Harry Potter Version Naruto

Karakter:

Harry Uzumaki

Kita akan ubah posisi Naruto dengan Harry. Pasti akan sangat unik! Harry, pemberani seperti Naruto, hanya ciri fisiknya saja yang berbeda. Di sini, Harry akan lebih suka bercanda, tapi dia juga orang yang serius.

Hermione Haruno

Untuk Hermione aku beri tokoh yang benar-benar pas untuk dia! Walaupun memakai pakaian pink, tetapi dia tidak centil. It's cool! Hermione tetap jadi anak yang pintar, kok! Seperti di Hogwarts, dia berprestasi sebagai ninja!

Ron Uchiha

Benar-benar tidak cocok, ya! Karakter kedua orang ini sangat berbeda jauh. Ron yang biasanya humoris sekarag serius layaknya Sasuke. Tapi, tenang. Aku akan ubah sikapnya menjadi lebih periang seperti biasanya. Atau jahat…

Ginny Hyuga

Walaupun nama belakang dan fisik beda jauh dengan kakaknya yang asli di dunia sihir, tetapi, dicerita ini dia punya hubungan sepupu dengan kakaknya yang masuk keluarga Uchiha itu…

Lavender Yamanaka

Si centil ini tetap centil dan kekanak-kanakan disini. Dia juga tetap suka, ehem… Pokoknya bersaing dalam percintaan dengan Hermione!

Nah, karena sudah tahu perubahan tokoh-tokohnya, kita akan mulai ceritanya, yuk! Selamat membaca… ^_^

Chapter One: Bad Boy

Tahun-tahun yang sudah lalu. Terjadi suatu bencana. Kyuubi, monster rubah berekor sembilan menyerang Konohagakure. Orang-orang panik, para lelaki berusaha mengalahkan monster itu. Tapi tak satupun dari mereka berhasil mengalahkan monster itu.

Dan datanglah seseorang, dia adalah Hokage keempat. Dia membantai monster itu dan karena tak ada jalan keluar lain, dia menyegel monster itu dalam diri anaknya yang baru saja lahir!

Penyegelan itu, merenggut nyawanya…

Beberapa tahun kemudian…

Pagi hari di Konohagakure. Suasananya yang ramai membuat desa ini seperti tak pernah ditinggalkan siapapun. Toko-toko bertebaran di sepanjang jalan. Para pembeli maupun penjual meramaikan suasana.

Kini cerita bermula dari monumen para Hokage. Wajah-wajah yang terpahat disana tampak sangat kotor. Cat dimana-mana. Wajah para Hokage berwarna-warni. Dan jika dilihat lebih dekat, seorang anak laki-laki menggunakan alat untuk memanjat tebing, membawa cat serta kuasnya, dan dia mencorat-coret monumen itu.

"Hei, berhenti, Harry!" seru Sirius-sensei dengan salah satu temannya memanggil Harry dengan susah payah.

"Aku tidak akan berhenti!" seru Harry dari atas monumen.

KRAK! Tempat berpijaknya Harry retak, dan ia terjatuh. Catnya bertumpahan dimana-mana. Kuas-kuasnya sudah lebih dahulu terjatuh ke permukaan tanah. Dengan cepat, Harry kini sudah terkapar di atas tanah.

"Ha! Kau tertangkap, Harry!" seru Sirius-sensei. "Ayo! Kau harus kembali ke akademi!"

Sirius-sensei menyeret Harry yang tampak sangat lemas.

Mereka sudah berada di dalam salah satu ruang kelas yang ada di akademi. Sirius-sensei berdiri dihadapan murid-muridnya selain Harry, yang berdiri di sebelahnya.

"Aku harap kalian tidak menirunya!" seru Sirius-sensei sambil menunjuk Harry dengan penuh arti. Beberapa anak meresponnya dengan tawa yang keras.

Harry masih berdiri di hadapan teman-temannya. Dia merasa kesal karena ditertawakan oleh sebagian besar teman-temannya. Hari ini menjadi hari paling sial untuknya.

"Kalau begitu, berbaris!" seru Sirius-sensei. Dan seluruh murid termasuk Harry yang sudah diperbolehkan bergabung dengan teman-teman yang lain oleh Sirius-sensei. "Nah, yang pertama. Hermione Haruno!"

Hermione, seorang gadis dengan rambut berwarna pink dan garis-garis coklat panjang dan sedikit bergelombang maju dengan wajah yang berseri-seri. Dia tampak sangat manis dank arena itulah, Harry amat menyukainya.

