DRAP DRAP DRAP

Suara langkah buru-buru diiringi bunyi nafas yang terengah-engah terdengar di sepanjang sebuah lorong yang sempit dan sunyi. Lorong gelap. Suara langkah itu tidak hanya satu. Ada dua, ah bukan. Tiga. Empat. Sepuluh. Tidak, lebih banyak.

"Bingo. Moratorium." ujar seorang lelaki berambut emo biru donker dan dengan model rambut yang bagian belakangnya mencuat ke belakang sambil menyeringai dan melipat kedua tangannya di depan dada. Mata onyxnya menatap tajam puluhan orang yang terjebak ujung jalan buntu di depannya.

"J-jangan…jangan habisi kami…"

"Hehe, jangan bercanda. Pilih mana, mau kami habisi atau…kami kirim kalian ke neraka? Hm?" ujar seorang lelaki lagi yang memiliki rambut jabrik pirang acak-acakkan. Ia tersenyum lebar dan berkacak pinggang. "Hukuman untuk kalian…" ujarnya sambil mengepalkan tangan.

"Yang menyebalkan." Lanjut lelaki satunya sambil mengeretakkan sela-sela jarinya.

"The End and Welcome to The Hell."

.

Senin, 15 Juni

Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto

Dua pelajar dari xxxgakuen terlibat kasus penganiayaan terhadap 36 pelajar dari yyygakuen. Korban didapati oleh polisi dalam keadaan hampir separuh koma dan yang lainnya luka parah. Hingga kini pelaku masih dalam pemeriksaan.

.

BRAKKK

"Kau lihat, Sasuke! Apa saja yang kau lakukan? Kau membuat Uchiha malu!" geram Fugaku sambil melempar koran hari ini asal di depan meja kerjanya. Ia terus menggedor-gedor meja kerjanya frustasi. "Jika masih dalam lingkungan sekolah, Ayah akan bertoleransi sedikit. Tapi lihat! Lihat itu!" teriaknya sambil menunjuk koran-korannya.

Sasuke menggumam 'hn' lalu membuang muka. Ia duduk di kursi depan meja kerja ayahnya. Interogasi.

"Kau pikir berapa yang harus Ayah keluarkan untuk membebaskanmu dari penjara? Pikir itu bodoh!"

"Hn."

Fugaku semakin geram. "Ayah tak punya pilihan lain Sasuke!"

.

Minato memijit pelipisnya sambil meremas koran di hadapannya. "Kenapa kau berulah seperti ini, Naruto?"

"Itu menyenangkan."

Minato mengangkat wajahnya dan menatap Naruto tajam. "Katakan sekali lagi alasan yang membuat Ayah harus dipanggil sampai 128 kali oleh sekolah dan juga membayar uang tebusan! Kau pikir itu menyenangkan!" bentak Minato. Kini kesabarannya sudah di ujung. Naruto hanya diam lalu menggerutu entah apa itu. Minato pun menghela nafas. "Ayah tak punya pilihan lain Naruto."

.

"Ayah akan membuat kau merasakan bagaimana susahnya kehidupan tanpa bantuan orang tua." ujar Fugaku dan Minato.

.

.

.

My Evil Buttlers

Disclaimer : kalo punyaku, aku udah kaya dari dulu dong! *digantung Masashi Kishimoto*

Rated : T+ (?)

Genre : Romance, Friendship, terserah readers lah!

Pair : SasuSakuNaru/NaruSakuSasu slight other pair.

WARNING : AU, OOC, Gaje, abal, misstypo (maybe), dll.

.

IF YOU DON'T LIKE, DON'T READ PLEASE

but…

HAPPY READING!


Chapter 1 : Evils

Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke adalah dua pelajar kelas 2 SMA yang lahir di dalam keluarga terpandang. Namun begitulah seorang anak jika kurang sekali akan perhatian dari kedua orang tuanya.

Orang tua Naruto—Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina—adalah Direktur dan juga Wakil Direktur di sebuah perusahaan penerbangan dan pelayaran, Namikaze. Nami berarti ombak dan kaze berarti angin. Sebagai anak tunggal, Naruto diberikan nama marga Uzumaki agar dapat menjamin keselamatannya. Minato berfikir jika ia memberi nama Namikaze pada Naruto, maka nyawa Naruto bisa dengan mudah diincar oleh para mafia gelap.

