Disclaimer : naruto milik Sasuke Uchiha *ditampar Wak mashashi Kishimoto*

Rate : T

Pairing : Sasunaru, nejigaa and shikakiba

Genre : Romance/general/A little bit humor

WARN : YAOI, gajeness, EYD berantakan, typo(s). it's a yaoi fic. If you have a problem with it, just click the 'back' button. Don't' like? So don't read! At least don't FLAME!

If you want to flame my fic, please Log In at the first. To prove that you are not a LOSER.

happy reading minna~


A Naruto fanfiction by akako 'cho' michiko

a fun bet, isn't it DOBE?


"Teme, jalannya jangan cepat-cepat." Seorang bocah pirang dengan beberapa goresan seperti kumis kucing di pipinya berteriak nyaring meneriaki bocah berambut raven emo yang sekarang sudah jauh meninggalkannya didepan. Entah sudah berapa kali dia meneriaki bocah raven itu dengan kalimat yang sama, tapi hal itu sama sekali tak mengurangi kecepatan bocah berambut raven tersebut.

Mengetahui lagi-lagi dirinya diacuhkan oleh bocah yang dipanggilnya 'Teme' itu, sang bocah pirang menggembuingkan kedua pipinya, menandakan kalau dia benar-benar dilanda emosi sekarang.

"SASUKETEME, AKU CAPEK. KAU JANGAN PURA-PURA TULI BEGITU!." Teriaknya lebih nyaring beberapa oktaf dari yang sebelumnya. Dan tidak sia-sia dia melakukan itu semua, pemuda yang diketahui bernama Sasuke itu mulai menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang, menghadap bocah pirang yang berjalan terengah-engah mendekatinya.

"Ck, kau ini lama sekali Dobe, sebentar lagi kelas akan dimulai. Aku tidak mau dihukum Kakashi sensei karena terlambat. Kau tahukan apa resikomu kalau terlambat pada mata pelajarannya?"

Tentu saja Naruto tahu apa hukumannya kalau terlamabat pada jam pelajaran wali kelasnya itu.

Bersiap-siaplah mengorbankan waktu istirahatmu untuk berkeliling lapangan sekolah yang berukuran cukup 'wow' itu. Jangan pernah berfikir untuk mengelabui sensei bermasker putih itu. Walaupun pandangan matanya hanya tertuju pada buku orens yang sudah dilabeli masyarakat sebagai buku porno, bukan berarti dia tidak memperhatikanmu. Entah jurus apa yang digunakannya, yang pastinya jurus itu cukup banyak membantunya dalam urusan mengajar.

"Salahmu sendiri tidak membangunkan ku lebih awal," Protes bocah pirang itu, bocah pirang hyperaktif yang dikenal masyarakat banyak dengan panggilan Naruto atau Dobenya Sasuke -?-

"Kita tetap tidak akan terlambat kalau saja kau tidak ceroboh meminum susu basi dari lemari es mu, aku jadi harus menungguimu membuang semua isi perutmu itu." Balas sang Uchiha tak kalah sengit dari kekasihnya itu.

Kekasih?

Ya, bocah raven dan kuning itu memang sudah lama menaikkan status hubungan mereka dari 'rival' menjadi 'kekasih'. Awalnya mereka selalu bersaing dalam segala hal. Ya, meskipun pada awalnya mereka saling membenci dan bersaing siapa sangka hanya dalam kurun waktu satu tahun semua berubah berbanding terbalik.

"Itukan tidak sengaja Teme, kau jangan berkata seolah-olah aku ini selalu ceroboh," si Pirang membela diri. Padahal sudah jelas keterlambatan mereka pagi ini karena kecerobohannya sendiri meminum susu basi dikulkasnya. Andai dia bukan kekasihnya, mungkin bocah itu sudah tewas ditangan Sasuke.

"Ahh, sudahlah. Kalau melewati jalan biasa, kurasa kita tidak akan sampai tepat waktu," Sasuke melirik jam tangan bewarna senada dengan warna rambutnya. Pemberian sang Aniki saat dia berulang tahun, beberapa bulan yang lalu.

"Maksudmu, Teme?" Tanya Naruto kurang mengerti. Dipandanginya wajah sang kekasih lekat-lekat.

