Fanfic ini adalah fanfic permohonan maaf karena belum bisa updet Bukan Uke Biasa, dan menghapus fanfic Between, Angel, Humans and Demon.. sekali lagi maaf.. Untuk SasShin, ini fanfic untukmu, yang selalu memberi semangat , semoga suka..

Xxxx xxxx xxxxX

One Night To Forever..

Naruto by Masashi Kishimoto Sensei..

Pair: Naru FemSasu

Warning: Lime, Lemon, OOC, AU, abal, TYPO, gaje-ness, dll. Don't like? Don't read.

'...' mine

"..." talk

Xxxx xxxx xxxxX

Aku sedang menikmati secangkir coklat panas sambil melihat televisi. Di samping duduk seorang gadis cantik berambut sebahu. Dia sibuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai pengarang, sedangkan aku menungguinya sambil mengajaknya ngobrol sesekali. Yah, ini adalah hari pertamaku tinggal satu atap dengannya, kekasihku yang kini telah resmi menjadi istriku. Uchiha Sasuke. Gadis dalam mimpiku sekarang sudah sah menjadi milik Namikaze Naruto.

.

.

.

Menjelang malam, hujan deras mengguyur kota Konoha, udara yang tadi siang terasa panas mendadak turun drastis.

"Kau kedinginan ya?" aku membuka suara, memecahkan keheningan yang terjadi antara aku, dan istriku yang kini menyibukkan diri dengan menggosok-gosokkan telapak tangannya.

"Sudah jelaskan?" aku terkekeh melihat wajah kesalnya. Aku tau dia sangat benci udara seperti ini.

"Kemarilah," aku menarik pinggulnya yang ramping. Dan kudekatkan dengan diriku. Kulingkarkan kedua lenganku di perutnya yang datar.

"Sudah hangat my love?" tanyaku, dengan nada sedikit menggoda.

"Uum.. yah.." balasnya. Lagi-lagi aku hanya terkekeh, aku yakin wajahnya memerah saat ini.

.

.

.

Kurapatkan rengkuhanku terhadapnya, dan ia sendiri mulai menyamankan diri dalam dekapanku.

"Sasuke.." aku kembali buka suara.

"Hn?"

"Terima kasih, sudah mau menjadi pendamping hidupku," ujarku sambil mengecupi puncak kepalanya. "..aku bahagia sekali."

"Aku juga, aku bahagia bisa menjadi milikmu," sahutnya, ia sedang menyandarkan kepalanya di dadaku, sambil memejamkan mata.

"Love you.." balasku.

Ia mendongak, menatapku sebelum membalas ucapanku, "Love you too..."

Detik berikutnya, aku memangut bibir mungilnya dalam sebuah ciuman, sesaat setelah aku menurunkan wajahku. Aku dapat merasakan remasannya terhadap jari-jariku makin menguat ketika aku mulai memasuki rongga lembabnya yang basah dan hangat.

"mmph.. nnmm..." ia mengerang, wajahnya yang putih kini dipenuhi oleh semburat merah muda, ia menikmati invasiku dalam mulutnya, begitu juga diriku.

"ahh.. ahh.. aah..." Sasuke-ku, istriku, dia segera menghirup oksigen sebanyak-banyaknya begitu mengakhiri ciuman kami.

"Kau tau, itu cuma pemanasan, untuk 'sesuatu' yang besar malam nanti sayang," kuelus pipinya yang halus.

"Hhu.. mesum," ia menyodok perutku, lumayan sakit memang, tapi aku sudah sering menerimanya ketika kami masih berpacaran dulu.

"Hahaha, kita kan sudah resmi suami istri, jadi wajar kan kalau kita melakukan 'itu'," kubingkai wajahnya yang memerah itu dan mendorongnya mendekat pada wajahku. "Jadi, dimalam yang dingin ini, mari kita habiskan dengan bercinta," kataku sebelum mengunci bibirnya. Menghisapnya, melumat dan menggigit kulit kenyalnya.

"emmh.." lidahku mulai menjelajah masuk ke dalam rongganya, mengajak lidahnya menari denganku.

"ennhh... mmnn.." ia meremas kaos bagaian depan milikku ketika aku menggigit lidahnya, ia memejamkan mata, menikmati permainan lidahku yang sedang menyapu langit-langit mulutnya.

Sehelai benang saliva tercipta ketika ciuman basah kami berakhir untuk yang kedua kalinya. Aku menyeringai menatap Sasuke yang terengah-engah, kutarik pinggulnya agar ia duduk dalam pangkuanku. Kubenamkan wajahku di ceruk leher jenjangnya. Menghirup dalam-dalam aroma bunga yang menguar dari tubuhnya. Aroma yang membuatku mabuk kepayang.