Sedikit berbeda dengan Sasuke. Bisa dibilang, Naruto lebih beruntung dari Sasuke. Keluarga Sasuke—Uchiha—yang mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan industri barang dan jasa adalah keluarga penuh aturan. Sasuke merasa setiap hari ia berada di dalam sebuah sel yang tak sedikitpun ia temukan hangatnya sebuah 'kasih sayang' orang tua. Ya, dan dengan adanya Itachi—kakak kandung Sasuke—semakin membuat Sasuke tersingkirkan di keluarga itu. Itachi memang cerdas, jenius, berjiwa pemimpin, dan perfect. Itachi sebenarnya sayang sekali dengan adiknya, namun Sasuke menganggap Itachi hanya mencari perhatian dari orang tuanya saja—Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto.

Dari kehidupan singkat Naruto dan Sasuke yang tak jauh-jauh berbeda membuat mereka—yang sejak dini telah dikenalkan sebagai sahabat oleh orang tua—menjadi laki-laki yang suka memberontak. Tak jarang mereka terlibat kasus baik di sekolah maupun luar sekolah. Namun, mereka selalu saja bebas dari jeratan hukum baik hukum sekolah maupun hukum Negara. Alasannya? Tentu saja, karena uang.

Dan ketika pemberitaan tentang kebrutalan Naruto dan Sasuke telah tersebar di media masa, maka masing-masing orang tua dari mereka melakukan hal yang sama sekali tak diduga oleh 2 sahabat itu. Pengusiran secara tidak langsung.

Sekarang disinilah mereka, hari pertama di sebuah apartemen yang 'kumuh' dalam versi mereka.

TRANG!

"Ada apa, Teme?" tanya Naruto yang sedang sibuk mengangkat 2 buah kopernya ketika ia mendengar suara berisik klontang-klontang.

"Apa tidak ada apartemen yang lebih bagus dari ini? Menjijikkan." desis Sasuke sambil memandang jijik lorong koridor yang terletak di lantai 2 itu. Ia habis menendang sebuah tong sampah sehingga menimbulkan bunyi 'trang' tadi. Hn, sebuah apartemen dengan biaya 100.000 yen per bulan (Rp.10.000.000,-) di mata Sasuke adalah sebuah apartemen rendahan. "lagipula sangat tidak penting Ayah melakukan ini. Bilang saja ia tak menyukaiku lalu memang ingin mengusirku. Cih."

Naruto menghela nafas mendengar Sasuke menggerutu. "Aku saja terima. Tidak enak di rumah besar hanya sendirian. Paling tidak 'kan kalau di apartemen ini aku gampang bertemu denganmu, HOHOHO."

Sasuke pun memperagakan orang ingin muntah mendengar penuturan Naruto. Ia bergidik sendiri mendengar kata-kata Naruto. Ia non-yaoi. Ditegaskan lagi, Sasuke bukan Yaoi.

"Hehehe." Naruto masih saja nyengir walau sudah melihat Sasuke menatapnya dengan aura pembunuh. Naruto membuka pintu apartemennya yang bernomor 101. Sementara Sasuke masih terdiam di tempatnya, padahal Sasuke sudah sampai jauh lebih dulu dari Naruto. Hn, apartemen Sasuke di depan apartemen Naruto. "hoi, kau benar-benar tidak mau tinggal disi—"

Drrt…drrt…

Kata-kata Naruto terpotong oleh suara yang dihasilkan oleh ponsel Sasuke. Sasuke pun segera merogoh saku celananya. Lalu ia lihat dulu siapa yang meneleponnya.

Itachi-baka is calling

Dan segera saja Sasuke segera menekan tombol merah di ponselnya.

"Siapa sih?" tanya Naruto heran.

"Orang yang telah merebut semuanya dariku." desis Sasuke sambil membuka pintu apartemennya.

-o0o-

"Kau lihat? Itu Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto yang katanya diusir keluarga karena hampir dipenjara." Paling tidak, itulah suara bisik-bisik kecil yang tak sengaja ditangkap oleh telinga Sasuke dan Naruto.

Sasuke diam saja, tapi Naruto sudah panas. Naruto segera mencengkram kerah salah seorang murid yang baru saja mengatainya tadi. "KAU MINTA MATI YA? BRENGSEK!"

Sasuke hanya memandang datar Naruto dan 'korban' Naruto.

"Ma-maaf, a-aku tidak—"

"Kau bilang 'tidak'? KAU PIKIR TELINGAKU TULI?"

