hai minna...

saya author baru disini yang sudah lama mengembara tapi baru bikin nih fanfic setelah sekian lama... hehehehe

tolong bantuan senpai sekalian yaa supaya kasih semangat ke saya biar nih fic tetep lanjut... *gubrak*

disclaimer : Bleach is Tite kubo own.

Warning : OOC, gaje... hualllaaahh!


PROMISE ME. FORGIVE ME.

" Cepat pergi. Bawa semua ini, jangan lupa berikan map kuning itu pada bibimu. Ketika kau sampai disana, bibimu akan melakukan sesuatu yang bagus untukmu. Kau mengerti…!"

" Ibu… sebenarnya ada apa ini? Kenapa tiba-tiba ibu menyuruhku pergi? Katanya ibu akan pergi bersamaku, ayah. Kenapa hanya aku sendiri?"

" Tidak ada waktu untuk menjelaskannya! Yang perlu kau tahu, kami sayang padamu. Sangat sayang. Kau tak akan mengerti untuk sekarang ini. Nah… cepatlah pergi sebelum ditemukan… ingat! Kau tak boleh menceritakan tentang asal usulmu pada orang yang sama sekali tak kau kenal. Kau paham!"

" Tapi bu–"

" Ibu sayang padamu…"

Keretapun mulai berjalan. Sang ibu sama sekali tak melangkah ketika kereta itu bergerak cepat. Gadis kecil berusia 10 tahun itu sama sekali tak paham apapun. Yang dia ingat hanyalah, tengah malam menjelang dini hari, ibunya sudah mengemasi barangnya dan membawanya kestasiun kereta terdekat.

Sebenarnya, tengah malam itu keadaan rumah megah tempat tinggal gadis itu sudah terjadi pembantaian besar-besaran. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan putri mereka hanyalah membawa kabur sejauh mungkin tanpa dikenali.

Hingga kereta itu berjalan pelan, gadis kecil itu mendengar sebuah letusan seperti kembang api yang sangat besar. Letusan apa itu?


9 tahun kemudian.

" Baiklah… aku segera disana… tentu saja… aku ingat bukan aku tak ingat… kau tahu kan dosen pengajar hari ini galaknya minta ampun…? Baiklah… ketika aku sampai nanti, kau boleh memakiku sepuas hatimu… sampai nanti…"

Gadis berambut pendek yang dipotong cukup stylish itu berjalan terburu-buru menuju halte bis. Sampai-sampai dia berkali-kali tersandung batu karena terburu-buru itu. Meski memakai sepatu sneaker, tetap saja tersandung.

Rukia menutup ponselnya. Hari ini sudah cukup sore. Mungkin hampir malam. Tapi, sepupunya dari anak tantenya yang selama ini mengurus dan membesarkannya dari umur 10 tahun itu meminta menjemputnya disebuah studio yang cukup terkenal sebagai studio pemotretan sampul majalah wanita terkenal hampir seluruh Asia. Dan sepupunya gadios berambut ungu, Senna, adalah gadis yang usianya tak terlalu jauh darinya. Hanya berbeda 4 tahun saja. Senna sudah lulus kuliah tahun lalu. Sekarang tengah fokus kedalam dunia entertainer yang sangat disukainya. Terlebih lagi, tantenya sama sekali tak melarang apapun yang disukai anak semata wayangnya itu.

Benar. Rukia sudah dirawat sejak berumur 10 tahun oleh tantenya. Dirawat penuh kasih dan sayang tentunya sangat bahagia untuk Rukia yang ditinggalkan oleh keluarganya sejak insiden itu. Rukia tak pernah menghubungi ayah, ataupun ibunya setelah dia dipaksa pergi meninggalkan kota asalnya. Rukia terus berusaha mencari dimana kira-kira keluarganya. Karena jujur saja, dia begitu merindukan keluarganya selama ini. Apalagi, tantenya sama sekali tak memberikan alasan apapun tentang dirinya. Rukia ingat betul, saat tantenya pertama kali melihatnya dan membaca map kuning yang diinginkan ibunya dilihat oleh tantenya. Dan setelah itu, tantenya merubah namanya dan identitasnya. Rukia sama sekali tak mengerti tentang itu dan sejujurnya dia butuh alasan. Tapi, lagi-lagi, jika Rukia bertanya tentang keluarganya, tantenya pasti akan mengatakan percuma saja. Dan menganggap semua itu hanya angin lalu. Rukia bertekad sekali, suatu saat nanti dia bisa bertemu kembali dengan keluarganya.