Sasuke memandangi wajah Naruto sesaat, lalu melirik tembok kokoh besar yang sudah lama dibangun di areal sekitar sekolahnya, untuk menanggulangi murid-murid pemalas yang suka kabur saat jam belajar.

"Kita panjat pagar ini," jawab pewaris klan Uchiha tersebut.

Untuk beberapa saat Naruto hanya terdiam, mencerna maksud kata-kata bocah tampan dihadapannya yang mencoba mencari solusi dari keterlambatan mereka karena kecerobohannya meminum susu basi pagi tadi, sampai-

"Kau gila Teme, pagar inikan tinggi." Sanggah Naruto tak percaya. Ternyata ada juga klan Uchiha yang berotak dangkal seperti Sasuke, begitu pikirnya.

"Kau ini selain ceroboh, pemalas, lambat, ternyata seorang penakut juga." Sindir Sasuke membakar amarah Naruto. Dan benar saja, bocah pirang manis itu langsung mengeluarkan aura pembunuh yang berkobar-kobar dari sisi tubuhnya.

"Apa katamu Teme?" tanyanya dingin, meyakinkan sang kekasih kalau dirinya sedang diambang emosi sekarang.

"Aku bilang kau itu penakut Dobe. Kalau tidak, buktikan padaku kalau kau berani memanjat tembok ini." Tantang Sasuke.

Naruto hendak membalas kata-kata Sasuke, tapi sekarang posisinya sedang tidak menguntungkan sama sekali.

Kalau disurus berkelahi atau berkeliling lapangan sekolah beberapa kali itu tidak akan menjadi masalah baginya. Tapi jangan pernah menyuruhnya untuk berhadapan dengan ketinggian. No thanks.

"Ayolah, kalau kau jatuh, aku akan menangkapmu Dobe," Bujuk Sasuke dengan sedikit ekpresi memohon. Sedikit? Tentu saja, bahkan ini suatu kemajuan bagi seorang Uchiha Sasuke untuk membujuk Naruto dengan sedikit ekspresi. Kalau biasanya, sangat sulit membedakan kapan dia memohon dan memerintah, keduanya sama garangnya.

Mendengar kata-kata manis yang keluar dari bibir Sasuke sukses membuat pipi putih mulus Naruto dijalari warna merah kentara. Baru kali ini dia mendengar sang pewaris Uchiha itu berkata manis.

"Ehmm, baiklah tapi kau harus mentraktirku ramen sepuasnya kalau sampai aku terjatuh." Pada akhirmya Naruto terpaksa menerima tawaran Sasuke, percuma saja kalau dia harus berdebat dengan pangeran egois itu. Pada akhirnya pasti dia juga yang akan mengalah.

"Hn," hanya itu balasan dari sang Uchiha,

"Baiklah kalau begitu," sepertinya karena sudah terbiasa dengan kata-kata kebanggan Sasuke, Naruto sedikit tahu banyak kapan 'hn' nya Sasuke berarti iya atau tidak.

Sasuke mulai mengambil ancang-ancang menaiki tembok pembatas itu, dengan bantuan pohon tua dipinggir jalan yang sedikit membantunya mencapai puncak tembok yang bisa dikatakan lumayan tinggi itu.

Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya, Sasuke kembali memandangi Naruto yang masih belum menggambil pergerakan apa-apa. Naruto masih saja diam disitu, memandanginya dari bawah.

"Dobe, tunggu apalagi?"

Naruto menelan paksa ludahnya, sungguh kalau bukan karena Sasuke, dia tidak akan mau melakukan hal ini.

"Kalau kau membuatku terjatuh, aku akan benar-benar merampok isi dompetmu sampai kosong, Teme." Teriak Naruto. Lalu dengan sedikit keberanian Naruto mulai mengikuti cara Sasuke memanjat pohon dan melompat ketembok.

Sasuke hanya bersiap menolong Naruto melompat keatas tembok, tapi memang dasarnya si Naruto itu Dobe, belum sampai tembok, dia malah sudah terjatuh duluan. Untung saja Sasuke sigap menarik tangannya sehingga membuatnya tergantung ditembok yang tingginya hamper dua setengah meter itu.

