Disclaimer : Masashi Kishimoto

By : Caffe Caramel –Alzeid Haruka-

.

.

"I'm the winner, Sasuke," kata Itachi sembari menyeringai lebar.

Mata oniks Sasuke memandang papan catur tersebut dengan tatapan tidak percaya, kemudian ia lemparkan pandangan ke arah kakaknya yang tengah menyeringai kecil –penuh siasat. Ia memandang kakaknya tersebut dengan tajam, seolah berkata: kau-pasti-berbuat-curang.

"Tidak ada kecurangan di sini," kata Itachi seakan tahu apa yang sedang dipikirkan adiknya tersebut, "Terima saja kekalahanmu."

Dahi Sasuke berkedut mendengarnya. Baginya ini adalah sebuah penghinaan.

"Jadi apa maumu sekarang?" tanya Sasuke ketus sembari melipat ke dua tangannya dan bersandar pada sofa tanpa melepaskan pandangannya terhadap Itachi.

Itachi kembali menampakkan seringaiannya, "Sesuai perjanjian, kau harus menuruti tiga permintaanku."

"Sebutkan permintaanmu." Ucapnya ketus.

Itachi mendengus kesal ketika melihat kelakuan adiknya tersebut.

"Pertama, kau harus menyamar sebagai murid perempuan selama sebulan di KHS."

Sasuke membelakan matanya. Ia tak yakin dengan apa yang barusan didengarnya. Menyamar menjadi murid perempuan?

Sasuke mendobrak meja di hadapannya, membuat beberapa pion-pion yang tadinya berdiri terjatuh. , "Itu gila!" bentaknya kasar.

"Uchiha tidak akan menelan ludahnya sendiri bukan?" Sasuke melemparkan pandangannya ke arah Fugaku yang tengah berjalan ke arahnya. Dia memandang kedatangan ayahnya dengan raut masam. Saat ini ia memang tidak mengharapkan kedatangan Fugaku. Karena ayahnya itu tidak akan membantu banyak.

"Betul sekali," Itachi tersenyum penuh kemenangan, "Kau seorang Uchiha,bukan?"

Sasuke tertohok dengan perkataan Itachi dan ayahnya. Rahang Sasuke mengeras, ia tak menyangka akan terjerat pada perjanjian konyol seperti ini.

"Bagaimana jika aku menolak?" Sasuke memandang Itachi dan Fugaku secara bergantian.

"Sayangnya aku tidak menerima penolakan," katanya sembari melipat kedua tangannya di depan dada, "Dan kau harus melepas nama Uchiha jika kau menolaknya," kata Itachi santai.

Sasuke mencoba mencerna kembali perkataan Itachi, "Baiklah, hanya sebulan."

Itachi tersenyum mendengar jawaban adiknya tersebut. Ia mulai bangkit dari kursi dan melemaskan sendi-sendi tangannya.

"Kau tahu Sasuke? Aku sudah lama menunggu saat-saat ini," Sasuke menaikan sebelah alisnya, "Selama sembilan tahun aku sengaja mengalah padamu," Fugaku tersenyum mendengar pengakuan anak sulungnya. Ia memang sudah menduga sebelumnya jika Itachi selalu mengalah dalam permainan catur, "Karena aku sudah tahu jika hal ini akan terjadi." Mata Sasuke membulat sempurna, membuat Itachi tertawa geli.

"Ka-kau!" Sasuke mengepalkan tangannya. Dan aura membunuh mulai menyelimuti tubuh Sasuke. Ia merasa dipermainkan.

"Tenanglah, lebih baik kau persiapankan dirimu untuk menjadi seorang 'siswi perempuan' besok," jelas Itachi santai dengan memberikan penekanan pada kata 'siswi perempuan' dalam kalimatnya tersebut.

"Brengsek." Umpat Sasuke sebelum meninggalkan Itachi dan Fugaku.

Sasuke menghela nafas panjang kemudian berbaring di atas kasurnya. Ia tidak menyangka sama sekali jika selama sembilan tahun ia terperangkap dalam jebakan Itachi. Dan bodohnya ia tidak pernah sadar jika ia telah masuk pada perangkap Itachi.

Pantas saja ia merasa sedikit bingung kenapa Itachi bisa dikalahkannya dengan mudah padapermainan catur, padahal Itachi adalah salah satu murid genius di sekolahnya.