"T-tidak, m-m-maksud-"

BUAGH

Sasuke segera saja menghajar murid yang seharusnya menjadi korban Naruto. Sehingga murid laki-laki itu terpental sejauh 5 meter dari tempat semula.

"Jaga bicaramu jika tak ingin mulutmu tak berbentuk lagi." ucap Sasuke setelah berhasil membuat murid laki-laki tadi pingsan karena benturan hebat di kepalanya.

Baru 3 hari sejak Naruto dan Sasuke pindah ke apartemen, banyak yang sudah membicarakan mereka. Pada awalnya sih mereka cuek saja, namun tidak selamanya mereka akan bisa menahan sebuah kesabaran, bukan?

Dan satu lagi, sebutan untuk mereka adalah EVILS.

"Cih. Cari mati saja mereka." gerutu Naruto yang berjalan di belakang Sasuke. Namun tiba-tiba, mata blue oceannya menangkap sebuah warna cerah perpaduan antara merah dan putih menjadi satu diantara kerumunan murid-murid yang hendak memasuki gerbang sekolah. Warna pink diantara mereka. "Oh, tidak. Sakura-chan… Sasuke! Tunggu dulu!" Naruto segera menarik Sasuke untuk bersembunyi di balik tiang listrik di dekat gerbang.

Sasuke pun menarik tangannya paksa dari Naruto dan mendeathglare Naruto. "Dasar tidak waras!"

"Stttt." Naruto pun meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya pertanda ia menyuruh Sasuke untuk diam. Ya, dan Naruto pun segera menatap lembut seorang gadis berambut soft pink yang sedang tertawa bersama kedua temannya di depan gerbang sekolah.

Sasuke mendengus setelah melihat arah pandangan Naruto.

Satu rahasia pribadi Naruto yang hanya diketahui oleh Sasuke. Seorang Uzumaki Naruto menyukai seorang gadis bernama Haruno Sakura. Hn, seorang gadis manis bermata emerald cerah dan juga satu-satunya gadis yang bisa membuat Sasuke bisa tak berkedip lama hanya dengan melihatnya saja. Intinya, Sasuke 'sedikit' tertarik pada Sakura namun ia tak mau menghianati Naruto—sahabat forever yang juga ia ketahui sangat menyukai Sakura.

"Ah, ini gila…dia semakin manis saja…" Naruto telah hanyut dalam dunianya.

Sasuke mendengus kesal lagi. "Kalau memang suka, jangan libatkan aku yang harus dipaksa ikut denganmu mengintipnya seperti ini baka! Tinggal bilang suka, lalu kau tak perlu repot-repot bersembunyi setiap kali melihatnya!"

Naruto menatap Sasuke tajam. "Mana bisa begitu? Kalau sampai ada yang tahu kalau aku menyukainya…pasti Sakura-chan bisa saja dijadikan sandera lawan-lawan kita!"

Sasuke memutar bola matanya bosan. Lalu mau tak mau ia pun ikut memandang Sakura yang sedang bermain cubit-cubitan pipi dengan seorang gadis berambut pirang panjang. Dan seulas senyum tipis pun terkembang di bibir Sasuke.

-o0o-

"Hm, kudengar…Sasuke dan Naruto itu diusir oleh keluarga mereka." kata Ino sambil mengelus pipinya yang menjadi bekas cubitan Sakura.

"Hm, aku sudah tahu dari kemarin sih."

Ino mendelik. "Oh, God…"

"Hah? Ada apa?"

Ino pun menggeleng-geleng tidak jelas. "Kau tahu kabarnya sebelum aku? Mengerikan!"

Sakura mendengus sambil tersenyum. "Apaan sih."

"Huh, padahal menurutku, si Sasuke itu cakep banget lo…kaya…jenius lagi…yang disayangkan hanya sifat ke'preman'annya saja." gumam Ino.

Sakura mengangguk setuju. "Naruto juga begitu. Padahal pertama kali bertemu, kukira dia hanya orang bodoh yang lambat, tapi ternyata orang seperti dia ditakuti juga."

"Antara Naruto dan Sasuke, kau lebih takut dengan siapa?"

Sakura mengangkat alis sambil menatap Ino heran. "Pertanyaan tidak penting."

"Jawab saja!"

Sakura memejamkan mata lalu mengangkat bahu. "Bagiku, keduanya sangat menakutkan. Karena aku pernah melihat mereka menghabisi orang dengan kejam secara langsung." gumamnya sambil menunjuk matanya dengan ibu jari.