"Teme, tarik aku." Teriak Naruto histeris, begitu disadarinya kalau keadaanya sekarang yang sangat dekat dengan kematian, dia memang terlalu hiperbolis kalau soal ketinggian.

"Teme, aku bisa mati. Tidak aku tidak mau mati. Aku masih muda belum menikah. Aku ingin bekeluarga dulu. Tolong aku Teme. Aku akan mati, aku ti-,"

"Diamlah bodoh, kalau kau bergerak aku malah semakin sulit menarikmu," potong Sasuke begitu telinganya sakit mendengar ocehan Dobe-nya itu yang tidak henti-hentinya berteriak nyaring lalu ditambah rontaan badannya yang membuat Sasuke harus berjuang keras menariknya. Heran, kenapa disaat genting begini, Naruto masih bisa mengoceh sepanjang itu. Kalau saja yang tergantung sekarang bukanlah seorang Uzumaki Naruto, mungkin saja orang itu sudah dilepaskan Sasuke dan jatuh mengenaskan terbawa gravitasi bumi sekarang.

Sedikit lagi, dan berhasil. Sasuke sudah berhasil menarik badan Naruto keatas. Bukan hal sulit sebenarnya menarik Naruto, mengingat badannya yang lebih kecil dan lebih ringan dari Sasuke. Tapi karena rontaan serta teriakannya yang tidak berguna, membuat Sasuke sedikit kepayahan dalam menariknya.

Naruto baru saja akan bernafas lega atas selamatnya dirinya dalam insiden memanjat tembok sekolah ini, kalau saja mata Sasuke tidak melihat keganjalan yang terjadi dibelakang gedung sekolah. Dari posisi mereka yang cukup tinggi, Sasuke dapat melihat jelas apa yang sedang terjadi dibelakang gedung sekolahnya sekarang. Nara Shikamaru sedang berciuman dengan Inuzuka Kiba. Ya saudara-saudara mereka sedang berciuman sekarang.

BRUK

Secara reflek Sasuke langsung mendorong tubuh Naruto kebelakang, agar dia sama sekali tidak melihat hal yang dapat meracuni pikirannya itu. Mengingat Naruto masihlah terlalu polos untuk hal semacam itu sekarang. Dan akibat dorongan maut dari sang Uchiha, Naruto tidak jadi bernafas lega. Dirinya yang tidak seimbang, membuatnya terjatuh kebelakang. Tapi dia cukup cerdik dengan menarik baju sang pelaku pendorong dirinya ikut terjatuh bersama.

Flashback~

"Sasuke, sudah sejauh mana hubunganmu dengan Naruto?" Tanya Neji pada pria disampingnya itu.

Sasuke,. Ketiga pemuda yang menjabat sebagai seorang seme itu sedang beristirahat dibelakang gedung sekolah, tepatnya dibawah pohon. Mengingat ketiganya serempak dalam hal yang mereka benci, 'kebisingan'.

"Hn?" yang ditanya malah bertanya balik. Tidak mengerti maksud sang penanya.

"Maksudku, sampai mana hubungan kalian berdua. Masih sampai berpegangan tangan, berpelukan, berciuman atau bahkan sudah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya oleh bocah 16 tahun?" Neji memperjelas pertanyaanya. Dia tahu Sasuke hanya pura-pura bodoh tidak mengerti maksud pertanyaannya barusan.

"Hn," hanya itu jawaban yang dikeluarkan oleh sang Uchiha.

"Sudahlah, kalau kau bagaimana Shikamaru?" Neji berbalik menghadap pemuda disebelah kirinya, yang sedang memandangi awan yang berarak kecil diliangit.

"Itu terlalu merepotkan bagiku," tidak jauh beda dari Sasuke, jawaban yang dikeluarkannya pun bermakna ambigu.

"Akh, aku tahu pasti kalian belum pernah melakukan hal yang lebih dari sekedar berpegangan tangan kan, misalkan berciuman mungkin." Tebak Neji sok tahu. Tapi sama sekali tidak digubris oleh dua seme lainnya yang sibuk dengan aktifitas masing-masing.

"Dasar payah," komentar Neji –lagi–

"Maksudmu apa heh?" Tanya Sasuke dan Shikamaru bersamaan. Sepertinya klan keluarga Hyuuga itu sedang mengejek mereka sekarang.