"Brengsek kau!" runtuk Sasuke sembari menutup matanya dan mengingat kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Sungguh, Sasuke sangat menyesali perbuatannya yang dengan santai memenuhi permainan Itachi. Ya, permainan dimana yang kalah harus menuruti tiga permintaan sang pemenang. Sasuke bisa menyanggupi itu karena ia sangat yakin akan menang dalam permainan catur melawan Itachi. Namun sayang, semua perkiraan Sasuke salah besar.

Lalu yang menjadi masalah sekarang adalah permintaan Itachi yang menurut Sasuke sangat gila. Bagaimana tidak? Ia menyuruh Sasuke untuk menyamar sebagai seorang perempuan, dan hal yang lebih gila adalah ayahnya sendiri menyetujui usulan Itachi. Itu cukup membuktikan bahwa Itachi dan Fugaku bekerja sama.

Ini baru permintaan pertama, bagaimana dengan permintaan kedua dan ketiga? Sasuke rasa dua permintaan itu akan lebih gila dibanding permintaan pertama.

Kembali ke masalah penyamaran. Selama hidupnya Sasuke belum pernah melakukan hal konyol tersebut. Menyamar menjadi perempuan itu adalah hal yang sangat berat bagi Sasuke karena ia harus terus berpura-pura feminim dan menyembunyikan identitas aslinya. Karena jika sampai identitas aslinya terbongkar, resiko yang Sasuke tanggung itu sangat besar. Misalnya saja ia harus bertahan mendengarkan ejekan dari semua orang. Dan pastinya ia harus menanggung malu sepanjang hidupnya

Dan Konoha High School adalah lingkungan yang asing baginya. Selama ini Sasuke melakukanhome schooling. Ia memang tidak menyukai pergaulan, tidak menyukai keramaian. Karena baginya hampir semua orang yang dekat dengannya adalah seorang penjilat. Andai ia tidak menyandang marga 'Uchiha' pasti tidak akan banyak yang ingin berdekatan atau berteman dengannya.

Bagi Sasuke, semua orang yang mau menjadi temannya itu sama. Penjilat.

"Hn." Sasuke mulai bangkit dari tempat tidurnya. Ia mengambil jaket dan bergegas ke luar rumah, 'Uchiha Sasuke akan menguasai permainan ini,' batin Sasuke.

.

.

Oke, sekarang hampir seluruh mata menatap Sasuke dengan tatapan aneh.

'Brengsek, pasti gara-gara belanjaan setan ini.' Pikir Sasuke sembari memandang kantong belanjaannya dengan tatapan kesal. Belanjaan Sasuke memang sedikit aneh… tidak, bahkan sangat aneh. Di dalam kantong plastik berwarna putih itu memang menyimpan berbagai macam belanjaan yang aneh. Di antaranya adalah rambut palsu, pakaian wanita, dan sebuah buku khusus wanita.

'Cih, hentikan tatapan menjijikan itu!' Sasuke memacu langkahnya dan mulai mengabaikan tatapan yang baginya menjijikan itu.

BRUUUKKKK.

"Awww!" Sasuke memeluk kantong belanjaannya, ia tak ingin seseorang melihat isi belanjaannya.

"Gomen," kata seorang pemuda berambut kuning.

Sasuke memandang siapa yang ditabraknya—atau yang menabraknya.

"Permisi." Sasuke segera berdiri dan berjalan meninggalkan pemuda berambut kuning emas jabrik tersebut tanpa memandangnya.

"Siapa dia Naruto?" seorang pemuda berambut merah darah mendekati pemuda berambut kuning emas. Si pemuda berkulit tan hanya mengangkat kedua bahunya.

"Kalau begitu ayo kita pergi," pemuda berambut merah darah itu menggandeng tangan pemuda berambut kuning tersebut kemudian menariknya pegi.

.

.

"Jangan tertawa!" Itachi menutup mulutnya dengan telapak tangan, dan mencoba menahan tawanya, "Dan berhenti menatapku dengan tatapan menjijikan itu!" Sasuke melipat kedua tangannya di depan dada.

"Oke," Itachi menganggkat kedua tangannya, "Lalu, bisa kita berangkat sekarang, nona?" ajak Itachi sembari menirukan gaya lelaki yang sedang menarik perhatian seorang wanita cantik.

Andai saja Itachi bukanlah clan Uchiha, sekarang ia pasti sudah gemetar ketika Sasuke memberikan death glare terbaiknya.

"Ayolah, kita bisa terlambat jika kau hanya berdiri di situ."