Meskipun, hal terburuk sekalipun akan dialaminya.

Kurang lebih 25 menit, Rukia sudah tiba distudio yang dimaksud oleh sepupunya. Studio itu cukup besar dengan 4 lantai. Dan katanya lagi, Senna ada dilantai 3. Sebenarnya Rukia sudah sering mengunjungi studio ini. Apalagi ketika beberapa tahun sebelum debut Senna saat ini. Rukia hampir mengenal dengan baik seluk beluk studio ini. Terbersit keinginan Rukia untuk ikut menjadi seperti Senna. Tapi lagi-lagi tanpa alasan, tantenya melarang semua ini. Kata tantenya itu akan membahayakannya. Apakah dikenal banyak orang akan membahayakannya? Kalau dipikir-pikir, memang kehidupan setelah menjadi terkenal tak pernah senyaman ketika menjadi orang biasa yang tak dikenal siapapun.

Hanya itulah alasan yang masuk akal yang diterima oleh Rukia. Tapi, melihat kehidupan Senna saat ini, rasanya, alasan itu sudah biasa. Resiko jadi orang terkenal bukan?

Rukia sampai diruangan tempat dimana Senna biasa melakukan pemotretan.

Begitu membuka pintu ruangan itu, Rukia langsung menutupnya dengan gerakan cepat seakan dia sendiri terkejut setengah mati. Apa yang sebenarnya baru saja dia lihat? Tak mungkin bukan. Bukan. Pastilah tidak mungkin. Salah lihat. Sebenarnya apa itu?

Untuk meyakinkan sekali lagi, Rukia membuka perlahan pintu ruangan itu. Mengendap-ngendap. Sebenarnya sama sekali bukan bermaksud menguping. Hanya saja, sebagai keyakinan bahwa dia memang salah lihat. Maklum saja, Rukia terlalu berlebihan akan sikapnya. Kenangan sewaktu kecil yang membuatnya terlalu takut berlebihan jika ada sesuatu yang aneh dan diluar perkiraannya.

Benar!

Didalam itu adalah 2 pria. Lihat. 2 pria. Bukan sepasang pria dan wanita. Mereka Nampak mesra sekali. Mengungkapkan dialog romantis satu sama lain. Kenapa mereka melakukannya diruangan seperti ini? Ya ampun. Sesaat kemudian, pria yang satu–pasti umurnyapun tak terlalu berbeda jauh dengan sepupunya Senna, dengan ciri-ciri lumayan tinggi, atau mungkin sangat tinggi, tidak, mungkin tingginya 170 cm. agak kurus, pakaiannya stylish sekali, dengan potongan rambut yang agak panjang untuk ukuran cowok, seleher yang dicat orange? Hah?

Atau memang itu orange. Rukia yakin itu hanyalah pewarna rambut yang memang sedang modern dikalangan anak muda. Termasuk teman-teman mahasiswanya yang suka mewarnai rambutnya dengan warna-warna yang menyilaukan mata–sedang mendekati pria satu lagi. Pria yang sedikit gemuk berisi. Memakai kemeja berwarna pink yang juga menyilaukan mata. Pria agak gemuk itu memakai kacamata dan mungkin pula, umurnya sudah lewat 30 tahun meski Rukia tak terlalu yakin, berapa sebenarnya umur pria agak gemuk itu. Ya ampun! Mereka berpelukan! Tidak!

Seketika itu pula Rukia melotot tak karuan dan nyaris berteriak, sampai pintunya bergeser dan menimbulkan bunyi berdecit yang luar biasa berisiknya. Kontan saja kedua orang itu kaget dan menoleh kearah suara. Merasa tertangkap basah melakukan perbuatan yang kurang terpuji, akhirnya Rukia berdeham sebentar dan…

" Maaf… pintunya terbuka, jadi… kukira… maaf aku tak sengaja… silahkan lanjutkan kembali…" ujar Rukia sambil meminta maaf dan menutup pintu itu kembali.

