"Minggu ini sudah berapa gadis?"

Lelaki berambut raven itu menyunggingkan senyum penuh kemenangannya. "17."

"Oh, shit! Bagaimana mungkin! Aku bahkan baru dekat dengan 9 orang gadis!" kata lelaki berambut pirang sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Lelaki berambut raven itu mengangkat bahunya. "Itu belum seberapa dobe."

"Kau curang teme! Ah! Menyebalkan!" kata lelaki berambut pirang itu sembari memukul bahu temannya pelan.

Lelaki berambut raven itu menyeringai, matanya terlihat berkilat nakal. "Kau tidak berhak menyalahkan pesona seorang Uchiha Sasuke."

.

.

Arissachin production.

I'm proudly present my new story.

Dark moon © Arissachin

WARNING : AU, OOC, bad language

The character is belong to Masashi Kishimoto.

While, the story is mine.

..

"Aku lahir kembali dengan wujud yang baru.

Bukan sebagai bulan yang lemah, tapi menjadi bulan yang kuat."

..

ACT 1 : I'm back

.

Gadis berambut pink itu memasuki area Konoha Gakuen. Tangan kanannya menjingjing tasnya, sementara tangan kirinya memegangi peta sekolah. Rambut pink sepanjangnya ia ikat tinggi, menyisakan beberapa helaian rambut ditengkuknya. Kepalanya mengadah, menatap sebuah gedung bercat hijau tua dihadapannya.

Wajahnya terlihat datar. Tak terlihat emosi sedikitpun. Dan, terus terang itu terlihat menakutkan. Ia menghela nafasnya, bibirnya tertarik kearah kanan, menyunggingkan senyum yang entah mengapa terasa sangat menakutkan.

.

.

Seluruh murid kelas 11-A terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Baik itu mengobrol, menulis, membaca, mengejek, bahkan berciuman. Sekolah seelit Konoha Gakuen memang diisi oleh anak-anak terpilih dari keluarga kalangan atas. Dan, itu mengerikan. Pasti ada perbedaan kasta disekolah ini. Dan hal yang paling bisa di pastikan, rendah-merendahkan orang pasti sering terjadi disekolah ini.

Sesosok lelaki berambut raven terlihat sedang menciumi gadis berambut merah. Ia hanya duduk, sementara gadis dipangkuannya sibuk memegang segala hal yang ia bisa pegang pada lelaki yang memangkunya. Mulai dari menjambak rambut lelaki itu pelan, menyusuri dada bidangnya, hingga lengan kekarnya. Ia melakukan hal-hal itu seolah, ia tak akan pernah sempat memegangi lelaki itu lagi.

"Sasuke teme!"

Lelaki yang diketahui sebagai Uchiha Sasuke itu tak berniat menghentikan ciuman panasnya dengan gadis dipangkuannya. Ciuman itu berjalan semakin intens. Pasokan udara mereka semakin berkurang, namun hal itu tak membuat mereka melepas ciumannya.

"Sasu teme!" pekik lelaki berambut pirang.

"Sasu teme! Sudah! Hatake Kakashi sedang diluar kelas!" pekik lelaki itu dengan nada panik.

Sasuke akhirnya menarik kepala gadis itu menjauh. "Cukup Karin."

"Tapikan, Sasu-chan~" kata Karin manja.

Sasuke lalu mendorong gadis itu menjauh. "Jika kukatakan cukup berati cukup."

Kali ini Karin tak membantah. Ia lalu mengancingkan kancing teratas seragamnya. Sebelum ia pergi menjauh ia mengedipkan sebelah matanya pada Sasuke. "Kita lanjutkan nanti ya, Sasu-chan." Lalu, gadis itu pergi kembali ketempat duduknya.

Naruto yang menatap adegan tadi, bergidik ngeri. "Gadis itu menjijikan." Kata Naruto.

