Langit telah menampakan kelamnya. Sang rembulan dan hamparan bintang mengisi kekosongan langit malam dengan berbagai bentuk rasinya. Para serangga malam bersuara untuk mengisi kesunyian pada malam yang cerah tersebut.

Seorang gadis manis tengah menopang dagu pada kusen jendela kamarnya sambil menengadah untuk menyaksikan kerlipan bintang di hamparan langit. Rambut merah muda sepunggungnya berkibar diterpa angin malam yang dingin namun menyejukan.

"Andai aku seperti bintang. Yang selalu setia bersahabat dengan bulan. Selalu bersama di setiap malamnya," gumamnya yang masih enggan untuk mengalihkan Emeraldnya dari hamparan bintang. Sakura—gadis tersebut—menggelengkan kepalanya cepat. Mencoba menepis semua hal yang akhir-akhir ini selalu menyelimuti pikirannya.

"Sebaiknya aku masuk. Angin malamnya terlalu dingin," ujarnya kemudian menutup kaca jendela kamarnya perlahan. Ia hampiri kursi belajarnya, mendudukan diri dan menyenderkan punggungnya diiringi helaan nafas. Biasanya jam segini gadis itu mengerjakan tugas sekolah ataupun menghafal karena besok ulangan. Namun, kini ia merasa tidak mempunyai aktivitas sama sekali. Bosan. Ia lirik jam yang bertengger pada dinding kamarnya.

19.35

"Hhh.. mungkin membaca buku bisa sedikit mengurangi kebosananku," gumamnya kemudian meraih sembarang buku dari rak bukunya dan mulai membacanya.

Diseberang kamarnya, tepatnya kamar sahabatnya, seorang pemuda terus menggeram kesal. Rambutnya sedikit acak-acakkan. Kejadian beberapa menit yang lalu membuat hatinya panas dan benar-benar kesal.

Flashback

Sasuke memutar bola matanya bosan. "Hmm.. Ino sedang sibuk tidak ya?" tanyanya sendiri. "Aku coba telepon saja," lanjutnya kemudian meraih Handphonenya yang tergeletak di meja belajarnya dan mulai menghubungi kekasihnya tersebut. Tak lama terdengar suara sapaan dari seberang.

"Iya, Sasuke, ada apa?"

"Kau sedang sibuk tidak?"

"Memang kenapa?"

"Aku sedang bosan. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kau mau?"

"Err.. maaf Sasuke, aku tidak bisa,"

"Tidak bisa? Kenapa?"

"Aku… sedang berada di toko lukisan bersama… Sai. Aku sudah janji mau menemaninya,"

Sasuke terkejut. Ino, kekasihnya, sedang menemani cowok lain tanpa sepengetahuan dirinya.

"Kau… sedang bersama dengannya?"

"iya. Maaf ya, Sasuke. Aku tidak bisa menemanimu,"

"Kenapa kau tidak izin dulu denganku?" tanya Sasuke mulai geram.

"Memang setiap aku mau pergi dengan orang lain aku harus minta izin dulu denganmu?"

"Aku ini kekasihmu,"

"Bukan berarti kau manajerku kan, yang harus tahu kemana aku pergi dan dengan siapa aku pergi? Kau ini kenapa sih?"

"Aku tidak suka kau dekat dengannya. Mengerti!" bentak Sasuke.

"Aku dan dia hanya berteman, Uchiha Sasuke. Kenapa kau sensitif sekali sih? Aku tidak suka kau atur!" Ujar Ino sedikit membentak dengan penekanan pada kalimat 'Uchiha Sasuke'.

"Kau. Itu. Kekasihku. Dan aku tidak suka kau berhubungan dengannya!"

"Sasuke, aku sudah bilang. Aku dan dia hanya berteman!"

"Tapi kau akrab kan dengannya? Atau jangan-jangan kau bermain di belakangku?"

"Apa maksudmu? Kenapa kau berfikir seperti itu sih? aku tidak suka kau tuduh seperti itu!" Bentak Ino.

"Tapi itu benar kan? Sudahlah kau mengaku saja. Aku dapat melihat dari keakrabanmu dengannya,"

"Kau itu kenapa sih? Jangan menuduh orang sembarangan kalau kau tidak mempunyai bukti!"

"Sudahlah, aku capek berdebat denganmu. Nikmati saja acaramu dengannya. Aku tidak akan mengganggu,"

"Aku benci denganmu! Kita putus!"

"Oke! Bukankah dengan begitu kau bisa lebih bebas mendekati dia?"

"Arrgghh!"

Setelah pertengkaran yang cukup panjang dan menguras segala emosi, Ino dengan lantangnya mengucapkan putus pada Sasuke dan segera mematikan Hpnya. Begitupun dengan Sasuke yang sudah terbakar amarah karena kedekatan Ino dengan Sai.

End flashback

"Arrggh!" teriak Sasuke frustasi. Ia mengacak-acak rambut pantat ayamnya. Ia menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan agar suasana hatinya bisa lebih tenang. Ia hampiri jendela kamarnya, membuka kacanya, mengambil beberapa kerikil dan melemparkannya ke arah kaca jendela kamar Sakura.

