Kiro balik lagi! Kiro balik lagi! Kiro balik lagi! Nyahahahaha!

Tak terasa sudah chapter 3.

Hyah~ Kiro tak sabar nih, sama kelanjutan cerita Hisagi-kun! Sama Shiro-chan! *diserang habis-habisan sama kazeshini & Hyourinmaru*

Kiro mau Updet kilat ajah, jadi harus cepet, nyelesain ficnya! Tapi publish nya kapan belum tahu.. soalnya Kiro harus ke warnet dulu.. aduh.. Kiro lagi bokek juga.. hiks hiks..

Hisagi : Aku sudah menunggu-nunggu kelanjutan cerita abal-abal ini! cepat lanjutkan! Kalau sampai melukai Toushiro, Aku nggak akan segan-segan menggentayangimu.

Kiro : Hah, iya.. iya.. paling dicerita ini aku buat kamu nggak suka lagi sama Toushiro, selesai kan?

Hisagi : Eh? Jangan dong!

Kiro : Kiro bisa lakuin apa-apa terhadap Toushiro, jadi kau nggak usah macem-macem, duduk tenang dan ikuti alur aja.

Hisagi : 'sial nih author, menang terus..'

Kiro : Hisagi~ aku dengar semuanya!

Hisagi : eh? Hahaha.. aku kan nggak bilang apa-apa..

Happy reading! Minna! Minna! Minna!

YAOI?

Disclaimer : TITE KUBO

Pairing : HisagixHitsugaya

Warning : crackpair, YAOI, OOC, AU, Gaje, Abal-abal

Rating : T

Sumary : "Gomen.. Aku yang salah.. Sudah pergilah.. Kembalilah ke rumahmu.." suruh Hitsugaya sambil menepuk bahu Hisagi.

"Tidak. Aku yang bersalah.. bukan kamu.. Tou—"

PLAK!

Tamparan mendarat dipipi Hisagi. Hitsugaya segera berlari meninggalkan Hisagi untuk kedua kalinya.

Sebenarnya apa yang dilakukan Hisagi sehingga membuat Hitsugaya menamparnya? Apakah mungkin gara-gara peristiwa jatuh karena tadi? Atau iseng nya Hitsugaya saja?

Chapter 3

...

..

.

Hisagi memegangi dan mengusap-usap pipinya yang ditampar oleh orang yang menarik perhatiannya. Rasa sakit memukul perasaan yang ada. Semuanya telah gagal. Apa salah Hisagi sehingga Hitsugaya menampar dan meninggalkan Hisagi?

Hisagi masih diam tak bergeming. Dia kaget akan perlakuan Hitsugaya padanya. Apa yang Hisagi lakukan pada Hitsugaya hingga Hitsugaya begitu? Menampar dan meninggalkannya?

Hisagi berjalan gontai sampai rumah, tak memikirkan badannya yang basah. Begitu sampai ranjangnya dia langsung merebahkan badannya di ranjangnya. Tak memikirkan bahwa dia besok pasti sakit lagi, mungkin.

Rasa kantuk menyerangnya, iris Greynya sayup-sayup mulai memburam, lalu tak lama kemudian dia tertidur.

...

..

.

End of normal POV

Hisagi POV

Hari itu aku berjalan dengan gontai. Rasanya aku malas kesekolah. Hari-hari ini sebenarnya tinggal class meeting saja, tapi tetap saja harus tetap datang kesekolah. Hah~ aku tak tau apakah aku masih demam atau tidak. Bangun tidur pun yang kupikirkan hanyalah Toushiro. Kenapa bisa.. ah, sudahlah. Tak usah dibahas. Terkadang kepalaku masih pusing. Tak tahu, lah! Terserah.

Kulangkahkan kakiku kearah meja makan. Rambutku dingin rasanya. Ya, karena kemarin aku tidak ganti pakaian ataupun bebersih diri, langsung tertidur tanpa menutup jendela, pantas saja dingin. Aku masuk ke kamar mandiku sambil menenteng handuk kecil berwarna senada dengan iris mataku.

Selesai mandi aku segera berangkat kesekolah. Aku tak ingin makan.

Hah! Aku lupa tas sekolahku sendiri. Hahaha, aneh sekali, menggelikan. Hari ini rasanya aku malas diganggu. Malas berbincang-bincang dengan orang lain, siapapun.

Setelah aku mengambil tas ku lalu aku berangkat gontai seperti mumi atau mayat, atau apalah. Orang-orang menatapku seperti melihat hantu saja, namun aku tak peduli. Biarkan saja.

BRAK!

