Disclaimer: Papi Masako (MASAshi KishimotO)

Warning: AU, gak jelas, humor melayang (?), typo's party, tanda baca nyasar, OOC tingkat dewa (?), dwwl (dan warning-warning lainnya)

Notification:

"Blablabla": bicara biasa (tanda petik dua)

'Blablabla': bicara dalam hati (tanda petik satu + Italic)

.

Dangerous Teacher

By: Yui Hoshina/Uzumaki Yuina

Chapter 6

.

'Brengsek! Apa maunya pria gila ini? Seenaknya saja membawaku ke dalam kamarnya. Awas saja kalau dia berbuat macam-macam padaku, akan kusuruh Kyuubi untuk membunuhnya, ttebane,' umpat Kushina dalam hati saat Minato mulai membawanya ke dalam kamarnya.

Minato langsung merinding merasakan tatapan pembunuh Kushina.

"Tenang saja, Kushina. Aku tidak akan macam-macam. Aku hanya ingin mengobati lukamu saja. Dan jangan berpikiran bahwa kau akan mengirim seseorang untuk membunuhku," kata Minato yang seolah-olah bisa membaca pikiran Kushina. Sedangkan Kushina hanya merutuk dalam hati karena 'rencananya' ketahuan.

"La-lalu, kenapa kau harus membawaku kedalam kamarmu? Bukankah membawaku kekamarku sendiri lebih praktis, dattebane," tutur Kushina yang agak kesal sambil sesekali meringis kesakitan. Apakah pria ini tidak memikirkannya? Kenapa malah main bawa kekamarnya segala? Atau jangan-jangan…

"Haaahh… aku bukan pria mesum seperti yang kau pikirkan sekarang, Kushina. Aku hanya merasa bahwa pilihan untuk membawamu kedalam kamarku lebih efisien karena sepertinya perlengkapan obat-obatanku cukup lengkap dan lukamu terlihat cukup parah," ujar Minato yang lagi-lagi seperti mengetahui pikiran curiga Kushina.

Minato berjalan kearah kamar mandi miliknya dan menurunkan Kushina pelan-pelan di lantai kamar mandi tersebut. Kushina pun mencoba bersandar di bath-tub atau bak mandi yang cukup besar untuk menopang tubuhnya yang agak lemas.

"Aku akan mengambil handuk. Apa kau ingin mengganti pakaianmu juga?" tanya Minato.

"Da-sar bodoh. Jika kau tau aku akan mengganti pakaian, kenapa tidak langsung membawaku ke-dalam kamarku saja? Jadi kau tidak perlu repot-repot membawaku," Kushina mendengus kesal sesekali meringis kesakitan (lagi) merasakan nyeri di lengan kirinya.

Minato tertunduk lemas. Memang benar jika ia membawa Kushina kedalam kamarnya akan lebih praktis dan tidak perlu repot-repot membawa Kushina kekamarnya. Tapi…

"Maaf."

Ucapan Minato membuat Kushina tersentak kaget. Maaf? Kenapa pria ini malah meminta maaf padanya? Apa jangan-jangan ia baru menyadari kesalahannya membawa Kushina kedalam kamarnya adalah salah atau apa?

"U-untuk apa?" Kushina merasa heran dengan sikap Minato. Kenapa pria didepannya ini malah tertunduk lemas dan terlihat… menyesal?

"Maaf. Aku memang sudah tau dari awal bahwa membawa kekamarmu sendiri lebih tepat tapi… aku… hanya ingin menebus kesalahanku," ujar Minato pelan.

Kushina menatap Minato dengan pandangan bingung, heran dan tidak percaya.

"Kesalahan?" ucap Kushina bingung.

"Ya. Maaf sudah membentakmu saat di sekolah tadi dan melarangmu pergi. Aku hanya sedikit… kesal," Minato mengalihkan wajahnya dan tidak sanggup menatap Kushina. Ia tahu bahwa ia salah dan itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman karena telah membuat Kushina sedih.