PLUK

Sakura yang mulai serius membaca terkejut saat kaca jendelanya terketuk. Ia tutup buku yang baru ia baca dan bangkit menghampiri jendelanya. "Sasuke?"

"Sakura, kau sedang sibuk tidak?" tanya Sasuke. Sakura menggeleng. "Tidak,"

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, tapi aku tidak bisa menceritakannya disini," ujar Sasuke. Sakura nampak sedang berfikir. "Bagaimana kalau ke taman belakang saja? Lagipula dari sana kita bisa melihat langit secara luas" usul Sakura. "Ide bagus," tukas Sasuke kemudian langsung menutup kembali kaca jendelanya. Sakura merenggut kesal kemudian melakukan sama apa yang barusan Sasuke lakukan.

"Bu, aku keluar sebentar ya," pamit Sakura. Selang beberapa detik balasan terdengar dari arah dapur. "Iya, tapi pulangnya jangan terlalu malam!". Sakura mengambil jaket dan keluar untuk menemui Sasuke di taman belakang yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

*MBFIML*

Di sebuah taman indah dengan sungai kecil yang mengalir juga suara gemericik airnya. Dari taman tersebut kita dapat melihat langit yang cerah dengan luasnya dan bulan sebagai penerang taman tersebut. Sunyi. Ya. Sunyi menyelimuti kedua remaja yang tengah duduk di bangku taman tersebut. Tapi nampaknya, sesuatu telah membuat kesunyian itu lenyap.

"Apa? Kau putus dngan Ino?" teriak Sakura terkejut atas penuturan sahabatnya barusan. Ia benar-benar tidak percaya Sasuke dan Ino telah mengakhiri hubungan mereka.

"Ya, aku dan dia sudah putus," ujar Sasuke datar sambil menerawang langit. Sakura yang masih belum luput dari keterkejutannya kembali bertanya. "Memang kenapa? kenapa bisa putus? Apa yang menyebabkan kalian mengakhiri semuanya?" tanya Sakura beruntun. Terdengar Sasuke sedikit menghela nafas dan mulai menjawab. "Ku rasa ia sudah memiliki cowok lain di hatinya selai aku," jawab Sasuke dengan nada yang masih terbilang datar. "Cowok? Siapa?" tanya Sakura heran. "Sai," jawab Sasuke. Sakura nampak berusaha mengingat nama cowok tersebut. "Oohh, cowok yang waktu itu buat kau cemburu di kantin sekolah?" tanya Sakura. Sasuke hanya mengangguk dan sesekali ia meneguk minuman kalengnya yang sedari tadi ia genggam. Sakura menghela nafas sejenak kemudian menepuk punggung sahabatnya. Barusaha memberi semangat. "Menurutku, kau itu sedang terbakar emosi makanya dengan mudahnya kau menuduh Ino yang tidak-tidak," ujar Sakura.

Sasuke menggeleng. "Tidak, Sakura. Aku yakin mereka itu sudah sangat akrab dan-"

"Kau tidak boleh berfikir negatif seperti itu, Sasuke. Aku tahu kau cemburu dan kesal jika Ino dekat juga akrab dengan Sai. Tapi, bukan berarti kau langsung menuduhnya seperti itu," potong Sakura. Sasuke terdiam memikirkan perkataan Sakura. "Kau itu terlalu sensitif. Tidak seharusnya kau menuduhnya seperti itu," lanjut Sakura.

Sasuke menoleh. Menatap wajah cerah sahabatnya. "Lalu, aku harus bagaimana?" tanya Sasuke. Sakura terkekeh geli melihat ekspresi Sasuke yang terlewat Innocent itu. "Tentu saja kau harus minta maaf padanya. Dan bilang kalau kau tadi sedang terbakar emosi dan langsung menuduhnya yang tidak-tidak," jawab Sakura yang diiringi senyuman dukungan. Sasuke menunduk memperhatikan rumput yang ada di bawahnya. "Bagaimana kalau… ia tidak memaafkanku? Jujur. Sebenarnya aku sangat menyayanginya," ujar Sasuke dengan nada sedih. Mendengar itu, Sakura tersenyum maklum namun sedikit miris. "Aku yakin, dia bisa memakluminya. Dia itu sudah dewasa," ujar Sakura. "Kejar dia sebelum kau menyesal," lanjutnya. Sasuke menengadah menatap Sakura lalu tersenyum manis. "Terima kasih," ujar Sasuke.

Ditatap seperti itu membuat wajah Sakura blushing tak karuan. Segera ia alihkan pandangannya dengan jantung yang bedegup kencang.

Hening.

"Hei, lihat! Bintang jatuh!" ujar Sasuke sedikit berteriak sambil menunjuk ke arah langit. Sontak Sakura mengikuti arah tunjukan Sasuke. "Ayo buat permohonan," ujar Sakura kemudian menutup matanya dan mengatupkan kedua tangannya begitu pula Sasuke.

1 menit..

2 menit..

3 menit..

"Selesai!" ucap Sakura setelah 3 menit membuat permohonan. Sasuke ikut membuka matanya dan kembali menatap langit.

