Halo, Ruru muncul lagi dengan fic baru ^,^

Khufufu...karena pada dasarnya saya itu juga suka sama mas Gaara dengan catatan Itachi is allways number one for me (Halah gombal!)

Saya bikin fic GaaIno, kan belom banyak juga yang make nih pair, saya cuma mau meramaikan kolom ini, & tentunya membebaskan segala imajinasi saya tentang pair ini.

Dari pada saya makin ngemeng nggak jelas, mendingan langsung aja kita mulai ceritanya.

Enjoy!

Disclaimer: Kalo saya yang punya Naruto, saya nggak mungkin nyempil di sini buat bikin karangan ngaco tentang nih manga, jadi karena Naruto itu tetep punya Om Masashi Kihimoto, saya ngelamar jadi author di sini begitu ceritanya (Reader: "Nggak ada yang nanya!") T.T

Chapter 1

=Thinkerbell=

Di taman belakang Konoha High School

Seorang gadis berambut pirang panjang sedang berdiri berhadapan dengan seorang pemuda berambut hitam.

"Maaf Ino, aku tidak bisa, aku...suka Matsuri." Kata pemuda itu, sang gadis yang bernama Ino itu mendongakkan kepalanya menatap pemuda di depannya dengan tatapan tak percaya.

Hening tercipta di antara mereka, hanya hembusan angin yang mengisi waktu mereka yang terlewat cukup lama.

"Begitu?" Ino membuka suara setelah terdiam beberapa saat, pemuda di depannya tiba-tiba merinding mendengar nada suara Ino yang terkesan datar dan dingin.

"Kalau begitu….enyahlah!" Ino kini menatap tajam pemuda di depannya, bermaksud mengusirnya, seolah merasa jijik dengan keberadaan pemuda itu.

Kelas 2-3

"Haaaaaah….." Ino mendesah, dagunya di letakkan di atas meja dengan pasrah.

"Kau kenapa lagi Ino?" Tanya Sakura, teman sebangku Ino.

"Ah, paling-paling habis ditolak lagi, ya kan?" Todong Tenten yang duduk di depan bangku Ino dan Sakura.

"Urusai!" Jawab Ino ketus.

"A…apa karena Matsuri lagi?" Tanya Hinata, teman sebangku Tenten.

"Hemh….aku heran, kenapa dari sekian banyak gadis di dunia ini, selalu saja dia yang jadi alasan mereka, selalu saja namanya yang disebut sebagai penghalang!" Keluh Ino yang telah menegakkan posisi duduknya.

"Apa aku sejelek itu sampai tak ada yang mau sama aku?" Ino kembali meletakkan dagunya di meja.

"I….Ino-chan itu cantik kok, me….mereka saja yang bodoh karena mengabaikanmu!" Sergah Hinata yang tumben-tumbenan bisa bicara lantang.

"Hm…Hinata benar Ino, suatu saat kau pasti akan menemukan pria yang lebih baik dari yang lainnya!" Kata Tenten, Ino mendongak.

"Suatu saat itu kapan?" Gerutu Ino.

Sreeek!

Ino mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara pintu kelas terbuka, dan masuklah seorang yang amat sangat dia benci saat ini, ya, dia lah Matsuri sang putri Konoha High School.

"Cih, sang putri datang!" Gumam Ino bermaksud mengejek kedatangan Matsuri, ketiga temannya pun menoleh ke arah pintu, dan memicingkan mata mereka saat melihat sosok mungil yang menurut mereka amat sangat menyebalkan, dan dalam sekejap sosok itu telah dikerumuni para murid laki-laki yang berebut perhatian dari gadis itu.

"Biar kubawakan tasnya Matsuri-chan!"

"Aku saja!"

"Tidak aku saja!"

"Matsuri-chan!"

"Matsuri-chan!"

Gadis berambut pendek itu terlihat kebingungan menghadapi para siswa yang mengerumuninya di depan pintu kelas.

"Cih, apa bagusnya sih cewek itu? Udah pendek, lemah, sok imut, caper lagi!" Cibir Sakura saat melihat Matsuri yang tengah dikerumuni para siswa, sedangkan siswi siswi di kelas itu hanya berdecak kesal, sama seperti yang dilakukan Sakura barusan.

Ino bertopang dagu sambil menatap kesal ke depan pintu, meskipun terlihat diam, sebenarnya dia juga tengah mengumpat dan bersumpah serapah dalam hatinya.

"Minggir!" Seseorang berdesis di belakang kerumunan itu, dan tanpa berlama-lama, kerumunan itu langsung terbelah, seolah memberi jalan pada orang itu, Ino menegakkan kepalanya demi melihat sosok itu.