Kushina menatap Minato tidak percaya. Jadi itukah alasan Minato membawanya kedalam kamarnya? Untuk menebus kesalahannya? Kushina memang kesal dengan tindakan sok tahu Minato, tapi, ia tidak mempermasalahkannya lebih lanjut karena itu akan merepotkannya.

"Lupakan."

Minato semakin terpuruk karena ia yakin bahwa dirinya tidak akan dimaafkan Kushina. Tapi, kata-kata Kushina selanjutnya membuat ia tidak percaya sekaligus senang.

"Aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal sepele itu. Aku mengerti bahwa kau memang tidak mengetahuinya tapi… aku harap kau tidak mengulanginya lagi," ujar Kushina sambil mengalihkan wajahnya karena sedikit malu.

Tanpa aba-aba Minato langsung memeluk Kushina dengan erat. Itu membuat wajah Kushina merah padam. "Arigatou, Kushina."

"Mi-Minato."

"Terima kasih sudah memaafkanku walaupun bukan dalam cara lisan. Terima kasih, Kushina."

Kushina terdiam. Jantungnya semakin berdebar-debar karena merasakan hangatnya pelukan Minato pada dirinya. Rasa sakit dilengan kirinya seperti tidak terasa. Kushina hanya diam membiarkan Minato memeluknya walaupun dalam hati... Kushina sebenarnya ingin sekali menghajar Minato karena seenaknya saja memeluknya saat ia tidak berdaya tapi ia mempunyai ide lebih untuk 'membalas' perlakuan Minato.

"Ne, Minato-kun," entah kenapa Kushina membuat nada bicaranya semanis mungkin untuk berbicara pada Minato. Sepertinya pertunjukkan akan dimulai nih.

"Ya?" sahut Minato yang tidak menyadari bahwa nada bicara Kushina yang agak berbeda dan tetap dalam posisi memeluk Kushina.

"Bisakah kau melepas pelukanmu? Jika tidak, kau berhutang satu 'ciuman' padaku," Kushina menyeringai lebar. It's show time. Minato terbelalak kaget.

"APAA?" Minato reflek melepas pelukannya dan… JDUAK! Kepalanya sukses terbentur dinding kamar mandi saat ia reflek mundur tadi. Kushina menahan dirinya agar tidak tertawa melihat kejadian yang dialami Minato.

"Ita-ta-tai," Minato meringis kesakitan dan memegang kepalanya yang sudah berbuah bakpao merah hasil dari benturan tadi. Melihat reaksi tersebut, Kushina tidak bisa menahan tawanya.

"Humph… mphh… hahahaha~ reaksimu benar-benar lucu. Aku tidak menyangka bahwa kau akan sekaget itu. Aku kan hanya bercanda, hahahaha~," tawa Kushina lepas melihat tingkah OOC Minato tersebut.

Minato sebenarnya ingin protes tapi… ia terkesiap menatap Kushina yang tengah tertawa. Wajahnya sedikit merona karena Kushina terlihat bersinar dimatanya.

"Ja-jangan tertawa. Ini benar-benar memalukan," Minato mengalihkan wajahnya yang sedikit merona. Ia malu. Tapi masih sedikit melirik kearah Kushina yang sibuk tertawa.

"Hahahaha~ reaksimu itu benar-benar diluar dugaanku. Sudah lama aku tidak tertawa lepas seperti ini. Kau orang yang cukup menyenangkan juga ya, Minato," Kushina tersenyum. Tapi bukan senyuman terpaksa, tapi, senyuman tulus.

Minato berusaha menyembunyikan rona merah wajahnya agar tidak dilihat Kushina dengan menutup sebagian wajahnya (sekitar mulut dan hidung) dengan punggung tangannya.

"Dan aku tidak menyangka bahwa kau orang yang cukup menyebalkan juga," kata Minato sedikit kesal.

WHAT THE HELL? Minato terkesiap dengan ucapannya tadi. Wajah Minato pucat. Pasti Kushina akan memarahinya. Ia pun menoleh pada wanita berambut merah marun itu.

"Hihihi… tidak kusangka. Ternyata seorang Namikaze Minato juga bisa malu," Kushina tertawa kecil.

