Al-Shira Aohoshi deviantArt
Proudly Presents
.
.
a 2011 NARUTO FanFiction
© Andromeda no Rei
.
The Story of Town Where サクラ Blooms
.
Original Title :
Sakura Saku Machi Monogatari
.
.
Standard Disclaimer Applied
.
.
T-Rated
.
Romance/Drama/Friendship/Family/Slight Humor
.
All Stright Pairings
.
Warning :
Canon, Non massacred-Uchiha, Non betrayed-Orochimaru, OC, (i'm trying so hard not to make it) OOC, abal, aneh, dan sejenisnya
.
Don't like?
Then get back to your world!
~I've already warned you~
.
.
.
Prologue
.
Konohagakure. Sebuah desa kecil yang tersohor karena kekuatan para shinobi-nya yang di atas rata-rata. Terletak di Negara Hi, salah satu dari lima negara shinobi terbesar. Berbagai klan besar yang terkenal dengan kemampuan khusus berkumpul di desa ini. Jadi tidak heran jika pendapatan per kapita shinobi di desa ini cukup tinggi—dikarenakan para shinobi dan kunoichi mereka yang berkualitas.
.
.
.
"Sasukeee~!"
"Hn." Seorang cowok dengan model rambut mencuat bak pantat bebek menutup kepalanya dengan bantal dan menyembunyikan diri di balik selimutnya. "Berisik, Nii-san!"
"Sasuke!" Itachi membanting pintu kamar adik kesayangannya itu. "Hei, jagoan, tanjoubi omedetou. Ayolah, jangan tidur terus. Kaa-san dan too-san menunggumu untuk sarapan bersama."
"Nii-san saja sana." Sasuke mengintip dari balik selimutnya. Mata onyx-nya menajam. "Aku nggak lapar.
"Kau 'kan hari ini ada latihan bersama Naruto dan gadis Haruno itu." Itachi duduk di tepi kasur Sasuke dan menyingkirkan selimut yang menutupinya. "Nggak mau kelihatan bodoh saat perutmu keroncongan di depan sang pacar, 'kan?"
"Sakura bukan pacarku, Nii-san." Kali ini Sasuke duduk bersila, masih dengan tampang jengkelnya.
"Ya, ya, terserah kau saja." Itachi memutar bola matanya bosan dan beranjak dari tempatnya duduk. "Ayolah sarapan dulu. Atau mau kugendong?"
"Aku enam belas tahun! Bukan enam tahun!"
Uchiha Sasuke, anak bungsu dari pasangan suami-istri kepala kepolisian Konoha. Egois, tidak mau kalah, sedikit usil, dan jaim.
.
.
.
"Shizune-senpai!" Seorang medic-nin muda tampak berlari-lari kecil di koridor Rumah Sakit Konoha.
"Sakura?" Shizune menaikkan sebelah alisnya—bingung. "Bukannya kau nggak ada shift untuk hari ini?"
"Memang. Tapi tadi aku bertemu Neji-san dan dia bilang ada beberapa ANBU yang terluka cukup parah ketika menjalankan misi tingkat S di Amegakure. Dan mereka akan tiba sebentar lagi."
"Nggak apa-apa, Sakura. Serahkan saja pa—"
"Iie, iie, Shizune-senpai." Sakura mengibas-ngibaskan tangan kanannya. "Aku tahu kau sibuk dengan beberapa paperwork yang seharusnya dikerjakan Tsunade -shishou, jadi masalah ini serahkan padaku saja."
Shizune tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan mengiyakan tawaran kunoichi pink itu, "Baiklah, Sakura. Ganbatte, ne! Sampai nanti."
"Hm! Sampai nanti!" Sakura melambaikan tangannya pada punggung Shizune yang semakin menjauh dan menghilang di balik belokan koridor utama.
"Haruno-san?" seorang perawat berkacamata oval menegurnya dengan ekspresi panik. "Pasien di ruang ICU 7 membutuhkan antidot ekstra dan kondisinya semakin melemah."
"Maksudmu Yukishiro-san?"
"Hai. Ini keterangan perkembangannya sejak 2 hari lalu."