-o0o-

Sudah seminggu Naruto dan Sasuke hidup di apartemen. Namun, dalam urusan pembiayaan masih ditanggung oleh orang tua mereka. Ya, masih ditanggung sampai hari ini. Sampai hari dimana Sasuke yang hendak membayar belanjaan dengan kartu kredit, mendapati dirinya malu setengah mati karena ternyata kartu kreditnya telah diblokir. Jadi Sasuke mengembalikan setengah dari barang-barang yang akan dibelinya karena uang di dompetnya tidak cukup banyak untuk membayar semua barang yang diinginkannya. Hm, pasti sangat memalukan."

"Apa yang Ayah lakukan dengan kartu kreditku?" tanya Sasuke dengan suara setengah berteriak kepada Fugaku lewat hubungan komunikasi telepon genggam.

"Ayah memblokirnya. Ayah baru saja menerima tuntutan dari salah seorang orang tua murid yang anaknya kau hajar sampai gegar otak seminggu yang lalu. Lalu kenapa? Kau tak bisa menerima konsekuensi dari perbuatan brutalmu?" jawab Fugaku di seberang sana dengan tenang.

"Lalu bagaimana dengan kehidupanku!"

"Kau harus belajar menafkahi diri sendiri. Paling tidak sampai kau mau berubah menjadi anak baik-baik. Bukan preman jalanan seperti ini."

Sasuke menggeram. Kenapa ayahnya tega berlaku seperti itu pada anaknya sendiri? "Tapi bagaimana dengan—"

"Ketika Itachi seusiamu, ia sudah bisa membiayai hidupnya sendi—"

Sasuke pun memutus sambungan telepon ketika mendengar Fugaku menyebut-nyebut nama Itachi. 'Bilang saja ingin membanggakan anak kesayangan." gerutu Sasuke dalam hati. 'Akan kubuktikan padamu, Ayah. Aku juga bisa seperti Itachi. Aku tak butuh uang darimu.'

"Oi Teme!"

Sasuke menoleh ke arah Naruto yang sedang berlari menghampiri dirinya dengan tangan kosong. Hari ini memang Naruto dan Sasuke sedang belanja di sebuah mall besar di Konoha.

"Teme! Kartu kreditku!"

Sasuke menghela nafas. "Aku tahu. Pasti kartu kreditmu diblokir, bukan? Kau pikir hanya kau saja!"

Naruto pun nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sasuke menaikkan alisnya melihat kedatangan Naruto yang dengan tangan kosong. Walau kartu kreditnya diblokir, tapi Sasuke masih bisa belanja sedikit dengan uangnya yang ia tabung di dompet. Tapi Naruto…jangan-jangan… "Mana belanjaanmu, Dobe?"

Naruto pun nyengir lagi. "Aku mana punya uang."

Sasuke menggeram sebal pada sahabatnya itu. Naruto memang tipe anak yang tak suka menabung karena kepraktisan kartu kredit yang dimilikinya. Tapi, tentu saja itu akan jadi masalah kalau sampai kartu kreditnya diblokir seperti sekarang. "Aku tak peduli kau akan makan apa nanti."

"WAAAA! TEME! PINJAMI AKU UANG HARI INI SAJA! BESOK AKU AKAN COBA MENCARI KERJA!" teriak Naruto pada Sasuke yang sudah berjalan duluan meninggalkannya.

.

.

Keesokan harinya, Naruto dan Sasuke segera mencari pekerjaan dengan wajah tidak ikhlas. Mumpung hari sabtu ini mereka libur.

"Uchiha…Sasuke…bukankah kau adalah kriminal dari keluarga Uchiha itu ya? Maaf, kau ditolak." Itu adalah kalimat ke 29 yang Sasuke dengar hari ini. Ia telah melamar pekerjaan sebanyak 29 kali di tempat yang berbeda-beda dan sebanyak 29 kali juga ia ditolak.