"Baiklah, aku menunggu," ujar Sasuke tiba-tiba. Sakura menaikan sebelah alisnya bingung. "Menunggu?" tanyanya. Sasuke mengangguk kemudian menoleh ke arah Sakura. " Menunggu kau untuk cerita," ujarnya. Sakura semakin bingung dengan maksud Sasuke. "Aku? Cerita?" tanyanya seraya menunjuk hidungnya dengan jari telunjuknya. Sasuke mengangguk. "Aku ingin mendengr cerita yang selama ini kau ceritakan pada Gaara," tukas Sasuke. Sakura terkejut. Kedua matanya melebar dengan sempurna. "Aa…" gumamnya gugup. Ia lirik Sasuke yang sedari tadi menunggunya bercerita. 'Duh! Bagaimana ini?' batinnya. "Err.. m-maaf Sasuke, a-ano.. aku.. tidak bisa menceritakannya.. padamu," ujar Sakura gugup seraya mengulun-ulun ujung jaketnya. Alis Sasuke mengkerut. "Kenapa?"

Sakura semakin bingung harus menjawab apa. "Emm.. ya.. aku tidak bisa," jawab Sakura seadanya. "Ya tidak bisa kenapa?" tanya Sasuke yang mulai emosi. Sakura menggigit bibir bawahnya dan menggaruk belakang kepalanya bingung. "Aku.. memang tidak bisa menceritakannya padamu, Sasuke. Karena ini.. masalah yang seharusnya tidak kau ketahui," jawab Sakura. Wajah Sasuke berkerut tidak suka dengan jawaban Sakura. "Aku ini kan sahabatmu, kenapa aku tidak boleh tahu tentang masalahmu?" ujar tanya Sasuke dengan nada dingin dan terdengar tidak suka. Sakura semakin terpojok oleh pertanyaan-pertanyaan Sasuke. "T-Tapi-"

"Ohh, jadi maksudmu hanya Gaara yang boleh mengetahui masalahmu? Sementara aku? Sahabatmu? Tidak boleh mengetahuinya? Gitu?" potong Sasuke dengan sedikit membentak. Sakura melebarkan matanya dan menggeleng cepat. "Bukan! Bukan itu maksudku, tapi-"

"Apa? Tapi apa? Kau tahu? Aku tidak suka kau akrab dengan Gaara, mengerti!" ujar Sasuke membentak. Kini giliran alis Sakura yang mengkerut tidak suka. "Memang kenapa? dia temanku. Dan aku senang berteman dengannya. Apa maksudmu melarangku?" tukas Sakura yang kini nada suaranya meninggi. Terdengar Sasuke mendecih kesal. "Kau mau tahu kenapa? kalau kau akrab dengannya itu berarti kau tidak menganggapku sebagai sahabatmu, Sakura!" bentak Sasuke. Di bentak seperti itu membuat Sakura tertunduk. Tidak berani menatap sang onyx yang penuh amarah dan memilih diam dengan mata yang mulai di penuhi kristal bening.

"Kau tahu? Selama ini aku tidak suka jika melihatmu akrab dengannya karena aku merasa kau lupakan!"

"…"

"Dan itu terbukti saat aku meminta kau bercerita tentang masalahmu dan kau tidak mau meceritakannya!"

"…"

"Dan ternyata… kau malah menceritakannya pada Gaara! Kenapa kau tega mengkhianatiku sebagai sahabatmu sejak kecil, Sakura!"

"…" Bibir Sakura mulai bergetar dan kristal bening yang sedari tadi ia bendung tumpah dengan derasnya.

"Jadi kau sekarang berfikir bahwa aku adalah sahabat yang buruk? Tidak bisa di andalkan? Dan kau memilih Gaara sebagai sahabat barumu? Tega sekali kau!"

"…" Sakura mencengram ujung jaketnya erat. Berusaha agar tubuhnya tidak bergetar dan isakannya tidak terdengar.

"Jadi menurutmu, Gaara itu baik? Bisa di andalkan? Bisa di percaya jika kau bercerita padanya? Dan-"

"CUKUP SASUKE!" teriak Sakura mulai menengadah. Terlihat Sasuke sedikit terkejut mendapati Sakura yang tengah menangis.

"Kau mau tahu apa yang selama ini aku ceritakan pada Gaara? Hah? Kau mau tahu?" ujar Sakura di selingi isakannya. Sasuke hanya diam memperhatikan Sakura yang menangis di hadapannya. "Yang selama ini aku pendam dan hanya Gaara yang mengetahui semuanya. Dan yang tidak bisa aku ceritakan padamu. Itu masalah berat untuku!" ujar Sakura dengan suara yang meninggi.

"…"

"Aku sengaja tidak menceritakannya padamu. Dan kalau kau tahu.. aku yakin kau akan membenciku karena telah merusak persahabatan kita. Kau mau tahu karena apa?"

"…"

"Itu karena AKU MENCINTAIMU, SASUKE!" teriak Sakura. Detik kemudian matanya kembali melebar dan dengan cepat ia tutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya karena keceplosan.

