Warning: AU, OOC (buat jaga-jaga), ngawur dan aneh. Typo mungkin ada ^^v
Don't like? Don't Read! Tidak menerima flame dari segi pair.
DISCLAIMER: MASASHI KISHIMOTO.
Sekuel dari: What's Going On?
Spesial FF for birthday Gaara-kun!
Dedicated to: Mayra Gaara dan semua pembaca yang mau bacanya ^^
.
.
.
-Try To Keep Me-
.
.
.
Hinata POV.
.
Riiing...!
Bel akhir sekolah telah berbunyi. Suaranya yang nyaring membuat wajah kelelahan kami menjadi cerah. Seluruh teman di kelasku bergegas untuk bersiap pulang. Semua buku dan peralatan belajar mereka rapikan, lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Baiklah anak-anak, pelajaran cukup sampai di sini."
Kakashi-sensei yang berada di depan meja mengajarnya tampak membereskan buku-buku serta peralatan mengajarnya pula. Tidak lama kemudian, beliau keluar kelas mendahului kami yang masih berada di dalam kelas ini.
Aku selesai memasukkan semua bukuku ke dalam tas, saat aku mendongak, aku melihat Gaara yang sudah berada di hadapanku sambil menjinjing tasnya.
Aku hanya tercengang melihat raut mukanya yang selalu datar itu.
"Hari ini aku latihan sepak bola, mungkin kau akan pulang sendirian," ujarnya datar seperti biasa. Tapi kali ini datar yang kurasakan sangat berbeda. Paras itu seakan sudah menjadi familiar dan harus tetap seperti itu. Entah mengapa, aku malah menyukai itu.
Sedikit perasaan kecewa karena hari ini tidak bisa pulang bersama Gaara. "Ba-bagaimana kalau aku menunggumu sampai pulang?" aku rasa kalau aku pulang agak telat hari ini, mungkin saja Neji-nii tidak marah, lagipula sepertinya ia akan pulang malam.
Gaara tersenyum tipis, "Begitu lebih baik."
Aku membalas senyumannya, "A-aku akan menunggumu di perpustakaan saja."
"Baiklah. Kami hanya latihan sejam saja." tangan kekarnya terjulur untuk menyentuh ujung kepalaku, aku sedikit tersentak kaget sambil melirik ke kanan ke kiri—takut ada yang melihat. Untungnya semua temanku sudah keluar sekarang.
"Sampai nanti." setelah ia menarik tangannya, ia berlalu berjalan keluar meninggalkanku.
Aku terus memandangi punggungnya yang semakin menjauh sampai hilang dari balik pintu kelas. Bisa kupastikan sekarang aku tengah tersenyum dengan bodohnya.
Semenjak hari itu, hari dimana aku bernyanyi untuknya—menyanyikan lagunya, sikapnya berubah tiga ratus enam puluh derajat kepadaku. Ia begitu lembut dan melindungiku. Tidak ada lagi Gaara yang suka membentakku, menyebutku dodol, tidak ada lagi Gaara yang suka minta dibuatkan PR untuknya. Sekarang ia malah yang selalu mengingatkanku kalau ada tugas sekolah. Ia malah yang menjadi jam beker tiap aku bangun pagi. Ia yang selalu menungguku di depan komplek untuk menjemput sekolah.
Tidak ada lagi temanku yang mau menindasku sekarang, namun begitu hatiku malah merasa tidak enak karena tidak ada lagi yang minta bantuanku. Aku ingin berbuat baik sih sebenarnya. Tapi, ya sudahlah.
Sebaiknya aku segera ke perpustakaan sekarang.
.
.
.
Setelah masuk perpustakaan dan mengisi absen kedatangan, aku langsung menaruh tas di salah satu bangku di dalam sana. Kakiku langsung melangkah menyusuri tiap lorong yang terbuat dari rak-rak buku yang tinggi ini.