"Ada yang mau taruhan?" Neji tidak menggubris pertanyaan keduanya, dia malah kembali melayangkan pertanyaan pada mereka berdua.

Sasuke dan Shikamaru hanya memandanginya dengan tatapan 'apa-mau-mu-hyuuga'. Mengerti dengan maksud tatapan kedua temannya itu Neji mulai menjelaskan permainannya.

"Maksudku, bagaimana kalau kita bertaruh, siapa yang paling payah dalam hubungan percintaan diantara kita." Jelas Neji.

Sasuke dan Shikamaru hanya mangut-mangut mengerti, lalu kembali menatapnya dengan tatapn 'teruskan'

"Kita bertaruh, siapa yang paling cepat mencium pasangannya, dia yang menang. Yang tidak berhasil, itu membuktikan kalau dia itu 'payah' dalam berhubungan "lanjut Neji, dengan menekankan kata 'payah' pada kedua temannya itu.

"Merepotkan, but I take it." Jawab Shikamaru lalu kembali memandangi awannya itu

"Baiklah,"

End of flasback~

BRUAAK

"HYAAAAA, SAKIT." Naruto mulai meringisi punggungnya yang mendarat terlebih dahulu ditanah lapang sekolahnya, sial. Karena Sasuke mendorongnya dia harus rela jatuh dari ketinggian dua setengah meter dari atas tembok, belum lagi Sasuke yang menindihnya diatas tubuhnya, membuatnya masih harus menanggung beban begitu sampai ditanah. Tunggu, apa? Sasuke menindihnya? Ahh, beruntung sekali Uchiha itu, dia tidak merasakan sakit yang diderita Naruto. Padahal dia pelaku dari semua ini.

"Teme, SAKIT. Kenapa kau mendorongku? Kau ingin membunuhku ya?" protes Naruto begitu sadar kalau Sasuke yang mendorongnya hingga terjatuh seperti ini.

'Sial, Shikamaru sudah bergerak. Aku bisa kalah darinya' batin Sasuke. Sifat legendaris Uchiha yang tidak mau kalah sekarang sedang mengerogotinya. Dia sama sekali tidak menggubris teriakan Naruto yang berada dibawahnya, bahkan berpindah posisipun tidak. Sasuke masih menindih Naruto.

"Teme, SESAK!" teriak Naruto, sepertinya ocehannya beberapa detik yang lalu tidak digubris oleh Sasuke karena pikirannya yang melayang entah kemana.

Sasuke sedikit terkejut dengan teriakan Naruto yang pikikannya diatas rata-rata pekikan anak perempuan disekolahnya. Sasuke memalingkan wajahnya menjadi menghadap Naruto, sebenarnya dia ingin segera bangkit dan menolong Naruto berdiri, tapi pikiran jahat langsung terbersit dipikirannya.

'Apa dia kucium sekarang saja?' pikir Sasuke begitu didapatinya wajahnya dan Naruto hanya berjarak beberapa senti sekarang. Karena ditekan rasa 'tidak mau kalah' dari Shikamaru, Sasuke tanpa ba bi bu lagi mulai mendekatkan wajahnya menekan wajah Naruto, untuk mempersempit jarak diantara mereka.

BRUAGH

Belum sempat Sasuke mengecap bibir Naruto yang merah merakah, dia harus menerima tendangan Naruto diperutnya, membuatnya mau tidak mau terjungkal kebelakang.

"Apa-apaan kau ini, Dobe." Protes Sasuke tidak terima. Lalu membenarkan posisi berdirinya.

"Aku sudah bilang sesak, tapi kau malah semakin menekanku. Aku bisa mati kehabisan nafas Teme." Balas Naruto, dia juga berdiri lalu memegangi bagian tubuhnya yang terasa sakit setelah insiden terjun bebasnya barusan.

"Sakit, kau harus mentraktirku ramen yang banyak karena perbuatanmu ini," protes Naruto, tubuhnya serasa berdenyut semua sekarang, apalagi bagian belakangnya.

"Hn,"

"Jawab yang benar Teme."

"Iya, baka Dobe."