Sasuke menyeringai, dan matanya berkilat nakal. "Apa maksudmu? Jangan bilang kau iri. Kau tahu, gadis manja itu, hot.Lihat saja bajunya."

"Hotdarimana! Dan, mana sudi aku dengan gadis murahan seperti Karin, wlee." Kata Naruto sembari menjulurkan lidahnya.

Sebagai jawaban, Sasuke hanya mengangkat bahunya, dan menyeringai.

Bersamaan dengan itu, Kakashi-sensei masuk ke dalam kelas. Ia menjingjing tas coklatnya, map merah, beserta buku bersampul oranye. "Ohayou anak – anak."

"Ohayou sensei." Kata murid kelas 11-A berbarengan.

Kakashi sensei lalu merapikan tumpukan mapnya, ia lalu memandangi seisi kelas itu. "Kali ini, kita kedatangan murid baru. Kukira, setengah dari kalian masih mengingat dia. Mengingat ia bersekolah di Konoha hingga berumur 13 tahun. Haruno-san, silahkan masuk."

Bersamaan dengan itu, sesosok gadis berkulit seputih porselen, bermata emerald, dengan tubuh yang tinggi semampai, dan berambut pink itu memasuki kelas. Wajahnya menyunggingkan senyum yang terkesan dingin tapi mempesona pada saat yang bersamaan. Ia memandangi wajah teman-teman baru –sekaligus lamanya. Ia berhenti ketika menatap lelaki yang duduk dibangku kedua pojok kanan kelas dekat jendela. Mata lelaki itu terlihat kaget melihat seorang gadis yang berdiri didepan kelas itu. Walaupun hanya sekilas, akan tetapi Sakura tahu lelaki itu pasti terkejut melihat dirinya. Ia mengendalikan dirinya, dan tersenyum kembali kearah wali kelas barunya.

"Silahkan perkenalkan dirimu?" kata Kakashi-sensei.

Sakura mengangguk. "Hajimemashite, Watashi wa Haruno Sakura desu. Saya tinggal diKonoha hingga saya berumur 13 tahun. 4 tahun yang lalu saya pindah ke Amerika. Beberapa dari kalian sepertinya masih mengenali saya." Ujar Sakura.

"Sudah selesai?" tanya Kakashi.

Sakura mengangguk menatap wali kelasnya yang baru.

Kakashi memandangi seisi kelasnya. "Ah, kau bisa duduk dibelakang Uchiha Sasuke. Sasuke tolong angkat tanganmu."

Sasuke dengan malas mengangkat tangannya. Sakura tersenyum simpul kearah Kakashi. Ia lalu, berjalan kearah bangkunya. Saat melewati Sasuke, ia berkata pelan pada Sasuke. Mata Sasuke sekilas terlihat terkejut. Walaupun pelan Sasuke masih bisa mendengarnya.

Suara rendah, khas milik Sakura, terdengar sangat dingin. Dan, kalimat yang terucap dari bibir Sakura membuat darah Sasuke berdesir, membuat tenggorokannya serasa tercekat, seakan-akan jantungnya langsung jatuh kedasar bumi yang paling dalam. Meskipun pelan, ia berani bersumpah kata-kata tersebut terdengar jelas. Terdengar sangat jelas.

Dua kata yang ia mengerti sepenuhnya.

Dua kata yang paling mengerikan.

Dua kata yang akan menjadi mimpi buruk seorang Uchiha Sasuke.

"Aku kembali."

.

.

"SAKURA-CHAN! AKU TAK MENYANGKA KAU KEMBALI! DEMI KAMI-SAMA! KENAPA KAU TAK MEMBERITAHUKAN AKU?" teriak Naruto kencang dan penuh semangat.

"Hmm, maaf ya," kata Sakura singkat.

Temari menjitak kepala sahabatnya pelan, "Kau curang. Kau pergi ke luar negri tanpa memberitahu siapapun, tanpa alasan jelas, dan dengan tiba-tiba. Sekarang, kau kembali membuat kami semua terkejut kau tahu."