Sementara itu…

"Uzumaki Naruto! Kau kupecat!" itu adalah kalimat ke 12 yang Naruto dengar setelah ia 12 kali diterima kerja dan 16 kali ditolak. Ya, ternyata nama Uzumaki sedikit menyelamatkannya. Karena tak banyak yang tahu tentang keluarga Uzumaki—tentu saja orang-orang yang juga jarang membaca media masa—Naruto paling 'tidak pernah diterima' kerja, tidak seperti Sasuke yang langsung 'ditolak' setiap melamar pekerjaan. Anak yang biasanya dimanja oleh puluhan pelayan seperti Naruto, mana bisa bekerja menjadi pelayan di kafe?. Ia selalu memecahkan perabotan yang terdapat di 12 kafe-kafe mantan tempatnya bekerja hari ini, ditambah lagi banyak pelanggan kafe yang enggan karena tahu melihat ada preman seperti Naruto di kafe kesayangan mereka.

.

.

.

Sasuke menginjak-injak amplop cokelatnya di atas aspal dengan beringas. "Aku tak sudi melamar pekerjaan lagi! Orang-orang bodoh itu hanya mengandalkan persepsi mereka sendiri saja sebelum memutuskan aku layak bekerja atau tidak!"

Sementara Naruto yang sedang duduk di sebuah kursi putih panjang di Konoha Park yang sekarang sedang sepi—karena sudah malam tentunya—hanya menghela nafas. Ia meratapi amplop cokelat yang terdiam manis di pangkuannya. "Aku ingin pulang." ujarnya lesu.

Akhirnya, 2 keturunan keluarga ningrat itu pun kembali ke apartemen mereka dengan wajah lesu dan pasrah. Dan wajah memprihatinkan mereka menjadi sangat mengenaskan ketika mata mereka menangkap koper-koper di depan pintu apartemen mereka.

"Apa-apaan ini?"

"Kalian sudah tidak tinggal disini." ujar pemilik apartemen. "Tadi orang tua kalian sudah menghubungiku dan mereka bilang tidak mau menanggung lagi biaya apartemen kalian."

Naruto pun segera mencengkeram kerah baju pemilik apartemen. "KAU! BERANI-BERANINYA!—"

"Hentikan Naruto." Sasuke menahan tangan Naruto yang hendak memukul pemilik apartemen. "Kita pergi, kau jangan menambah masalah lagi." Lalu Sasuke pun menarik 3 kopernya dan berjalan lesu menuju lift.

-o0o-

"Ini menggelikan." Sasuke tersenyum kecut ketika sadar mendapati dirinya terlunta-lunta di jalanan. Ia pun menendang dengan kasar sebuah kaleng kosong di tengah jalan Konoha 12 yang sudah sepi itu. "Kita akan tidur di jalanan? Menggelikan!"

Naruto mendengus dengan kasar. "Kau pikir karena siapa? Kau yang membuatku meninggalkan apartemen! Kalau saja kau tak buru-buru pergi, mungkin aku bisa bernegosiasi dengan tua bangka—pemilik apartemen—itu tahu! Mikir dong, Teme! Dasar otak udang!"

Sasuke mendelik ke Naruto sambil mengepalkan tangan. "Kau bilang apa? Jadi kau menyalahkanku?" pandangan obsidiannya membuat Naruto jadi menciut. "Katakan sekali lagi, Dobe." geram Sasuke sambil mendekati Naruto perlahan, ia merasa tak terima juga dikatai 'otak udang'. Siapa yang terima jika kau dikatai otak udang oleh orang yang kau anggap sahabat? Naruto pun mundur perlahan—menghindari Sasuke. "Kau tak ingin hidup?"

Naruto menggeleng-geleng. "Kau terlihat serius, Teme. Santai saja." Naruto pun menahan Sasuke untuk mendekatinya dengan menjulurkan kedua telapak tangannya ke depan.

Sasuke mendelik semakin tajam ke Naruto. Saat ia hendak melayangkan pukulannya ke Naruto, suara jeritan menghalanginya.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Naruto dan Sasuke menolehkan wajah mereka ke arah sumber jeritan tadi berasal.

Seorang gadis memakai mantel bulu yang panjangnya mencapai setengah paha. Sebuah rok rampel di atas lutut dipadu dengan sepatu boots hitam berhak 5 cm. Rambutnya tertutupi tudung mantelnya. Namun, yang membuat Naruto dan Sasuke bisa mengenali gadis itu adalah karena matanya. Emerald.

