a/n: mau bikin fic NetherIndo di APH tiba-tiba jadi Fairy Tail. Coba laptop saya mau nyala ;_; hiks. Btw, sori JellalErza fans, gua bikin GrayErza :p

warning: nulis nggak sadar -_- drabble. lagi. (mungkin) OOC, EYD parah & typo(s)

disclaimer: Seluruh property (?) Fairy Tail adalah milik Hiro Mashima-sensei. Saya Cuma punya plot fic ini -.-


.x.


Oh, bantal gulingnya empuk sekali.


.x.


| mushroom cloud

| © mage


.x.


Erza membuka matanya perlahan ketika sinar matahari mulai memasuki celah jendela. Setelah menyesuaikan diri dengan cahaya terang dan lembut milik matahari, mata cokelatnya menangkap pemandangan yang sangat familiar: tempat tidur untuk satu orang, meja belajar yang terbuat dari kayu, karpet yang nyaman ini, dan dinding dan lantai berwarna merah muda. Dia mengingat sesuatu; dia berada di rumah Lucy.

Menghela napas, dia berpikir kalau dia menyusahkan Lucy karena sudah menginap di rumahnya untuk sekian kalinya. Bagaimanapun juga, rumah Lucy adalah rumah ternyaman kedua setelah Fairy Tail (yang ketiga itu Fairy Hills). Oh, dia berharap Lucy tidak membencinya karena hal ini. Sungguh.

Menoleh ke kiri, dia tersenyum kecil melihat Natsu mendengkur keras di samping Lucy, yang wajahnya tidak terlihat karena badan Natsu menghalanginya. Mungkin Lucy kedinginan sehingga menarik Natsu ke tempat tidur untuk dijadikan penghangatnya.

Hm? Mana Happy?

Matanya bergeliatan mencari kucing itu, menemukan kucing biru itu terlelap di atas paha Natsu dengan saliva di ujung mulut; pasti dia sedang memimpikan ikan. Dasar kucing. Dan, ew. Air liur Happy tercecer

Tiba-tiba saja kepalanya pusing. Pasti gara-gara pesta perayaan ulang tahun Lucy semalam; Erza terlalu banyak meminum alkohol.

Leher memutar ke kanan, dan buuugh, wajahnya bertubrukan dengan sesuatu—seseorang. Matanya membelalak dan Erza melenguhkan napas. Gray.

Di sampingnya, Gray Fullbuster sedang terbaring—sedang tidur? entahlah—dengan damai, dan seperti biasanya, tanpa baju. Benar-benar khasnya. Erza mengembuskan napas dan menarik ujung mulut untuk mengeluarkan senyum kecil. Waktu memang cepat berlalu, ya? pikir Erza saat memerhatikan perbedaan bentuk wajah Gray dulu dan sekarang. Wajahnya yang sekarang lebih…laki-laki.

Jari-jemarinya bergerak dari pinggang Gray, berlari melewati perut terlatih miliknya menuju leher Gray, menggelitiki kulitnya. "Erza, kau menyentuh daerah sensitifku," kata Gray. Erza langsung berhenti melarikan jari-jarinya tepat di bagian belakang leher Gray.

"Gray," Erza melenguh, "daritadi kau bangun?"

"Mm. Saat kau"—dia membuka satu mata, menatap dalam iris coklat itu—"menubruk daerah ketiakku."

"Ew." Erza memasang wajah yang biasa orang pasang saat mencium bau busuk. "Maaf."

"Tak apa." Gray menguap lebar. "Mau tidur lagi. Kau?"

Erza berpikir untuk sesaat. Kepalanya masih pusing dan dia sedang tidak berselera untuk meminum aspirin. Penyihir kelas-S itu mengangguk. "Yep, aku rasa begitu. Kepalaku masih pusing."

Tawa kecil meluncur keluar dari tenggorokan Gray seraya penyihir es tersebut menutup mata dan mendengkur lembut. Erza mengedipkan mata berulangkali, kagum dengan kecepatan Gray masuk ke alam mimpi.

Wanita berambut merah itu mengangkat lengannya dari leher Gray, sekarang melingkari pinggang Gray, memeluknya erat layaknya bantal guling. Kepalanya bersandar di lengan Gray.

Oh, bantal gulingnya empuk sekali; dia bisa tidur dengan nyaman.


.x.


a/n2: gaje -_- ni ide sebenarnya buat LokeLucy, tapi ga jadi. Secara GrayErza fans :p jadinya begini deh (-_-;;;) maaf ya ._.

~mage