Agak lama aku mencari-cari sesuatu yang ingin aku baca. Hanya buku pengetahuan yang sepertinya memang pantasku baca. Apa saja lah yang penting buku itu tidak membuat aku mengantuk.
Aku melirik buku tebal di rak paling atas, entah mengapa aku merasa tertarik dengan buku itu. Lantas, Aku mendekat pada rak itu, karena letak bukunya agak tinggi maka aku sedikit berjinjit. Walau tanganku meraih sebisa mungkin pada buku itu nyatanya masih tidak sampai.
Tapi, ada sesuatu yang membuatku terkejut, saat ada tangan lain yang mengambil buku itu pula dari belakang dan menariknya. Aku menurunkan kakiku sampai sepenuhnya menyentuh lantai.
"Buku ini yang mau kau ambil?" tangan itu sekarang tengah menyodorkan buku dari samping kepalaku, aku tahu suara siapa ini.
Aku berbalik menghadap ke suara itu dan mendapati Sasuke yang tangah memasang muka datar seperti biasa.
"Sasuke..."
"Ambillah, ini kan yang kau cari?"
Tanganku terjulur untuk mengambil alih buku itu, "Ma-makasih ya."
Kupikir ia akan berkata lagi, ternyata ia hanya memainkan alisnya, mungkin maksudnya; sama-sama.
Mungkin.
Ia melangkah dan mendekati rak buku yang berada di depanku. Sedangkan aku dengan bodohnya masih berdiri di tempat seperti tadi, tidak bergeser sedikit pun saking aku kakunya.
Sambil mencari-cari buku ia bertanya padaku, "Kau sering kemari kalau pulang sekolah?"
Berhubung aku jarang berbasa-basi pada Sasuke maka aku jawab seadanya. "Tidak," aku jadi sukar untuk bicara, mungkin hanya dengan Gaara aku banyak berceloteh untuk sekarang, "K-kau sendiri?" ragu-ragu aku bertanya balik agar keadaan kami tidak terlalu membeku seperti ini.
"Tidak juga, aku hanya mampir kesini untuk menunggu jemputan kakakku," jawaban Sasuke ternyata tidak pendek sepertiku, mungkin sebaiknya aku pun begitu.
Entah mengapa ia malah membuatku penasaran, "Me-memangnya masih berapa lama lagi kakakmu kemari?" kenapa aku malah seperti mengintrogasi dirinya? Bagaimana kalau ia berpikiran yang tidak-tidak padaku, misalnya; ia berpikir aku menyukainya. Sepertinya ia memang bukan seseorang yang pantas buat ku ajak mengobrol.
"Entahlah, tapi ia orangnya tepat janji."
Diam-diam aku bernapas lega karena ia tidak bertanya apa alasanku yang banyak tanya ini.
"Kau sendiri, sedang menunggu seseorang?"
"Iya, aku menunggu Gaara latihan sepak bola," aku tidak percaya dengan apa yang kukatakan barusan. Sungguh aku tidak bermaksud seperti itu. Pasti mukaku sekarang bersemu merah karena menyebut nama Gaara.
Aku memukul kepalaku pelan sembari merutukki diriku sendiri.
"Oyah?" ia memutar kepalanya menatapku, refleks aku kaku lagi karena aku malah merasakan aliran listrik yang menyengat, "kau pacaran dengan Gaara?"
Pertanyaan Sasuke mampu membuat degupan jantungku kembali tidak normal, apalagi mendengar nama Gaara-nya, "A-aku tidak tahu," jawabku jujur, sebenarnya aku memang tidak tahu hubungan ku dengan Gaara itu apa, setahuku kami sekarang lebih dekat dari sebelum-sebelumnya.
"Kenapa begitu?" ia membalikkan badannya sepenuhnya, menghadapku yang nyatanya sekarang seperti terpojok. Baik, itu hanya perasaanku saja yang merasa Sasuke tengah memojokkanku. Aku yakin sedikitpun ia tidak ada niat seperti itu.