Sakura tersenyum simpul. "Benar-benar maaf Temari."

"Sakura-chan curang sih! Kau membuat kami terkejut kau tahu! Ketika guru berkata kau telah pindah semua orang langsung sibuk membicarakanmu! Kau ini bagaimana sih! Sahabat sendiri saja tak diberitahu!" protes Tenten.

Sakura hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban.

Hinata kali ini yang angkat bicara. "Sakura-chan, kau mau ditemani mengelilingi sekolah tidak?" kata Hinata lembut.

Sakura menganggukan kepalanya. "Hm! Arigatou Hinata-chan!" kata Sakura dengan senyum simpulnya.

Sakura mengarahkan pandangan keseisi kelas. Matanya terpaku pada sesosok lelaki yang baru masuk kedalam kelas. Otot rahang Sakura terlihat berkedut. Saat Sasuke balas memandanginya. Dalam sepersekian detik, onyx dan emerald itu saling mengadu pandang. Pandangan penuh tanya, dan penuh kepercayaan diri saling beradu. Sakura menyunggingkan senyum setengahnya yang membuatnya terlihat angkuh, ia mengangguk kearah Sasuke seakan-akan memberikan salam. Lalu, Sakura buru-buru memalingkan wajahnya kearah teman-temannya. Tak mau, orang-orang mengira yang aneh-aneh.

"Loh? Hari ini Ino tidak masuk ya?" kata Temari santai.

.

.

"Jadi, karena itu kau pindah?"

Sakura menatap gadis berambut indigo itu dengan pandangan malas. "Iya."

"Untuk alasan konyol itu kau benar-benar pindah? Dan memutuskan hubungan dengan semua orang?" tanya Hinata heran.

Sakura mengangkat bahunya. "Sudahlah, itukan masa lalu. Jadi, bagaimana keadaan setelah aku pergi? Berceritalah. Dan, apa kau sudah berpacaran dengan Naruto?" selidik Sakura.

"A-ano, s-sudah." Kata Hinata malu-malu.

Sakura menjentikan jarinya. "Sudah kuduga. Kalian memakan waktu terlalu lama kau tahu."

Hinata menundukan wajahnya malu. "Sakura-chan sendiri sudah punya pacar?"

Sakur menggelengkan kepalanya. "Belum, pacar itu merepotkan. Jadi." Sakura memberi jeda, "Kau menawari aku berjalan-jalan seperti ini, untuk menyelidiku?" kata Sakura.

"Bisa jadi." Kata Hinata lembut.

Sakura menyunggingkan senyum sinisnya. "Betapa liciknya kau gadis culas."

"Kaulah gadis yang culas Sakura." Kata Hinata sembari terkekeh pelan.

"Terserah." Kata Sakura sembari tersenyum manis.

Hinata mengipas-ngipaskan tangannya. "Sudahlah, berhenti tersenyum. Kau terlihat sangat menakutkan kau tahu. Topeng yang menakutkan." Kata Hinata ringan.

Sakura terkekeh pelan. "Sudah kuduga, aku tak'an pernah bisa membohongimu. Aku memang payah dalam berakting ya?" kata Sakura.

"Tidak juga." Kata Hinata pelan, ia memandangi langit sore di atasnya. "Semua orang bisa kau tipu. Akan tetapi aku. Aku mengenalmu dengan baik Sakura-chan. Lebih baik dari siapapun."

Sakura lalu membalas Hinata dalam bahasa inggris. "Well, I'm giving up trying infroont of you. It's annoying become a nice girl," Kata Sakura dengan wajahnya yang kali ini terlihat datar.

"Aku tak akan mungkin tertipu. Bagaimana mungkin. Terakhir kali kita bertemu kau histeris, bahkan menurutku kau hampir gila. Dan, sekarang kau baik-baik saja? Kau pasti bercanda." Kata Hinata sembari tertawa kecil.

