Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: update telat, M for a reason, alur lambat, crack pairing. :p


Sudah satu bulan, lima hari, tujuh belas jam, dan sepuluh detik setelah Temari mendiamkanku. Bahkan, untuk pertama kalinya, dia tidak memberitahuku tentang kepulangannya dua puluh sembilan hari yang lalu. Aku kecewa dengan sikapnya, tetapi semua itu tidak terlepas juga dari apa yang telah kulakukan. Memberikan harapan palsu kepada wanita yang mencintai kita apa adanya adalah suatu kesalahan besar.

Aku memang mencintai Hinata, tetapi bagiku, Temari adalah teman bicara yang baik. Dia rela untuk meluangkan waktunya dengan menemaniku main shogi dibandingkan belanja barang-barang di kota. Selain itu, aku juga merasakan bahwa sesuatu akan terjadi.

Betapa merepotkan.

.

.

Moon

Phase 4 : Iridescent

.

.

"We come to love not by finding a perfect person but by seeing an imperfect person perfectly."

Sam Keen

.

.

Keindahan Hyuuga Hinata memang terlihat seperti bulan, tetapi ketika kau mengenalnya lebih jauh, kepribadiannya terlihat seperti spektrum pelangi. Hinata memiliki tujuh warna dalam dirinya. Dia menjadi berani jika orang lain mengejek orang-orang yang berharga untuknya. Dia juga selalu bersikap ramah dan terlihat bahagia kepada setiap orang yang ia jumpai. Raut mukanya selalu menikmati hidup dan penuh akan semangat. Hinata juga berasal dari keluarga bangsawan sehingga ia mempunyai sikap yang sangat lady-like.

Manusia tidak ada yang sempurna, termasuk juga dia yang mempunyai beberapa kekurangan. Terkadang dia akan menatap langit sambil tersenyum sedih, mengingat seseorang dengan rambut kuning dan warna mata biru yang tidak pernah membalas perasaannya. Hyuuga Hinata juga seorang yang memiliki ketakutan sendiri. Dia takut akan pandangan orang lain mengenai dirinya dan tidak pernah cukup berani untuk bilang 'Tidak'.

Akan tetapi, dari tujuh warna yang dimiliki pelangi, warna yang melambangkannya adalah nila, yang juga merupakan warna rambutnya. Hyuuga Hinata memiliki sifat yang lemah lembut dan sangat pemaaf. Dia, dengan mudah, akan memaafkan orang-orang yang pernah menyakitinya. Dia mudah bergaul dengan anak-anak dan sangat sabar menghadapi anak kecil yang menangis dan meraung-raung.

Kau tahu, Hinata? Aku memperhatikanmu sampai ke detail-detail yang tidak akan diperhatikan orang lain. Aku menyukai setiap saat kau akan bersikap merepotkan dengan banyaknya sifat dalam dirimu. Aku tahu kebiasaanmu untuk menggigit bibirmu perlahan saat berpikir keras.

Hei, Hinata, mungkin kau tidak menyadari bahwa aku selalu di sini menunggumu, tetapi, mungkin aku tidak akan berhenti merepotkan diriku sendiri dengan memikirkanmu.

Walau orang-orang nantinya berpikir aku gila karena mengharapkanmu, tetapi tidak apa-apa merepotkan diri dengan sedikit masalah. Karena, pada akhirnya, semua penantian ini akan terbalas.

Nara Shikamaru

.

.

Aku membaca kertas yang berisi tulisan tanganku sendiri. "Sepertinya aku mulai gila," ucapku lirih entah kepada siapa. Sekarang jam sepuluh lewat dua puluh lima menit dan kota sudah mulai terlelap. Lampu di rumah-rumah banyak yang sudah dimatikan dan cahaya dari penerang jalanan mulai redup. Bangku taman pun hanya aku yang menduduki dan tidak ada tanda orang lain yang sedang berada dalam radius lima ratus meter. Suasana sepi seperti inilah yang dapat membuatku berpikir sejenak tentang apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Semua bermula dari Temari yang pada akhirnya menjauh dariku, walaupun aku tahu itu adalah kesalahanku sendiri. Aku mencoba untuk mengirim surat kepadanya, tetapi semua surat itu dikembalikan dengan satu balasan, "Aku butuh waktu." Mungkin aku sedikit keterlaluan terhadapnya, tetapi apakah kami tidak bisa kembali menjadi teman baik? Temari adalah salah satu sahabatku dan aku membutuhkannya di sini.