Aku terpelanting dan terjatuh. Pengemudi sepeda juga terpelanting, namun tidak jatuh. Barang bawaannya besi-besi bekas yang cukup berat, dan tajam, sehingga bapak itu tidak bisa menyeimbangkan barang bawaannya. Bapak itu hanya menunduk-nundukkan badannya meminta maaf. Aku hanya tersenyum tanpa arwah, maksudnya tersenyum tapi tanpa kebahagiaan di bibirku. Kurasa sakit dan memar disekujur tubuhku karena tabrakan tadi yang menyebabkan luka, banyak luka, tanpa menggubris mereka aku hanya menunduk dan melengos pergi.

Perih-perih di pipiku, lenganku, tubuhku, kakiku di bagian kanan. Ya, bapak tadi menabrak bagian kanan tubuhku secara tidak sengaja. Sudahlah, aku tak memikirkan akan menghajar atau menyakiti bapak tadi, pikiran ku kosong.

Sesampainya disekolah murid-murid disitu tetap melihatiku dengan pandangan aneh, heran, bingung, takut dan sebagainya. Aku tak menggubrisnya lalu melengos kekelasku.

Sesampainya dikelas aku langsung duduk di kursi dekat jendela yang menjadi favoritku sehari-hari kalau disekolah. Kulihat Ichigo, Rukia, Renji, Ikkaku dan Yumichika datang menghampiriku dengan tatapan khawatir.

"Oi! Hisagi! Kau tak apa?" tanya Rukia ambil membawa kotak pengobatan entah untuk siapa.

"Kau terluka! Lihatlah sekujur tubuhmu? Kau habis kecelakaan, ya?" tanya Renji sambil membawa tasnya dan menentengnya di bahu kanannya.

"Kau kenapa?" Kurosaki dari tatapan khawatir menjadi lembut. Aku tak menyadari apa-apa kok, aku tak apa.

"Aku tak apa, kok." Kataku singkat sambil mengalihkan pandanganku ke jendela.

"Kata seorang murid yang melihatmu, kau tadi bertabrakan dengan sepeda, kan?" ganti Ikkaku yang menanyaiku. Aku masih terdiam. Rasanya mulutku susah untuk digerakkan.

"Hoi! Ada berita buruk dari Toushiro!" teriak seseorang yang ternyata adalah Neliel dan Grimmjow. Mataku membelalak mendengar nama yang tak asing bagiku.

"Memang ada apa dengan Toushiro?" tanya Kurosaki mengalihkan pandangannya dariku ke Neliel.

"Anu, mereka..." Neliel terdiam, seperti tak mau mengatakannya.

"Kata seseorang yang bertetanggaan dengan Toushiro, dia kecelakaan." Sukses! Hancur hidupku! Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang dikatakan Grimmjow benar atau salah?

"Apa?" kata Yumichika kekasih Ikkaku. Neliel menganggukkan kepalanya sambil menahan isak tangisnya. Grimmjow mengelus rambut Neliel. Neliel membenamkan kepalanya di dada bidang Grimmjow.

Aku segera berlari keluar kelas, perasaan apa ini? kenapa aku yang tak merespon tapi tubuhku bergerak sendiri. Berlari dan terus berlari. Kenapa arahnya sama sekali aku tak tahu? Kulihat dari belakang Kurosaki dan kawan-kawan berlari mengejarku.

Setelah beberapa lama aku berlari, aku sampai ditempat yang agak megah. Kulihat ada keramaian disitu. Jangan-jangan itu Toushiro? Aku mendesak orang-orang yang ada disitu untuk melihat ada apa sebenarnya.

Begitu kulihat hanya ada darah-darah yang berceceran entah milik siapa.

"Siapa yang kecelakaan disini?" tanya Kira yang ternyata sudah ada disitu sambil memeluk Hinamori yang terus menangis tersedu-sedu karena takut melihat darah.

"Tuan Juushiro, Nona Unohana bersama anaknya, kalau tak salah nama anaknya adalah Toushiro Hitsugaya." Seketika aku mendengar Hinamori berteriak histeris, menangis tak henti-henti, lalu tiba-tiba dia pingsan. Aku masih termenung diam ditempat ku berdiri. Dadaku sakit sekali. Badanku melemah. Nama itu.

"Astaga! Dimana mereka sekarang?" tanya Kira lagi, orang itu menunjuk rumah sakit yang agak jauh dari sini.

Sekarang, sekarang, sekarang! Aku berlari kencang sekali, aku menuju ke rumah sakit tempat dia dibawa, dia, dia adalah Toushiro!