Sakura menghela nafasnya. "Sudahlah, aku muak membicarakan masa lalu."

"Kau muak membicarakan masa lalu, atau kau muak membicarakan Sasuke-kun?" Kata Hinata dengan senyumnya.

Sakura tersenyum angkuh. "Hmm, I'm fucking tired talked about Uchiha."Sakura lalu menatap langit senja diatasnya. "Si brengsek UchihaSasuke."

.

.

Sakura berjalan kearah rumahnya di Blossom street, dikedua telinganya terpasang headset yang melantunkan lagu dari Yiruma, pianis asal Korea favoritenya. Ia memegangi tasnya erat. Pandangannya terlihat kosong memandangi jalan didepannya. Setiap ia melewati jalan di Konoha, terkadang memori berseliweran dikepalanya. Memori yang sangat memuakan baginya.

Hinata, seperti biasa dijemput oleh supir keluarga Hyuuga. Heiress keluarga Hyuuga itu memang dijaga secara ketat. Tak jarang, semasa SMP Hinata tak diijinkan keluar saat ada acara. Keluarga Haruno terkenal dekat dengan keluarga Hyuuga. Yang berarti, kedua gadis itu otomatis saling mengenal dekat. Hinata mengenal baik sahabat sejak kecilnya itu baik luar atau dalam, tak ada yang bisa Sakura sembunyikan dari Hinata. Begitupula sebaliknya. Rasanya paling nyaman jika berada didekat seorang Hyuuga Hinata.

Langkahnya terhenti, saat dihadapan rumahnya yang berarsitektur Eropa itu, dua buah mobil diparkirkan. Sebuah mobil sedan hitam keluaran terbaru. Sepertinya, salah satu kolega ayahnya mengunjungi mereka.

Sakura menghela nafasnya. Didepan rumahnya, Ayame –pembantunya berdiri. Ia membungkuk menyambut kedatangan nona besarnya itu.

"Siapa itu Ayame?" tanya Sakura.

Ayame lalu membawakan tas Sakura. "Itu kolega tuan, Sakura-sama. Tuan Haruno, meminta anda untuk segera berganti baju. Akan diadakan makan malam sepertinya. "

"Hm, ayo."

.

.

Sakura memotong daging dihadapannya dengan wajah datar. Seolah menahan emosi. Kali ini, gadis ini memakai one shoulder drees dengan warna hijau tosca. Rambutnya, ia ikat setengah dengan jepit berwarna hijau juga. Ia lalu menyuapkan suapan terakhir dari makanannya. Ia mengelap mulutnya, lalu memandangi lelaki dihadapannya.

Uchiha.

Hn, siapa sangka kolega ayahnya yang datang itu adalah keluarga Uchiha. Ibu keluarga Uchiha bersama dengan anak tertuanya.

"Kudengar, Sakura-chan sekelas lagi dengan Sasuke?" kata Mikoto ibu Sasuke.

Sakura memasang topengnya kembali. "Iya bibi."

"Bagaimana Sasuke disekolah?" tanya Mikoto.

Sakura tersenyum simpul. "Saya baru sehari bersekolah disana tapi, dari rumor yang menyebar Sasuke-san merupakan playboy. Dan, saya merasa kurang nyaman ketika banyak orang bertanya bahwa saya masih kekasih Sasuke atau bukan. Padahalkan bukan." Terang Sakura panjang lebar.

"Sakura!" kata Ibunya.

Mikoto terkikik pelan. "Ah, tenang saja Rin."

"Sakura-chan bagaimana kalau kau menunjukan rumah kita kepada Itachi?" kata ibunya, hening sesaat."Sakura-chan." Kata ibunya lagi dengan nada memaksa.

Sakura menghela nafasnya, lalu ia bangkit dari tempat duduknya.

.

.

"Jadi?"

Sakura menatap Itachi. "Apa nii-san?" jawab Sakura kesal.

"Jadi, kapan kau pulang?" tanya Itachi-nii.