"Sakura…"

"Sakura-chan…"

Sakura merasakan tubuhnya gemetaran hebat. Ia mulai berkaca-kaca. Lalu dengan takut-takut ia membungkuk. "Ma-maaf, a-aku tak sengaja…me-melihat perkelahian k-kalian…ma-maafkan aku! Aku…su-sungg…uh…" Sakura pun menangis di tempat. Ia sangat takut. Apalagi di jalan itu hanya ada 3 orang saja. Ia, Naruto, dan Sasuke. Ia jadi ingat tentang teman perempuannya yang pernah jadi korban Evils. Menurut kabar, yang menjadi korban Evils adalah laki-laki dan perempuan. Mereka tak pandang bulu.

Sasuke menaikkan alis melihat Sakura malah menangis. Padahal ia baru bilang 'Sakura'. Apa itu menyakitkan sehingga bisa membuat orang segitu gampangnya menangis?

Sementara Naruto terlihat panik setengah mati. Sebenarnya ini baru pertama kali baginya melihat Sakura menangis karena dirinya. Biasanya, jika ada orang yang membuat Sakura menangis, maka nasib orang itu akan 'kek' keesokan harinya karena ketahuan Naruto. Tapi ini… 'TIDAAAAAK! AKU MEMBUATNYA NANGIS!' batinnya frustasi. Ia pun dengan ragu-ragu berniat menghampiri Sakura dan bermaksud untuk menenangkannya. Tapi…

"Pergi sana." kata Sasuke.

Suara tangisan Sakura terhenti sejenak. Dengan takut-takut, ia mendongak dan mendapati Sasuke tengah menatapnya tajam.

"Kubilang pergi. Atau kau—"

"IYA IYA IYA! AKU PERGIIIIII!" dan sosok Sakura pun langsung menghilang ditelan malam. Sakura berlari sekencang mungkin.

"TEME! KAU JANGAN KASAR-KASAR PADANYA! DIA JADI TAKUT 'KAN!" protes Naruto sambil berteriak. Ia mendecih lalu berniat mengejar Sakura.

"Sejak awal dia memang sudah takut dengan kita."

"Apa?"

Sasuke mendengus. "Perlu kuulang? SEJAK AWAL HARUNO SAKURA SUDAH TAKUT DENGAN KITA!"

Naruto mengernyit. "Jangan sok tahu."

"Kau tak lihat bagaimana ekspresinya tadi? Ketika ia meminta maaf? Dia terlihat sangat takut."

Naruto pun bungkam. Ia memejamkan mata lemah. Lalu ia menunduk sambil menggigit bibir. Apa yang dirasakannya?

.

Kecewa

.

"Ya, seharusnya aku tahu orang sepertiku…memang… uh. Jadi anak yang brutal, diusir, tidak dibutuhkan, bahkan…ditakuti oleh orang yang disukai…"

Sasuke tak mempedulikan Naruto. Kini matanya sibuk meneliti sebuah pamphlet yang ditempel di sebuah tiang listrik di pinggir jalan. "Dobe."

"Apa…" Naruto menanggapi dengan malas-malasan. Ia pun menggeret 2 kopernya dengan paksa.

"Lihat pamphlet itu jika kau tak ingin tidur di jalanan malam ini." ujar Sasuke sambil menunjuk pamphlet yang dimaksud.

Dibutuhkan 2 orang laki-laki dengan fisik kuat dan bisa berbahasa Inggris lancar untuk menjadi bagian dari Kesatuan Senju.

Bayaran : 10.000 yen/bulan

Paling lambat tanggal 26 juni

Bagi yang berminat, hubungi di contact person: 08xxxxxxxxx atau langsung datang ke alamat: Konoha 283, Senju 23

Mata Naruto berbinar membaca apa yang tertera di pamphlet di depannya itu. "Kau tahu? Aku senang sekali bertemu dengan Sakura-chan yang membawa keberuntungan…hari ini aku takkan tidur di jalanan…"

Sasuke pun menggumam. "Hn."

-o0o-

"Jadi…lulusan SMP yang masih duduk di bangku SMA…" seorang pria tua berambut jabrik lebat berwarna putih terlihat memicingkan mata menatap 2 pria lusuh di depannya. "Dan lagi…malam-malam begini… Biar kulihat berkas kalian."

Yap. Naruto dan Sasuke menguap kecil. Mereka sedang berada di ruangan penerimaan Kesatuan Senju. Apa yang ada di pikiran mereka saat ini? Tentu saja 'semoga cepat diterima' dan 'aku ingin segera tidur.'

"Dimana kalian bersekolah?" tanya lelaki tua tadi yang bernama Jiraiya sambil merobek amplop cokelat.