"Hisagi!" teriak seseorang yang suaranya sering kudengar, Kira. Aku tak menggubrisnya.

...

..

.

Sampai juga. Kakiku melangkah masuk dan berjalan dengan tidak sesuai respon dan perintahku.

Sampai. Aku berada di tempat yang bertuliskan UGD. Kudengar rintihan dirinya. dirinya? siapa?

Dengan sigap aku masuk ke ruang UGD itu. Suster-suster dan Dokter disitu kaget kemudian beberapa suster menahanku masuk dan berusaha mendorongku keluar. Kulihat wajah Toushiro mersimbah darah di dahinya. Tubuh mungilnya penuh luka.

"Maaf! Dilarang masuk! Hei! Anda juga terluka!" kata salah satu suster yang memegangiku. Tapi aku tak peduli, aku berusaha berontak untuk menyentuh dirinya. aku ingin minta maaf padanya apapun kesalahanku padanya.

"Hisagi! Sudahlah!" teriak Kira sambil menggendong Hinamori yang pingsan tadi. Tak kurasa Kurosaki dan Grimmjow menarikku hingga terjatuh. Neliel meringis dan menangis. Rukia menahan tangisnya, sepertinya. Yumichika dan Ikkaku bersender pada dinding. Renji yang datang bersama sesosok cowok tinggi dan berwibawa, dia adalah Kuchiki Byakuya yang ditelpon langsung oleh Neliel.

Aku masih memberontak. Aku ingin memukul diriku sendiri. Sebenarnya aku ini kenapa? Apa yang kulakukan pada Toushiro? Kenapa tubuhku ingin menyentuhnya dan berkata dihadapannya kata maaf? Terbesit di pikiranku sekarang.

"Hisagi!" teriak Rukia akhirnya. Aku refleks terdiam.

"Toushiro tak apa. Dia pasti baik-baik saja." Bahu Rukia bergetar hebat. Tubuhnya bergetar hebat.

"Hisagi, obatilah lukamu dahulu. Toushiro hanya ingin.. melihatmu sehat saja kok. Kemarin dia menuju rumahmu, kan?" pertanyaan Kurosaki sukses membuatku terkaget dan tersontak.

"Dia bercerita sendiri padaku. Kemarin malam dia telepon, dia bercerita bahwa dia khawatir denganmu yang tak mungkin dalam keadaan sakit begitu bisa dirumah dan melakukan pekerjaan rumahmu.." lanjut Kurosaki lagi. Aku terdiam. Dia peduli padaku?

"Dan.. kemarin katanya kau ditampar olehnya, ya? Itu bukan maksudnya.. dia sebal padamu karena dia sedang menghadapi banyak masalah... termasuk masalahmu yang tak bisa menjaga kesehatan dan teledor itu.." Kurosaki memeluk Rukia dan Rukia membenamkan kepalanya di dada bidang Ichigo. Sedikit terdengar isak tangis dari Rukia. Aku masih saja terdiam.

"Hisagi! Darah!" Renji menunjuk-nunjuk dahiku. Kupegang dahiku. Mengeluarkan darah?

"Argh!" tiba-tiba semua rasa sakit ditubuhku muncul. Mungkin tadi aku tak sadar. Dari tadi aku tak merasakan apapun. Ini baru terasa sekarang. Luka-luka akibat tadi terasa dan mengeluarkan darah. Seragamku seketika berubah menjadi merah.

End of Hisagi POV

Normal POV

"Rukia... Rukia.." kata Ichigo mengelus kepala Rukia. Rukia mendongakkan kepalanya menghadap wajah Ichigo.

"Bantu Hisagi, tolong." Lanjut Ichigo. Rukia mengangguk. Ichigo menghapus air mata Rukia dengan ibu jarinya lalu mendorong pelan rukia.

"Sini kuobati.." Rukia membalut dan menempelkan kapas disekujur tubuh Hisagi. Hisagi terus merintih kesakitan. Tak terasa luka-luka tadi langsung serasa membakar tubuhnya. Tato dimuka Hisagi berwarna merah darah. Segera diusapnya dengan kapas oleh Neliel.

"Dasar, macam-macam saja. Kalau ada masalah itu cerita saja pada kami! Kami kan temanmu! Hisagi!" kata Yumichika sambil menyeka darah yang terus keluar di kaki Hisagi.

"Terimakasih.. semuanya.." kata Hisagi sambil tersenyum.

"Hai, kawan-kawan.. maaf merepotkan.." kata seseorang cowok mungil yang berjalan keluar dengan beberapa balutan di tubuhnya.

