Disclaimer : Alice Academy/Gakkuen Alice © Tachibana Higuchi

Rate : M

Genre: Comfort/Hurt, Romance, Horror, Humor, Action.

Pairing : Tsubasa x Luca, Tonouchi x Natsume and some of my creations yaoi couples in this story.

Spoiler Warning : Yaoi, maleXmale, Semi-Canon, Lemon, Lime, and of course Shota. Don't like Don't read!

Fic pertama ku yang di publikasikan untuk umum

Please Enjoy It!

My Sweetheart!

Udara yang begitu sunyi dan lirih membuat malam semakin terasa kesunyiannya. Suara angin yang berhembus setiap beberapa detik ketika menerbangkan beberapa dedaunan dari rantingnya membuat siapapun bergidik ketika mendengarnya. Semua penerangan di setiap kamar penghuni Gakkuen Alice dimatikan, membuktian bahwa setiap jiwa dan raga telah terlelap dalam mimpinya masing-masing.

Tidak ada lagi aktifitas di Alice Gakkuen. Itu pikiran semua orang. Tapi, tidak bagi mereka yang sedang melakukan aktivitas malamnya dibantu cahaya rembulan yang mengintip dari balik jendela.

"Tsu..baa..sshaa..senn..nhh..pai, tolong..nnngghh..henn..tikan", suaranya parau akibat rasa nikmat yang sedang melandanya.

"Apanya yang hentikan, Luca? Pembukaanya saja belum!"

Tsubasa lanjut memain-mainkan kejantanan milik kekasih hatihnya. Ia jilat, kulum dan menggigit kecil.

"Akhh...nnnggghhh...hahhh", desahan Luca semakin menggila ketika Tsubasa dengan cepat memaju-mundurkan kejantanan yang berukuran kecil itu dengan mulutnya.

Ketika dirasakan tubuh Luca yang menggeliat dan bergetar hebat, Tsubasa memasukan seluruh bagian kejantanan kekasihnya kedalam mulutnya.

"Nnnngghhh..mmhh..aahh..Tsubasa..senpai", Luca menerikan nama kekasihnya ketika cairan hangat menyembur keluar dari kejantanannya.

Tsubasa tanpa membuang-buang waktu dengan cepat mengisap seluruh cairan kenikmatan yang dikeluarkan kekasih hatinya. Menjilat kembali cairan yang keluar dari sela-sela bibirnya.

"Emmhh...sampai kapanpun kau tetap manis, Luca..".

Luca yang baru saja melepaskan ejakulasinya masih merasakan getaran sisa-sisa kenikmatan di tubuhnya. Nafasnya masih memburu. Dadanya kembang-kempis mencari O2 yang sejak tadi di dominasi oleh CO2.

Melihat tubuh mungil kekasihnya yang dibungkus kulit halus nan lembut berwarnya putih merona dan berhiaskan butir peluh keringan akibat permainan yang mereka lakukan sejak tadi, membuat nafsu birahi Tsubasa makin meningkat.

'Posisi mu seksi sekali, luca..'

Tsubasa mendekatkan wajahnya ke wajah Luca. Setiap milli jarak yang tereliminasi ia tunggu dengan sabar, demi mencapai kepuasan ketika melumat seluruh bagian mulut kekasih hatinya. Hingga akhirnya semua jarak telah tereliminasi langsung ia lumat bibir ranum itu dengan lembut. Kemudian membisikan kata-kata di telingannya, " Luca, kau sudah siap?"

"i-iyya..", Luca mengganguk kecil, tanda ia sudah siap menyatukan tubuhnya dengan tubuh pria yang sejak lama telah merebut keperawanannya tersebut.

Dikecupnya dahi Luca, sambil melebarkan kedua kaki sang kekasih. Ia menuntun kejantannanya yang sedari tadi menegang kearah lubang kenikmatan milik Luca. Dengan tiba-tiba ia melesakkan kejantannanya dalam-dalam, membuat kedua mata Luca terbelalak dan menyentakkan kepalanya.