"Shippu Konohagakuen Den." jawab Naruto dan Sasuke bersamaan.

Jiraiya menghentikan aktivitas awalnya—membuka amplop—dan mendongak untuk menatap kedua laki-laki yang harap-harap cemas di depannya. "Kalian bersekolah disana? Pasti Bahasa Inggris kalian bagus." Jiraiya mulai menampakkan wajah berbinarnya. "Ya, sebenarnya Kami tidak membatasi usia karena khusus untuk ini adalah tugas menjadi pelayan cucuku yang juga bersekolah di Shippu Konohagakuen Den."

"Ya…" Naruto dan Sasuke hanya menanggapinya dengan malas-malasan. Mereka tidak terlalu peduli karena rasa kantuk yang amat-sangat berat membuat mata mereka hanya terbuka setengah.

"Siapa nama kalian?"

"Uchiha Sasuke-Uzumaki Naruto."

Jiraiya mengerutkan dahi. "Uchi—"

"Tolong Anda jangan mengasumsikan hal-hal buruk ketika mendengar ada seseorang dari keluarga terhormat Uchiha melamar pekerjaan seperti ini. Anda belum tahu apa-apa tentang saya." potong Sasuke cepat.

Jiraiya pun tersenyum. "Ya, aku tak terlalu mempermasalahkan itu. Karena yang kubutuhkan hanya orang-orang berfisik kuat yang bisa melindungi cucuku."

"Ya…"

"Kalian diterima."

Naruto pun membuka matanya yang setengah terbuka tadi menjadi selebar-lebarnya. "AH! TERIMA KASIH PAMAN!"

Sementara Sasuke hanya menghela nafas lega. "Jadi kapan kami mulai bekerja?"

Jiraiya berfikir sejenak sambil melirik Naruto tidak suka. 'Enak saja dia bilang aku Paman.' gerutunya. "Jika kalian bisa, hari ini juga kalian boleh bekerja. Tapi jika kalian tidak keberatan untuk tinggal disi—"

"YA! AKU SETUJU! CEPAT KATAKAN DIMANA KAMI BISA TIDUR!" potong Naruto sambil menjabat tangan Jiraiya.

Jiraiya menarik tangannya kasar dan menatap Naruto sebal. "Karena kedatangan kalian terlalu mendadak sementara kamar yang seharusnya untuk kalian belum beres, jadi untuk sementara di lantai 2 dekat tangga. Maaf jika kalian harus tidur 1 kamar dulu."

Otomatis, Naruto dan Sasuke pun segera meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apa-apa. Yang mereka pikirkan saat ini adalah, tidur.

Jiraiya menaikkan alis melihat jumlah koper yang dibawa Sasuke. '3 koper? Apa aku salah menerima mereka ya? Yah…lihat saja besok…kalau besok mereka tak berguna, langsung dipecat saja.'

-o0o-

Sasuke segera membuka sebuah 'pintu besar dan mewah' dengan kasar. Matanya yang terbuka setengah tak menyadari bahwa ruangan yang ia masuki bernuansa pink. Naruto mengikuti di belakang Sasuke dengan mata terkantuk-kantuk. Sasuke segera melempar ke-3 kopernya asal dan langsung saja menghempaskan tubuhnya di sebuah ranjang empuk dengan ukuran king size berwarna pink. Sasuke segera memejamkan matanya setelah menarik selimut yang cukup tebal dan lembut. Satu kata. Nyaman.

Naruto melakukan hal yang sama dengan Sasuke. Ia tak peduli sekitar dan langsung menidurkan dirinya di sebelah kiri Sasuke dengan jarak yang agak jauh. Naruto masih ingat sedikit, bahwa ia sementara ini akan 1 kamar dengan Sasuke. Hn, walau satu ranjang, tapi Naruto melihat ada sebuah gundukan diantara ia dan Sasuke. Pasti guling. Naruto pun segera memeluk guling di sebelahnya.

DEG

Merasa ada yang memeluknya dari belakang, membuat Sasuke risih. Ia tak bisa tidur apalagi Naruto tidur di sampingnya. Tapi…kenapa ia merasa jari-jari di perutnya sangat lembut dan kecil? Masa Naruto… "Dobe! Jangan memelukku! Menjijikkan tahu!"

Naruto pun melepas pelukannya pada sesuatu yang dianggapnya 'guling'.' Ternyata itu Teme, kukira tadi ada guling diantara kami…' batinnya dengan mata yang masih terpejam. Karena tak mau ambil pusing—saking ngantuknya—Naruto pun segera melepas pelukannya.