Kuremas kertas itu di tanganku dan membuatnya seperti sebuah bola, sebelum akhirnya kertas tersebut berada di atas tanah berbatu bata ini.

.

.

Terkadang spekulasiku berpusat tentang situasi ketika dia menyatakan perasaannya untuk yang kedua kalinya. Seringkali aku menebak bahwa aku akan mengetahuinya dari Chouji atau Sakura-san. Lalu, pandanganku akan tertatap pada sepasang mata putih yang berkencan di Ichiraku. Rambut indigo akan melambai-lambai sesuai dengan suasana hatinya. Mungkin Naruto juga akan mengeluarkan gurauan bodohnya dan warna merah muda akan menghiasi pipi ranum gadis itu.

Tapi, aku tidak pernah memikirkan bahwa aku akan mendengarkan pernyataannya secara langsung.

Pertengahan musim gugur dan dia melewati bukit tempatku beristirahat. Wangi lavender yang khas membuatku terlena dan perlahan membuka mata. Dari celah mataku, kulihat gadis mungil itu berdiri di hadapan ninja kejutan nomor satu itu. Sepertinya kalian berdua tidak menyadari eksistensiku di tempat ini. Perlahan aku mengambil tempat di balik pohon besar.

"Hinata-chan, ada apa?"

Dia meremas bagian bawah jaket tebal dan menatap rumput yang menari.

"N-Naruto-kun, apa kau masih ingat tentang apa yang kukatakan waktu melawan Pain?"

Perlahan arah matanya menuju pemuda berambut kuning itu. Tatapan matanya yang penuh dengan harapan dan kasih sayang membuatku bertanya apakah suatu hari nanti dia bisa menatapku seperti itu?

"Memang kenapa, Hinata-chan?"

"W-Waktu itu aku tidak bercanda, Naruto-kun. A-A-Aku benar-benar menyukaimu."'

"Aku juga menyukaimu, kita berdua kan teman."

Hey Naruto, bolehkah aku memukulmu sekarang juga? Baka. Tidakkah kau sadar bahwa dia menyukaimu dengan persepsi yang jauh berbeda?

"B-Bukan seperti itu. A-Aku menyukaimu l-l-lebih daripada teman."

Sesaat pemuda itu terlihat kaget dan menatap gadis itu sayu. Cengiran lebar yang menjadi trade marknyaperlahan berubah menjadi ulasan senyum tipis.

"Hinata-chan, coba kau lihat langit."

Perlahan gadis berambut indigo itu mendongak ke arah cakrawala. Langit hari ini dipenuhi oleh awan-awan kecil. Sebelum mereka datang, aku tengah memandang gumpalan putih di angkasa itu sambil merokok. Selang beberapa menit, si bodoh Naruto itu akhirnya membuka mulutnya.

"Dulu aku tidak mengerti alasan Shikamaru selalu suka melihat awan, bukankah sangat membosankan menatap langit dan mengikuti arah awan? Seperti orang aneh saja."

Hinata tertawa kecil. Sial, kenapa aku tiba-tiba diikutkan dalam pembicaraan mereka?

"Tapi, lama kelamaan aku mengerti. Sewaktu latihan bersama Ero-Sannin, sesekali mataku melihat ke atas dan menggambarkan kalian semua sebagai awan yang tengah bergerak. Perlahan aku menyadari bahwa awan itu selalu bergerak ke manapun angin pergi. Aku berpikir bahwa semua orang di dunia ini punya 'angin' yang bisa membawanya ke tempat yang di mana ia dibutuhkan dan Hinata-chan…"

Dia menatap pemuda yang diidam-idamkannya itu dengan gugup. Aku juga mengambil nafas panjang karena mungkin setelah jawaban ini kisah ini akan selesai tanpa dimulai. Walaupun aku sangat menyukainya, dalam hatiku, yang benar-benar kuinginkan hanyalah supaya dia bahagia dengan siapapun yang dia pilih.

"Aku bukanlah pria yang tepat untuk menjadi angin untukmu. Masih ada pria lain di luar sana yang lebih baik dibanding aku dan pantas untuk jadi orang yang terpenting dalam hidupmu. Karena itu…"

"C-Cukup N-Naruto-kun."