"Uwaaaahhhh...A-ahhh...nnggghhh...aahh..aarrgghhh"

Erangan kuat keluar dari mulut mungil Luca. Rasa sakit yang dirasakan dibawah tubuhnya membuat Luca mengeluarkan air matanya tanpa bisa dibendung. Mendengar rintihan kekasihnya, Tsubasa kembali melumat bibir kemerahan Luca. Membawanya kedalam sensasi berciuman yang memabukkan, demi menghilangkan rasa sakit yang mendera kekasihnya itu.

Ketika merasakan tubuh kekasihnya yang mulai terbiasa dengan kehadiran kejantanannya, Tsubasa mulai memaju-mundurkan kejantanannya itu. Awalnya ia mainkan kejantannannya dengan tempo yang pelan. Namun, seiring dengan kenikmatan yang dilandanya akibat dinding Luca yang begitu sempit membuat ia kehilangan kendali dirinya.

"nng..akhh..entah sudah berapa puluh kali kita melakukan ini. Tapi kau tetap saja sempit, Luca.."

Rintihan dan erangan mengalir keluar. Membuat Tsubasa semakin mengila mempercepar tempo permainannya.

"nnggahhhh..hahh..aah..haa..aaahhh..ahh.." Luca mendesah.

Hentakan-hentakan tubuh Tsubasa yang begitu cepat membuat tubuh Luca tersentak karena nikmat. Ditopangnya kedua kaki Luca pada kedua pundaknya. Kemudian dengan keras dihentakan kejantannannya dalam-dalam, hingga menyentuh sweetspot milik kekasihnya. Kedua mata Luca terbelalak. Desahan keras bukti kenikmatan meluncur keluar dari mulutnya. Tsubasa tersenyum senang, melihat ekspresi Luca. Kembali dikeluarkan kejantannanya dan menghentakannya keras-keras. Ia lakukan berkali-kali, hingga desahan demi desahan Luca yang begitu menggelora membuatnya makin hilang kendali.

Tsubasa menurunkan kedua kaki Luca dari pundaknya. Melebarkan kedua kaki Luca. Kemudian merendahkan tubuhnya. Mengecup dan menjilat sekilas bagian leher luca yang penuh dengan kissmark yang ia berikan. Panas di bagian bawah tubuh kedua orang sejoli yang sedang berbagi kasih, membuat peluh keringan mengalir begitu deras dari tubuh keduanya. Nafas Luca yang memburu dan tersenggal-senggal karena permainan Tsubasa yang begitu cepat. Kedua tangannya mencengkram tubuh Tsubasa kuat-kuat.

"Aahh...nnggh...haaa...aahhh...haa...aahh...nn...haa..."

"Sebutkan namaku, Luca.." bisik Tsubasa.

Luca menelan ludah dengan susah payah karena suara menggoda itu juga tempo permainan yang semakin cepat.

"Ah…nngh…Tsuu…haa…aah…Tsu—basa…aah…nghh…haa…"

Suara Luca yang tersengal-sengal akibat tubuhnya dihantam oleh rasa nikmat. Ia merasakan pusing di kepalanya dan pandangannya mulai mengabur. Tubuh Luca mengejang hebat. Tsubasa yang menyadari hal itu semakin mempercepat tempo in-out-nya.

"Haa…ah…aah…Tsubasa…Senpai…haa…ahh...ngh...aaah…"

Luca melontarkan desahannya yang paling keras ketika cairan kenikmatannya kelular untuk yang kedua kalinya malam ini.

"Ughh...akhh..Lu-ca.."

Selang beberapa detik pun Tsubasa mencengkram dengan kuat seprei yang kini sudah acak-acakan tak berbentuk itu akibat permainan mereka yang brutal dan akhirnya menyemburkan seluruh cairan kenikmatannya kedalam tubuh kekasihnya.

Luca merasakan bagian bawah tubuhnya penuh dengan cairan hangat milik Tsubasa, satu-satunya lelaki yang ia berikan ijin khusus untuk melakukan apapun terhadap jiwa dan raganya.

Menggunakan sisa-sisa tenaganya tanpa melepas kejantannannya dari lubang kenikmatan Luca, Tsubasa menyempatkan diri untuk membalikan posisinya. Sehingga Luca dapat terlelap dengan beralaskan tubuhnya. Tsubasa menyelimuti tubuhnya dan kekasihnya, memeluknya dengan erat. Kemudian ikut terlelap setelah mengucapkan kalimat terakhir.