.

Sasuke membuka matanya dan menggeram kesal. Ia masih merasa ada tangan yang melingkari pinggangnya—memeluknya. "Dobe! Kubilang jangan memelukku!" kali ini suara Sasuke naik satu oktaf.

Naruto pun menggeram dengan mata terpejam. "Apaan sih Teme! Sekarang aku tak memeluk apa-apa!"

Sasuke mendelik. Ia baru menyadari sesuatu. Ia meraba tangan yang yang melingkari pinggangnya. Halus, Naruto tak mempunyai tangan sehalus ini. Kecil, tangan Naruto besar. Lembut, tangan Naruto kasar. Sasuke pun bangkit dari tidurannya.

"Ngggghhhhh…"

Mata Sasuke membulat melihat siapa tersangka yang telah memeluknya tadi. Bukan Naruto karena Naruto tidur pada jarak yang agak jauh darinya. Tapi di sebelah Sasuke—berarti di tangah-tengah antara Sasuke dan Naruto—tidurlah sesosok wanita berambut soft pink, berkulit putih halus merona bersinar dan memakai gaun tidur tipis tanpa lengan. Tapi! Yang membuat Sasuke panik setengah mati adalah Sasuke mengenal siapa gadis di sebelahnya!Bahkan Naruto yang bangun dengan setengah sadar pun langsung membuka mata selebar-lebarnya.

Dan yang membuat Sasuke menggigit bibir adalah saat gadis—yang tangannya masih berada di pinggangnya—membuka mata dan menampakkan sepasang mata emerald yang indah.

"S-Sakura?" keringat dingin menetes di dahi Sasuke. Ia meneguk ludahnya.

Sementara Naruto masih berusaha mencerna dengan otaknya, 'apa yang sebenarnya terjadi'?

Sakura mengucek-ngucek matanya dan menguap kecil. Ia pun memiringkan kepalanya yang masih berada di bantal. "Nghhh…k-kau…nggg…!"

TSUZUKU


A/N

Konbanwa gozaimasu…

Hoshi Yamashita disini…

YEEEEEEEEEI! SASUSAKUNARU! Itu adalah pair yang jadi FAVORIT saya! Akhirnya saya bisa bikin juga setelah pertimbangan beberapa kali. Haduh… *nangis terharu* sumpah! Saya suka banget sama SasuSaku atau NaruSaku. Jadi, ya…istilahnya saya suka banget sama SasuSakuNaru! Ada yang suka juga?

Tema kali ini adalah tentang buttler. Memang ide yang bisa dibilang pasaran, tapi jujur, saya belum pernah menemukan fic dengan cerita seperti ini. Makanya, kalau ada yang pernah baca yang seperti ini, bilang ke saya lewat review(sebutkan judul dan authornya) biar nanti akan saya hapus fic ini langsung. Tapi tolong, jangan flame! Karena ide ini murni dari otak dan imajinasi saya. Saya sih dapetnya waktu lagi naik motor, terus ngelintas gitu aja di otak saya. Hehehe, XD

Oh iya, saya tidak akan menelantarkan fic saya yang lain kok, jadi tenang saja. Kalau tidak sibuk, nanti saya bakal usaha buat update cepat. Saya habis selesai nari, eh, tapi sialnya waktu gladi bersih saya malah pingsan! T.T *curcol* Dan sekarang kaki saya pada sakit semua. T^T

Jadi, siapa yang lebih kalian suka? SasuSaku atau NaruSaku? Silahkan beritahu saya, karena jika pair akhirnya sudah ditentukan—SasuSaku atau NaruSaku—akan menentukan jalan ceritanya. Masing-masing pair punya cerita berbeda. Jadi tolong pilih dengan hati yang tulus. ^^v (?) tapi menurut pertimbangan saya juga. Hehehe#PLAAAAG

.

Akhir kata,

Kritik, saran, pujian *ngarep*, masukan, sepatah dua patah kata penyemangat, atau apa saja yang termasuk kategori REVIEW (terkecuali flame), sangat saya harapkan! ^.^

.

Dan saya perjelas lagi, tidak menerima flame dalam bentuk apapun karena saya yakin para flamer cukup cerdas untuk mengetahui arti kalimat "Don't like? Don't read"

.

Hehe, REVIEWnya please…