Pria yang rambutnya dicat itu menatap gugup Rukia lalu perlahan mendekatinya.

" Maaf nona… apa yang kaulakukan disini? Apa kau tadi–"

" Tidak! Aku tidak melihat apa-apa sungguh! Bahkan ketika kalian berpeluk–"

Rukia menutup mulutnya. Kenapa dia malah keceplosan seperti itu?

Merasa keadaan tak aman, Rukia segera berlari meninggalkan ruangan itu. Dan pastinya pria berambut orange itu mengejarnya. Tentunya memberikan penjelasan.


" Kenapa harus latihan disini? Pastilah nanti kita akan dianggap aneh kakak!" rutuk Kurosaki Ichigo. Penyanyi terkenal dihampir seluruh dunia. Penyanyi sekaligus actor ini, sedang menandatangi kontrak besar untuk melakukan syuting film dan konser tunggalnya dibeberapa bagian wilayah Jakarta. Sebenarnya Ichigo sama sekali tak tertarik dengan kontrak ini. Apalagi dia harus muncul dinegara tropis yang panasnya minta ampun ini. Dia lebih suka muncul dinegara 4 musim. Tapi, karena paksaan sang managernya, Kyouraku Shunsui yang menyukai Negara tropis dan wanita-wanita Asia Tenggara, wajar saja kalau ini kesempatan bagus. Mereka sama-sama bisa berbahasa Indonesia. Karena Kyouraku selalu menghabiskan liburannya dipulau Bali yang amat terkenal itu. Jika bersama staff lain, mereka biasa menggunakan bahasa Inggris, karena kebanyakan mereka adalah staff asing yang ikut dalam mengerjakan kontrak ini.

" Ayolah. Ini kan adegan romantis. Aku tahu kau tak bisa melakukan adegan romantis seperti ini. Karena itu anggap saja aku wanita. Kan tak ada orang juga…" lanjut Kyouraku.

" Ini konyol! Kenapa aku malah terjebak disini? Kalau terjadi apa-apa, tentu saja kakak yang harus bertanggung jawab!" ancam Ichigo.

" Baiklah… kau ini takut sekali… lagipula, aku sudah bilang pada staff lain untuk tidak mengganggu ruangan ini karena kau mau latihan. Kau itukan banyak maunya!" sindir Kyoraku.

" Banyak maunya? Hah? Yang benar saja. Aku hanya ingin sempurna dalam setiap pekerjaanku…"

" Sudahlah. Ini tak akan ada sudahnya kalau kau dari tadi sibuk bicara yang tidak-tidak. Cepat mulai yang mulia!"

Ichigo menggaruk kepalanya. Dia tak suka ini. Benar-benar tak suka. Kenapa harus dirinya yang melakukan acting tak normal ini. Jujur saja. Ichigo, lebih suka memerankan peran antagonis, tapi sutradara selalu menaruhnya pada pemeran utama yang berhati mulia. Menurutnya, pria dengan hati bak malaikat itu sungguh aneh dan konyol. Itu hanya untuk peran dalam film, komik, novel atau semacamnya yang berbau fiksi. Dia tak percaya pada kisah romantis.

Ichigo melakukan tugasnya dengan baik. Berusaha memerankan pria romantis dengan baik. Apalagi dia tahu benar managernya ini selalu menggodanya kalau aktingnya tak bagus. Meskipun, bagi Ichigo, Kyouraku Shunsui adalah segala-galanya. Karena hanya Kyouraku yang selalu menemaninya dimanapun dan kapanpun. Apalagi Kyouraku memang seperti kakak kandung untuk Ichigo. Hubungan mitra yang sudah berjalan hampir 7 tahun itu sejak Ichigo memulai debutnya sebagai model, actor hingga penyanyi terkenal dengan suara emas bagai malaikat.

Dia sama sekali tak mau mengecewakan Kyouraku Shunsui.