"Jangan berkerumun di depan pintu!" Kata pemuda berambut hitam yang mulai menampakkan diri, orang-orang di sekelilingnya hanya mengangguk mengerti, kemudian kembali ke bangkunya masing-masing, menyisakan Matsuri yang masih berdiri mematung dan pemuda yang masih diawasi oleh aquamarine Ino.

"Uchiha Sasuke, sebenarnya dia ganteng juga sih, tapi sifatnya itu loh, kelewat dingin, nggak pernah senyum, bicara juga cuma seperlunya saja, padahal aku lumayan suka dia" Batin Ino yang masih terpaku pada pemuda berambut hitam bernama Sasuke itu, entah karena apa, Sasuke melirik ke arah Ino, membuat gadis itu terkesiap.

Aquamarine bertemu Onyx, Ino tak mampu berkedip saat menatap Onyx Sasuke yang terlapisi kaca mata transparan, pemuda itu menyunggingkan senyumannya yang amat sangat langka, membuat jantung Ino berdesir, dan wajahnya memanas seperti terbakar.

"Kami-sama...dia tersenyum? Aku bersumpah melihatnya tersenyum, apa ini nyata? Atau jangan-jangan aku mulai gila dan berhalusinasi gara-gara terlalu sering ditolak?" Jerit inner Ino saat melihat senyuman Sasuke yang terbilang singkat itu.

"Hei, teman FB-ku ngajak ketemuan nih, katanya dia mau bawa teman-temannya, kalian ikut ya!" Seru Sakura sambil mengotak atik HP-nya, Lamunan Ino buyar seketika saat mendengar suara Sakura yang dengan seenaknya ikut masuk ke dalam khayalannya.

"Apa iya? Cewek apa cowok?" Tanya Tenten antusias.

"Ya cowok lah, masa aku janjian sama cewek, kamu pikir aku Yuri apa?" Gerutu Sakura.

"Hahaha...siapa tahu, kamu kan juga belom pernah punya pacar Non!" Ejek Tenten sambil menjulurkan lidahnya.

"Heh, emangnya kamu udah pernah punya pacar?" Sembur Sakura kesal.

"Sudah-sudah, jangan bertengkar!" Lerai Hinata.

"Eh tapi oke juga tuh, Ino sekalian ikut aja ya! Kamu kan habis patah hati, siapa tahu kamu bisa jadian sama salah satu temennya Sakura itu ya nggak? Hitung-hitung sebagai obat sakit hati" Usul Tenten.

"Bener tuh, kamu ikutan ya! Mau kan?" Tanya Sakura pada Ino dengan sedikit memaksa.

"Hm? Boleh lah!" Kata Ino pasrah.

"Yay! Hinata juga ikutan ya!" Kini Sakura menepuk bahu Hinata dengan tenaga kudanya, membuat gadis itu meringis kesakitan.

"I...i...iya..." Jawab Hinata sambil mengelus bahunya yang jadi korban pukulan Sakura.

"Mereka itu orang mana Sakura?" Tanya Tenten penasaran.

"Orang Konoha juga kok, tapi mereka sekolah di Kitsune High School" Kata Sakura yang masih mengotak-atik HP-nya, Ino mulai tenggelam dalam pikirannya sendiri tak menghiraukan apa yang sedang teman-temannya bahas saat ini.

"Obat sakit hati? Um...yah boleh lah, lagi pula, orang luar kan nggak kenal sama Matsuri, jadi kecil kemungkinan aku berurusan lagi sama cewek itu" Batin Ino yakin.

Kitsune High School

"Dia mau dia mauuuuu!" Seru seorang pemuda berambut kuning jabrik.

"Apaan sih Naruto? Heboh banget?" Tanya pemuda lain yang berambut cokelat jabrik, dengan tato segi tiga di kedua pipinya, pemuda itu bernama Kiba.

"Hari minggu besok aku mau ketemuan sama cewek, aku bilang mau ngajak kalian juga, katanya dia juga bakalan ngajak temen-temen ceweknya! Kalian mau ikut kan?" Tanya pemuda bernama Naruto dengan penuh semangat dan sedikit memaksa.

"Wow, semangatmu luar biasa Naruto! So pasti gua ikutan!" Seru pemuda beralis tebal yang suka kehijauan *Halah* maksudnya, suka pakai baju ketat warna ijo, sekarang aja kancing kemejanya dibuka semua, sehingga menampakkan kaos dalem warna ijonya, yang ini namanya Rock Lee.

"Hm...boleh-boleh, lagian udah lama juga kita nggak main sama cewek" Kata Kiba sambil manggut-manggut dan mengurut urut dagunya ala rentenir mikirin piutang.

"Oi Gaara! Lo ikutan juga kan?" Seru Naruto pada salah seorang temannya, seorang pemuda berambut merah bata yang tengah duduk di bingkai jendela kelas.

"Nggak!" Jawab Gaara singkat.

