpuruk dan setengah bingung tentang apa yang terjadi.
Ini yang terakhir.
..to be continue..
(A/N)
Haaaai, ini udah cepet belom updatenya ehehe :p
Err... SasuSakunya... tidaaaakkkk *ngumpet dibalik udang* TAPI TUNGGU CHAPTER BERIKUTNYA HOHOHO. Hayo, apa itu maksudnya kata-kata Sasuke? 'Yang terakhir' buat apa? Eits! Berarti sekarang Karin ngejar Sakura, tapi apa Sasuke bakal ikut ngejar Saku abis nonjok Sui? Gimana dengan Gaara? Mereka bakal liburan di mana sih? Dan kayaknya ada sesuatu yang lebih penting sama si Itachi...
Ampuuunn, chap kemaren SasuSakunya kagak nongol gitu. Di sini juga dikit banget, NAH doain aja deh chapter besok bakal ada ya... :D
Mie kriting (ehehe iya udah update ^^ gyaaah, di sini udah ditambah.. tapi segini dulu gpp ya ;_; semoga chap depan bakal ada, doain ya^^), SS SK (hehehehe makasih ya :D iya nih sasusakunya seuprit -_- di sini ada kokk dikit tapiii tidaaakk.. ini udah update, apakah udah cepet?^^), Ramen panas (hehehehe makasiiih :D iyaa ini udah update ^^), Ruru (hohohoho makasih yaaa ^^gyaahh aku bukan senpaii), Kamikaze Ayy a.k.a Ayhank-chan (maafkan akuuuuu ;_; hiksu tidaaakk.. hehehe iyanih udah nyelip dikit banget lagi, *ngumpet* ini udah update :D), Chini VAN (hehehehe iya nih akhirnya T_T gyaaahh sasusakunya nyempil kok... tapi sedikit sekali noooo, eits? Di mana si typo? Udah update ^^), Uchiha Athena (gyahahaha makasih banyaaak ^^ ehe... maafkan daku tak ada sasusaku T_T hohoho iya nih si gaara :p ini udah update yaaa)
Makasih banyak buat semua yang review ^^ yang login dibales PM yaaa.
Maafkan daku chap kemaren sasusakunya ilang.. maaf ya yang ga gitu suka gaasaku ;_; bersabarlah nak, NANTIKAN CHAP BERIKUTNYA! *jreng jreng jreng*
Makasih banyak sekali lagi *hug semuanya*, boleh minta review lagi? :D