"Aku sayang padamu, my sweetheart..."

~ Malam Valentine hari itu, merupakan awal dari masa depan yang tidak pernah terbayangkan bagi kedua pemuda yang baru saja mengabiskan malam bersama di asrama gedung bagian SMP itu. ~

~ Two monts later ~

"Luca, kau kenapa? Mukamu pucat sekali!" ucap teman sebangkunya yang juga merupakan sahabat karibnya.

"Tidak tau, Natsume. Aku merasa lemas. Kepalaku juga pusing!" jawab Luca yang menunduk diantara kedua lengannya di atas meja.

"Kau sudah minum obat?"

Luca menggeleng.

"Sudah ke Uks?"

Luca menggeleng lagi.

"Sudah lapor si-Bayangan..?"

Lagi-lagi Luca menggeleng. (author: wahh...ini mahh Luca kena syndrome ke labing nih..geleng-geleng melulu)

Tapi, saetelah itu ia mengangkat wajahnya.

"Kau tidak tau, Natsume? Tsubasa-senpai sudah dua bulan lalu ke luar negeri melaksanakan tugas dari bagian SMP. Katanya, tiga bulan lagi baru pulang."

Namun, sesudah menjawab ia menundukan kepalanya lagi.

'Yahhh...sebenarnya aku juga mendapat tugas itu! Sejak peristiwa penyabotasean Gakkuen Alice beberapa bulan lalu kabarnya masih ada anggota Z yang tersisa. Karena itu, kami para anggota Dangerous Ability Class ditugaskan untuk membasmi mereka yang tersisa. Tapi, karena takut terjadi hal yang duluar kendali maka yang dikirim hanya dari bagian SMP dan SMA saja.' batin Natsume.

"Hufff...", desah Natsume.

'wah..wahh..dibanding luka di tubuhnya ternyata lebih sakit luka dihatinya, karena sudah lama tidak bertemu si-Bayangan itu..' Pikir Natsume.

Natsume pun ikut iba melihat kesedihan sahabat karibnya. "Oke, akan ku temani kau ke UKS.", ujar Natsume sambil menepuk pelan rambut pirang keemasan milik Luca.

"Tapi, Tonouchi-senpai bagaimana? Natsume kan ada janji dengannya!", ujar Luca memandang sahabatnya lekat-lekat.

"y-yaa..., kalau soal Tono-bodoh itu tidak penting." Natsume berusaha mengeluarkan senyumnya. Ya..ya..ya.. kelihatan sekali senyuman itu sangan terpaksa. Natsume memang baik karena lebih mementingkan sahabat dari pada kekasih. Tapi, Luca tidak ingin mengusik hubungan mereka berdua.

'Dasar bodoh! Jangan sekali-sekali kau mengganggu kebahagiaan yang akhirnya Natsume dapatkan, Luca..'

Sejak Mikan-chan pergi dari Gakkuen Alice, Natsume selalu terlihat murung. Semua orang yang berusaha membantunya keluar dari kesedihannya, selalu gagal. Tidak terkecuali dengan ku. Aku benar-benar tersiksa saat itu melihat sahabat yang kuanggap saudara ku itu tidak punya gairah untuk hidup lagi. Hingga akhirnya, semburat senyum perlahan muncul dari bibir Natsume ketika ia bersama dengannya. Seluruh perhatian yang diberikannya membuat Natsume merasa nyaman. Ya..., itulah yang dibutuhkan Natsume. 'Cinta dan kasih sayang'. Aku benar-benar berterima kasih padanya. Walau dulu aku membenci tingah mesumnya, tapi kini dia adalah orang yang paling ku hormati di dunia. Ya..., sekali lagi ku ucapkan rasa terima kasih ku di dalam hati.

'Terima kasih... Tonouchi-senpaii..'

Tanpa sadar Luca menyunggingkan senyum manisnya, membuat Natsume merasa keanehan. Natsume pun mengguncang pundak Luca pelan. Membuat Luca tersadar dari lamunannya.