Memang pemuda bernama Gaara ini amat sangat irit ngomong, jarang ada yang bisa membuatnya ngomong banyak, bahkan teman-temannya yang bisa dibilang banyak omong itu pun nggak mampu membuat mulut Gaara bicara lebih dari 10 kata.

"Ayolah Gaara, lagi pula kau ini masih jomblo kan?" Desak Kiba (Kayaknya nih anak ngebet banget kepengen kencan)

"Kenapa statusku ikut dibawa bawa?" Tanya Gaara dengan nada dingin seperti biasa.

"Sudah waktunya lo cari cewek sob! Masa' lo mau ngejomblo seumur hidup, sayang banget muka lo yang laris manis ituh, sekali sekali nyobain kencan napa?" Kali ini Naruto yang bicara, Gaara melirik kesal ke arah teman-temannya itu.

"Ini saat yang tepat untuk menunjukkan semangat masa mudamu kawanku!" Seru Lee dengan penuh semangat, tangan kanannya terkepal meninju udara di atasnya, kedua temannya yang lain mendukungnya dengan melancarkan puppy eyes no jutsu pada Gaara yang tentu saja nggak akan mempan.

"Aku nggak tertarik!" Kata Gaara yang kemudian membuang muka ke arah luar jendela.

"Gaara, kamu nggak akan selamanya menantikan si Thinkerbell itu kan?" Tanya Naruto yang kini mulai serius, Gaara menolehkan kepalanya menatap kawan lamanya itu.

"Ini tak ada hubungannya dengan gadis itu!" Jawab Gaara, membuat ketiga temannya terdiam.

"Lagi pula sejak kapan dia bernama Thinkerbell?" Gumam Gaara pada dirinya sendiri.

"Tak ada jaminan kau akan bertemu lagi dengannya kan Gaara? Tak ada salahnya kau mencari gadis lain untuk mengisi hatimu itu, lagi pula kau kan sama sekali tidak mengenalnya, kalian hanya pernah bertemu satu kali, apa yang kau harapkan dari pertemuan singkat itu? Lagi pula belum tentu juga dia masih mengingatmu kan?" Gaara tak memperdulikan ucapan Naruto barusan dan hanya menatap ke luar jendela.

Hening tercipta di antara kekempat pemuda itu, tak ada satu pun yang bersuara, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Gaara sadar akan keadaan itu, ketiga temannya itu tak akan pergi jika tak ada dia bersama mereka, sedangkan dia tahu benar mereka sangat mengiginkan pertemuan itu, sebagai pemimpin yang baik, tentu saja dia memperhatikan kesejahteraan rakyatnya(?) maka dia pun meluluskan keinginan teman-temannya itu.

"Baiklah, terserah kalian saja, asal mereka tidak merepotkan!" Kata Gaara yang sukses membuat ketiga temannya bersorak sorai, menyuarakan kebahagiaan mereka, sedangkan Gaara tetap tak bergeming dari posisinya yang tengah menatap keluar jendela (Apaan sih yang diliatin Gaara dari tadi? Demen amat liatin luar jendela?*ngikutin arah pandang Gaara* oh ada odong-odong lewat, Gaara mau naik?0_o *dikubur idup-idup*)

*Show Me Love*

Hari minggu pagi di Konoha Land

09.00 am.

Ino berlari tergesa memasuki taman bermain itu, rompi panjangnya melambai-lambai tertiup angin, sepatu boot hitamnya beradu cukup keras dengan aspal, dia terlambat cukup lama dari waktu yang ditentukan, dari waktu janjian jam 08.30, dia molor setengah jam, sudah dapat dipastikan, Sakura atau Tenten akan memberinya deathglare terbaik mereka lengkap dengan hujan lokalnya, kalo Hinata sih nggak masuk hitungan, solanya dia itu kan pemalu dan penurut.

BRUK!

"Aduh! Maaf!" Kata Ino yang langsung menunduk meminta maaf pada orang yang ditabraknya, gadis itu tak sempat menatap orang itu, dan hanya sempat melihat kemeja motif kotak-kotaknya, karena dia langsung berlari menjauh, berusaha meminimalisir keterlambatannya, sedangkan orang yang ditabrak Ino tadi hanya terpana melihat punggung Ino yang semakin menjauh.

Mata emerald pemuda berambut merah itu tak lepas dari sosok Ino, ekspresinya masih tetap datar, meskipun dalam pikirannya tengah memikirkan sesuatu tentang Ino.

Ino berlari menerabas pengunjung lain yang berlalu lalang di depannya, sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan teman-temannya, di saat itu pikirannya malah tersangkut ke beberapa saat lalu, dimana dia sempat menabrak orang di sela larinya, aquamarinenya tertuju pada rompi panjang yang dia pakai.

"Kok motifnya sama ya?" Batin Ino.

Kotak-kotak merah hitam, itulah motif rompi panjang Ino dan juga kemeja orang yang dia tabrak tadi.