"Urusai," Minato kembali mengalihkan wajahnya. Ternyata sia-sia saja mengkhawatirkannya.

"Mina-chan ternyata pemalu, ya. Mina-chan lucu," Kushina tidak tahan ingin menggoda Minato lagi. Wajah Minato yang malu benar-benar membuatnya ingin tertawa.

"Hentikan, Kushina. Jangan menggodaku terus," wajah Minato semakin memerah. Seharusnya ia yang menggoda (?) Kushina, bukan sebaliknya.

"Hahaha~ wajahmu memang benar-benar lucu. Menyenangkan sekali untuk- ugh…" Kushina tiba-tiba meringis kesakitan sambil menggenggam lengan kirinya. Itu membuat Minato tersentak kaget.

"Kau tidak apa-apa, Kushina?" Minato mencoba memeriksa lengan Kushina. Darah berwarna merah keunguan mengalir dari lengan Kushina.

"Tidak apa-apa," Kushina berusaha menahan dera sakit di lengannya. Rasanya, lengannya seperti mati rasa saja. Tidak bisa digerakkan.

"I-ini… racun," wajah Minato pucat begitu menyadari jenis racun yang melukai Kushina jika dilihat dari ciri-cirinya. Ia memang tidak menyadarinya sejak tadi tapi begitu melihatnya dari dekat…

"Kau tahu? Ini memang racun. Sepertinya ini racun ular yang sangat berbisa," ujar Kushina sedikit menahan sakit.

"Bukan. Ini bukan racun ular. Tapi…"

.

.

.

"Ugh… benar-benar sial! Kita dikalahkan oleh seorang wanita begitu saja. Menyebalkan!" umpat Orochimaru kesal saat tiba di markasnya.

"Maafkan aku, Orochimaru-sama. Aku telah gagal meracik ramuan itu. Pasti selanjutnya aku tidak akan gagal dan berusaha membuat racun yang lebih hebat lagi," ujar Kabuto.

"Haahh… sudahlah. Kita memang sudah kalah," kata Orochimaru sambil duduk di tempat duduknya dan matanya menoleh pada satu titik. Sedetik kemudian, wajah Orochimaru pucat walaupun wajahnya juga sudah pucat dari dulu.

"Ka-Kabuto. K-kau yakin sudah membawa racun yang benar?" Orochimaru terlihat sangat pucat.

"Memangnya kenapa, Orochimaru-sama?" tanya Kabuto heran.

"Itu bukan milikmu kan?" tunjuk Orochimaru pada sebuah botol kecil bertuliskan 'RACUN ALA KABUTO'. Seketika itu, wajah Kabuto juga ikut pucat.

"Jangan-jangan… racun yang aku bawa barusan adalah…" Kabuto meneguk ludah sambil menoleh pada tempat yang menurutnya 'sakral' dan dugaannya benar. Benda yang seharusnya tersegel yang berada pada tempat khusus disebuah lemari kaca tempat benda-benda berbahaya tersimpan itu tidak ada.

"Kau bodoh, Kabuto! Kita memang preman yang suka mengancam orang bahwa ia akan mati tapi… aku sama sekali tidak berniat untuk membunuh orang secara sungguhan tau!" bentak Orochimaru yang terlihat pucat. Gini-gini ia juga manusia yang masih punya hati nurani. Preman juga manusia. (lha?)

"A-aku minta maaf, Orochimaru-sama. Aku benar-benar lalai," ucap Kabuto menyesal.

"Sudahlah. Aku harap masalah racun salah ambil (?) ini tidak akan mengantarkan kita sampai pengadilan dan kita tidak akan dipenjara," harap Orochimaru.

"Aku hanya berharap wanita itu selamat. Kalau tidak, tamatlah riwayat kita," Kabuto sedikit merinding membayangkan mereka akan masuk penjara.

"Yah, keselamatannya 1 banding 10. Racun yang kau bawa itu sangat mematikan karena racun itu adalah…"

.

.

"Kalajengking?" ucap Kushina terbelalak kaget.