"Lakukan henge no jutsu!" perintah Sirius-sesei.

"Baik, Sensei," balas Hermione. "Henge!" serunya. Dan dalam sekejap setelah tertutup kabut sementara, dia berubah menjadi Sirius-sensei.

"Bagus," kata Sirius-sensei pelan seraya menuliskan nilai di balik clip board-nya. "Selanjutnya, Ron Uchiha!"

Seorang anak laki-laki bertubuh jangkung dengan rambut berwarna hitam dengan sedikit bercak biru tua dan mata berwarna hitam gelap maju dengan gayanya yang angkuh. Dia berseru, "Henge!" Dan ia berubah menjadi Sirius-sensei.

Sirius-sensei kembali bergumam, "Bagus." Dan menuliskan nilai Ron dibalik clip board.

"Bagus sekali, Ron!" seru Hermione dengan nada kekaguman. Tapi pujiannya hanya dibalas dengan anggukan dari Ron. Hermione memang terlalu memujinya.

"Selanjutnya, Harry Uzumaki!" seru Sirius-sensei.

Harry maju dengan perasaan yang masih saja kurang tenang. Tapi karena sedikit iri melihat Hermione memuji Ron, semangatnya mulai mengembang kembali. Dia maju dan mulai melipat-lipat jari-jarinya.

"Semoga sukses, Harry-kun," gumam Ginny dengan suara amat pelan sampai-sampai tak seorangpun mendengarnya menggumam seperti itu.

"Henge!" seru Harry. Dan kabut menyelubungi dirinya. Dia merasa tubuhnya memanjang, dan perutnya terasa lebih langsing.

Sunyi sesaat setelah Harry berubah. Sirius-sensei menganga lebar, dia seperti tak sanggup menutup mulutnya. Hermione menepuk wajah Ron yang sebenarnya berniat mentup matanya. Harry benar-benar berubah.

Kabut-kabut masih tersisa disekelilingnya, menutupi bagian dada dan pinggang sampai paha. Secara teknis, dia berubah kelamin. Rambutnya berwarna kuning memanjang dengan dan diikat menjadi dua bagian. Rasanya seperti tak tertutupi apapun.

Sirius-sensei terbelalak, sampai-sampai kedua matanya seperti mau keluar dan menggelinding di atas lantai dengan darah berceceran dimana-mana. Tapi yang terjadi, dia hanya sedikit mimisan begitu melihat Harry berubah.

"Aaaa!" jerit Sirius-sensei.

POOF! Kabut tebal menutupi Harry, dan kini dia kembali ke wujud semula.

"Hahaha! Yang tadi itu aku sebut dengan sexy no jutsu," canda Harry.

Sirius-sensei mulai naik darah. Dia sangat marah. Dan dia langsung berteriak, "Kenapa kau lakukan jurus bodoh seperti itu!"

Harry hanya tertawa kecil. Tapi karena perilakunya itu, dia dihukum. Dia harus membersihkan bekas cat pada pahatan wajah-wajah hokage. Sirius-sensei mengantarnya dengan membantu Harry membawa beberapa peralatan untuk bersih-bersih.

"Bersihkan yang benar!" perintah Sirius-sensei yang menjaga Harry dari bagian atas monumen Hokage.

Harry menggerutu, tapi dia langsung mulai membersihkan bekas cat yang berada di wajah hokage kedua yang paling dia kotori. Harry membersihkannya dengan asal-asalan sehingga Sirius-sensei menegurnya.

"Lakukan dengan benar!" seru Sirius-sensei. Dia berpikir sejenak dan kembali berkata, "Kalau kau membersihkan monument ini dengan benar, nanti malam aku akan traktir kau di rumah makan ramen."

Wajah Harry berseri-seri. Dan dia berkata dengan penuh semangat, "Aku akan membersihkan ini sampai bersih, Sirius-sensei!". Dan dia sangat bersemangat membersihkan kelopak mata hokage ketiga yang seperti baru saja diolesi maskara.

Sesuai janji Sirius-sensei, dia mentraktir Harry dengan semangkuk ramen yang besar. Harry sangat senang dan melahap ramennya dengan wajah amat bahagia.

"Nah, bagaimana? Tadi kau sudah capek membersihkan monumen, sekarang bisa santai dengan ramen, kan?" kata Sirius-sensei sambil menepuk pundak Harry.