"Ka-Kami tidak pernah membahas hal itu." aku baru sadar akan hal itu, sebelumnya memang tidak ada kata-kata yang terlontar diantara kami untuk meresmikan suatu hubungan. Tidak ada juga pengungkapan cinta diantara kami sebelumnya. Jujur saja aku ingin mengatakan itu, tapi... aku ingin Gaara yang lebih dulu saja yang mengucapkannya. Entah mengapa aku malah merasakan kecewa di hati ini.
Aku menundukkan kepala, menatap sepatuku yang saat ini tidak ingin kutatap.
"Tapi banyak yang bilang kalian itu dekat. Kata orang sih, aku tidak bertanya pada mereka, tapi mereka berbicara di depanku, kau jangan salah sangka," ia berbicara dengan alis mengkerut. Mungkin saja ia takut kalau aku akan tersinggung.
Aku langsung mendongak lagi menatap sosok datarnya, tidak menyangka saja, ternyata Sasuke memperhatikanku. Bukan. Bukan hanya Sasuke yang sepertinya tertarik dengan kehidupanku sekarang. Bahkan semua teman maupun orang yang tidak kukenal dalam sekolah ini, sangat tertarik akan hubunganku dengan Gaara. Ini-lah yang aku benci saat aku dekat dengan Gaara. Seolah aku dan Gaara adalah artis yang selalu di perhatikan baik penting atau tidaknya.
Tidak ada kata lagi yang bisa aku lontarkan ke pria emo di depanku ini. Aku diam saja sampai ia bertanya kembali.
"Apa mungkin Gaara menganggap kau adalah HTS-nya?"
To-Tolong jangan bahas ini. Aku tidak mau! Aku ingin mengatakan itu tapi aku tidak mampu. Hanya batinku saja yang menjerit.
Tiba-tiba ponsel Sasuke bergetar menandakan ada pesan masuk, ia membaca pesan itu sesaat di depanku. "Kakakku sudah berada di depan sekolah, aku duluan." ia menaruh kembali buku yang dipegangnya di tempat semula. Sepertinya ia tidak jadi membaca buku itu.
Tanpa kata-kata lagi, ia melangkah meninggalkanku menuju keluar perpustakaan. Baru setelah itu aku benar-benar bernapas lega karena pembicaraan kami tidak sampai mendalam.
Dan sekarang apa? Aku malah merasakan sesuatu perasaan yang tidak enak. Apalagi setelah mendengar kata HTS (hubungan tanpa status) dari mulut Sasuke tadi. Rasanya aku memang menyedihkan.
Lebih baik jadi teman saja daripada jadi HTS seperti itu. Aku tidak mau pokoknya tidak mau!
Kalau begitu, aku akan menanyakan langsung saja ke Gaara, kira-kira dia menganggapku sebagai apa ya? Aku jadi gugup.
.
.
.
Aku kembali berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju ke lapangan sepak bola. Niatku untuk membaca buku sudah tidak ada lagi. Yang aku inginkan sekarang adalah kepastian yang tidak jelas ini darinya. Dan bodohnya aku baru sadar akan hal itu. Kenapa dari kemarin-kemarin aku tidak bertanya itu darinya?
Sikapnya yang baik sejak sebulan yang lalu itu bukanlah apa-apa tanpa sebuah hubungan yang pasti. Aku benar-benar kecewa pada diriku sendiri!
Sambil mengoceh dalam hati kakiku terus melangkah. Saat aku akan belok arah aku menabrak sesuatu.
"Aaawww..." entah siapa yang kutabrak, aku dan dia sama-sama terjatuh dan meringis.
Aku merasakan suara itu adalah suara seorang wanita. Lantas aku membuka mataku menatap seseorang yang berada di depanku ini—yang sedang terduduk masih berusaha untuk berdiri.
"Ah, maaf, Nona." gadis itu yang lebih dulu bangkit dariku, menjulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"Te-Terimakasih," gumamku dengan muka bersemu merah. Mungkin gara-gara ia memanggilku dengan sebutan 'Nona'.