"…"

"…"

"Ayo kekelas, kita bisa terlambat."

"Kurasa masih ada dua orang lagi yang akan lebih terlambat dari pada kita."

"Maksudmu, Teme?"

~xXx~

"Bagaimana?" Tanya Neji pada dua sahabat sejabatannya itu.

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Tiga orang penikmat 'kesunyian' ini lagi-lagi memilih berkumpul bersama di belakang gedung sekolah ditempat mereka biasanya lari dari kebisingan atau teriakan para fansgirl mereka yang lumayan bayak jumlahnya.

"Hn?"

"Bagaimana, dengan taruhan kita bertiga kemarin? Ada yang sudah mulai menyerang?" Tanya Neji sedikit antusias. Heran, kenapa kalau soal ini dia terlihat begitu out of character sekarang.

"Aku sudah mencium Kiba tadi pagi dihalaman belakang gedung, merepotkan sekali." Jawab Shikamaru. Dia sama sekali tidak membuka matanya menjawab pertanyaan Neji, hanya menutupnya dan menikmati hembusan angin yang cukup menyejukan menerpa wajah malasnya.

"hebat, bagaimana bisa kau melakukannya?" Tanya Neji tak percaya, bagaiamana bisa si pemalas ini mendahului mereka. Neji tahu betul kalau Shikamaru bukanlah tipe romantis yang akan mengumbar puisi atau kata-kata gomal untuk mendapatkan ciuman Kiba.

"Aku katakan padanya aku minta hak ku sebagai kekasihnya, dan dia bilang aku boleh melakukannya." Jawab Shikamaru seadanya.

"Wah, beruntung sekali kau. Aku yakin kalau aku memakai trikmu dengan Gaara, dia pasti akan langsung menguburku hidup-hidup didalam pasir," komentar Neji membayangkan apa yang akan dilakukan Gaara padanya kalau memakai trik yang dilakukan si jenius itu pada Kiba.

"Kau Sasuke?" Neji memutar kepalanya 180 drajat ke kiri menghadap Sasuke.

"Hn,"

"Kau belum mulai menyerang Naruto?"

"Hn,"

"Payah sekali kau ini," cibir Neji.

"Kau sendiri?" protes Sasuke tidak terima,

"Memang belum sih, tapi setidaknya aku sudah menyusun rencana, bagaimana denganmu?"

"Apa rencanamu?" tany Sasuke penasaran

"Mencuri ciumannya disaat di lengah. Disaat Gaara tidur mungkin," jawab pewaris klan Hyuuga tersebut.

"Licik,"

"Tapi itu diperbolehkan."

~xXx~

"Kerumahmu?" Tanya Naruto heran.

Bel pulang sekolah baru berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Naruto sedang asik membereskan meja belajarnya yang berantakan sampai akhirnya Sasuke datang menghampirinya dan langsung melayangkan ajakan untuk datang berkunjung kerumahnya.

Tidak biasanya Uchiha bungsu itu mengajak Naruto, biasanya Naruto sendiri yang menawarkan diri untuk ikut kerumahnya, dengan catatan tidak akan membuat keributan disana.

"Ya Dobe, memangnya kenapa?"

"Tidak biasanya kau mengajakku terlebih dahulu?"

"Mau atau tidak?"

"Tapi sebelum kerumahmu, kau harus mentraktirku ramen karena membuatku terjatuh tadi pagi."

~xXx~

"Tadaima," Sasuke memasuki rumah mewah klan Uchiha tersebut, dengan diikuti Naruto dibelakangnya.

Mereka berdua pulang dalam keadaan basah kuyub. Jelas ini semua adalah kesalahan Naruto yang terlalu lama menghabiskan waktu untuk merampok Sasuke di Ichiraku ramen, mungkin saja Naruto akan tetap merampok isi dompet Sasuke kalau saja Sasuke tidak menariknya secara paksa dan mengakibatkan mereka harus pulang dengan hujan-hujanan.

"Sepi, kemana yang lain?" Tanya Naruto begitu mendapati keadaan rumah itu yang begitu sepi.

"Tou-san dan kaa-san sedang keluar negri. Kalau aniki sedang mengerjakan skripsi akhirnya bersama Dei-niichan, mungkin nanti malam atau besok baru pulang," jawab Sasuke.