Harry membalasnya dengan anggukan, dan tak henti-hentinya memakan berhelai-helai ramen dari mangkuknya yang besar. Setelah beberapa saat, Harry mulai bicara kembali. "Ah, enaknya. Terimakasih, Sirius-sensei,kau memang sangat tahu seleraku."

Sirius-sensei hanya tersenyum kecil dan memakan ramennya.

"Sensei, aku ingin menyanyakan sesuatu," kata Harry tiba-tiba.

"Apa? Mau satu mangkuk lagi?" tanya Sirius-sensei.

Harry menatap ikat kepala Sirius-sensei dan bertanya, "Bolehkan aku meminjam ikat kepalamu itu?"

"Oh, ini," kata Sirius-sensei seraya menunjuk ikat kepalnya. "Maaf, tidak bisa. Ini untuk perlindunganku. Kau akan mendapatkan ini besok jika kau lulus dalam ujian," ujar Sirius-sensei.

"Benarkah?" tanya Harry penuh semangat.

"Ya, tentu," jawab Sirius-sensei.

Diam sejenak, dan Harry berkata, "Sensei, bolehkan aku minta satu mangkuk lagi?"

Sirius-sensei tampak seperti menunjukan wajah tak senang. Dia meraba-raba kantungnya dan merasa uangnya tinggal sedikit. Dia berkata pada Harry, "Oh, maaf. Tidak bisa."

"Sensei," erang Harry.

"Tidak bisa, Harry!" bentak Sirius-sensei. Tapi Harry tetap melawan, dan mereka malah adu mulut di rumah makan ramen, membuat si pelayan kewalahan.

Hari itu adalah hari dimana saatnya ulangan Chunin dimulai. Harry tak mempersiapkan apa-apa. Dia hanya yakin dengan kemampuannya yang seadanya saja.

Sirius-sensei berbicara di hadapan murid-muridnya, "Hari ini kalian akan ulangan jurus meng-kopi diri sendiri. Bagi yang namanya dipanggil, silahkan menuju ruangan sebelah!"

"Huh, syukurlah," gumam Hermione yang tampak sangat santai dan tak sedikitpun ekspresi takut-takut muncul di wajahnya.

Harry tegang, dia membatin, Itu adalah jurus yang paling tak bisa kulakukan. Dia hanya bisa meratap di tempat duduknya sambil menunggu giliran namanya dipanggil.

"Uzumaki, Harry!" seru Sirius-sensei.

Harry terlonjak. Dengan takut-takut, dia menuruni undakan tempat duduk dan memasuki ruangan sebelah. Ruangan yang isinya hanya Sirius-sensei, Mizuki-sensei dan ikat-ikat kepala yang menunggu untuk dipakai.

"Ayo, Harry. Tunjukan bakatmu," gumam Mizuki-sensei yang berambut putih, tapi bukan uban. Sirius-sensei mengamati Harry lekat-lekat.

Harry bersiap, dia melipat-lipat tangannya dan mengucapkan jurusnya.

POOF! Dia berhasil mengeluarkan hasil peng-kopi-an dirinya. Tapi hasil kopi dirinya tidak benar. Tiruannya tak bergerak dan ekspresi wajahnya benar-benar aneh.

Sirius-sensei berdiri dan berseru, "Kau gagal!"

"Tidak!" jerit Harry. Wajahnya menunjukan ekspresi shock.

"Tunggu dulu, Umino," kata Mizuki-sensei yang tampaknya protes dengan hasil penilaian Sirius-sensei.

"Ta—tapi…" kata Sirius-sensei.

"Tapi menurutku dia masih bisa diberi kesempatan," sergah Mizuki-sensei. "Harry, aku berharap kau lulus."

Harry tersenyum kearah Mizuki-sensei. Sirius-sensei tampak marah dan membentak, "Kau tetap saja tidak lulus, Uzumaki! Mizuki,.." dia memalingkan wajah ke arah Mizuki-sensei, "..apa-apaan kau ini? Sembarangan meluluskan seorang anak yang memang tidak memenuhi persyaratan kelulusan! Jika kau meluluskannya dengan alasan membelanya, aku akan laporkan ke Hokage-Dumbledore. Aku tidak meluluskannya karena kasihan Harry jika dia lulus tanpa kemampuan."

"Sudahlah," gumam Harry, membuat Sirius dan Mizuki-sensei terkejut. Tidak seperti biasanya, kini Harry tampak lebih menerima keadaan. "Kalau aku memang tidak lulus, aku terima itu."