"Na-Natsume, sepertinya lebih baik aku pergi ke Rumah Sakit sendiri saja."

"Kau serius Luca?", ujar Natsume khawatir. Natsume menampakan muka sedihnya.

Luca buru-buru berlari meninggalkan Natsume ketika merasakan sahabatnya yang makin khawatir itu. Tidak mau membuat sahabatnya terus-terusan khawatir kepadanya, Luca menyempatkan diri untuk berbalik dan tersenyum. "Yaa, aku serius sekali Natsume."

~Luca POV~

Kuhentikan lariku ketika kurasakan kepalaku semakin pusing. Lagi pula nafasku tersenggal-senggal karena kelelahan akibat berlari. Aku merasakan pandanganku mulai berbayang. Berbayang, bukan karena struktur bangunan Rumah Sakit Gakkuen Alice yang memang dibuat seperti labirin. Tapi, karena rasa sakit di kepala ku ini. Ku pegang kepalaku dengan kedua tangan, ketika pandangan ku menjadi samar-samar. Kurasakan tubuhku akan terhempas ke tanah dan ku persiapkan diri ketika tubuhku membentur dengan keras lantai Rumah Sakit. Ketika sudah kusiapkan diri, tiba-tiba aku merasakan tubuh ku melayang tidak jadi terbentur lantai. Entah apa yang terjadi! Aku tidak tau, karena semuanya menjadi gelap gulita dan kesadaran ku telah hilang.

~ TO BE CONTINUE~

Author : "Iiyyyyeeeeiiiiiiiiiiiiiii...!

Akhirnya selesai juga fic rated M ku yang pertama! Yahh,,, walupun baru chapter 1!

Gomen, kalo masih kacau balau and kurang memuaskan okehh..!

Tapi, Back udah berusaha sebaik mungkin agar semuanya terhibur... hufff... (author pundung dipojokan)"

Tsubasa : "Tapi, aneh. Kenapa aku di dangerous ability class?"

Author : "yaa, itu back adaptasi dari karya Tachi-san yang sebenarnya. Memang volume-nya belum terbit di Indonesia.

Tapi, nanti kau sempat dipindahkan ke Dangerous Ability class karena suatu alasan."

Tsubasa : "terus kenapa kau sudah tau?"

Author : "y-yaa... Back baca di internet."

Tsubasa : "lalu kenapa adegan sex-nya hanya sekali?"

Author : "ekhh..itu karena Back tidak tahan melihat Luca-pyon kau permainkan lebih jauh, Tsubasa!"

Tsubasa : 'tiba-tiba berjongkok dan entah menulis2 sesuatu di lantai'

Author : 'menengok ke arah tsubasa yang sedang berjongkok disampingnya dan mengeja perlahan kalimat yang ditulisnya'

" Pu-shh-uupp...se-ri-bu-ka-li...sam-bil...buu...gill.."

"E-E..EEEEEEEEE...DASSARRR...SHADOWWW...USERRR...SIALLAANNN"

Tsubasa : 'tertawa menang'

Reader : "kasihan sekali! Author yang diperbudak tokoh buatannya sendiri."

Luca : "Kenapa di awal cerita sudah ada adegan mesumnya?"

Author : "akhh..ohh..i-itu..karna permintaan khusus dari seseorang."

'Back, sedikit gemetar menjawab pertanyaan Luca-pyon. Tapi, menyempatkan diri melirik ke kiri'

Tsubasa : 'mengeluarkan deathglare'

Luca : "Siapa?"

Author : 'berpeluh keringat'

Tsubasa : 'mengeluarkan dobble deathglare + spidol'

Luca : "...", menunggu jawaban.

Tsubasa : 'berjongkok dan membuka tutup spidolnya'

Author : "KYYAAAA...TIDAKK...TAUUUUUU!", author lari tunggang langgan.

Tsubasa : "Tuhh..benar kan..spidolku isinya habis", Tsubasa menggesek2kan spidolnya di lantai.

"Ekhhh.. kemana perginya Author blangsak itu?"

Tsubasa & Luca : yasudah yang penting tolong di review ya!