Sakura membaca kertas-kertas keterangan perkembangan pasiennya itu dengan teliti. Dahinya berkerut tanda ia sendang mencermati setiap tulisan pada kertas itu. "Beri dia obat penenang dosis rendah. Aku akan ke lab untuk menyempurnakan antidot yang baru dibuat Haruka-san kemarin. Beritahu aku jika kondisinya sudah stabil."
"Hai, wakarimasu."
Haruno Sakura, salah satu medic-nin terbaik asuhan Hokage ke-5, Senju Tsunade. Perfeksionis, bertanggung jawab, sedikit kasar, dan cengeng.
.
.
.
Uchiha Sasuke bersandar pada sebuah pohon di tempat latihan tim 7, menunggu teman-temannya menampakkan wajah ceria mereka.
"Ooiii~! Sasuke-temeee~!"
Suara itu akhirnya terdengar juga. Memang tidak lebih cempreng dari 3 tahun terakhir, tapi tetap saja menyebalkan bagi Sasuke. Suara dari seorang shinobi seusianya, yang katanya—memiliki kekuatan luar biasa hebat dari siluman rubah ekor sembilan yang bersemayam dalam dirinya. Seorang cowok berambut pirang dengan cengiran khasnya yang selalu bisa membuat seorang Hyuuga Hinata pingsan mendadak.
"Hn. Berhenti memanggilku seperti itu, Dobe." Sasuke melipat lengannya di depan dada tanpa sedikit pun menoleh ke arah sahabatnya itu.
"Kau juga mestinya nggak memanggilku begitu, Teme!" Naruto berkacak pinggang dan memanyunkan bibirnya sebelum akhirnya menyadari ada sesuatu yang kurang di sana. "E-eh? Sakura-chan mana?"
"Kupikir dia bersamamu."
"Nggak, kok." Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Apa mungkin lagi ada di rumah sakit, ya? Tapi 'kan dia sudah janji, iya 'kan, Teme?"
"Hn iya."
"Akh! Jangan-jangan dia sedang kencan dengan seseorang!"
Hal ini sukses menarik perhatian Sasuke. Ia menatap Naruto dengan sharingan andalannya.
"Kenapa jadi kau yang sebel, sih?" Naruto memicingkan matanya—menatap Sasuke lekat-lekat. "Pokoknya Sakura-chan nggak boleh kencan dengan siapa pun! Kalau aku patah hati gimana—eh? Oii~! Hinataa!"
"N-Na-Naruto-kun..." seorang kunoichi berklan Hyuuga menghampiri dua sahabat itu sambil membawa sekotak bento. "A-ak-aku membawakanmu bento, k-kalau kau nggak keberatan—"
"Untukku?" Naruto meraih kotak bento yang disodorkan Hinata dengan semangat. "Wahh, kebetulan sekali aku belum sarapan! Ayo kita makan sama-sama di sebelah sana."
Naruto, dengan girangnya merangkul Hinata dan berjalan ke areal bebatuan yang lebih sejuk. Sedangkan yang dirangkul hanya bisa meremas jaketnya—menahan diri agar tidak pingsan dengan posisinya saat ini.
Sasuke, terkacangi. Poor you.
Uzumaki Naruto, shinobi hiperaktif mirip bule ini adalah anak tunggal dari almarhum Hokage ke-4, Namikaze Minato, dan almarhumah Uzumaki Kushina. Penuh semangat, ceria, optimis, selalu bisa memandang sesuatu secara positif.
.
.
.
TOK TOK
"Sumimasen," Sasuke melangkahkan kakinya masuk ke sebuah laboratorium gelap dan berbau menyengat di daerah barat Konoha.
"Ah, Sasuke-kun," terdengar suara mendesis dari dalam lab temaram itu. Suara yang berasal dari sesosok sannin yang—mungkin—lebih cocok disebut mad scientist—ilmuan gila, Orochimaru. "Masuklah dulu."
"Langsung saja, Orochimaru." Sasuke memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya dan menyandarkan punggungya pada frame pintu. "Ada apa memanggilku? Kau tahu, nggak ada misi bukan berarti aku nggak sibuk—"
"Uchiha, Uchiha, jangan cari masalah dengan mentormu sendiri, oke?" Orochimaru sweatdrop. "Angkuh bukanlah sikap yang terpuji, kau tahu? Kecuali kau sudah bisa melebihi kekuatanku."
"Cih."
"Ayolah, santai saja. Aku hanya ingin memperkenalkan murid baruku."