Sakura duduk di bangku taman rumahnya, ia menunjuk bangku kosong dihadapannya seolah-olah mengisaratkan kepada lelaki yang lebih tua darinya itu duduk, Itachipun duduk. "Kemarin sore."

"Merahasiakannya eh?" kata Itachi ringan.

Sakura menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi, itu mendadak. Ayah ingin aku berada disini, jadi yah kau tahu kelanjutannya." Kata Sakura acuh.

Itachi mengangguk tanda mengerti. "Mau tahu Sasuke kemana tidak?" tanya Itachi sembari menyeringai jahil. Senyum dan kilatan nakal dimata Itachi, persis sama dengan Sasuke. Kedua kakak adik ini memang sangat mirip dari segi fisik. Pengecualian : Itachi bukanlah playboy.

"Tidak." Jawab Sakura singkat.

Ia tak mengidahkan perkataan Sakura. "Ia ada di bar kami. Biasa dengan gadis-gadisnya. Menjadi playboy. Dasar berandalan. Ya Tuhan! Kapan bocah itu akan serius dengan hidupnya." Kata Itachi sembari menggelengkan kepalanya, ia menoleh kearah Sakura dan menyadari gadis itu merubah ekspresinya, ia berdeham pelan. "Kau dengan Sasuke bagaimana?" tanya Itachi hati-hati.

Sakura mengerutkan alisnya. "Bagaimana apanya?"

"Yah, bagaimana hubunganmu dengan Sasuke sekarang?"

Sakura mengangkat bahunya. "Aku bahkan belum menyapanya."

"Kenapa?"

Sakura memutar matanya, "Jangan berlagak bodoh nii-san. Kurasa, Itachi-nii sudah tahu bukan?"

"Oke, itu hanya basa-basi." Kata Itachi sembari terkekeh, lalu suasana menjadi serius kembali. "Kau belum memaafkannyakan?" tebak Itachi.

Sakura mengangkat senyum setengahnya. "Menurut Itachi-nii apa aku bisa memaafkannya? Ia nyaris membuatku mati kau tahu?" kata Sakura dengan seringainya yang khas, ia lalu mengangkat bahunya. "Itachi-nii sendiri pasti tahukan ambisiku sekarang?"

Itachi mengerutkan alisnya. "Maksudmu?"

"Oh, ayolah Itachi-nii masa tidak tahu?" kata Sakura dengan nada heran yang terkesan dibuat-buat, ia lalu tersenyum manis –terlalu manis hingga terasa memuakan. "Itachi-nii mau tahu apa ambisiku?" kata Sakura, hening sejenak. "Membuatnya lebih menderita lebih dari apa yang diriku rasakan."

Itachi tau artinya. Apa yang barusan Sakura katakana bukanlah sebuah candaan. Itu adalah omongan yang serius, bukan main-main. Dan, mata Sakura menunjukan keseriusannya. Mata Emeraldnya sekilas terlihat berkilat jahat. Ia menyunggingkan seringainya yang bagi Itachi sangat mengerikan.

Hn. Jelas sekali arti dari semua perilakunya.

Satu hal yang akan terjadi.

Perang akan segera dimulai.

.

.

Sakura menyalakan i-Podnya. Ia menelungkupkan tangannya, dan mengistirahatkan kepalanya. Ia menutup matanya. Rupanya ia datang terlalu awal. Lagu One love melantun. Ia mengetuk-ngetukan jarinya. Udara musim semi, masih terasa dingin. Tapi daun di luar ruangan kelas mulai bermuculan. Walaupun, bagi sebagian besar orang-atau semuanya, musim semi merupakan musim yang indah. Bagi Sakura musim semi itu menyebalkan, memuakan, dan merepotkan. Walaupun ia berulang tahun dimusim itu. Ia tetap saja merasa benci dengan musim itu. Peralihan dari musim dingin kemusim panas.