"Oi Ino!" Seru seorang gadis berambut pink dari arah depan, Ino yang tersadar dari lamunannya, langsung menambah kecepatan larinya untuk mencapai tempat gadis itu.

"Maaf...hosh...hosh...hosh...jamku telat setengah jam...hosh...hosh...hosh..." Kata Ino setelah berada di depan Sakura, kedua tangannya menopang di kedua lututnya, berusha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari tadi.

"Hu~uh, buang saja jam bututmu itu! Kami sudah menunggumu lama sekali tahu?" Sakura berkacak pinggang di depan Ino.

"Maaf maaf!" Kata Ino yang sudah bisa mengatur nafasnya.

"Oh, jadi kau yang bernama Ino?" Tanya pemuda berambut kuning jabrik yang berdiri tak jauh dari Sakura. Ino menelengkan kepalanya menatap pemuuda itu, ternyata di belakang Sakura telah berdiri tiga orang pemuda yang tidak dia kenal, Tenten dan Hinata juga telah berdiri di dekat mereka.

"Oh iya, biar ku kenalkan!" Sakura menarik lengan Ino mendekat ke arah tiga pemuda itu.

"Yang ini Naruto, teman FB-ku" Sakura menunjuk pemuda berambut kuning jabrik yang menyapa Ino tadi.

"Halo, um...rasanya ciri-cirimu mirip seseorang ya?" Naruto menelengkan kepalanya, kedua tangannya terlipat di depan dada, pemuda itu seolah sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Um...aku tidak merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya." Kata Ino yang mengalihkan pandangannya ke arah lain, karena merasa tidak enak dengan tatapan menyelidik pemuda itu.

"Begitu ya? Mungkin cuma perasaanku saja kali ya?" Naruto nyengir sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Sudahlah tidak usah dipikirkan! Ah ya, yang dua orang ini teman-temannya Naruto, yang berambut cokelat itu Kiba dan yang berambut hitam itu Rock Lee." Kata Sakura.

"Apa tidak kurang satu?" Tanya Tenten yang menyela perkenalan mereka, ketiga pemuda di depan Ino dan Sakura pun saling pandang, kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah, seolah sedang mencari seseorang.

"Ah iya, teman kami yang satunya belum datang, yah, kami tidak yakin sih dia datang atau tidak, soalnya kemarin dia sempat menolak." Kata Kiba yang kemudian melirik kedua temannya meminta dukungan.

"Iya, soalnya dia itu tidak terlalu suka keramaian sih." Lee menambahi.

"Begitu ya?" Tanya Tenten agak kurang puas dengan jawaban itu, Ino malah tenggelam dalam pikirannya sendiri, Hinata lirik-lirikan gaje sama Kiba, Naruto cengar-cengir di samping Sakura.

"Ehm, sepertinya kalian baik-baik saja tanpa aku ya?" Sebuah suara mengalihkan perhatian ketujuh orang itu, dan otomatis langsung meruntuhkan dunia yang baru saja mereka bentuk beberapa saat lalu.

"Gaara? Akhirnya kau datang, kupikir kau berubah pikiran lagi!" Seru Naruto yang langsung menepuk pundak temannya itu, mata emerald Gaara langsung tertuju pada gadis berambut pirang di antara gadis lain yang berdiri di samping teman-temannya.

Ino yang merasa diperhatikan hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain, sepertinya dia sedikit takut dengan tatapan pemuda itu, tapi dengan cepat dia kembali menatap pemuda beranbut merah itu.

"Kemeja kotak-kotak merah hitam? Lagi?" Pikir Ino.

"Hei Ino, kalian janjian ya? Baju kalian sama hihihi..." Bisik Sakura di telinga Ino sambil,melirik sekilas ke arah pemuda yang baru saja datang.

"Diam kau forehead!" Desis Ino.

"Oh iya, sampai lupa, Ini Gaara, teman kami yang baru saja kami ceritakan." Kata Naruto sambil menepuk pundak Gaara yang masih terpaku pada Ino.

Ino melihat Gaara berbisik kepada Naruto sebentar, kemudian tersenyum tipis, atau tepatnya seringai tipis di bibirnya, sedangkan Naruto hanya mengangguk-angguk mengerti sambil mengacungkan jempolnya, seolah tengah menyetujui suatu rencana, Ino mulai merasakan firasat buruk saat melihat hal itu.

"Nah karena semuanya sudah lengkap, kita mulai berpisah saja, kita cari tempat sendiri-sendiri ya!" Naruto mengerling ke arah kedua temannya yang sudah siap dengan pasangan masing-masing, dan mereka pun mengangguk.

"Okay kita mulai main!" Seru Naruto yang langsung menarik Sakura menjauh, Sedangkan Sakura terkesiap sejenak saat merasakan lengannya ditarik oleh Naruto, tapi kemudian mengaitkan tangannya di lengan pemuda itu.