"Tou—shiro?" kata Hisagi langsung berlari dan memeluk Hitsugaya dan tak memikirkan kain-kain yang sudah berbelit rapi ditubuhnya jadi lepas lagi.

"Ukh... Hi..sagi.. sakit..." Erang Hitsugaya kesakitan. Luka-luka dan memar tubuhnya tentu masih sakit, begitupun juga Hisagi. Mereka saling berhadap-hadapan lalu tertawa bersama.

"Gomen ya.. Hisagi.. kemarin aku menamparmu.. maksudku hany—" tak ada jarak lagi antara mereka berdua. Tidak berciuman, namun pelukan hangat yang ada.

"EHEM~" semua teman-teman mereka berdua disitu berdehem. Hisagi sontak melepaskan pelukan hangat itu. Hitsugaya cemberut. 'mengganggu saja!' batin Hitsugaya.

"Hya~~" suara itu berasal dari bibir Gin. Matsumoto membuntuti dibelakangnya.

"Ayo kita kembali ke sekolah.. guru-guru sudah mencari-cari lho.." kata Matsumoto sambil menggandeng Gin dengan mesranya.

"Iya, ayo kita kembali." Kata Ikkaku. Renji menganggukkan perkataan Ikkaku.

"Aku duluan ya, Abarai." Byakuya hendak meninggalkan Renji duluan. CUP

Ciuman singkat terjadi dari Renji dan Byakuya. Byakuya tersenyum.

"Terimakasih." Senyum hangat Byakuya sang dosen membuat Renji nyaris saja tepar.

"Tapi bagaimana dengan Kaa-san dan Tou-san? Masa aku tinggal begitu saja?" Hitsugaya terdiam lagi disitu.

"Sudahlah.. ini orang tuamu.. semuanya baik-baik saja, kok.." Hitsugaya dan teman-temannya kaget sambil menunjuk kedua orangtua Hitsugaya yang sedang duduk di ruang tunggu.

Hitsugaya segera berlari sambil terus menggandeng Hisagi.

"Kaa-san dan Tou-san tak apa kan?" Hitsugaya langsung memeluk kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya hanya tersenyum dan mengelus-elus kepala Hitsugaya.

"Hei, bocah tampan. Siapa namamu?" tanya Juushiro ayah Hitsugaya pada Hisagi.

"Hisagi Shuuhei, salam kenal." Juushiro tersenyum.

"Siapanya Toushiro?" pertanyaan dari Unohana langsung membuat Hisagi gagap ditempat. Hitsugaya memeluk lengan Hisagi.

"Dia kekasihku, sekarang. Iya kan? Hisagi?" Hisagi makin tak percaya dengan apa yang didengarnya, begitupun juga kedua orangtuanya dan kawan-kawan yang berada dibelakangnya.

"Eh... kekasihmu? Tampan sekali!" Unohana teriak gemas lalu mengusap-usap pipi Hisagi. Hisagi hanya melongo. Disetujui?

"Nggak apa, kan? Kaa-san? Tou-san? Ini orang yang kuceritakan dulu!" lanjut Hitsugaya senang.

"Maaf, ya, Nak. Waktu itu kamu dipukul oleh anak buahku karena dikira kau akan menyakiti anak kesayangan kami." Lanjut Juushiro. Hisagi masih terdiam. Sweatdrop.

"Sudah sana. Sekolah! Yang semangat ya!" kata Juushiro lagi.

"Tolong jaga anakku Toushiro, ya?" bisik Unohana cepat. Hisagi menganggukkan kepalanya.

Akhirnya mereka semua berangkat menuju sekolah dan mengikuti pelajaran disekolah dengan hukuman. Mereka dihukum karena dikiranya membolos bersama. Sekitar 13 orang. Dari Hitsugaya, Hisagi, Ichigo, Rukia, Gin, Matsumoto, Grimmjow, Neliel, Kira, Hinamori, Renji, Ikkaku, Yumichika. Sekarang mereka berada di luar ruang kelas karena dihukum.

"Oi.. Toushiro.. maksudmu tadi.." Hitsugaya tersenyum.

"Kau tak mengingatku?" kata-kata Hitsugaya sukses membuat Hisagi bingung sendiri.

"Kau Toushiro? Apanya yang tak mengingat?" Hisagi makin bingung. Kenapa kata-kata Hitsugaya tadi masih membuatnya bingung.

"Hujan deras, 2 anak kecil, sepasang mata emerald, dan sepasang mata Grey. Nggak ingat?" tanya Hitsugaya lagi.

"Eh? Emerald? Grey? Kenapa kau bisa ta—" Hitsugaya tersenyum tipis.