Naruto hanya mengangguk, kemudia mengikuti Sasuke memasuki kamarnya yang berada dilantai dua.

Setelah sampai di tempat tujuan, Naruto segera menghempaskan tubuhnya diatas ranjang empuk Sasuke, sedang empunya kamar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan tamu tak tahu diri itu.

"Kau bisa membasahi kasurku Naruto, menyingkir dari situ dan pakai ini," Sasuke melemparkan handuk biru berlambangkan kipas khas klan Uchiha serta kaus putih polos dengan beberapa garis hitam, dan celana jeans pendek yang pernah tidak sengaja Naruto tinggalkan dirumahnya.

Sasuke sendiri menggambil beberapa baju ganti dan segera memasuki kamar mandinya.

Begitu keluar dia sudah mendapati Naruto sudah berganti pakaian yang duduk manis melihat keluar jendelanya yang terbuka.

"Kau melihat apa Dobe?" Sasuke berjalan mendekati Naruto. Naruto yang menyadari kehadiran Sasuke segera mengalihkan perhatiannya dari jendela kepada Sasuke.

"Sepertinya hujannya akan lama Teme, bagaimana ini, kaa-san pasti mencariku." Tanya Naruto khawatir.

"Nanti kalau tidak berhenti juga, aku antar kau kerumah,"

"Benarkah? Kau memang Teme yang baik." Naruto menyunggingkan senyum lebarnya.

"Aku tidak merasa senang kalau kau puji begitu," ketus Sasuke.

Sasuke bermaksud akan mengajak Naruto bermain PS kesukaan kekasihnya itu, sampai dia ingat pada taruhannya dengan Neji dan Shikamaru. Mengingat kalau dia sudah tertinggal satu langkah oleh Shikamaru. Mana ada dalam sejarah seorang Uchiha kalah.

'sepertinya kalau pakai cara si jenius itu tidak ada buruknya juga' batin Sasuke. Kemudia diamulai merapatkan tubuhnya dengan Naruto yang masih memasang senyum dua belas jarinya.

"Tapi itu tidak gratis loh Dobe,"

"Heh? Maksudmu apa Teme?" Tanya Naruto tidak mengerti apa yang dimaksud Sasuke.

"Begini, err kau tahu sendirikan kalau kita sudah berpacaran sekitar setahun?" Naruto mengangguk membenarkan.

"Jadi?" Tanya Naruto

"Ehm, sekarang aku ingin meminta hak ku sebagai pacarmu Dobe,"

"Hak mu?"

"Iya, hak ku Dobe,"

"Bagaimana caranya?" Tanya Naruto menggaruk kepala belakangnya tidak mengerti. 'Apasih mau si Teme?' batinnya

"Gampang, tinggal pejamkan saja matamu," jawab Sasuke

"Begini?" Naruto mulai menutup rapat kedua matanya.

"Ya, begitu. Jangan kau buka sampai aku menyuruhmu membukanya." Terang Sasuke. "Atau aku akan melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal karena sudah melanggar perintahku itu," lanjutnya. Cukup untuk membuat Naruto menelan ludah ketakutan. Naruto menganggukkan kepalanya pertanda dia mengerti.

Bagus, tinggal sedikit lagi dan berhasil

Sasuke tersenyum penuh kemenangan sebelum mendekatkan wajahnya pada Naruto. Pelan tapi pasti.

.

Berhasilkah Sasuke?

Kita lihat di chap berikutnya.

Tobecontinue~

GAAAAAAHH, *nari perut dengan perut buncit di depan komputer*

Akhirnyaaaaaaa, ohh akhirnyaaaa. Siap juga. Tadi rencananya mau bikin oneshot. Tapi gitu ngeliat 20 halaman ukuran kertas legal jadi berpikir ulang.

Kalau dijadiin oneshot takutnya kepanjangan. Jadilah dibikin twoshot. Chap depan tamat kok. Di kompi juga udah selesai, jadi tinggal publish.

Ceritanya gimanaaaaa? Gajekah? norakkah? Baguskah *ngarep tingkat tinggi*

Kasih tahu lewat revieeeeeeww yaaaaaa.