Kiba dan Lee sudah pergi duluan dengan Hinata dan Tenten.

Kini yang tersisa tinggal Ino dan Gaara yang belum bergerak sama sekali.

"A...ano...kudengar kau tidak suka keramaian kan? Jadi lebih baik aku pulang saja ya!" Ino bersiap melarikan diri, tapi langkahnya terhenti saat lengannya ditahan oleh Gaara, Ino menoleh ragu ke arah Gaara.

"Aku sudah capek-capek datang kesini sampai jadi korban tabrak lari di depan gerbang tadi, jadi tersangkanya harus bertanggung jawab sekarang!" Kata Gaara yang kembali menyunggingkan seringainya, Ino bergindik ngeri melihat seringai berbahaya dari pemuda berambut merah itu.

(Tunggu dulu! Coba hitung berapa banyak kata yang diucapkan Gaara tadi! Lebih dari 10 lho, ini keajaiban! Gaara bicara lebih dari 10 kata! Coba Naruto, Kiba sama Lee tahu, mereka pasti langsung minta pengampunan dosa ) *Lha?* 0_o) Abaikan ocehan nggak penting barusan!

Ino berjalan pelan di belakang Gaara, kepalanya tertunduk, takut kalau bertemu pandang dengan pemuda di depannya, sesekali dia melirik Gaara, dan setiap kali dia melirik itu lah, Gaara juga bertepatan sedang melirik ke arahnya, sehingga mau tak mau mereka bertemu pandang, dan Ino akan langsung menundukkan kepalanya kembali.

Bruk!

"Itch!" Ino mengelus dahinya saat tak sengaja menubruk tubuh Gaara yang berhenti tiba-tiba.

"A...ada apa?" Tanya Ino gugup.

"Menunggumu!" Jawab Gaara, Ino melebarkan matanya.

"Ka...kau kan tidak perlu menungguku" Ino menundukkan kepalanya sambil memain-mainkan ujung rompinya.

"Aku mau menunggumu, dan kau harus berjalan di sampingku, mengerti?" Paksa Gaara pada Ino, aquamarine Ino kembali melebar melihat ekspresi Gaara yang terlihat serius.

"Kenapa? Kau takut padaku?" Tanya Gaara yang kini mendekat ke arah Ino.

Ino menatap Gaara, meskipun ekspresinya datar, tapi Ino dapat melihat sorot kekecewaan di mata Gaara.

"A...aku..." Ino bingung mau menjawab apa, pada kenyataannya dia memang takut pada pemuda berambut merah di depannya ini, tapi entah kenapa, rasanya dia tidak ingin melihat sorot kekecewaan di mata Gaara.

Ino tak juga menjawab pertanyaan Gaara, sedangkan Gaara yang merasa diacuhkan mulai menyerah, tak ingin berlama-lama dengan Ino yang seolah tak menginginkan keberadaannya.

"Ku anggap itu iya, kurasa kau tak suka berlama-lama denganku, aku pergi!" Gaara mulai melangkahkan kakinya, tapi kemudian terhenti karena merasakan kemejanya ditarik paksa dari belakang, Gaara menoleh dan mendapati Ino tengah berdiri di belakangnya sambil menggenggam ujung kemeja yang dia kenakan.

"A...a...aku...tidak takut kok" Kata Ino terbata, kepalanya yang masih ditundukkan perlahan terangkat, mencoba untuk menatap pemuda di depannya, kemudian tersenyum setulus yang dia bisa, emerald Gaara melebar saat melihat senyum Ino, tapi kemudian kembali datar untuk menjaga imagenya.

"Um...kau suka game tidak?" Tanya Ino yang mulai bersikap biasa pada Gaara.

"Lumayan"

"Kalau begitu kita ke game center saja! Aku tahu tempat yang bagus, ayo ikut aku!" Ino menarik lengan Gaara, entah kenapa perasaannya sudah tidak seberat tadi, dan Gaara pun hanya mengikuti kemana Ino membawanya, tanpa Ino sadari, seulas senyum tersungging di bibir Gaara.

Seharian dihabiskan Ino dan Gaara di game center, Ino tak menyangka, ternyata Gaara itu seorang gamer sejati, bahkan seorang Ino yang tak pernah kalah pun berhasil ditakhlukkan Gaara dengan mudah di semua permainan yang mereka mainkan, Ino sudah mulai lelah, sedangkan Gaara masih segar segar saja, hal itu membuat Ino berpikir, sebenarnya stamina Gaara itu sebesar apa sih, padahal sudah main seharian, tapi nggak kelihatan capek sama sekali.

*Eits, jangan salah! Sebenarnya Gaara juga udah capek setengah mati, tapi demi menjaga Imagenya yang terlanjur perfect, jadi Gaara tetap bersikap datar-datar saja untuk menutupi kekurangan dia*

Bruk!