"Ya. Racun kalajengking sangat berbahaya dan sepertinya ini sangat mematikan. Tidak ada cara lain. Kita harus ke rumah sakit!" kata Minato tegas.

"TIDAK!" Kushina langsung menolak dengan tegas dan juga pucat.

"Jangan keras kepala, Kushina! Kita tidak tau seberapa besar efek racun itu! Bisa saja itu akan membuat lengan kirimu tidak bisa digunakan lagi bahkan bisa membuatmu mati," Minato tidak habis pikir. Kenapa dikeadaan darurat begini Kushina tidak mau ke rumah sakit?

Tubuh Kushina bergetar. Bukan karena ancaman atau analisa yang diberikan oleh Minato, tapi…

"Lebih baik aku mati daripada mengunjungi tempat terkutuk itu," tubuh Kushina bergetar hebat. Wajahnya ingin menangis namun tidak ingin mengeluarkan kristal bening dari pelupuk matanya. Entah mungkin karena tempat itu menyimpan memori yang menyakitkan sehingga Kushina enggan ke rumah sakit.

"Kenapa kau keras kepala sekali, Kushina? Aku tidak habis pikir. Apa yang membuatmu menolak sekeras itu hanya untuk ke rumah sakit?" Minato memijit keningnya. Ia tidak menyangka bisa sesusah ini untuk membujuk Kushina.

"Aku… tidak mau kesana. Tempat terkutuk… yang telah merenggut nyawa keluargaku," Kushina hampir tidak bisa lagi menahan airmatanya lagi.

Minato tertegun. Jadi itukah alasan Kushina menolak sekeras mungkin untuk menjauh dari yang namanya rumah sakit?

"Itu tidak bisa menjadi alasan bahwa kau trauma pada rumah sakit. Bukankah wajar saja jika ada seseorang meninggal di sana jika dokter tidak bisa melakukan hal lebih untuk pasiennya? Apa kau menyalahkan dokter karena mereka merebut nyawa keluargamu?" Minato ingin tahu. Ingin tahu tentang Kushina lebih banyak lagi.

"Aku... tidak pernah menyalahkan dokter," tubuh Kushina bergetar begitu mengingat penyebab keluarganya meninggal. Kristal bening yang sejak tadi ditahannya agar tidak keluar mulai mengalir.

"Lalu? Kenapa kau begitu takut hanya untuk pergi ke rumah sakit?" tanya Minato penasaran.

Kushina tertunduk lemah, airmatanya terus turun. "Kau tidak akan mengerti, Namikaze. Tidak akan."

Tanpa sadar, Minato tiba-tiba mengusap-usap kepala Kushina untuk menenangkan wanita itu dan membuat wanita tersebut tersentak dengan perlakuan pria berambut kuning tersebut.

"Ceritakan. Aku ingin tahu yang sebenarnya," Minato menatap wanita ini tegas. Ia ingin sekali mengetahui tentang Kushina.

"Minato…" Kushina menatap Minato dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Bisa saja ia menceritakan semua masa lalunya yang kelam pada pria didepannya ini. Tapi… ia harus memegang prinsipnya agar orang lain tidak sembarangan mengetahui masa lalunya yang kelam.

"Kushina?" panggil Minato lagi. Kushina tertunduk.

"Maaf, Minato. Belum saatnya kau mengetahuinya," Minato sedikit tersentak dengan jawaban Kushina. Tapi, ia mengerti bahwa tidak mudah seseorang menceritakan tentang dirinya pada orang asing.

"Maaf sudah memintamu untuk menceritakan sesuatu yang ingin kau pendam. Tapi… kita harus memeriksakan dirimu pada dokter. Aku takut efek racunnya akan semakin membuatmu semakin kesakitan," ujar Minato khawatir.

"Tidak perlu."

"Tapi Kushi-," Minato ingin protes tapi Kushina lebih dulu memotong perkataannya.