"Hn?"
TAP TAP
There he is. Seorang anak laki-laki yang tidak lebih tinggi darinya, dengan rambut kecoklatan yang sedikit jabrik, dan tatapan mata amethys yang tajam dibalik kacamata ovalnya. Sekilas cowok ini terlihat angkuh dan penuh misteri bagi Sasuke. Namun tanggapan itu pudar tatkala ia memicingkan matanya dan tersenyum ramah pada si bungsu Uchiha.
"Namanya Keitaro, Sasuke." Suara Orochimaru memecah keheningan di tempat itu. "Dia salah satu chuunin dari Tsuchigakure, dan akan menjadi muridku dalam pengembangan berbagai jurus baru atas dasar kerjasama antar desa shinobi."
"Lalu apa hubungannya denganku?" nada bicara Sasuke agak kesal. Entah mengapa ia kurang menyukai cowok yang sedang menatapnya bingung ini.
"Karena dia masih baru di Konoha dan aku mau kau menemaninya berkeliling desa sebentar—"
"Aku sibuk." Sasuke beranjak dari tempatnya bersandar, hendak keluar dari laboratorium dingin itu. "Cari orang lain saja—"
"Konnichiwa~!" belum sempat Sasuke keluar dari tempat remang-remang itu terdengar suara familiar dari arah luar, menghentikan langkahnya.
"Sumimasen, Orochimaru-sama," Sakura, dengan rambutnya yang sedikit awut-awutan karena angin, masuk dan langsung membungkukkan badannya di depan Orochimaru. "Tsunade-shishou memanggil anda di kantor Hokage sekarang."
"Aa, pasti tentang Keitaro." Orochimaru beranjak dari singgasananya dan berjalan melewati ketiga shinobi belia itu, "Dan—Sakura, tolong temani Keitaro berkeliling Konoha, ya. Dia baru saja tiba pagi ini. Terima kasih." Dan sang sannin pecinta ular menghilang dari tempat itu—tanpa jejak.
"Ha?" Sakura cengo. Tampaknya otak berukuran jumbonya sedang memproses informasi yang baru saja disampaikan salah satu dari 3 legenda sannin itu.
"A-ano..." suara britone yang begitu asing mengusik telinga Sakura.
"Ya?"
"Aku Kuroyama Keitaro, 15 tahun, murid baru Orochimaru-sama dari Tsuchigakure yang direkomendasikan oleh Hokage," Keitaro menaikkan frame kacamatanya dan tersenyum lembut sebelum akhirnya sedikit membungkukkan badannya pada Sakura, "Yoroshiku onegaishimasu."
"A-a-aa..." Sakura terbata, entah mengapa ia jadi salting. "Yo-yoroshiku, Kuroyama-san, aku Haruno Sakura."
"Souka... Haruno-san..."
"Nggak, nggak, panggil 'Sakura' saja."
"Ah, baiklah. Kalau begitu kau juga harus memanggilku 'Keitaro'."
"Um, ayo. Akan kuperlihatkan padamu bagaimana kehidupan Konohagakure."
"Tentu."
"Ore mo iku."
Ha. Suara itu akhirnya terdengar juga. Uchiha Sasuke, yang jelas-jelas sedang kesal pada the Keitaro boy, melipat lengannya di depan dada dan memasang tampang dia-temanku-awas-kalau-berani-macam-macam pada cowok berkacamata itu, mendadak membatalkan kalimat aku-sibuk-nya dan ingin turut serta pada acara tour de Konoha antara Sakura dan Keitaro.
Mengapa? Bukankah tadi dia bilang sedang sibuk—bahkan minta agar orang lain yang menemani cowok baru ini berkeliling Konoha? Karena Sakura-kah? Sasuke sendiri bahkan tidak tahu jawabannya. Yang ia tahu hanya perasaan kesal yang semakin parah terhadap the Keitaro boy ketika ia berkenalan dengan kunoichi pink itu.
"Tadi kau bilang kau sibuk ne, Uchiha-san?" Keitaro menelengkan kepalanya dengan polos.
"Hn. Bukan urusanmu."
