Warning: a bit gore, shonen-ai, sci-fi, child abuse.

Genre: Friendship, Sci-fi, Tragedy.

Rate: Ah, sepertinya memang harus ditaruh di-M.

Note: Setting pada perang dunia, dan anggap saja saat itu bumi sudah mempunyai senjata secanggih gundam.


Extended.

Sebuah proyek yang dilakukan oleh Konoha Federation, dengan tujuan membentuk satuan pilot mobile suit dengan efisiensi tinggi. Dimana hidup mereka ditumpu oleh berbagai macam obat dan bahan kimia, seperti Gamma Glipheptin: obat yang mampu meningkatkan kinerja saat mengendarai mobile suit. Mereka, adalah makhluk yang tercipta dengan modifikasi genetika—setelah proses operasi berkali-kali—sehingga memiliki otak yang lebih cerdas, tubuh yang jauh lebih kuat. Spesies ilegal yang menyalahi kodrat Tuhan.

Konoha Federation menciptakan extended tipeX. Extended yang tak perlu lagi menggunakan Gamma Gilpheptin untuk penyokong hidup. Seri yang jauh lebih sempurna ketimbang pendahulunya, dan tentu saja lebih liar. Extended tipeX hanya memerlukan perawatan sederhana.

Para Extended Operator menanam mikro chip di dalam otak mereka, gunanya menghilangkan memori yang tidak diperlukan, dan mengisinya dengan data untuk bertempur. Karena mereka dibuat hanya untuk memenangkan peperangan, tidak lebih.

Extended tidak berhak mempunyai ingatan tentang masa lalunya.

Setiap extended membawa beban di pundaknya masing-masing. Sebuah kutukan bahwa: mereka hanya boleh hidup untuk bertempur. Sekali mereka membangkang, extended operator akan me-nonaktifkan fungsi mereka. Dalam arti lain: dibunuh.

Hidup memang pilihan, namun pilihan itu tak berlaku untuk extended. Kehidupan mereka semu…


Naruto©Masashi Kishimoto

Gundam©Bandai

For S.N.S Event: Hanasu of Chocolato


Tangan kecil pucatnya menopang dagu. Kaki telanjangnya di ayun-ayunkan. Ia duduk termangu, manik oniksnya memandang ruangan luas dengan peralatan canggih, bau bahan kimia, dan orang-orang berbaju putih—sebuah laboratorium. Ia tak tahu pasti apa yang sedang mereka lakukan kepada anak-anak berumuran sama dengannya. Terlalu banyak objek yang bisa diamati olehnya.

Pandangan Sasuke beredar, lalu berhenti pada anak lelaki yang sedang meringkuk di sudut laboratorium. Anak lelaki berambut kuning, berkulit tan dengan tubuh kurusnya dan sedikit gemetaran. Padahal tak ada yang sempurna dan menarik perhatian Sasuke dari bocah kurang gizi tersebut. Sasuke sendiri heran mengapa matanya tak bisa lepas pada sosok itu.

Sasuke melihatnya, ketika seseorang berbaju putih menemukannya. Kemudian menyeretnya, dan membaringkan paksa dirinya diatas ranjang—Sasuke berani bertaruh, pasti kasurnya sama sekali tidak empuk. Bocah itu menampakkan ekspresi ketakutan ketika jarum suntikmenusuk lengan kanannya. Tangannya mengepal, keringatnya bercucuran, ia berteriak kesakitan ketika cairan yang awalnya berada di dalam tabung suntikan memasuki tubuhnya. Mengalir perlahan dalam pembuluh darahnya, dan ketika jarum itu dicabut, menyisakan sebuah lubang kecil dengan sedikit darah mengalir. Sakit. Tentu saja.

Kelopak mata Sasuke berkedip beberapa kali sebelum akhirnya mata beriris oniks itu menangkap bayangan anak berambut kuning masuk ke dalam ruang operasi.


Dark Chocolate


Dua jam Sasuke terus bergeming, sambil melihat orang-orang berbaju putih berlalu lalang dengan membawa banyak berkas-berkas-entah-apa. Ingatannya melayang menuju beberapa jam lalu, ketika ia dan anikinya pergi untuk membeli takoyaki. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memukulnya dari belakang, dan ketika ia bangun... ia sudah berada di laboratorium ini. Bersama banyak anak-anak sebayanya.