"Sakura, barusan kau bilang apa?" tanya Sasuke. Sakura tetap terdiam. Masih terkejut dengan apa yang ia katakan barusan. Sasuke menarik Sakura untuk menghapnya dan mencengram kedua bahu Sakura. "Jujur padaku. Apa yang kau katakan barusan itu benar?" tanyanya sakali lagi dengan tatapan yang tajam. Sakura kembali menunduk dan detik selanjutnya ia tepis tangan Sasuke yang berada di kedua bahunya kemudian berlari kencang. Tidak memperdulikan Sasuke yang terus memanggilnya.

Ia terus berlari dengan air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipi ranumnya. Saat sampai di rumah ia langsung berlari ke kamarnya. Tidak memperdulikan ibunya yang menanyakan 'kenapa' padanya. Ia kunci pintu kamarnya dan membanting diri di ranjangnya menangis tanpa henti hingga ia tertidur.

*MBFIML*

Hari ini Sakura sangat tidak ingin masuk sekolah, walaupun kini tubuhnya telah si balut oleh seragam sekolahnya. Ia memperhatikan dirinya pada cermin. Mata sedikit membengkak dan wajahnya pun terlihat kusut. Ini adalah akibat dari tangisannya tadi malam yang tak kunjung henti. Ia memejamkan matanya. Menghirup oksigen dalam-dalam dan kemudian menghelakannya perlahan. Ia harus terlihat biasa dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi, ia belum siap bertemu dengan sahabatnya. Ia merasa takut jika Sasuke membencinya atas pengakuan yang sebenarnya keceplosannya tadi malam. Ia lirik jam dinding yang kini menunjukan sekitar pukul setengah tujuh. Sekolah akan masuk 15 menit lagi. Dan berhubung ibunya pun telah meneriakinya sedari tadi, maka dengan terpaksa ia harus berangkat kesekolahnya.

Sakura POV

Hhh~! Hari ini aku malas sekali untuk masuk ke sekolah. Terutama aku belum siap bertemu dengan Sasuke. Sejak pengakuanku tadi malam, aku tidak berani bertemu dengannya dan dapat di pastikan kalau dia pasti marah dan kecewa padaku.

Aku mulai memakai sepatu di teras depan rumahku. "Bu, aku berangkat ya," ujarku saat kedua sepatuku telah terikat rapi. Saat membuka gerbang rumah, aku melihat Sasuke keluar dari rumahnya dan siap untuk berangkat sekolah. Jantungku seketika berdegup kencang saat ia menoleh padaku dan dengan cepat aku langsung berlari. Entah perasaanku atau bukan, tapi sekilas aku melihat Sasuke berusaha menghampiriku, tetapi aku langsung berlari kencang meninggalkannya.

Aku terus berlari walaupun aku tahu bahwa jarak aku dan dia sudah cukup jauh. Biarlah! Toh sebentar lagi akupun sampai di sekolahku. Tak dapat di sanggah saat samapi di sekolahku, nafasku terengah-engah saking cepatnya aku berlari. Aku pun tidak peduli dengan seragamku yang mungkin kembali berantakan akibat lariku tadi ditambah dengan tatapan aneh dari para murid lain.

"Ya Tuhan! Sakura? Kau kenapa? kenapa seragam dan rambutmu acak-acakan? Nafasmu juga ngos-ngosan?" tanya Tenten beruntun melihat penampilanku yang semerawut akibat lari maratonku tadi pagi dan kini aku lebih mirip seperti orang baru bangun tidur. Tanpa menjawab pertanyaan Tenten, aku langsung menariknya ke toilet agar aku bisa membetulkan bajuku. Dan sialnya, toilet cewek itu harus melewati kelas XI A. Ya Tuhan.. semoga saja Sasuke belum datang. Perlahan aku berjalan melewati kelas yang membuatku bergidik merinding, ah! Bukan! Maksudku yang membuatku sedikit takut akan sosok Sasuke. Saat tepat di depan kelasnya, aku sedikit melirik ke dalam melalui ekor mataku. Dan saat itu juga aku bernafas lega karena ia belum datang. Tapi di saat yang bersamaan pula aku menahan nafas ketika…

"Ohayou, Sasuke,"

…Tenten menyapanya yang baru datang. Baiklah, mungkin kali ini do'aku tidak di kabulkan. Aku sempat meliriknya sebentar saat ia berjalan mendekati aku dan Tenten. Tanpa berfikir panjang, aku langsung menarik Tenten untuk berlari kencang. Aku dapat mendengar Tenten yang sedari tadi protes karena aku menariknya. Haduuh! Apa hari ini aku izin saja ya? sumpah aku tidak ingin bertemu Sasuke dulu. Saking kencangnya aku berlari dan pikiranku melayang tak tentu, aku menabrak seseorang di depanku.

"Kyaaa!"

BRUUK

"Aww" dapat ku pastikan jika dia, bukan, kita bertiga jatuh secara beruntun karena aku menabraknya sangat kencang dan diikuti Tenten yang sedari tadi aku tarik tanpa ampun. Maka jatuhlah kita bertiga dengan matengnya membentur lantai. "S-Sakura-chan?" Suara lemah nan lembut itu langsung membuatku yakin jika orang yang aku tabrak adalah. "Hinata?".