Kuroyama Keitaro, usianya yang setahun lebih muda dari Naruto dan kawan-kawan—kecuali tim Gai tentunya—ramah dan kadang tidak peka terhadap keadaan emosional orang-orang di sekitarnya. Sedikit lebih tinggi dari Naruto, tapi tidak lebih tinggi dari Hyuuga Neji. Dan mungkin—akan masuk dalam 'Daftar Cowok Keren' Yamanaka Ino, jika gadis blonde itu bertemu dengannya.
.
.
.
"Tadaima."
"Okaeri-nasai, Itachi-kun," Uchiha Mikoto menghampiri putera sulungnya yang masih lengkap dengan seragam ANBU-nya itu. "Mandilah dulu. Setelah itu makan malam sama-sama, ne? Sasuke sudah menunggumu dari tadi."
Lima belas menit kemudian, Itachi memasuki ruang makan sekaligus dapur keluarga itu. Semua anggota rumah utama klan terhormat itu telah menyantap nasi shitake yang dihidangkan Mikoto. Tampak Fugaku, sang kepala keluarga, makan dengan mengutamakan imejnya, bahkan di depan anak dan istrinya. Atau mungkin memang pembawaannya yang kaku sebagai seorang ayah dan suami. Sunyi. Tidak ada yang bicara ketika Itachi masuk dan duduk di sebelah kiri Sasuke, dan mereka sudah terbiasa dengan hal ini.
"Kaa-san pikir tadi cuma rapat rutin ANBU, tapi sepertinya lama sekali, yaa." Mikoto meletakkan panci miso di atas meja makan. "Kau makan siang dango lagi, Itachi-kun?"
"Iie, Kaa-san." Itachi menjumput nasi shitake dengan sumpitnya. "Itadakimasu."
"Lalu?" kali ini Mikoto membantu menuangkan sup miso ke dalam mangkuk suaminya.
"Sebenarnya tadi aku kencan," Itachi menjawab singkat tanpa merubah ekspresi datarnya. "...dengan Sakura."
"Uhuk, uhuk!"
"Sasuke, kunyah pelan-pelan." Mikoto menyodorkan segelas air mineral pada putera bungsunya yang baru saja tersedak secara tiba-tiba setelah mendengar penuturan Itachi. "Sakura? Sakura teman setim Sasuke waktu genin itu?"
Itachi mengangguk dan melirik adiknya sekilas. Sudut bibirnya sedikit terangkat.
"Kaa-san nggak pernah tahu kau ada hubungan spesial dengan Sakura." Mikoto melanjutkan sambil sesekali menyeruput sup miso-nya.
"Hn. Aku hanya mengajaknya makan di Yakiniku-Q saat bertemu dengannya sepulang rapat. Kupikir itu kencan, karena kami hanya makan berdua." Itachi menoleh ke arah Sasuke, seolah minta persetujuan. "Iya 'kan, Sasuke?"
"Jangan tanya aku." Sasuke menjawab sewot tanpa mengalihkan pandangannya dari isi mangkuknya yang tinggal setengah.
"Oh ayolah, jangan ngambek begitu." Itachi melanjutkan. "Kau bilang dia bukan pacarmu."
"Memang bukan."
"Kalau begitu nggak usah memasang tampang jengkel."
"Nggak kok."
Fugaku, yang sedaritadi hanya berkonsentrasi penuh pada makan malamnya, akhirnya mengangkat wajahnya dan memperhatikan kedua puteranya yang sedang berdebat singkat. Sedangkan sang istri, Mikoto, hanya tersenyum penuh arti—mengerti bahwa anak-anaknya kini telah beranjak dewasa.
"Hmmphf..." Itachi hanya tersenyum geli, berusaha menahan tawa melihat ekspresi kesal Sasuke. Baginya, meledek adik kesayangannya yang jaim itu merupakan suatu kesenangan tersendiri. Sasuke sebenarnya anak yang polos, dan egois memang. Tapi sikap jaimnya itu justru menunjukkan kebodohannya di depan sang kakak.
"Hentikan itu, Nii-san."
"Iya, iya."
Uchiha Itachi, kakak kandung Sasuke yang jenius, tampan, berbakat, cerdas, bertanggung jawab, berjiwa pemimpin, lincah, cekatan, dan segala kebaikan di seluruh dunia ada padanya. Satu kata; perfect! Cowok yang lebih tua 5 tahun dari Sasuke ini divonis menderita brother complex oleh sang Godaime Hokage, Senju Tsunade.