Dari arah belakang, muncul seorang pria berbaju putih dengan rambut panjang. Wajahnya sedikit aneh, seperti ular. Kedua tangan pucat pria itu menyentuh pelan pundak kecil Sasuke, reflek Sasuke menoleh. Ia mengernyitkan dahi ketika menangkap bayangan pria itu tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai. Memang sedikit terasa ganjil dan menyeramkan, namun Sasuke bukanlah bocah penakut.

"Kau mau jadi prajurit?"

Sasuke menggeleng, "aku mau pulang saja."

"Asal kau tahu, lebih enak jadi prajurit."

"Aku tidak tahu."

"Makanya kuberi tahu."

"Tidak mau tahu."

Pria itu mengalihkan dan menutupi wajahnya sejenak yang mulai memerah dengan tangannya. Entah karena kesal akan kecuekan bocah di depannya atau karena malu dibuat kehabisan kata-kata. Ia menghela nafas dan mulai menunduk, menjajari tingginya dengan sosok di depannya.

"Akan kuberitahu sesuatu yang menarik dari menjadi prajurit," ujarnya masih menyeringai.

"Sudah kubilang aku tidak mau tahu," balas Sasuke datar, tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali.

Pria itu menepuk bahu Sasuke pelan dan mulai berbisik tepat di samping telinganya. "Kujamin, untuk yang satu ini kau pasti mau tahu." Saat itulah pria itu menusukkan jarum suntik yang ia sembunyikan entah dimana ke lengan Sasuke yang seketika menegang.

Kesadarannya berangsur-angsur memudar, hingga manik oniks itu terpejam perlahan. Ia tak tahu bahwa sesudah ini, Ia tak mungkin bisa mengingat semua tentang hidupnya lagi.


Memorabilia

By Pearl Jeevas

Beta-ed by Ritsu-ken


Hari ini, hari dimana untuk pertama kalinya para extended tipeX dididik untuk membunuh. Masing-masing tangan kecil itu membawa senjata tajam, yang nantinya akan mereka gunakan untuk melukai satu sama lain.

Mereka tidak takut dan tidak berhak untuk takut.

Karena mereka bukanlah bocah berumur sepuluh tahun seperti dulu lagi. Masing-masing sudah lupa akan kehidupan masa lalunya. Kini mereka adalah extendedmanusia yang diperbarui. Baik kecepatan, kemampuan bahkan daya pikir mereka sudah lebih baik berkat manipulasi tubuh. Jauh melebihi anak seumurnya.

Namun, selalu ada yang terkuat diantara mereka. Selalu ada yang nomor satu. Dan hal itu akan dibuktikan sekarang. Peningkatan performa bertempur dengan training yang sangat keras dan kejam. Tapi para Extended Operator menyebutnya: penyaringan. Operator tak peduli berapa liter darah yang akan membasahi telapak tangan polos mereka. Siapa yang terkuat, dia bertahan hidup. Dan yang lemah, sudah dipastikan gagal dan mati.

Seratus dua puluh satu sampel extended berada dalam gudang berukuran 60x95 meter. Bersiap untuk menjalani 'penyaringan'.

Salah satunya 0114-UN, sebut saja Uzumaki Naruto.

Naruto masih berdiri di atas tumpukan box kayu, tangannya menggenggam sebilah pisau dengan panjang tiga puluh sentimeter. Diayun-ayunkannya benda tajam itu, menimbulkan kilatan saat diterpa cahaya lampu. Mata birunya mengamati pemandangan dibawahnya. Bersamaan dengan itu, bau anyir menyeruak masuk kedalam hidungnya. Bau darah. Banyak sekali darah di ruangan ini. Mayat-mayat, dan puluhan orang sekarat.

Ya, yang sekarat itu extended yang gagal dalam tahap penyaringan. Menyedihkan sekali.

Proyek yang gagal.

Tubuh kecil itu meloncat turun dari atas box. Ia melangkah menuju seorang gadis yang berdiri memunggunginya. Ia sempatkan tersenyum sebelum akhirnya memukul kepala gadis itu dengan pegangan pisau yang terbuat dari kayu. Gadis berambut indigo itu menekuk perutnya lalu memuntahkan cairan kental berwarna merah pekat. Naruto tak tahu siapa dia, ia tak mempunyai alasan khusus untuk membunuhnya. Tapi, Naruto merasa gadis itu terlihat lemah, dan baginya, orang lemah pantas untuk dibunuh.

Dunia ini tak menyisakan tempat untuk orang lemah.