"Ada obat penawar racun dikamarku. Obat itu sangat manjur karena berasal dari Suna dimana pernah terjadi suatu peristiwa salah satu penduduk Suna terkena tusukan ekor kalajengking yang beracun. Tidak hanya kalajengking, penawar racun tersebut juga berkhasiat untuk menghilangkan segala racun yang berbisa asal si penderita harus segera diobati dalam kurun waktu 72 jam setelah ia terkena racun tersebut. Jika lebih dari waktu yang ditentukan, maka si penderita… akan mati secara perlahan-lahan."

DEG!

Jantung Minato berdebar keras. Mati secara perlahan-lahan? Tidak! Minato tidak ingin Kushina mati. Tidak akan! Ia akan melakukan apapun agar Kushina bisa selamat.

"Baiklah. Aku akan mengambilkan obatnya. Di mana kau letakkan obat itu?" tanya Minato.

"Di rak rahasia. Kyuubi akan menunjukkannya padamu," kata Kushina enteng.

Seketika itu wajah Minato memucat. Kyuubi itu sungguhan rubah ekor sembilan atau sejenis hewan peliharaan yang biasa seperti anjing atau apa sih?

"A-ano, Kushi-chan. Kyuubi itu… rubah berekor sembilan asli ya?" tanya Minato was-was.

"Lihat saja sendiri. Kuceritakan juga kau tidak akan percaya," kata Kushina santai.

"Ba-baiklah. Aku akan membawamu ke kamarmu," Minato bersiap-siap akan menggendong Kushina tapi Kushina melarangnya.

"Tidak perlu. Kau bilang akan menebus kesalahanmu kan? Jadi jangan repot-repot untuk membawaku kembali ke kamarku," ujar Kushina.

"Kushina…" Minato tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kushina menolak dirawat dikamarnya sendiri dan lebih memilih dikamarnya?

"Ja-jangan berpikiran macam-macam! Aku hanya memberimu kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Se-setidaknya… kamarku tidak berantakan jika kau sungguh-sungguh mau merawatku," ujar Kushina terbata-bata sambil mengalihkan wajahnya yang merona.

Minato sempat ternganga kaget namun sedetik kemudian ia tersenyum lembut, "Arigatou, Kushi-chan."

Jantung Kushina berdetak cepat mendengar penuturan Minato yang menatapnya lembut. Wajahnya terasa panas mendengar ucapan (yang menurutnya) tulus tersebut.

"Ja-jangan salah paham dulu. Ka-kalau aku dirawat di sini, aku bisa bebas mengacak-acak kamarmu sebagai balas dendam, ttebane," ujar Kushina memasang tampang jahil dengan sebulir keringat di wajahnya tanpa melihat wajah Minato. Minato sedikit shock plus sweatdrop dengan ucapan Kushina.

"Kau ini… hampir sekarat saja masih bisa bercanda. Tunggulah sebentar. Aku akan ke kamarmu mengambil penawar racunnya," kata Minato hendak beranjak pergi.

"Ah, hampir saja lupa. Apa kau mengunci pintu kamarmu?" tanya Minato lagi.

"Tidak. Hanya memberi password saja," kata Kushina datar.

"Password?" ucap Minato bingung.

"Ucapkan saja kalimat 'Wahai Kyuubi yang paling keren dan tampan sedunia, maukah anda membukakan pintu ini pada hamba yang melarat ini?' tepat di depan pintuku," kata Kushina berusaha menahan ekspresi untuk tidak tertawa.

Sfx: JDEER

Entah bunyi petir darimana tapi yang pasti itu bukan bunyi petir biasa. Minato seakan disambar petir mendengar password unik nan abal tersebut.

Seorang Namikaze Minato mengucapkan hal tersebut? Apa kata dunia? OoO' *plak*

Ehem! Author lupa. Dunia kan tidak bisa bicara. Seharusnya apa kata rakyat? (tambah ngaco)

"K-kau pasti bercanda," kata Minato shock.

"Cerewet! Cepat ambilkan penawar racunnya! Kau tidak mau menjadi tersangka pembunuhan jika aku mati di dalam kamarmu kan, ttebane?" kata Kushina dengan memerintah.