Ino menghempaskan diri di salah satu bangku di pinggir jalan, Gaara pun duduk di sebelahnya dengan santai.

"Aaaaah capeknyaaaa..." Kata Ino sambil merenggangkan tubuhnya, mencoba melepaskan penat yang dia rasa.

"Apa kau tidak capek Gaara-kun?" Tanya Ino pada Gaara yang duduk di sampingnya.

"Lumayan" Ino tersenyum lembut, setidaknya pemuda itu mau menanggapi pertanyaannya, dari pada tak menjawab sama sekali?

Ino mengedarkan pandangannya, mencari letak mesin jus otomatis, dan dia menemukannya di seberang jalan, agak jauh dari tempatnya duduk.

"Um...kau mau minun Gaara-kun? Aku sedikit haus, di sana ada mesin jus otomatis, aku mau kesana sebentar!" Kata Ino yang kemudian berdiri dari duduknya, tapi Gaara menariknya dan mendudukkannya kembali.

"Aku saja yang pergi, kau mau minum apa?" Tanya Gaara yang menggantikan posisi Ino berdiri.

"Benar kau yang pergi? Tidak apa-apa?" Tanya Ino tak yakin, karena dia pikir Gaara itu tipikal orang yang tidak mau direpotkan.

"Katakan saja apa yang kau mau!" Perintah Gaara dengan nada datarnya.

"Um...orange juice saja" Kata Ino kemudian, dan Gaara pun berlalu meninggalkan Ino.

"Ternyata dia tak seburuk yang kubayangkan" Pikir Ino sambil menatap punggung Gaara yang semakin menjauh.

"Kalau dipikir-pikir, dia itu ganteng juga, bahkan bisa dibilang diatas rata-rata, nggak kalah sama Uchiha Sasuke, tampan, keren, badannya juga oke, lumayan baik juga, apanya yang kurang? Um...mungkin auranya yang mengerikan itu kali ya?" Ino masih saja berspekulasi sendiri tentang Gaara.

"Tapi rasanya aku pernah lihat, terutama tato ai di dahi kirinya itu, tapi di mana ya?" Ino memijit dahinya, mencoba mengingat-ingat sesuatu.

"Hai nona cantik, sendirian aja nih?" Ino mendongakkan kepalanya, dan melihat ketiga orang pria yang dari penampilannya saja sudah ketahuan kalau mereka bukan orang baik-baik.

"Tidak, aku bersama seseorang!" Kata Ino tegas.

"Masa sih? Kami nggak lihat ada orang lain di sekitarmu selain kita" Salah satu dari mereka mencoba menyentuh Ino, tapi langsung ditepiskan oleh gadis itu.

"Jangan sentuh sembarangan!" Bentak Ino, tapi bukannya pergi, ketiga orang itu malah semakin semangat untuk merayu Ino.

"Jangan sok jual mahal gitu lah, main saja sama kita, kita nggak akan kasar kok sama kamu hehehe..."

"Cih, siapa yang sudi main sama kalian, pergi!" Ino berdiri dan mendorong salah satu dari mereka agar menjauh darinya.

"Ayo lah, tidak usah malu-malu!" Kedua orang lainnya mencekal pergelangan tangan Ino, menahan pergerakan gadis itu.

"Lepaskan aku!" Ino meronta, mencoba melepaskan diri, tapi cengkraman kedua lelaki itu jauh lebih kuat dari tenaga wanitanya.

"Lepaskan!" Sentak Ino lagi, ketiga orang pria itu malah menyerigai senang melihat pemberontakan Ino.

"Lepaskan dia atau kubunuh kalian!" Sebuah suara yang penuh penekanan terdengar dari belakang ketiga orang yang sedang menahan Ino, mereka pun menoleh dan mendapati Gaara yang menyebarkan aura membunuh dari tubuhnya.

Gaara melihat Ino yang berada di tengah berandalan itu, terlihat air mata yang mengambang di pelupuk mata gadis itu, dan tanpa peringatan apapun, Gaara langsung memukul salah satu dari berandalan itu hingga jatuh tersungkur menubruk bangku di belakang mereka, Ino berjenggit menghindari tubuh orang itu yang hampir menimpa dirinya.

"Kau?" Desis salah satu berandalan itu.

"Orang-orang Taka, berani sekali kalian berkeliaran di wilayahku?" Desis Gaara, Ino melebarkan matanya.

"Taka? Itu kan nama salah satu geng berandalan di kota ini?" Batin Ino ngeri.

"Tch, sejak kapan tempat ini menjadi wilayahmu Sabaku? Seingatku tempat ini masih wilayah kekuasaan bos kami!" Tantang salah satu berandalan itu, Gaara menajamkan tatapannya, merasa tidak suka dengan tantangan orang tidak tahu diri di depannya.