Naruto memutar badannya, lalu berlari tak tentu arah. Meninggalkan gadis indigo yang kini sudah tak berdaya dengan bibir putih pucat, mungkin karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Matanya terpejam… Ia, Naruto baru saja melakukan pembunuhan. Karena ia tak mau disebut lemah, dia bukanlah salah satu dari proyek gagal. Satu-satunya cara untuk membuktikannya hanya dengan bertempur.

Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh hunusan pedang panjang yang meleset beberapa senti dari pinggul kanannya. Jika ia tak berkelit, mungkin ia harus merelakan salah satu ginjalnya rusak. Ia terlalu fokus pada gadis indigo tadi sehingga tidak berkonsentrasi dengan apa yang ada di depannya. Ya, detik itu juga ia bersumpah pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati, tidak mau lagi mengulang kejadian seperti ini. Naruto menggerakkan kakinya kebelakang beberapa langkah, kembali mengambil ancang-ancang untuk membalas. Bocah kuning itu menggelengkan kepalanya kemudian berlari ke kanan.

"Mau kenalan?" tanya Naruto santai, ia memainkan pisau panjang ditangannya.

"Boleh juga, aku 0093-IK Inuzuka Kiba," bocah berpedang itu melipat tangannya . "Kau?"

Naruto tersenyum, ia merapatkan badannya kepada Kiba. "Mau bersekutu, eh? Menyerang bersama-sama sepertinya akan jauh lebih mudah. "

Kiba mengernyitkan dahinya, "Apa untungnya?"

"Untung? Kita berdua bisa bertahan hidup. Lagipula… kau terlihat lemah."

"Jangan mengejek."

"Sudahlah, deal?"

Kiba mengangkat bahu "Oke, deal." Ia mengulurkan tangannya di depan dada Naruto yang langsung disambut dengan senyuman. Mereka berdua berjabat tangan.

"Oh ya, kau urus gadis pirang jelek itu, aku yang berambut merah muda." Naruto menunjukkan koordinat 'mangsa' dengan dagunya. Kiba menyanggupinya dengan anggukan, mereka ber-high five sebelum berpisah menuju ke arah calon korban masing-masing.

Kiba melenggang pergi tanpa sedikitpun menaruh rasa curiga. Perlu diketahui bahwa tidak semua sampel extended bertransformasi dengan sempurna. Jika gen tidak bermutasi, mereka tidak lebih dari sebuah kegagalan. Mungkin salah satunya adalah 0093-IK—sama sekali tidak ada perkembangan dalam daya pikir, dengan polosnya menurut tanpa mengetahui arti lain seringaian licik di wajah sekutunya. Dan ia baru sadar, ketika merasakan denyutan di dada kirinya. Pisau panjang tiga puluh senti bersarang di dadanya kirinya.

Menikam dari belakang, cara licik.

"Aku 0114-UN Naruto Uzumaki, ingat itu sebagai nama orang yang telah membunuhmu." Naruto menarik pisau miliknya dari tubuh Kiba, ia mengibaskannya sejenak untuk menghilangkan beberapa tetes darah. Kiba—dengan napas tersengal sambil memegangi dadanya—terlihat sangat menyedihkan. Naruto berjongkok di samping tubuh itu. Ia merogoh saku piyama yang dikenakan Kiba, mencari sesuatu. "Kau tahu? Yang mereka inginkan bukan hanya kuat, tapi juga cerdas."

Merasa tidak menemukan apa-apa, sepertinya ia perlu bertanya pada yang punya. "Di sakumu tidak ada cokelat sama sekali, eh?"

Pertanyaan dari bocah kuning itu hanya dibalas dengan tatapan kesakitan oleh Kiba.

"Tidak punya ya? Miskin sekali kau," bibirnya manyun kedepan bersama pipinya yang menggembung. "Kalau kau tidak punya cokelat, kuambil saja pedangmu, ya?"

Naruto tersenyum simpul, ia memandang tubuh Kiba lagi. Namun sudah tak ada jawaban apapun. Bahkan walau hanya sekedar tatapan kesakitan.

Ya, karena 0093-IK sudah tak bernyawa. Satu lagu sampel extended yang dinyatakan: gagal.

Naruto menarik napas, matanya memandang sayu mayat di hadapannya. "Yang kuat yang hidup… yeah, kau lemah… mati saja," ucapnya dengan volume suara sangat kecil, ia mulai menimang-nimang pedang hasil curiannya tadi. Ia membuka sarung pedang itu dan meletakkannya begitu saja.