"B-baik," jawab Minato terpaksa. Seumur hidup baru kali ini ia diperintah (atau dibentak?) oleh seorang wanita selain Kaa-sannya.

Minato pun berjalan lesu keluar dari kamarnya dan mendatangi kamar Kushina. Entah karena melamun atau apa, ia sudah sampai di depan pintu kamar Kushina. Minato menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya.

"Haaahh~ baiklah. Aku harus mengucapkan password tersebut," gumam Minato sambil celingak celinguk melihat sekeliling agar orang lain tidak melihatnya mengucapkan password unik nan abal tersebut. Bisa malu kan kalau ia mengucapkan password unik nan abal tersebut? Bisa-bisa ia dikirim ke rumah sakit jiwa dalam hitungan menit.

Sepi. Baguslah. Untuk langkah pertama dalam etika kesopanan (?), ketuk pintu dulu.

Tok! Tok! Tok!

Minato mengetuk pintu kamar Kushina dan mulai mengucapkan kalimat passwordnya.

"Wa-wahai Kyuubi yang paling keren dan tampan sedunia, maukah anda membukakan pintu ini pada hamba yang melarat ini?" ucap Minato dengan nada terpaksa dan tercekat. Rasanya ia ingin melakukan adegan headbang ke tembok dan menenggelamkan dirinya di bath-tub berisi air panas sekarang juga.

KREEEK! Pintu terbuka secara otomatis. Minato sweatdrop.

'Serius password yang kuucapkan adalah sungguhan?' batin Minato ternganga. Tapi sedetik kemudian, ia langsung memasang wajah serius. Keselamatan Kushina ada di tangannya sekarang.

"Shitsureishimasu. Kyuubi, apa kau ada di dalam?" panggil Minato sambil masuk ke kamar Kushina perlahan-lahan.

Tidak ada suara. Cenderung sangat hening. Minato langsung memasang posisi waspada.

Satu langkah… dua langkah… ti-…

"GRAOOOO~!"

Tiba-tiba sebuah bayangan langsung menyerang ke arah Minato. Dengan sigap, Minato menghindar dengan cepat. Tidak sia-sia ia mempelajari ilmu beladiri Karate, Taekwondo, kendo, dan martial arts lainnya yang malas author sebutin. Walaupun bukan untuk menghindar serangan doang sih tapi untuk jaga-jaga kalau ada orang yang berniat jahat padanya dan juga untuk melindungi orang yang berharga baginya.

"Siapa itu?" tanya Minato dingin. Pandangannya kini serius.

"Khekhekhe… hebat juga bisa menghindari seranganku, pirang sialan," terdengar suara berat dengan nada meledek mulai mendekati Minato.

Minato berbalik kearah sumber suara dan ia shock dengan apa yang dilihatnya.

"Kyu-Kyuubi sungguhan?" ucap Minato shock. Kini di depannya ada seekor rubah berekor sembilan berwarna oranye tapi… yang membuatnya lebih terkejut lagi, IA BISA BICARA!

"Tentu saja aku Kyuubi sungguhan. Memangnya kau anggap siapa? Ninetales?" kata Kyuubi sedikit kesal. Minato sweatdrop mendengarnya.

"Darimana kau tau nama pokemon seperti itu? Kalo diperhatikan, kau memang mirip Ninetales," kata Minato. Sepertinya keterkejutannya tadi sudah menghilang.

"Kushina itu penggemar berat pokemon. Kalau ia sedang menonton anime favoritnya, aku harus rela dipeluknya karena menganggapku pokemon bernama Ninetales. Aku lebih baik mati tenggelam di lautan daripada menerima pelukan mautnya," kata Nine- ehem… Kyuubi maksudnya dengan aura suram.

Minato sweatdrop mendengar curhatan meratapi nasib Kyuubi. Seorang Kyuubi curhat? Dunia pasti mau kiamat!

"Aku turut berduka cita dengan nasibmu," kata Minato ikut terbawa suasana.

"Aku tidak butuh belas kas- eh! Kenapa aku malah curhat kepadamu? Siapa kau? Apa maumu kemari?" tanya Kyuubi menatap tajam ke Minato. Minato tambah sweatdrop mendengarnya dan 2 detik kemudian ia ingat tujuannya datang ke kamar Kushina.