Hinata seperti akan menangis dan aku dilanda dilema apakah aku harus menendang atau memeluk Naruto karena memberiku satu kesempatan lagi.

"Arigatou."

Setelah berkata demikian, dia berlari menuju ke arahku berada. Aku mencoba untuk menghentikannya, entah mengapa hari ini otakku berpikir sangat cepat.

"Hinata-san!"

Dia tidak berhenti ataupun menoleh sedikit pun. Aku dapat melihat tetes-tetes air mata yang jatuh ke tanah.

"Hinata-san!"

Kali ini aku berteriak lebih kencang dan mendapati dirinya tetap berlari di bukit ini.

"HINATA-SAN!"

Perlahan, dia mulai menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya.

"U-Untuk apa… kau mengejarku, Shikamaru-san?"

"Aku juga tidak tau."

"Untuk mengejekku? Atau memberiku selamat karena k-kebodohanku selama ini?"

"Bukan seperti…"

"S-S-Seharusnya aku sadar, bahwa selama ini yang dia suka hanya Sakura-san! Mana mungkin dia menyukaiku yang lemah seperti ini… Awan dan angin, semua itu cuma basa-basinya karena dia tidak ingin bilang bahwa aku itu tidak berguna dan…"

Tiba-tiba saja, tubuhku bergerak sendiri dan mendekapnya erat. Dia terlihat kaget dan mencoba untuk melepaskan diri.

"Hinata-san, cukup. Kau itu tidak lemah, kau itu jauh lebih baik daripada apa yang orang lain pikirkan. Biarkan Naruto dan orang lain berspekulasi, tapi ada satu hal yang perlu kau ketahui, Hinata-san. Kau, Hyuuga Hinata, itu luar biasa."

Aku membelai pipinya lembut dan mengendurkan dekapanku. Semburat merah kembali muncul di kedua belah pipinya dan senyum kecil mengembang di wajahku. Seketika, aku sadar bahwa ini adalah pertama kalinya aku bisa sedikit berani menunjukkan perasaanku.

"K-K-Kau tau, Shikamaru-kun, untuk pertama kalinya, seseorang berkata semanis itu terhadapku."

Dan sepanjang hari ini, dia tidak menangis ataupun bercerita tentang pemuda berambut kuning tersebut. Kami membicarakan banyak hal, dari Asuma yang sudah mulai merangkak sampai bentuk-bentuk awan di langit. Dedaunan kering menutupi kaki dan tubuhnya yang sedang merebahkan diri bersamaku. Dia tidak bertanya tentang alasanku mengejarnya dan aku juga tidak bertanya mengapa dia menyatakan perasaannya hari itu. Aku juga tidak tahu apakah dia sadar akan perasaanku dan pada akhirnya, biarkan dia yang menginterpretasi.

Sesaat, pikiranku bertanya apakah aku mengambil kesempatan dalam kesempitan, tetapi ketika melihat senyuman dan mendengar suaranya yang terbata-bata, aku sudah tidak peduli lagi.

Biarkan aku yang menghiburnya, biarkan aku memenuhi hari-harinya dengan senyuman, biarkan aku mencintainya, karena selama ini, akulah yang selalu melihat dari jauh.

Benar 'kan?

.

.

.

TO BE CONTINUED


A/N:

For those who don't understand the meaning of the first paragraph, pelangi terdiri dari 7 warna. Merah berarti berani, jingga berarti sangat bahagia (dari idiom 'tickled pink'), hijau berarti menikmati hidup dan berjiwa muda, ungu berarti bangsawan (dari idiom 'born in or to the purple'), biru berarti sedih, kuning berarti penakut, dan nila (indigo) menggambarkan seseorang yang lemah lembut.

Iridescent: memiliki warna yang bermacam-macam atau menyerupai warna pelangi.

#nowplaying Iridescent – Linkin Park, More Than This – One Direction

AH MAAF PENDEK DAN MAAF SUPER TELAT UPDATE ))))): Oh iya, ada yang mau one-shot ShikaHina agak angst tidak? *wink

But, mind to review this super short chapter and tell me where my mistakes are? (: Janji chapter depan lebih cepet deh updatenya :D