Ia berdecak kagum saat pedang itu digoyangkan hingga sedikit berkilat, seumur hidupnya ia belum pernah melihat pedang. Ya, hanya tidak terlalu yakin. Atau mungkin pernah, tapi sudah lupa.

.

Setelah selesai mandi dan berganti dengan piyama longgar yang lebih bersih. Para sampel extended dikumpulkan dalam suatu ruangan bermeja panjang dengan kursi empuk di sisi-sisinya, bersiap untuk makan malam setelah menjalani tahap penyaringan pertama—dan menyisakan hanya 7 sampel. Orang awam pasti akan tertipu dengan penampilan mereka. Mereka pasti berpikir, 'anak yang berada di sini hanyalah sekumpulan anak panti asuhan yang sedang menunggu masakan matang untuk menikmati makanan mereka'. Tapi kenyataannya, mereka bukan anak panti asuhan. Mereka monster berkedok bocah.

Salah satu diantara mereka adalah si bocah licik, 0114-UN Uzumaki Naruto. Ya, dia adalah salah satu yang berhasil bertahan hidup setelah membantai lebih dari 20 manusia tadi siang. Ia bisa membuktikan dirinya bukanlah salah satu dari proyek gagal. Ia berhasil membuktikan dirinya kuat.

Tapi, yang sangat ia sayangkan. Mengapa ia sama sekali tak menemukan sebatangpun cokelat di saku korbannya? Padahal, Iruka-san—salah satu extended operator– berkata: jika ia berhasil bertahan hidup, ia bisa menikmati jajanan manis itu. Oh, sepertinya Iruka-san berbohong pada Naruto.

Sup jagung dihadapannya beruap, wanginya masuk kedalam hidung. Kelihatannya sangat lezat. Namun entah mengapa, ia sedikit tidak nafsu untuk menyambarnya. Untuk saat ini ia ingin sekali makan cokelat. Apa dengan mogok makan begini ia sudah menjadi anak nakal? Sungguh, ia tak peduli.

Alhasil, selama beberapa menit, waktu makan malamnya dihabiskan dengan acara 'mengaduk-aduk' sup jagung. Jika Iruka-san tahu, pasti sudah ngomel tidak karuan.

Iruka-san memang cerewet, menyebalkan.

"Woy…"

Tadi pagi saja, Naruto dimarahi habis-habisan karena bangun kesiangan… masalah sepele, bukan? Begitu saja marah. Apa dia lupa, anak dibawah 13 tahun butuh tidur lebih dari delapan jam.

"Wooy!"

Tak hanya itu saja, ketika Naruto keluar dari kamar mandi tanpa menutup keran air. Iruka langsung mencubit pipinya dan berkata, "Hemat air, selamatkan bumi kita!" Iruka-san sudah seperti duta tunas hijau saja.

"Kau mendengarku?"

Ada satu lagi, saat Naruto hendak pergi ke gudang untuk menjalani tes penjaringan. Iruka memberkatinya terlebih dulu dan mengecup pipinya. Sumpah, Iruka-san sudah seperti ibu-ibu.

Padahal mereka baru saja berkenalan. Tapi, mengapa Iruka-san bisa begitu sayang dengannya?

"DOBE, kau punya gangguan telinga?"

"Ah–"

Badan kecil Naruto tersentak, terkejut dengan suara lima oktaf yang tertangkap daun telinganya. Wajahnya mendongak ke atas dan menemukan paras tampan dari bocah extended lain. 0012-US Uchiha Sasuke, salah satu dari tujuh extended yang berhasil disaring. Naruto pernah melihatnya beberapa kali, tentunya sedang melakukan pembunuhan. Mungkin kekuatannya setara dengan Naruto. Atau bahkan lebih? Naruto tidak tahu pasti.

Tersenyum, Naruto melengkungkan bibir yang ditujukan pada Sasuke. Namun hanya dibalas dengan ekspresi stoic , yang langsung Naruto ketahui sebagai trademark bocah raven itu.

"Ya? Ada apa?"

Si Raven bergeming, seakan lupa siapa yang pertama memanggil Naruto.

"Ada… apa?" ulang Naruto dengan nada yang sedikit ditinggikan. Alisnya yang berwarna kuning ikut terangkat.

Sasuke kemudian merogoh saku piyama yang ia kenakan, tentunya masih tanpa suara. Setelah beberapa saat, tangan putih pucatnya dikeluarkan. Dengan menggenggam benda yang terbungkus kertas merah, sebatang coklat hitam.