Matanya mengantuk. Ia menutupnya, dan mulai tertidur. Tak memakan waktu yang lama, ia merasakan seseorang menepuk bahunya pelan. Ia tak meresponnya seolah berpura-pura masih tertidur. Ia merasa terlalu malas mengobrol dengan orang lain, mengangkat kepalanya saja rasanya lelah. Lama kelamaan, orang tersebut semakin mengganggu. Ia masih saja menepuk bahunya. Dengan sekali tarikan yang keras,headsetnya dicabut secara paksa.

"JANGAN BERPURA-PURA TIDUR SAKURA!" bentak suara lelaki.

Sakura kenal betul suara ini. Suara menyebalkan, suara yang paling ia benci didunia ini. Suara, Tuan muda kita.

Tuan muda Uchiha Sasuke.

Sakura lalu malas-malasan duduk, "Berisik." Gumam Sakura dengan suaranya yang sedikit parau akibat tertidur.

"Ikut aku." Kata Sasuke singkat, dan dengan tatapan wajah yang datar.

Sakura memiringkan kepalanya. "Kalau aku tak mau?" tanya Sakura dengan wajah yang terkesan polos.

Mata onyx Sasuke mengeras, ia lalu memegangi tangan Sakura. "Kita-harus-bicara." Kata Sasuke dengan penekanan ditiap kata. Ia lalu menarik paksa tangan Sakura keluar kelas.

"Lepaskan aku brengsek!" teriak Sakura marah.

Kali ini, Sasuke tak menghiraukannya. Ia malah semakin mempererat genggaman tangannya pada Sakura. Takut-takut gadis itu kabur. Hatinya tak menentu. Hatinya berdesir mengingat seseorang yang dipeganginya adalah mantan kekasihnya.

Orang yang paling menyayanginya.

Orang yang paling merasakan sakit karena dirinya.

Ia berjalan cepat sembari menarik Sakura keluar dari koridor. Mereka berjalan dihalaman sekolah tanpa menyadari ada sepasang mata jade yang melihat mereka. Dengan wajah datar namun rupawan, rambut sewarna merah darah, dan mata teduh berwarna jade.

.

Sabaku Gaara.

.

.

Author note's :

Untuk judul, Dark moon sendiri merupakan fase perubahan Sakura kesisi yang lebih gelap. Tema fic ini dark, dan saya berharap fic ini bakalan disukain. Fict ini saya keluarin sekaligus pengganti fic Aideen yang saya hapus. Saya sendiri jujur suka kata dark moon.

Sasuke bakalan kelihatan lebih mesum dichapter depan tuh, jadi tunggu ya! =))

Tiga kata.

FIC BARU-RATED M-ORIGINAL STORY

Rated M yang lebih ke pembicaraan yang cenderung kasar. Mungkin, bakal ada lemon. Tapi, liat nanti kali ya.

Dark Moon mungkin bakal dibilang salah satu Master Piecesaya –yang dimana masih ada yang lain yang belum dipublish. Dibuat sejak tahun 2008. Fic yang terkesan dark pertama saya. Fic ini, direncanakan dan prosesnya dijalankan secara matang. Kalau ada yang bilang fic ini mirip fic manapun juga. Saya gatau ya, karena saya udah jarang baca fic lagi, kecuali fic L' amis Pour Toujour, Kimi No Sei, Soba Ni Iruka Ra, La Noir Violin, dan beberapa fic Kira Desuke senpai. Saya, cenderung jarang buka situs FFN, kecuali bakal update. Ide ini udah ada dikepala saya sejak lama. Dan, saya sama sekali gak niru fic yang manapun. Kalo ada kesamaan cerita, alur, dan sebagainya itu ketidak sengajaan. Jadi, kecil kemungkinan fic ini mengcopy.

Oke, kali ini saya rasa author note ini terlalu panjang ya?

Berkenan ga ngasih review? :p

Review dari kalian adalah sebuah jiwa dari cerita.

Sign,

.

Arisa.