"Lihat mataku." Hisagi tersihir oleh iris emerald Hitsugaya, begitu juga Hitsugaya tersihir oleh iris Grey Hisagi.

"Toushiro.. ka..u.. Anak yang waktu i..tu?" Hitsugaya mengangguk. Mengiyakan pertanyaan Hisagi. Hisagi terbelalak.

"Gomen.. sudah membuatmu terluka waktu itu, gara-gara anak buah Tou-san yang disuruh untuk melukai—maksudku nyaris membu..nuhmu..." Hitsugaya menyalahkan dirinya sendiri. Dadanya perih, mengingat kejadian yang membuatnya nyaris kehilangan orang yang disukainya, bukan. Dicintainya.

"Gomen.. Gomen.. Gomenasai, Hisagi.. aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa waktu itu." Hitsugaya tambah terpuruk. Hisagi tersenyum mengerti, lalu mengelus elus puncak kepala Hitsugaya. Dia eliminasi jaraknya dengan cowok mungil didepannya. Pelukan hangat itu membuat Hitsugaya tersipu lalu berusaha mendorong Hisagi pelan.

"Tak apa.. kau tak bersalah.." Hisagi mengecup puncak kepala Hitsugaya. Hitsugaya menyenderkan kepalanya didada bidang Hisagi.

"EHEM~~~~ romantis-romantis.. tapi sadar diri dong, banyak orang disini..." Hitsugaya dan Hisagi langsung mundur saling menjauhi diri, kaget. Matsumoto terkekeh geli.

"Hyaaaaa, Ran-chan mengganggu mereka, lho?" kata Gin melanjutkan.

"Hah!Nel! Lakuin hal yang sama kayak mereka berdua tadi, yuk?" BRUAK! Tendangan penuh kasih sayang dan perhatian lebih melayang dipipi Grimmjow. Nel tersipu malu.

"Hei! Kalian itu berisik sekali, ya! Kalian mau Sensei hukum lebih parah lagi, ya?" teriak Sensei yang sebenarnya tadi tengah mengajar didalam kelas. Namun gara-gara berisiknya anak-anak diluar kelas alias Ichigo dan kawan-kawan, langsung saja sensei nya yaitu Mayuri-sensei men-deathglare disambut dengan lari nya murid-murid nakal itu.

"Gomenasai! Mayuri-sensei!" Teriak Ikkaku sambil menggandeng Yumichika berlari bersama teman-teman yang lain.

Mereka berlarian keluar dari sekolah, tentu setelah mengeroyok satpam yang masih muda itu, Hanataro Yamada-san.

"Toushiro.. Aku menyayangimu.." kata Hisagi sambil terus berlari menggandeng Hitsugaya.

"Sebatas sayang?" balas Hitsugaya. Hisagi tersenyum.

"Cinta.. Cinta sesama jenis yang menyenangkan.. baru akan dimulai.." kata Hisagi sambil menarik Hitsugaya lalu mengendongnya dengan gaya Bridal style.

~Owari~

~Omake~

"Hah.. anak-anak aneh.. Oke sekarang Kita akan mulai kemba—APA!" teriak Mayuri-sensei saat melihat ruangan kelas kosong melompong. Ternyata murid-murid yang lain keluar dari jendela kelas.

"Hei! Kembali kalian!" teriak Mayuri-sensei sambil merkacak pinggang pasrah.

...

..

.

"Oi, Toushiro.. mumpung sepi, nih. Temen-temen pada diruang tamunya Kurosaki, sedangkan Kita dikamar Kurosaki.. tahu kan? Aku tak tahan lho kalau menahan hormon-hormon dalam tubuhku yang bergejolak saat melihatmu?" kata Hisagi sambil memulai permainan dengan mencium Hitsugaya lembut tanpa persetujuan pemilik nama.

"HMPP?"

~~~Owari~~~

Kiro menyelesaikannya! Kiro menyelesaikannya! Gomenasai kalau ceritanya jelek banget. Ini dikarenakan Kiro nggak enak badan. Tapi kalau nggak buat rasanya hormon ingin membuat fic Kiro nggak tahan.

Oke! Kiro berterimakasih atas review-review.

Tapi setidaknya kenang-kenangan buat Kiro? Reviewnya dong...

Hahaha..

Arigatou Gozaimasu!

Oh ya! Kiro sebenarnya mau buat kelanjutannya dalam cerita baru, apa namanya? Kiro lupa. 'Sekuel' bukan?

Pokoknya lebih seru lagi! Kiro tunggu reviewnya ya!