.
.
.
Seorang gadis kecil dengan rambut pink berantakan—menutupi wajahnya—menangis di taman bermain Konoha, seorang diri. Padahal ia sama halnya dengan anak perempuan seusianya. Seorang anak perempuan dengan impian sederhana—menjadi seorang puteri bergaun indah, dan menikah dengan pangeran berkuda putih, layaknya dongeng yang diceritakan ibunya setiap malam.
Hanya itu. Tidak lebih. Tapi kenapa semua teman-teman menjauhinya? Kenapa semua teman-teman mengolok-olokkan dahinya yang sedikit lebih lebar? Memangnya itu salah?
Sakura—nama gadis kecil itu, hanya bisa menangis dan berharap kelak impiannya akan jadi kenyataan, dan membuktikan pada teman-teman bahwa ia bisa jadi seperti puteri dalam dongeng.
Namun Ino—seorang sahabat baru, yang menurut Sakura sangat mirip bunga Cosmos, menyadarkannya tentang segala hal.
Bahwa Sakura adalah kuncup bunga sakura yang belum mekar. Ia bukannya tidak mekar dengan indah layaknya puteri dalam dongeng yang—mungkin—tidak akan diolok-olok teman-teman. Tapi ia hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk bersemi, dan mekar dengan indahnya. Dan jika saat itu tiba, Haruno Sakura akan terus mekar, bahkan dalam musim dingin sekalipun.
"Kapan Sakura akan mekar, Ino?"
Bukannya Sakura tidak tahu. She was just letting it flow.
Karena bumi terus berputar, dan waktu terus berjalan. Anak-anak akan tumbuh dewasa. Dan Sakura sadar akan hal itu. Bahwa dunia tidak akan menunggu hati yang bermimpi tentang dongeng klasik seorang puteri dan cintanya.
Karena itu seiring berjalannya waktu, ia tumbuh dan mekar dengan sendirinya. Tanpa mengenal baik buruk cuaca, dan akan terus bersemi, di tempat itu—Konohagakure.
And this is it. A story of town where 'Sakura' blooms.
.
.
"Hai, aku Haruno Sakura, 16 tahun. Aku adalah medic-nin terbaik setelah Tsunade-shishou dan Shizune-senpai. And here is the story begins..."
.
.
つづく
[to be continued]
.
.
.
Author's Note!
Halooo semuaaa~! おはようございます~!!(^0^)/
Rei is back, dan kali ini pengen nyoba-nyoba bikin multichapter! Padahal tanggungan ONE SHOT untuk NARUTO : The Series masih banyak. Huaaaa maafkan Reiiii~! Dx
Habis masi belom nemu ide sih (==")a
Non-Uchiha-massacre, soalnya Rei mesti ngebayangin gimana yaa kalo seandainya Uchiha tu nggak egois, nggak melakukan kudeta. Pasti Sasuke bakal tetep jadi Sasuke kecil yang periang, kayak di episode NARUTO Shippuuden : Sasuke's Paw Encyclopedia itu lhoo xD jadi menurutku sikap-sikap Sasuke di atas nggak terlalu OOC, bener gak? (",)a
Nah lho, ada OC! Padahal Rei biasanya nggak suka OC lhoo. Ahahaha soalnya 'kan OC nya cowok, jadi nggak papa *ditabokin panci* Yang Rei nggak suka tu OC cewek yang rada lebay kadang (="=) dan karena di sini main pairing nya SasuSaku, jdi si OC bakal jadi saingan Sasu deh. Tapi nggak tau ke depannya kalo berubah jadi OcxSaku xD *digorok SasuSaku FC*
Dan di sini cuma prolog nya aja, introducing tokoh utama juga. Yah, namanya juga coba-coba. Jadi kelangsungan fic ini bakal bergantung sama pembaca dan review. Kalo sekiranya menurut readers ini jelek dan nggak layak publish, mau Rei delete aja—biar nggak nyampah ^^"a
Tapi kalo masi ada yang bersedia baca dan antusias nya tinggi dan penasaran *apaan sih*, bakal Rei lanjutin deh. xD
Nah, akhir kata, R&R please?
KEEP or DELETE?
Salam,
Al-Shira Aohoshi
a.k.a. Andromeda no Rei