"Nah, kau memang anak yang baik dan jujur, nak," puji Sirius-sensei dan menepuk pundak Harry sekaligus mengantarnya kembali ke ruang sebelah.

Karena ketidak lulusannya, Harry hanya bisa diam. Sebenarnya di dalam lubuk hati yang paling dalam, dia ingin berteriak sambil menangis, "KENAPA AKU SEBODOH INI?". Dia hanya bisa duduk di atas sebuah ayunan yang di ayunkan oleh angin sepoi-sepoi. Teman-temannya, Hermione, yang paling disukainya, bahkan sampai Ron, yang benar-benar dibencinya sudah mendapatkan ikat kepala masing-masing. Dia sendiri, memperhatikan teman-temannya yang sedang berbicara asyik tentang ikat kepala mereka.

"Aku sangat bangga mendapatkan ini," kata suara salah satu dari mereka.

"Ibuku pasti akan selalu memujiku," kata yang lainnya.

Dan Harry melirik ke arah dua anak perempuan yang sedang mengobrol hanya berdua saja. Perempuan yang pertama berkata dengan mata melirik ke arah Harry, "Kau lihat anak itu?"

"Ya, tentu," balas temannya. "Dia satu-satunya yang tidak lulus, kan?"

"Tentunya. Bodohnya dia. Aku heran kenapa anak seorang hokage seperti itu."

"Ya, mungkinkah karena dalam dirinya ada―."

"Ssst! Itu dilarang untuk diucapkan!" bisik Si Anak Perempuan yang pertama dengan nada memperingatkan.

"Oh, maaf," balas temannya dengan sedikit perasaan menyesal.

Harry mendengar pembicaraan kedua orang itu. Sebenarnya dia sangat ingin marah dan menyeran kedua Perempuan itu. Tapi dia sadar, bahwa dia tak punya kemampuan, dia lemah, dia bodoh.

Tiba-tiba, sesuatu datang dari dalam benaknya. Dia pernah diceritakan tentang gulungan-gulungan kertas di dalam kantor Hokage-Dumbledore oleh Sirius-sensei. Gulungan-gulungan itu berisi jurus-jurus andalan. Sesuatu dalam diri Harry seperti memaksanya untuk menuju kantor Hokage-Dumbledore…

Sesuai isi batinnya, Harry menyelinap. Dia memasuki kantor Hokage-Dumbledore yang kebetulan sedang kosong. Tak ada satupun makhluk hidup di dalamnya kecuali Harry dan semut-semut yang memakan bekas potongan roti Hokage-Dumbledore.

Dia mengambil salah satu dari gulungan itu, dan langsung pergi. Tapi kaburnya Harry dari kantor terlihat oleh salah seorang shinobi yang kebetulan melewati kantor. Dia langsung melapor pada Hokage-Dumbledore berserta para shinobi yang lainnya.

"Aku melihatnya. Dia melompat dari jendela kantormu. Dan aku sangat kenal model rambutnya, kuning dan bentuknya seperti kulit buah durian," ujar shinobi itu yang membuat shinobi lain tertawa.

"Apa yang lucu?" tanya Hokage-Dumbledore serius.

Para shinobi diam dan mendengarkan perintah yang akan diberikan oleh Hokage-Dumbledore.

Hokage-Dumbledore mendeham dan berseru dengan suaranya yang serak, "Aku memerintahkan kalian semua untuk mencari Harry Uzumaki yang telah mencuri salah satu gulungan dari dalam kantorku. Kalian harus berpencar. Cari dia sampai ketemu dan ambil gulungannya. Ingat! Aku tidak memerintahkan kalian untuk menghukum atau menyiksanya, mengerti?"

"Mengerti, Hokage-Dumbledore!" jawab para shinobi dengan nada tegas. Dan mereka berpencar. Mencari-cari ada dimanakah Harry dengan gulungannya?

Sementara itu, Harry berlari dan melompat ke arah hutan. Bersembunyi dan membuka gulungan yang berhasil dicurinya. Dia berhenti di dekat sebuah pohon yang cukup tinggi lebat dan dikelilingi pohon-pohon yang lain. Kini, dia sudah menemukan tempat yang tepat.

"Apa, ya, isi gulungan ini?" gumam Harry sambil menerik gulungan itu dari punggungnya. Dia membukanya dan mulai membaca jurus pertama, "Kagebunshin No Jutsu, kloning bayangan. Oh, ya ampun! Ini jurus yang paling tidak bisa aku kuasai."