Bahkan, mungkin karena terlalu serius, Ichigo, mengabaikan pintu yang terbuka perlahan dan menutup kembali itu. Bahkan malah, Ichigo melakukan adegan romantic dengan Kyouraku seakan managernya itu benar-benar seorang wanita. Astaga.

Dan ketika bunyi berdecit yang memekakan telinga itu, barulah mereka sadar bahwa ada seseorang yang melihat mereka. Seorang gadis dengan rambut pendek diatas bahu dan poninya yang dikuncir keatas, dan penampilannya yang terlihat agak tomboy dengan kaos dan jeans panjang juga sneaker tengah melotot pada mereka. Pastilah dia memikirkan hal aneh tentang yang baru saja dilihatnya.

" Maaf… pintunya terbuka, jadi… kukira… maaf aku tak sengaja… silahkan lanjutkan kembali…" gadis itu terlihat gugup dan ketakutan. Ichigo menatap gadis itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan dia mulai menyipitkan mata tanda curiga.

" Maaf nona… apa yang kaulakukan disini? Apa kau tadi–"

" Tidak! Aku tidak melihat apa-apa sungguh! Bahkan ketika kalian berpeluk–"

Dan lagi, gadis itu menutup mulutnya. Mencurigakan. Sebelum gadis itu kabur terlalu jauh, Ichigo mengejarnya. Namun, seakan ditelan oleh sesuatu, begitu sampai didepan pintu, gadis itu menghilang. Ichigo terdiam seketika.

Rukia berusaha menemukan suaranya lagi. Yang tadi itu terlalu mengejutkan! Bagaimana bisa terjadi hal yang seperti itu?

Akhirnya setelah yakin bahwa dia salah ruangan dan akhirnya memilih masuk kedalam ruangan yang disebelahnya, barulah Rukia sadar. Ini baru ruangan Senna. Benar-benar mengejutkan sekaligus menyebalkan.


" Darimana saja kamu ini? Aku menunggumu 40 menit. Mana mungkin kau kesasarkan?" rutuk Senna yang sudah selesai dengan pekerjaannya. Senna melotot angker kearah Rukia yang tengah mengatur nafas yang memburu itu. Rukia bersandar pada dinding sebelah pintu. Dia menatap Senna yang tengah bersedekap dada didepannya.

Sebenarnya dia memang kesasar. Atau tepatnya salah ruangan!

" Ahh… tidak… aku tidak apa-apa. Hanya sedikit bingung. Mungkin karena perutku lapar ya… hahahaa" ujar Rukia salah tingkah.

" Alasanmu lucu sekali…! Baiklah hari ini kumaafkan karena aku juga lapar…"

" Oh… Senna. Jangan lupa malam ini ada acara dengan staff dari luar negeri itu ya. Tentang produksi film yang dibuat PH luar negeri…" seru seorang staff yang membereskan peralatan pemotretan itu.

" Baik…! Aku pasti datang. Jam 7 kan?" balas Senna.

Rukia masih melongo tak mengerti tentang apa yang dikatakan dan dimaksudkan oleh Senna barusan.

" Apa maksudmu dengan…" Tanya Rukia bingung.

" Aku belum bilang? Malam ini ada acara khusus yang digelar staff dan produserku. Aku kan akan main film dengan bintang terkenal mulai besok! Kau pasti akan menyukainya. Dia sangat terkenal di luar negeri. Sayangnya aku kebagian peran antagonis. Besok baru diadakan pertemuan resmi… kau ikut kan malam ini?" Tanya Senna dengan nada memohon. Bukan hal aneh lagi untuk Rukia menemani Senna kemana-mana.

" Tapi… apa aku benar-benar tidak apa-apa muncul disana? Itukan acaramu. Bagaimana kau ini…!" rutuk Rukia.

" Aku tak suka pulang dengan orang asing. Akukan sudah janji akan mengenalkan aktor itu denganmu. Kalau dia tampan, buatku saja. Tapi kalau tak sesuai selera yah… nanti akan aku coba dekatkan denganmu…"

" Yang benar saja. Aku tak suka aktor!"

Apalagi setelah melihat peristiwa barusan. Tidak!


mohon reviewnya yang berarti...

*sembah sujud 300x**pegel*