.

.

.

"Sudah siap untuk babak utama?" tanyaku sambil menindih Sasuke yang sedang terengah-engah.

"Uum.. aku.." bola matanya bergerak ke kanan ke kiri, bingung. "siap.. akh!"

Begitu mendengar persetujuannya, aku segera menggendongnya ala bridal style. Membawanya ke dalam satu-satunya kamar di apartemen kita. Mendudukkannya di pinggiran ranjang.

.

.

.

"emmh.. mmhh..." Sasuke-ku mengerang tertahan saat aku kembali meraup bibirnya. Ia meremas rambutku, menikmati sesi ciuman kami.

Tanpa melepas pagutan kami, aku dorong pundak Sasuke hingga tubuhnya yang ramping terhempas ke atas ranjang.

"aah.. haa.. sssh..." Sasuke mulai mendesis pelan ketika lidahku mulai bermain di cuping telinganya. Terus turun sampai ke lehernya.

"nnh.. narrutoo..." aku mulai menghisap dan mengigit kecil disana, mencoba menciptakan bekas kemerahan di leher jenjangnya.

._._. X ._._.

Aku kembali menghempaskan Sasuke-ku yang sudah polos ke atas ranjang, begitu mengenyahkan pakaianku. Kutindih dia, lalu membelai dan meremas dua gundukan di dadanya.

"Kita mulai Sasuke?" sambil menyeringai, aku mengatakan hal itu.

"Yah.." aku tersenyum lebar, dan mulailah lidahku bergerak dan menari-nari di dadanya yang kenyal dan padat. Menghisap lalu menggigit, untuk kembali menghias kulit putihnya dengan kissmark buatanku, yang juga sebagai tanda kepemilikanku atas dirinya.

"kkhh.. enngh..." Sasuke mengerang dan menggeliat begitu aku menghisap putingnya yang mengeras, bergantian. Kukulum dan kutekan dengan lidahku, membuat kepalaku sedikit pusing karena rambutku diremas terlalu kuat oleh Sasuke.

"enngh... ahh.. ooghh!" Sasuke-ku terus mengerang dan menggeliat, kedua kakinya bergerak-gerak, hingga membuat pahanya menyentuh dan mengesek ke daerah selangkanganku.

.

.

.

Kini, jari-jariku mulai menjamah dan membelai pahanya, menggelitik tepat di daerah selangkangannya.

"Siap 'Suke-chan?" tanyaku.

Kulihat ia mengangguk, meski sedikit ragu. Aku angkat kedua kakinya dan meletakkan di pundakku. Perlahan-lahan kuarahkan milikku yang sudah menegang di daerah Vnya yang mulai basah.

"ahh.. Narrutto.. mmhh.. sakitt, Narru.." rintih Sasuke, ia menggeliat resah.

Aku menurunkan wajahku, mendekat pada wajahnya, kukecup keningnya tampa melepas kesejatianku yang hampir masuk seluruhnya dalam liang Sasuke.

"Maaf, aku sudah kasar," kataku penuh sesal.

Sasuke menggeleng, "Tidakk.. appa.. akkuh... hanya kagett," ucapnya dengan nada tertahan.

"Aku mulai ya?." Dia mengangguk, dan akupun mulai melesakkan kesejatianku dalam vagina Sasuke yang basah hingga tertanam seutuhnya. Aku terus bergerak maju mundur dengan tempo yang makin cepat, membuat Sasuke sering mengeluarkan desah dan erangan.

"Sassu.. Sasu.." aku mendesis merasakan dinding Sasuke menghipit kesejatianku.

"kkh.. Naru!Naru! Naruttoo.." tubuh Sasuke menegang kuat, ia orgasme untuk yang kedua kalinya.

"mmph.. Sassukee..ugh!" akupun klimaks tak berapa lama kemudian. Menyemprotkan cairan Sasuke ke dalam diri Sasuke.

"nnnh.." Sasuke merintih pelan saat aku tarik kesejatianku dari liang vagina Sasuke. Bersamaan dengan itu, aku dapat melihat cairan merah kental yang kutahu adalah darah keperawanan Sasuke menempel di kesejatianku.

"I love you Sasuke.." kukecup kening Sasuke lembut sebelum menjatuhkan badanku disampingnya.

"Love you too.." balas Sasuke sesaat setelah meringkuk dalam pelukanku. Aku tarik bed cover di dekat kakiku, untuk membalut tubuh polos kami yang masih basah oleh peluh. Perlahan-lahan, kamipun jatuh tertidur dengan saling memeluk satu sama lain.