Sementara Harry berada di hutan, Sirius-sensei adalah shinobi yang mencari Harry paling bersemangat. Dia khawatir Harry malah akan terkena musibah saat mencoba-coba beberapa jurus dari gulungan yang dicurinya. Dia berseru, "Harry! Harry! Dimana kau?". Dan pikirannya tertuju pada hutan. Dia mencari Harry di hutan.

Sedangkan Mizuki-sensei, dia diam-diam mengikuti Sirius-sensei. Dia bergumam dengan suara amat pelan sambil melompati pepohonan, "Kau akan kutemukan, Uzumaki. Akan kubunuh kau!". Entah apa yang ada dalam pikiran Mizuki-sensei yang berniat membunuh Harry.

Kembali ke bawah pohon yang besar, Harry mencoba jurus yang paling pertama dibaca. Tapi dia tak berhasil. Berulang kali dia mencobanya, tapi tak kesampaian.

"Ha! Kena kau!" seru seseorang dari salah satu cabang pohon. Mizuki-sensei berdiri dengan mantap di atas cabang itu.

"Ah, Mizuki-sensei!" jerit Harry. "Apa yang—oh, tolong, jangan beritahu siapa-siapa!"

"Tenang saja, Harry. Aku tak akan memberitahu siapapun, termasuk Sirius-sensei dan Hokage-Dumbledore," ujar Mizuki-sensei dengan nada santai.

"Oh, syukurlah. Terima kasih Mizuki―," kata-kata Harry terputus saat seorang shinobi lagi datang dan dia adalah Sirius-sensei.

"Mizuki, bagus. Kau sudah dapatkan Harry!" seru Sirius-sensei.

Mizuki-sensei terkikik. Dan dia berkata dengan nada licik, "Heh, siapa yang mau menyerahkan Harry kepadamu, Umino? Dan siapa peduli dengan perintah Hokage-Dumbledore yang tidak penting itu? Haha…"

"Kau!" bentak Sirius-sensei. "Harry, kembalikan gulungan itu!"

Harry bimbang antara menyerahkan gulungan hasil curiannya atau tetap mempertahankan gulungan itu dalam genggamannya. Jika dia menyerahkannya, mungkin dia akan terbebas dari banya hukuman. Sedangkan jika dia tidak mengembalikan gulungan itu, dia mungkin akan mendapat masalah besar.

"Harry, sudahlah, ambil saja. Itu berguna agar kau bisa mengendalikan dirimu!" seru Mizuki-sensei.

"Jangan, Harry! Jangan! Kalau coba-coba buka gulungan itu lagi, kau akan dapat masalah!" seru Sirius-sensei dari sisi lain.

"Diam, kau, Umino!" bentak Mizuki-sensei. Dia mengeluarkan beberapa shuriken dan melemparnya ke arah Sirius-sensei.

Pundak, tangan dan kedua kaki Sirius-sensei tergores shuriken-shuriken itu. Dia tertancap di sebuah bangunan kecil yang berada di dalam hutan itu. Dia berteriak, "Lari, Harry! Lari!"

Harry berusaha untuk lari, tapi jalannya dihalangi api yang dimunculkan oleh Mizuki-sensei. Dia terjebak, tak bisa berkutik lagi.

Mizuki-sensei mendekatinya dan berkata, "Kau bukanlah anak biasa, Harry. Keluarkan emosimu, keluarkan!"

"Tidak! Jangan lakukan apa yang diperintahkannya, Harry!" seru Sirius-sensei yang kesakitan. "Mizuki, jangan coba-coba beritahu dia!"

"Beritahu apa?" tanya Harry dengan keras. "Apa itu ada hubungannya dengan sesuatu yang membuatku dijauhi orang-orang?"

"Ya, tentu saja! Kau bukan anak biasa, karena itulah orang-orang takut dan menjauhimu. Dan kau, kerjamu hanya menarik perhatian mereka, bodohnya!" kata Mizuki-sensei. "Sekarang, aku akan membunuhmu karena aku akan dipuji banyak orang di desa ini jika aku membunuhmu!"

"Apa salahku!" jerit Harry. "Apa karena aku jahil? Baik, aku bisa perbaiki sikap itu. Tapi tolong, jangan bunuh aku!"

"Oh, sebenarnya bukan itu alasan sebenarnya, Harry," kata Mizuki-sensei dengan licik. "Kami semua, seluruh penduduk desa ini menyimpan sebuah rahasia tentang dirimu itu! Kau setan!"