Sasuke mengulurkan coklat bungkusan itu pada Naruto. Tak segera disambut, dibiarkannya tangan Sasuke menggantung di udara. Bukan karena ia menolak, hanya saja sedikit terkejut. Disaat ia menginginkan cemilan cokelat, ada orang yang memberinya. Sebuah anugerah—anu gratis—tidak boleh ditolak, bukan?

Tapi masalahnya, Naruto tidak mengenal bocah raven itu. Mungkin saja benda yang terulur di depannya adalah racun dengan bentuk cokelat dan ini, adalah salah satu ujian penyaringan tahap dua secara terselubung. Hey, salahkah ia curiga jika tempatnya berada sekarang sudah seperti jurang curam, dan sewaktu-waktu ia bisa terperosok bila tak berhati-hati?

Ia harus waspada, tapi disisi lain hasrat ingin-makan-coklat-nya sudah naik ke ubun-ubun.

Mata birunya memandangi wajah dan tangan Sasuke secara bergantian. Ah, Naruto benci perang batin. Tiap tangannya terangkat untuk menerima benda itu, otaknya memberi perintah untuk menariknya lagi. Si Blonde mendengus.

"Tenang saja, ini cokelat betulan…"

"Ah…"

Sepertinya Sasuke bisa membaca pikiran bocah blonde di depannya.

"Terima saja, daripada harus mengais dari tumpukan mayat seperti tadi."

Satu fakta yang berhasil dibuktikan oleh Naruto, bahwa sedari tadi, si raven terus mengamatinya. Dengan bodohnya, ia tak sadar jika sedang diperhatikan.

Naruto mengumpat, rasa-rasanya dia seperti proyek gagal saja.

Sudahlah, toh pada akhirnya ia terima saja cokelat itu.

Ngomong-ngomong, perkataan Iruka-san memang benar. Jika ia berhasil bertahan hidup, ia akan mendapat coklat. Lain kali, ia harus lolos penyaringan. Supaya dapat cokelat.

.

Tidur. Sekalipun mereka telah bertransformasi menjadi manusia 'yang-tidak-biasa', extended juga butuh tidur untuk memulihkan tenaga. Keenam sampel extended sudah tertidur pulas dengan gaya tidur khas masing-masing individu. Menyisakan satu—dan yang paling bermasalah—extended yang masih belum berlayar menuju alam mimpi, Naruto.

Ia terlentang diatas ranjang single sambil mengelus-elus perutnya. Sakit perut? Ah, ia tak mungkin sakit perut hanya karena menghabiskan sekaligus cokelat pemberian Sasuke dalam waktu kurang dari sepuluh menit, bukan itu alasannya.

Melainkan segaris keloid berwarna coklat kemerahan yang memanjang dari dada sampai perutnya. Keloid yang berasal dari luka sayat operasi. Operasi yang tidak pernah diketahui oleh si pemilik tubuh. Keloid itu terasa gatal… dan panas. Jari-jari Naruto mulai bergerak naik turun menggesek permukaan kulitnya, tak kuasa menahan keinginan untuk tidak menggaruk.

"Hentikan, dobe."

Interupsi. Suara yang dikenalnya menginterupsi kegiatan sakral yang baru saja ia mulai. Suara datar, dan sok cool, suara khas yang dimiliki oleh 0012-US Uchiha Sasuke. Sasuke tidur tepat di sebelah ranjang Naruto. Dia terbangun? Atau jangan-jangan belum tidur.

"Jangan digaruk, nanti bekasnya makin lebar."

"Ah…oh…" Terpaksa Naruto memerintahkan jari-jarinya untuk berhenti menggeseki permukaan kulit berkeloidnya.

Terimakasih sarannya Sasuke, sekarang sekujur tubuh Naruto berkeringat dan terasa panas karena menahan gatal.

"Kenapa operator pengasuhmu tidak memberimu injeksi kortikosteroid?"

Dahi Naruto berkerut, ia baru pertama kali mendengar istilah seperti ini. "Injeksi korti–apa?"

"Kortikosteroid, pengobatan itu harusnya dilakukan pada kita semua."

"Kita?" Naruto sama sekali tidak mengerti siapa yang dimaksud 'kita' dalam kalimat Sasuke. Ia hendak menggaruk lagi, namun urung karena Sasuke memelototinya.

"Ya, 'kita'… Aku, kau dan," Sasuke menelan ludah untuk menghilangkan kekeringan di tenggorokannya yang datang secara tiba-tiba. "mereka," kali ini Naruto tahu siapa yang Sasuke sebut mereka. Tidak lain adalah ketujuh anak yang sedang berada di ruangan ini, yang bertahan hidup.