"Sakura! Kau ini bagaimana sih? Dari tadi aku sudah meneriakimu agar tidak berlari di lorong sekolah karena banyak murid yang berlalu lalang! Sakiiit tahu!" omel Tenten sambil sesekali menyikut langanku dengan kesal sementara ku lihat Hinata tengah memebulkan dasinya yang sedikit barantakan. "M-Maaf ya, Hinata. Aku tidak melihat jalan" ucapku meminta maaf. "Tidak apa-apa kok, Sakura-chan. Memang kenapa kau berlari di lorong pagi-pagi?" tanya Hinata seraya membatuku untuk berdiri. Aku hanya bisa menunduk sambil menyingkirkan debu yang menempel pada rokku. "Iya, kau itu kenapa sih, Sakura? Dan.. kenapa saat aku menyapa Sasuke tadi kau langsung berlari? Kau sedang marahan dengannya?" tanya Tenten sambil membersihkan roknya. Mataku melebar dalam tundukku.

"Itu karena AKU MENCINTAIMU, SASUKE!"

Perkataanku saat tadi malam masih terekam jelas di otakku. Kurasakan mataku memanas dan pandanganku mulai rabun karena air mataku. Dan saat itu juga aku menutup wajahku yang tertunduk dengan kedua telapak tanganku dan mulai terisak. "S-Sakura, kau kenapa?" kudengar suara Tenten yang terdengar terkejut. "S-Sakura-chan kenapa menangis?" dan kurasakan tangan lembut Hinata mengelus punggungku. Dan detik selanjutnya tangan Tenten menarikku ke taman belakang.

"Sakura, kau kenapa? ada masalah?" tanya Tenten sambil mendudukanku di bangku taman dengan sesekali mengelus punggungku. "K-Kalau Sakura-chan ada masalah, ceritakan saja pada kami. Jangan sungkan," ucap Hinata. Apa aku cerita pada mereka ya? dan kurasa mereka bisa jadi tempat curhatku disaat seperti ini. Baiklah aku akan cerita. Aku mulai menengadah dan menghapus air mataku sehingga menyisahkan sembab pada mataku. "A-Aku akan cerita, t-tapi kalian janji t-tidak akan cerita p-pada siapa-siapa," ujarku yang sedikit sesegukan. Kulihat mereka berdua mengangguk setuju. Aku berusaha menarik nafas agar aku bisa lebih tenang. "K-Kalian tahukan jika aku dan sasuke besahabat sejak kecil?" tanyaku dan mereka berdua mengangguk. "Sejak kecil aku selalu bermain bersama dengannya hingga sekarang. Dan entah mengapa tiba-tiba aku merasakan perasaan yang tidak boleh aku miliki. Yaitu…" aku mengambil jeda untuk menahan air mataku dengan menarik nafas. "Cinta," ujarku kemudian. Dan tumpahlah air mataku saat itu. Walaupun aku tidak melihat karena aku langsung menunduk tapi aku dapat mengetahui wajah mereka yang terkejut. Itu terbukti saat mereka bertanya padaku dengan nada kejut. "jadi maksudmu… kau.. mencintai Sasuke?" tanya Tenten. Aku mengangguk dalam isakanku. "Dan.. tadi malam.. tanpa aku sadari.. aku mengungkapkannya secara keceplosan… aku sudah merusak semuanya… persahabatan dan kepercayaannya padaku sebagai sahabatnya.. hiks.." jawabku menjelaskan dengan diiringi isakanku. Mereka kembali mengelus punggungku berusaha menenangkanku. "S-Sudahlah. Sakura-chan tidak perlu menangis. Kau tidak salah kok. Kau berhak mencintainya tanpa memandang dia sebagai sahabatmu," jelas Hinata sambil menghapus air mataku lembut. "Ya. Hinata benar. Kau tidak boleh merasa kau merusak segalanya. Aku mendukungmu kok," ujar Tenten menyemangatiku. Aku menatap Hinata yang mengangguk sambil tersenyum dan beralih pada Tenten yang juga tersenyum. Aku segera memeluk mereka berdua. "Terima kasih, Hinata, Tenten," ucapku dan mereka mengangguk.

Sakura end POV

Tanpa mereka bertiga sadari, Gaara mendengarkan pembicaraan mereka barusan. Terlebih saat Sakura bercerita pada kedua teman baikya itu. 'Sasuke' geramnya marah kemudian beranjak pergi menuju ruang kelas XI A.