"Tidak!" Dahi Itachi berkerut, "Apa kau ingin semua orang tahu jika Uchiha Sasuke tengah menyamar, Itachi?"

Itachi sedikit membuka mulutnya. Boleh diakui jika perkataan yang di lontarkan Sasuke itu ada benarnya juga.

"Sudahlah! Aku mau berangkat sendiri." Sasuke mulai berjalan meninggalkan Itachi. Namun baru beberapa langkah Itachi memanggilnya.

"Tapi, apa kau tahu letak KHS?"

Sasuke menghentikan langkahnya, lalu memandang ke arah Itachi.

"Aku tidak sebodoh itu sampai tidak mengetahui letak KHS." Sudut bibir Sasuke terangkay sedikit sebelum kembali meneruskan langkahnya dan benar-benar meninggalkan Itachi.

Itachi hanya bisa mendengus melihat kelakuan adiknya. Untung saja letak KHS tidak terlalu jauh dari kediaman Uchiha.

.

.

"Kenapa?" tanya Kakashi ketika hampir seluruh pasang mata memperhatikannya.

"Kakashi-sensei kenapa tidak terlambat?" tanya seorang gadis berambut coklat pendek. Sementara yang lainnya hanya memangguk membenarkan. Dan Kakashi? Ia justru memandang muridnya dengan tatapan tidak percaya.

Mungkin semua penduduk kelas mengetahui alasan kenapa gadis berambut coklat pendek itu menanyakan hal demikian. Pasalnya guru berambut perak yang ada di hadapan mereka itu sangat terkenal dengan keterlambatannya. Hampir di setiap acara ia selalu datang terlambat. Jadi jangan salahkan bila seluruh murid kelas menatapnya dengan heran kedatangan Kakashi yang tepat waktu.

Anak-anak mulai berbisik-bisik tetang alasan Kakashi. Dan dalam sekejap kelas mulai berisik akibat ulah anak-anak. Sementara Kakashi hanya bisa menatap anak didiknya dengan tatapan sedikit kesal.

Perlahan Kakashi melemparkan pandangannya ke arah pintu dan menyuruh seseorang masuk.

Kelas yang semula ramai, perlahan-lahan mulai mereda karena kedatangan seorang gadis yang tengah berjalan mendekati Kakashi.

Seorang gadis berambut merah panjang berwarna merah darah dengan iris mata berwarna sama. Tubuhnya yang tinggi dan tegap membuatnya tampak elegan, tak salah jika hampir seluruh pasang mata pria tertuju padanya. Rasa kagum terlihat jelas di tatapan mereka. Namun para gadis yang berada di kelas justru menatap kesal pada gadis yang tengah berdiri di depan kelas.

"Perkenalkan, dia Satsuki. Dia adalah satu dari beberapa anak yang mendapat beasiswa untuk bersekolah di sini,"—semua anak mengangguk—"Nah,Satsuki, sekarang kau duduk di bangku belakang."

Kakashi menunjuk bangku belakang yang kosong. Sasuke mengangguk lalu mulai melangkahkan kakinya menuju bangku yang di tunjuk Kakashi.

Sasuke mulai kesal ketika hampir seluruh mata menatapnya dengan tatapan yang aneh baginya. Rasanya Sasuke sudah cukup bersabar untuk tidak memberikan death glare andalannya pada mereka yang menatapnya terus.

"Hah~" desah Sasuke pelan kemudian duduk di kursi tersebut. Namun pandangannya sedikit teralihkan pada sesosok pemuda berambut kuning yang tengah tertidur pulas di samping bangkunya.

"Sepertinya dia akan mendapat masalah besar," kata seorang pemuda berambut coklat panjang.

"Memangnya kenapa?" tanya seorang pemuda dengan tato segitiga di kedua pipinya.

"Kau tahu 'kan setiap gadis yang duduk bersama Naruto pasti akan menjadi musuh siswi perempuan. Kau ingat pada gadis bernama Shion? Dia dikerjai habis-habisan ketika berani duduk di samping Naruto," jelas pemuda berambut coklat tersebut.

"Dan masalahnya akan bertambah besar karena dia bukan dari keluarga atas," tambah pemuda berambut merah.

"Tapi aku kira ini pasti jadi hal yang menarik." Sebuah senyuman datar tergambar di wajah pemuda berambut hitam pendek.

"Ya mungkin menarik, lagipula aku sudah lama tidak melihat penyiksaan di sini," kata pemuda bertato dengan seringaian yang terlihat cukup mengerikan.

.

.

TBC


NEXT!