"Kau tidak apa-apa, Nona?" tanyanya setelah aku sepenuhnya berdiri.
"A-Aku tidak apa-apa. Maaf, jangan panggil aku Nona." aku menepuk-nepuk rokku yang agak kotor karena jatuh tadi. Aku lihat ia juga berusaha untuk membersihkan dirinya pula.
Ia menatap mataku sesaat, "Maaf, tapi aku sudah biasa memanggil orang dengan sebutan itu, apalagi kalau gadis itu gadis yang cantik."
Bisa kupastikan mukaku memerah sekarang, akhirnya ada juga seorang gadis yang bilang aku cantik. Mataku menatap dirinya dari atas sampai bawah, sepertinya ia bukan anak murid sekolah ini, baju yang dikenakannya hanya baju biasa—bukan seragam sekolah, "Kau bukan murid di sini?" tanyaku memastikan.
"Bukan. Ehehhe," ia membalas senyumku, "aku hanya ingin mencari seseorang, tadi aku ke rumahnya tapi kata ibu-nya ia masih berada di sekolah."
Aku mengangguk paham, "Ka-Kalau kau tidak keberatan, aku mau membantumu mencari orang itu, se-semoga saja dia belum pulang sekolah."
"Tidak usah, tadi aku sudah menemukannya, tapi ia malah kabur dariku."
"Ka-kabur?"
"Yah, mungkin ia belum siap untuk bertemu dengan tunangannya, ahahahha."
"Oh, jadi orang yang kau maksud itu adalah tunanganmu."
Aku lihat ia mengangguk, "Dan sekarang aku akan mengejarnya dan mendapatkannya, ia memang lincah." gadis di depanku ini berbicara lepas sekali padaku, padahal ia baru pertama kali ku temui, tapi aku sedikitpun tidak merasakan kikuk. Sepertinya awal pertemuan ini adalah pertemuan yang baik bagi aku dan dia. "Kau gadis yang cantik, Nona." ia memegang tanganku, "perkenalkan, aku Matsuri."
"A-aku Hinata. Panggil Hinata saja, ya?"
Gadis yang bernama Matsuri itu mengangguk mengerti.
"'Ohya? Siapa nama orang yang kau cari itu?" tanyaku memastikan, mungkin saja aku mengenal orangnya dan dapat membantunya untuk mencarinya.
"Namanya Gaara."
Dalam hitungan persekon detik aku langsung tersentak kaget mendengar nama itu, jantungku kembali berdebar tidak normal seperti saat aku tenggelam kemarin, aku merasakan napasku tercekat seperti di cekik erat. "A-apa?" perasaan cemburu bercampur sakit bersarang di dadaku begitu cepat. Siapa saja tolong katakan padaku bahwa gadis itu hanya berbohong. Katakan bahwa ia hanya penggemar Gaara saja.
"Kau kenal dia?" ia celingak-celinguk mungkin mencari Gaara, aku masih berusaha mati-matian menutupi wajah kecewaku yang mungkin sebentar lagi akan mengeluarkan air mata. "Sudah ya, Nona Hinata. Aku harus mencari Gaara. Sampai jumpa." setelah ia membungkukkan badannya perlahan kearahku, bergegas ia berbalik berlari menyusuri koridor sampai punggungnya hilang karena berbelok arah.
Kali ini kecewaku lebih besar daripada yang sebelum-sebelumnya. Ja-jadi, Gaara-kun sudah mempunyai tunangan, lalu aku? Siapanya?
.
.
.
-T B C-
.
.
.
A/N: Udah pendek pasaran lagi idenya =,=
Muph ya kalau misal ada typo, kasih tahu saya, nanti saya edit lagi :)
Anyway, makasih ya yang udah baca fik 'What's Going On?' kemarin =)
Dan makasih juga udah membaca ini =D
Rifyu, please?