*MBFIML*

"Apa? Sakura menyatakan perasaannya padamu?" tanya Naruto tak percaya saat Sasuke menceritakan semuanya. Sebenarnya sih, Narutolah yang pertama melihat wajah murung Sasuke kemudian memaksanya untuk bercerita dan mau tak mau Sasuke pun cerita. "Iya, Dobe. Aku yakin semalam ia keceplosan mengungkapkannya makanya ia langsung menutup mulutnya," jawab Sasuke. Terlihat Naruto menyenderkan kepalanya pada kursi yang ia duduki. "Lalu, kau jawab apa?" tanya Naruto yang mulai antusias. Sasuke menghela nafasnya sebentar. "Aku tidak tahu, Dobe," jawabnya. Naruto sedikit terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Ia menepuk pundak Sasuke. "Bukan maksudku sok tahu, tapi sepertinya ia menyukaimu sejak lama. Bahkan saat kau dan Ino berpacaran. Makanya ia sempat menjauh darimu," ujar Naruto dan sukses membuat Sasuke terbelalak. "Maksudmu?" tanya Sasuke yang tidak mengerti arah pembicaraan Naruto. Naruto mendecih. "Kau ini bodoh, atau tidak peka sih? Kau sering cerita padaku kalau akhir-akhir ini Sakura lebih dekat dengan Gaara dibandingkan denganmu, dan lebih sering cerita padanya dibanding dengamu, itu karena tidak mungkin ia bercerita tentang kesedihannya padamu, kau pikir dia bodoh?" ujar Naruto menjelaskan. Naruto yang biasanya bodoh dan otakknya yang terkadang lola, kini Sasuke mengakui kepekaannya jauh melebihi dirinya.

"Kau ingat saat kau berciuman dengan Ino saat study tour waktu itu?" tanya Naruto. Sasuke mengangguk dengan sedikit garis di kedua pipinya. "Kau tahu, saat kau dan Ino berciuman, Sakura melihat itu semua dengan sangat jelas. Dan setelah itu ia berlari kencang sambil menangis dan kemudian disusul oleh Gaara," ujar Naruto lagi. Jujur, bukan maksud dirinya untuk menyalahkan Sasuke, hanya saja ia sedikit kesal dengan ketidak pekaannya selama ini. Oke! Jadi sebenarnya, Naruto tahu saat Sakura lari sambil nangis ketika Sasuke dan Ino berciuman, menangis saat di bis ketika ia dkk menyanyikan lagu 'Sahabat Jadi Cinta', dan bahkan mengetahui saat dimana terjadinya luka di lutut Sakura, hanya saja seperti yang sudah di sebutkan sebelumnya bahwa otakknya yang terkadang bodoh dan lola membuatnya tidak menyimpulkan jika Sakura menyukai, bukan, mencintai Sasuke. Untuk yang kesekian kalinya Sasuke terbelalak mendengar penuturan Naruto. Ia merasa sangat bersalah pada Sakura. Oke! Pada semua yang ia lakukan pada Sakura, mulai dari lututnya yang luka, berciuman dengan Ino, bercerita saat di atap tentang Ino, sampai memarahinya atas kedekatan Sakura dengan Gaara. Ia menjambak rambutnya frustasi.

BRAKK

Sasuke terkejut saat mejanya tiba-tiba di gebrak oleh seseorang. Ia segera menengadah melihat siapa orang tersebut. Dan matanya melebar saat mengetahui siapa yang menggebrak mejanya..

"Gaara?" gumamnya. Dengan penuh amarah Gaara menyingkirkan Naruto dengan kasar dan mencengram baju Sasuke menyuruhnya untuk berdiri. "Apa yang kau lakukan pada Sakura, hah?" teriaknya tepat di depan wajah Sasuke. Yang dibentak hanya diam tanpa merespon apa-apa. "Kau! Kau berhasil menyakiti perasaanya berulang-ulang. Dia berusaha untuk menyengkal perasaannya dan selalu merasa egois. Sementara kau.. kau seenaknya membuat ia terus merasa bersalah, Uchiha!" bentak Gaara. Naruto berusaha menarik Gaara yang tengah emosi. Tapi usahanya gagal karena Gaara benar-benar sedang marah. "Bodoh! Kau sungguh bodoh Uchiha!" Gaara benar-benar mukra saat itu. Naruto yang dengan bantuan teman sekelasnya berhasil menarik Gaara. "Cukup Gaara! Biarkan dia berfikir" ujar Naruto. Gaara hanya bisa diam dan perlahan meredam amarahnya. Sasuke langsung berjalan keluar kelas.

"Ah, Sasuke? kau kenapa?" tanya Ino yang tak sengaa lewat depan kelasnya. Sasuke hanya menggeleng. "Err.. boleh bicara sebentar?" tanya Ino. Sasuke mengangguk dan duduk di bangku lorong sekolah tersebut. "Mmm.. aku mau minta maaf Sasuke soal tadi malam, aku keceplosan. Tidak sungguhan aku memutuskanmu. Jadi..kita balikan ya," pinta Ino. Sasuke langsung memutar pandangannya menghadap Ino dengan tatapan tajam. "Maaf Ino, aku tidak bisa," jawab Sasuke. Ino terbelalak. "kenapa?" tanyanya. "Kurasa hubungan kita hanya berdasarkan perasaan kagum satu sama lain. Aku menyadarinya. Tidak ada perasaan suka dan sebagainya. Jadi.. kita tidak bisa meneruskan semuanya tanpa dasar suka," jawab Sasuke menjelaskan. "T-Tapi aku-"