Kalian tau, malam ini adalah malam yang luar biasa bagiku. Malam pertamaku dengan Sasuke, istriku yang paling aku cintai. Dimana, aku dapat menyentuhnya, menjamahnya, memiliki dia seutuhnya. Mendengar desahannya, erangannya, dan semuanya tentangnya. Menyatuhkan peluh kami berdua, saling merengkuh dan merasakan kehadiran kami dalam diri satu sama lain.

._._. X ._._.

Sebulan berlalu sejak malam itu, dan hubunganku jadi dekat dengan Sasuke-ku. Kalau kami tidak sedak lelah, tentu saja kami akan melewati malam kami dengan bercinta. Walau pagi harinya, aku akan mendapat omelan dari Sasuke saat ia bangun kesiangan atau kesulitan berjalan kerena nyeri. Kalau sudah begitu, tinggal memberinya kecupan di bibir, pasti akan membuat amarah Sasuke, melebur seketika.

.

.

.

Malam ini, kami baru saja pulang ke apartemen usai menghadiri pesta pertunangan Neji dan Gaara, dan aku segera menjatuhkan badanku yang pegal usai menyetir. Sementara Sasuke, dia langsung mandi untuk membersihkan keringat yang seakan membuat tubuhnya lengket.

Naruto POV END...

.

.

.

Sejam berlalu, cukup lama juga Sasuke berada dalam kamar mandi. Naruto yang sempat ketiduran segera beranjak dari sofa dan bergegas ke kamar mandi. Hampir sepuluh menit Naruto mondar mandir di depan pintu, tapi tidak ada tanda-tanda Sasuke untuk segera keluar.

"Sasuke.. kau kenapa?" Naruto mengetuk-ketuk daun pintu, ia mulai cemas saat orang yang ia panggil tidak memberi jawaban. "Sas? Sasuke, jangan bercanda?" makin panik, Narutopun memutuskan untuk mengambil kunci serep dan membukanya.

"Sasuke!" pupil Naruto mengecil begitu melihat Sasuke terkulai tak sadarkan diri dengan tubuh polos yang bersandar di dinding kamar mandi.

"Sasuke, bangun!" Naruto menghampiri perempuan itu, menepuk-nepuk pipinya beberapa kali sebelum menggendongnya keluar dari sana.

"Naru.." Sasuke membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing sekali saat ini.

"Aku disini Sasu-chan," sambil menautkan jari-jarinya di jemari Sasuke, Naruto berdiri, mendekati Sasuke, lalu membelai rambut dan pipinya. "Apa yang terjadi sampai pingsan seperti itu tadi?"

"Tidak tau, tiba-tiba kepalaku pusing, dan mual, mungkin aku masuk angin," desah Sasuke sambil memijat keningnya.

"Kita ke dokter ya?" ajak Naruto. Tangannya terulur untuk membantunya bangun dan duduk.

.

.

.

Disinilah keduanya berada, di meja dokter untuk menunggu dokter itu menjelaskan tentang penyakit Sasuke.

"Bagaimana Nek? 'Suke sakit apa?" tanya Naruto, pada dokter yang juga neneknya sendiri.

Tsunade-nama si dokter- yang sedang duduk di hadapan keduanya berdehem, sejenak, sebelum berujar, "Naruto, Sasuke, selamat, kalian akan segera menjadi orang tua," kata Tsunade.

Pupil beda warna itu sama-sama mengecil, kaget dengan pernyataan dokter itu.

"Serius Nek?" Naruto bertanya, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

"Yah, aku serius, Sasuke hamil, dia mengandung anakmu."

Mata Naruto berbinar-binar bahagia, dia memutar badannya untuk menatap Sasuke yang masih mematung di sebelah. Diraihnya pundak sang istri, agar menghadap padanya.

"Kita, akan menjadi orang tua 'Suke," Naruto membingkai wajah putih Sasuke, mencium kening, hidung dan bibir perempuan 21 tahun itu, sebelum merengkuhnya.

"I-iya.." balas Sasuke, dengan suara tertahan. Air matanya merembes keluar seiring dengan kebahagiaan yang ia rasakan. Ia membalas pelukan suaminya erat, ia bahagia, ia senang sekali, sama seperti Naruto.

Seulas senyum tercipta di bibir Tsunade yang juga turut bahagia melihat dua cucunya itu.

._._. X ._._.

TBC

._._. X ._._.

Oke ini fanfic emang aneh dan sangat abal. Tapi, Fu mohon, review ya-yah yah.. *puppy eyes*