"Kau punya bekas hitam-panjang-jelek ini juga?"

Sasuke tak menjawab dengan sebuah kalimat, hanya anggukan pelan.

"Wah, kita sama ya! Err… ngomong-ngomong, kau tahu asalnya benda menjijikkan ini?"

Sasuke menggeleng.

"Sayang sekali, ah… mungkin saja Iruka-san tahu. Besok akan kutanya padanya."

Sasuke mengangguk. Dasar bocah pelit bicara.

"Kau mau menemaniku bertanya?"

Si Raven mengangkat bahu, "sudahlah dobe, kau tidur saja… besok main lagi." Sasuke membentangkan selimut hangat lalu bergelung di dalamnya, sama sekali tak peduli dengan ekspresi ngambek Naruto.

"TEME!"


To Be Continue


Kamus:

Mobile Suit: teknologi mesin yang sangat canggih. Bentuknya kayak robot, punya 2 lengan, dua kaki, biasanya kokpitnya berada di perut(tapi ada juga yang di dada, dan kepala). Tingginya sekitar 18meter, ukurannya 10kali lebih besar dari manusia. Biasanya digunakan untuk perang: karena dilengkapi senjata-senjata laser, beam, dll.

Gundam: mesin yang lebih canggih dari MS. Gundam biasanya dibuat dengan teori eksperimental baru yang ada saat mereka di buat. Warnanya juga lebih bagus daripada MS, lebih bervariasi. Singkatnya, gundam itu upgrade-annya MS. Mengendalikannyapun perlu skill yang tinggi. Nggak semua orang bisa, pilotnya harus memiliki reflek yang bagus.

Extended: manusia dengan modifikasi genetika yang dibuat dengan tujuan mem-pilot-I gundam.

Extended Operator: ilmuan yang menangani masalah per-extended-an.

Keloid: semacam daging yang tumbuh karena luka dalam. Rasanya sangat gatal. Biasanya berwarna merah-kecoklatan. Tapi ada juga yang rada hitam.

Kortikosteroid: injeksi untuk mengobati keloid. Caranya disuntikkan langsung di permukaan kulit yang berkeloid.

Sci-fi pertama, semoga tidak gagal.

Fic ini banyak terinspirasi dari serial GS-GSD. Saya tertarik mengangkat tema extended-nya. Tapi, untuk keseluruhan cerita GS-GSD memang serial gundam yang paling ancur(lihat dari berbagai segi: jalan cerita, karakterisasi,dll)dan saya benci sama yang namanya GSD. *curcol selesai*

Fic ini bisa dibilang fic bunuh diri. Karena:

1. Sumpah saya nggak tahu menahu soal genetika, kedokteran. Saya masih anak SMP yang awam.

2. Saya berniat nyari artikel: tapi nggak nemu! OMG. Sedangkan saya sudah nggak punya waktu lagi kalo disuruh menjelajahi forum-forum yang bahas tentang beginian. Alhasil, dengan pengetahuan seadanya, saya memberanikan diri ngetik fic dengan tema yang bikin rambut saya rontok. Bioteknologi modern itu rumit, ya?

3. GS/GSD itu serialnya sudah lama sekali, saya sudah lupa-lupa-ingat. Dan nggak mungkin nonton ulang.

Terimakasih untuk orang-orang yang terlibat dalam pembuatan fict ini. Untuk Ritsu, coretpacargelapsayacoret yang sudah semena-mena saya suruh ngedit. Ofiai-nee yang sudah mau saya tanya-tanyain. Ryu, maaf saya pakai kata-katamu(yang anugrah itu lho). Reehive, yang sudah bilang fic ini bagus(walaupun kamu ngomongnya dengan penuh kebencian). Guru les saya, yang saya paksa baca dan kasih komentar. Windha yang sudah jadi tong sampah atas curcolan saya. Anak-anak Shrine, maaf saya sering ngomong gaje dan nyepam.

Kalau diantara readers sekalian yang bingung sama tulisan saya. Tanyakan saja.

Umm, satu lagi, kalau ada yang mengerti lebih jauh soal extended. Beri tahu saya… Saya masih harus banyak belajar. PM dibuka 24 jam~ (kayak UGD aja deh -_-)

Yosh, segitu saja… Ripyu, kritik, saran, flame, sangat diharapkan untuk fic yang sangat mentah ini.