"Sa...Sabaku? Apa yang mereka maksud adalah Sabaku bos besar kelompok berandalan yang paling ditakuti di wilayah ini? Ya...yang benar saja?" Ino membelalakkan matanya, aquamarinenya menatap tak percaya pada Gaara, sorot ketakutan terpancar jelas di kedua bola mata Ino.

"Oh ya, jadi kau sedang kencan ya? Ternyata seleramu oke juga, boleh buat kami?"

BUK!

Gaara melayangkan tinjunya pada berandalan yang mencoba menyentuh Ino lagi, Ino tersentak saat melihat tatapan Gaara yang lebih menusuk dari yang tadi.

"Singkirkan tangan kotor kalian darinya!" Kini Gaara berdiri di depan Ino, melindunginya dari tangan-tangan kotor berandalan itu.

"Cih, sombong sekali kau Sabaku? Awas kau, lain kali kami akan buat perhitungan denganmu!" Tiga berandalan itu masih saja besar mulut, padahal sendirinya sudah kabur duluan ketika melihat tatapan membunuh yang semakin mencekam dari Gaara.

Gaara membalikkan badannya menghadap Ino, sedangkan Ino sendiri malah melangkah mundur saat melihat Gaara menatapnya, gadis itu terlihat ketakutan saat Gaara mendekat ke arahnya, Gaara memicingkan matanya melihat sikap Ino.

"Apa sekarang kau takut padaku?" Pertanyaan Gaara barusan membuat Ino tersadar, Gaara pernah menanyakan hal yang sama tadi, dan Ino menyangkalnya karena melihat sorot kekecewaan di mata pemuda itu, dan sekarang Gaara menanyakannya kembali dengan ekspresi yang sama.

Ino masih belum tahu akan menjawab apa, tubuhnya masih gemetar ketakutan saat Gaara mendekatkan wajahnya padanya.

"Ino, jadilah kekasihku!" Bisik Gaara di telinga Ino, gadis itu tersentak saat mendengar permintaan pemuda berambut merah di depannya, namun dia tak sanggup berucap apapun, suaranya seakan tertahan di tenggorokannya, Gaara menjauhkan diri dari tubuh Ino, kemudian menatap aquamarine gadis di depannya.

"Orang-orang tadi adalah musuhku, mereka sudah terlanjur melihatmu, kau pasti akan diincar"

"A...apa? Ke...kenapa aku juga harus terlibat dengan masalahmu?" Protes Ino.

"Aku tidak bermaksud melibatkanmu dalam masalahku, tapi mereka sudah terlanjur melihatmu, mereka pasti berpikir kau adalah pacarku, dan mereka akan mencelakaimu, kau mau mati konyol?" Ino tercekat melihat keseriusan Gaara, padahal bisa saja Gaara mengacuhkannya, mengingat mereka juga baru kenal hari ini, dan lagi Gaara itu bos besar berandalan yang paling ditakuti di kota ini, untuk apa dia mau repot-repot mengkhawatirkan seorang gadis biasa sepertinya?

"Apa jawabanmu?" Tuntut Gaara dengan nada datarnya, Ino menundukkan kepalanya, manik matanya bergulir kesana kemari seolah sedang mencari jawaban.

"Aku, takkan membiarkanmu menolak!" Kata Gaara dingin, Ino mendongakkan kepalanya, melihat ekspresi Gaara yang terlihat lebih menyeramkan.

Glek!

Ino menelan ludah, dan dia pun tak bisa berkutik lagi, akhirnya menerima tawaran Gaara dengan berat hati ,karena rasa takutnya pada pemuda itu jauh lebih besar dari rasa takutnya pada musuh-musuh Gaara yang mungkin akan mengincarnya.

*Show Me Love*

Keesokan harinya

Tring!

GRAK!

Ino reflek menjauh dari HP-nya saat mendengar nada SMS dari sana.

"Kau kenapa Ino? Hanya karena mendengar nada SMS apa perlu sepanik itu?" Tanya Sakura tak habis pikir dengan kelakuan temannya itu.

"A...a...apa? A...a...aku...Ti...ti...tidak apa-apa kok" Kata Ino panik.

"Sikapmu tidak menunjukkan apa yang kau katakan." Sangkal Tenten.

"Ino-chan sedang ada masalah ya?" Tanya Hinata kalem.

Ino hanya menelan ludah, bingung mau cerita atau tidak, akhirnya setelah berpkir cukup lama, Ino memutuskan untuk bercerita.

"APAAAA? JADI DIA ITU BERANDALAN SABAKU?" Seru SakuTenHina bersamaan setelah mendengar cerita Ino, otomatis semua mata memandang aneh ke arah mereka.

"Sssssst, jangan keras keras bodoh!" Bisik Ino.