"Sebaiknya kau perhatikan teman akrabmu. Sai. Sepertinya dia menaruh hati padamu. Maaf Ino aku harus pergi," ujar Sasuke memotong perkataan Ino dan segera pergi untuk mencari Sakura. Ino menatap sendu punggung 'mantan kekasihnya' yang berlari itu. Sungguh hatinya perih mendengar penuturan Sasuke. "Hei, kau kenapa?" tanya seseorang di sampingnya. Ia segera menoleh dan mendapatkan Sai tengah duduk di sampingnya dengan senyum khasnya. Tak dapat membendung kesedihannya, Ino menghambur ke pelukan Sai dan menangis di dada bidangnya. Sai terkejut atas apa yang Ino lakukan. Namun, ia tahu jika gadis yang selama ini ia sukai tengah bersedih dan tidak berniat menanyakan banyak padanya. Tangan kirinya membalas pelukan Ino dan tangan kanannya mengelus rambut blonde itu. "Menangislah. Jika itu membuatmu tenang," ujarnya tepat di telinga Ino dan dapat dirasakannya pelukan Ino mengerat. Lorong yang sunyi hanya di isi oleh isakan tangis dari Ino.

*MBFIML*

Sementara Sasuke masih mencari keberadaan Sakura. Perpustakaan, kantin, atap, dan di kelasnya pun tidak ia temukan sosok gadis merah muda yang kini membuatnya dilanda rasa bersalah. Hanya satu tujuannya saat ini. Taman belakang. Dan benar saja. Saat ia sapu pandangannya pada sekeliling taman, terlihat tiga orang gadis dengan d\gadih merah muda yang tengah menangis. Perlahan ia hampiri ketiganya dengan nafas yang masih memburu akibat larinya barusan.

"Sakura," panggilnya saat jaraknya berkisar 2 meter dari Sakura. Hinata dan Tenten mandongakan kepalanya dan langsung mendapat isyarat untuk tinggalkan mereka berdua di taman tersebut. Sementara Sakura sendiri terbelalak dalam tunduknya. Kaget mendengar suara khas dari sahabatnya yang tak lain adalah Uchiha Sasuke. Tangisnya terhenti seketika dan merasakan bahwa kedua sahabatnya yang lain bangkit dari duduknya. 'Ya Tuhan.. Bagaimana ini?' batinnya sedikit takut.

Tenten menepuk pundak Sasuke sekilas dan pergi menggandeng Hinata. Walau sebenarnya mereka mencari yang lain untuk mengintip Sasuke dan Sakura. Benar-benar sahabat yang aneh.

Tubuh Sakura bergetar saat Sasuke mendudukan diri di sampingnya. Kepalanya tetap tertunduk, tak berani menatap Sasuke. Ia usap air matanya dan menari nafas dalam. Sasuke yang mengerti perasaan Sakura sekarang hanya tersenyum menatapnya. "Ada yang ingin ku bicarakan denganmu," ujar Sasuke mengawali pembicaraan. Sakura hanya diam tak sedikitpun berani mendongakkan kepalanya. Sasuke menghela nafas panjang yang terdengar berat. "Maafkan aku. Maaf atas ketidakpekaanku selama ini terhadap perasaanmu," ucapnya. Masih tidak ada respon dari Sakura yang sedari tadi hanya menundukkan kepala. Menyembunyikan kedua emeraldnya dari pandangan Sasuke. "Terlebih… Saat study tour waktu itu. Aku tahu kau melihat semuanya," Sakura merasakan matanya kembali memanas dan pandangannya mulai mengabur. "Aku tahu kau menyukaiku sejak aku pacaran dengan Ino," ucap Sasuke melanjutkan. Sakura masih terdiam dan mulai menangis dengan isakan kecil. "Aku juga tahu kau pasti sakit dengan semua ceritaku tentang Ino. Maka dari itu aku minta maaf. Aku dan Ino pacaran hanya berdasarkan kagum, bukan suka," jelas Sasuke. Dan saat itu isakan Sakura mulai terdengar Sasuke. Tangan kanan Sasuke beralih memegang dagu Sakura dan mendongakknya agar menatap matanya. Onyx bertemu Emerald. Matanya tertuju pada kedua emerald Sakura yang merah dan sembab juga linangan air mata yang membasahi pipi ranumnya. Di usapnya air mata itu dengan ibu jari tangan kirinya sementara tangan kanannya tetap memegang dagu Sakura. "Dan aku menyadari bahwa..." Sasuke menjeda ucapannya kemudian tersenyum. "…Aku menyukaimu Haruno Sakura. Sahabat kecilku," lanjutnya . Dan seketika tangis Sakura pecah langsung memeluk Sasuke. Menangis di dada bidang sahabatnya ini.

"Huhu..hiks.. hhuhu.." tangis Sakura semakin pecah. Sasuke merasakan kemejanya basah akan air mata Sakura. "Maafkan aku, Sakura," gumamnya di telinga Sakura. Sakura hanya mengangguk dalam tangisnya.