"MIZUKI!" seru Sirius-sensei yang merintih kesakitan. "JANGAN COBA-COBA BERITAHU HAL ITU!"

"Oh, siapa yang akan menuruti perintahmu itu, Umino? Haha, sekarang aku akan katakan. Harry, kau adalah…"

"Apa? Ayo cepat katakan!" seru Harry dengan nada amat penasaran.

"Kyuubi!" seru Mizuki-sensei.

"Mizuki! Kau melanggar!" bentak Sirius, saking kesatinnya dia sampai meneteskan air mata.

"K—kyuubi?" kata Harry dengan nada penasaran. "T—tunggu, aku pernah dengar itu sebelumnya."

Mizuki-sensei tertawa licik, dan dia berkata, "Bodohnya kau jika tak tahu tentang Kyuubi. Kyuubi adalah monster—eh—atau mungkin setan rubah berekor sembilan! Kau dengar itu? Setan! Monster! Rubah! Berekor sembilan!"

Harry ternganga ditengah kobaran api yang berukuran sedang. Dia seperti menyadari sesuatu. Setiap saat, dia dianggap sebagai anak yang jahil, kurang perhatian dari orangtua (karena dirinya saja sudah tak punya orangtua), dan ternyata, di dalam dirinya ada, monster…

"Mizuki! KAU KETERLALUAN!" seru Sirius-sensei. "Harry, aku berharap, kau bisa lawan dia!"

Tiba-tiba sesuatu memaksa Harry untuk menghajar Mizuki-sensei habis-habisan. "Tenang saja, Sirius-sensei. Aku punya jurus andalan yang baru saja aku pelajari," kata Harry penuh semangat. Walaupun dia sebenarnya belum bisa menguasai jurus Kagebunshin No Jutsu, dia tetap berusaha, dan kini, ia mencobanya, "Kagebunshin No Jutsu!". Seribu bayangan Harry muncul dimana-mana. Mereka berekspresi persisi seperti Harry.

"Wah," gumam Sirius-sensei.

"Haha, hanya kloning bayangan, itu tidak hebat, nak!" tawa Mizuki-sensei. Mizuki-sensei memperbesar api yang mengelilingi Harry.

"Harry! Lakukan jurus—eh—jurus yang kau pakai saat aku suruh menggunakan Henge No Jutsu!" seru Sirius-sensei.

Harry ingat, jurus itu. Jurus yang mungkin menjadi jurus ampuh untuk melawan musuh laki-laki. Ya, itu adalah jurus terbaik untuk menyerang Mizuki-sensei. Dia berbisik, "Henge!"

Kepulan kabut menutupinya. Dan dalam sekejap, semua Harry yang berada di dalam hutan berubah menjadi seorang perempuan, cantik, walaupun dengan bekas luka seperti kumis kucing di pipi kanan dan kiri. Mizuki-sensei terbelalak, ekspresinya lebih parah daripada Sirius-sensei saat melihat Harry menggunakan jurus itu (untungnya saat itu Sirius-sensei pingsan sebelum para Harry berubah)…

Tampaknya tragedi itu membuat Mizuki-sensei akan dibawa ke rumah sakit jiwa, dia menjadi gila setelah melihat hasil jurus Harry. Sirius-sensei mulai sadar dari pingsannya. Dan dia berkata pelan pada Harry selama beberapa shinobi datang membawa Mizuki-sensei yang malang, "Harry, aku kagum dengan jurusmu itu. Karena itu bukanlah jurus yang mudah, aku akan―," dia mengorek isi kantungnya. "Memberikan ini."

Sebuah ikat kepala tergeletak di atas telapak tangan Sirius-sensei. "Kau dinyatakan lulus, Harry. Aku yakin Hokage-Sama setuju denganku," ujar Sirius-sensei

Seakan tak percaya, Harry menampar dirinya sendiri. Dan dia merasa sakit, ini bukanlah mimpi, dia berhasil, dia lulus. Dia bisa mengikuti kelas selanjutnya! Dengan senang hati, dia mengambil ikat kepala itu dan menggunakannya sebagai pengganti kacamata plastiknya.

"Umino! Sini! Jangan biarkan luka-lukamu infeksi!" serus salah seorang shinobi.

Sirius-sensei menghampiri orang itu dan dia diobati. Harry senang, rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya karena berhasil lulus.

"AKU LULUS!" seru Harry, membuat para shinobi terkejut…

NB: maaf kalau ada kesalahan (males koreksi), tolong di review.