"Ka...kau dipaksa jadian sama dia?" Tanya Tenten ragu, Ino hanya mengangguk pasrah, ketiga temannya langsung melotot horor pada Ino.

Drrrrt...drrrrt...drrrrrt...

Ino terlonjak kaget saat merasakan HP-nya bergetar agak lama, pertanda ada panggilan masuk.

"I...i...itu...itu pasti Gaara, bagaimana ini...?" Tanya Ino frustasi, kedua tangannya mencengkram erat rambut pirangnya, sedangkan ketiga temannya beringsut menjauh dari HP Ino seolah barang itu adalah bom yang siap meledak kapan saja.

"I...Ino, kau tidak mengangkatnya?" Tanya Sakura.

"Cepat angkat Ino, sebelum sekolah kita jadi korban keganasan Sabaku!" Kata Tenten.

"I...Ino-chan, kalau tidak segera diangkat dia pasti marah" Hinata ikit-ikutan memohon pada Ino untuk segera mengangkat telepon itu.

Ino dengan ragu mulai meraih HP-nya, tangannya masih gemetar saat memegang benda kecil itu, dan dengan hati-hati jarinya mulai mengarah ke tombol hijau kemudian menekannya pelan.

"M...m...moshi-moshi?" Ino menempelkan benda mungil itu di telinga kanannya.

"Kenapa lama sekali, dan kenapa pesanku tidak dibalas?" Suara dingin nan angkuh terdengar dari seberang telepon, membuat bulu kuduk Ino berdiri seketika.

"A...a...ano...t...tadi aku baru saja d...dari toilet" Kata Ino terbata.

"Bisakah kau bicara dengan cara normal?" Suara itu kembali mampir di telinga Ino.

"Ma...maaf" Sesal Ino.

"Sudahlah, nanti pulang sekolah aku akan langsung menjemputmu, jangan lari!"

"Tu...Gaara?..."

Klip! Tut...tut...tut...

Sambungan telepon telah terputus sebelum Ino menyelesaikan kalimatnya.

"Bagaimana ini...?" Ino menoleh ke arah teman-temannya dengan aliran bening mengalir bebas di kedua pipinya, sedangkan teman-temannya hanya menepuk pundak Ino pasrah akan nasib teman mereka.

Di tempat Gaara

Gaara menempelkan ponselnya di bibirnya, senyum tipis tersungging di balik ponsel yang menutupi bibir tipisnya.

"Ehm, sepertinya bos kita sedang senang hari ini" Sindir Kiba yang entah sejak kapan telah berdiri di belakang Gaara.

"Barusan bicara sama siapa bos?" Sindir Naruto yang muncul dari belakang Kiba, Gaara hanya melirik tajam ke arah kedua teman atau anak buahnya itu.

"Aku sempat lihat namanya di layar ponsel Gaara!" Kata Lee dengan semangat, Naruto dan Kiba otomatis langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah Lee.

"Siapa Lee?" Tanya mereka penasaran, sedangkan Gaara mulai beranjak dari tempat duduknya, bersiap meninggalkan trio baka itu.

"Namanya Ino!" Sebut Lee dengan bangganya.

"Ino? Cewek pirang yang kemarin ikut gokkon?" Tanya Kiba dengan mata berbinar-binar.

"Tunggu-tunggu! Pantas saja aku merasa ciri-cirinya mirip seseorang, jangan-jangan dia itu..."

"Thinkerbell ya?" Tuding Naruto,Kiba dan Lee pada Gaara yang sudah berada di depan pintu kelas, Gaara tak menjawab atau berbalik sama sekali, hanya senyum tipis yang terkembang di bibirnya sebelum dia meninggalkan kelas.

"Ini untukmu, kau bisa sakit kalau hujan-hujanan begini" Seorang gadis berumur sekitar 13 tahun menyodorkan sebuah payung transparan pada seorang anak laki-laki seumurannya, Anak laki-laki berambut merah yang terlihat kusut dan banyak luka itu menatap tajam gadis di depannya.

"Ano...rumahku ada di dekat sini, ini untukmu saja!" Kata gadis itu yang kemudian berlari meninggalkan anak laki-laki itu.

"Thinkerbell" Bisik Gaara di sela langkahnya menyusuri koridor sekolah, senyum tipis tak lepas dari bibirnya saat mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu itu.

TBC

Aku bikin fic multichap lagi, padahal fic laen masih belom kelar T_T

Tapi kelarnya masih lama juga sih, aku cuma mau membebaskan imajinasiku yang seabrek mampir di otak saya yang kecil ini, semoga nggak ada yang protes .

Ah ya, Promisenya nyusul besok aja ya, cos belom aku edit, semoga para readers Promise nggak marah ^_^

Nah minna-san silakan sampaikan pendapat kalian lewat review, apakah fic ini layak dilanjutkan atau tidak, saya mohon masukan dari kalian semua ^_^

*Salam Cute*