"Ciee.. Cieeeeee….. kayaknya besok ada pasangan baru nih?" teriak seseorang pemuda berambut merah dibalik semak-semak. SasuSaku melepaskan pelukannya dan menoleh ke sumber suara. Terlihat Tenten, Hinata, Naruto, Gaara, bahkan Sai dan Ino tengah memperhatikan keduanya. Wajah Sakura bersemu merah dan segera menghapus air matanya.

"Yupp.. bener banget. Sepasang kekasih yang menjalin dua status sekaligus. Yaitu sepasang kekasih dan sepasang 'sahabat'!" teriak Naruto dengan penekanan pada kata 'Sahabat' di sambut cengiran khasnya. Mereka semua menghampiri dua sejoli yang mungkin.. kini sudah memiliki dua status seperti apa yang dikatakan Naruto. "Ino?" Sakura terkejut mendapati Ino dan Sai yang berada di situ. Ino tersenyum. "Selamat ya.. aku senang mendengarnya," ujar Ino. Terlihat Sakura sedikit merasa bersalah namun Ino langsung menyadarinya. "Sudah, tidak apa. Aku tidak akan marah kok. Ku rasa Sasuke telah menjelaskannya padamu soal perasaan kagum antara aku dan Sasuke, dan aku pun menyadarinya," jelas Ino. Sakura hanya bisa tersenyum. "Lagipula.." Ino merangkul tangan Sai. "Aku baru saja jadian dengan… Sai," ucapnya dengan semburat di kedua pipinya. Semua terbelalak. "Bagaimana bisa?" tanya Naruto dengan bodohnya. "Tentu saja bisa, bodoh! Aku selalu merasa nyaman jika dekat dengan Sai. Aku rasa aku menyukainya.. dan ternyata dia sudah mengutarakannya duluan.." jelasnya. Yang lain hanya ber-oh ria.

"Kalian tahu?" ujar Sasuke sambil merangkul Sakura yang langsung blushing. Yang lain hanya tersenyum menggoda pada pasangan baru ini. "Aku dan Sakura adalah pasangan paling unik. Si Ayam dan Jidat lebar, haha.." tawanya terdengar geli dan renyah. Sakura langsung menaikan alisnya dan menatap Sasuke dengan horor. "Sasukeeeee…!" teriak Sakura yang kemudian terjedilah kejar-kejaran antara Ayam dan Jidat lebar.

Terkadang, cinta memang sulit di mengerti

Kisah yang sering membuat kita menangis

Sesuatu yang bisa membuat kita bahagia

Hal yang menyapa secara tiba-tiba

Dan pergi dengan sendirinya

Mencintai seorang Sahabat..

Memang sulit di percaya

Tapi itulah cinta

*END*


Bagaimana? ending yg super duper gaje ini bisa membuat para readers sweatdrop ria, bukan?

Maaf updatenya kelamaan..

UchiHaruno Sasusaku : Hehehe #tampang tanpa dosa# ya.. xita sengaja bikin sasunya jdi jahat.. tpi di chpter ini udh pas blum sasusaku nya? aduuhh makasih #malumalumacan# fict xita dibilang top ma nee-chan.. fict nee-chan yang 'Cemburu' jg tpo bngt.. *promosi*

threedeathangel : Oke! ini udh update :D

Maya : Makasih, ini udh update XD

Hikari Asuna-Chan : Duuhh Hikari-chan.. gomen disini Naruhinanya sedikit atau bahkan gak ada sama sekali, nanti deh kalo xita ada waktu dibikinin yg pairnya NaruHina spesial buat Hikari-chan.. XD

Rizuka Hanayuuki : Gomen updatenya lama.. gmana di chpter ini Saku nangisnya bkan krna skit hati lg kan? hehe..

Uchiharu 'nhiela Sasusaku : Lho, kok sasuhina? sasuino mungkin maksudnya? gimana udh terjawab kan perasaan sasu th gmana di chpter ini? XD

me : hehe,, gomen. komputernya rebutan terus sma ade xita jdi updatenya lama.. :)

4ntk4-ch4n : haha.. sasu th gk peka banget ya sma saku.. tpi di chpter ini gmana? sudah lbh baikkah? XD

Kikyo Fujikazu : sbnernya sih saya jg bingung knpa bisa bgitu #plakk# tpi di sini terjawab kan knpanya.. hehe

Biasa lah : chpter selanjutnya km pikir aja sndiri.. hehe.. XD

mayu akira : disinilah jawabannya! #plakk# hehe.. gomen ya klo alurnya bikin gak ngerti

Apabila ada kesamaan dialog ataupun sebagainya, xita mohon maaf. tapi itu nongol(?) langsung dari pikiran error xita tnpa mengcopy siapapun..

fict ini memang seblumnya sdah menggentayang di pikiran xita, tapi yg xita bngung knp judulnya malah jdi true story xita.. bedanya xita jdi sasu dn saku jdi shbt author sendiri.. #curcol#

atas segala kekurangan dn ksalahan xita mohon maaf.. Oh ya xita telat ngucapin.. selamat hari kartini ya buat perempuan Indonesia! XD

salam Xita-chan ^^