"Ah, hampir lupa. Kyuubi, kau tau di mana tempat obat penawar racun disimpan?" tanya Minato. Wajahnya terlihat pucat jika mengingat wajah kesakitan Kushina.

"Untuk apa? Lalu, darimana kau tau kalo di kamar ini ada obat penawar racun?" tanya Kyuubi curiga.

"Aku tau dari Kushina. Ia kini terkena racun kalajengking yang sangat berbisa. Kita harus selamatkan dia," kata Minato terlihat takut. Bukan takut dengan Kyuubi tapi takut terjadi sesuatu pada Kushina.

Entah kenapa akhir-akhir ini dipikirannya hanya Kushina, Kushina, dan Kushina. Padahal mereka baru bertemu beberapa hari yang lalu. Yang tepatnya baru 2 hari sih.

"APA KATAMU? KUSHINA TERKENA RACUN?" teriak Kyuubi tidak percaya.

"Nanti saja penjelasannya. Sekarang kita harus menyelamatkan Kushina," kata Minato.

"Cih! Sebenarnya aku tidak mau bekerja sama denganmu tapi ini demi Kushina. Ayo ikuti aku," kata Kyuubi berdecih kesal.

"Baik," ucap Minato mengikuti Kyuubi ke tempat penyimpanan rahasia Kushina.

"Oh ya, aku ingin bertanya padamu," kata Kyuubi tanpa menoleh.

"Apa?" tanya Minato bingung.

"Kenapa kau mengucapkan kalimat unik nan abal di depan pintu barusan? Yah~ walaupun aku cukup tersanjung mendengarnya, khekhekhe~," Kyuubi tertawa kecil namun menyeramkan. Orang biasa mungkin akan mengira tawa Kyuubi itu tawa seorang iblis pencabut nyawa (?). Tapi Minato kan bukan orang biasa.

"Eh? Bukankah itu password untuk membuka pintu? Kushina yang memberitahuku," kata Minato polos.

"Baka! Mana ada password unik dan gak jelas tersebut hanya untuk membuka pintu kamar biasa? Sepertinya Kushina membohongimu, hahaha~" Kyuubi tertawa terbahak-bahak begitu mengerti situasinya.

"NANI?" teriak Minato shock plus merona malu mengetahui kenyataannya.

Di lain tempat, Kushina tertawa terbahak-bahak mendengar suara Minato yang terdengar shock.

Sepertinya Kyuubi memberitahu bahwa password yang diberinya hanyalah tipuan belaka.

"Hahahaha~ dasar baka! Nice job, Kyuu-chan, hahaha~!" gumam Kushina tertawa geli membayangkan wajah Minato yang shock.

To be continue

Ehem! Maaf ya minna kalo fic ini lama banget updatenya. Mana chapter ini malah pendek lagi. Daku semakin sibuk yang namanya kuliah. Ugh~ nilaiku turun, hiks… mana juga masih bingung pilih konsentrasi buat mata kuliahku lagi. Bermasalah ma nilai satu mata kuliah lagi. Belum lagi mungkin nanti kena omel dosenku kalo tau nilaiku malah turun. lengkaplah penderitaanku. T.T #malah curcol

Bagi yang bingung kenapa di sini Kyuubi bisa ngomong, some how karena dia kubuat seperti Tora si harimau putih dari Hayate no Gotoku dan juga dia siluman kan? So pasti bisa ngomong dong. Maunya sih Kushina mau kubuat gak tau kalau Kyuubi bisa ngomong tapi kalo dipikir-pikir lagi, Kyuubi itu siluman, ngomong itu mudah baginya. *plak*

By the way, kenapa di fic ini banyak nama panggilan yang beragam Kushina kepada Minato ya? Ehem. Hanya menyesuaikan situasi kondisi antara serius dan tidaknya. *gak ada yang nanya, baka!*

Soal Kushina penggemar berat pokemon? Teringat fic kucingperak yang berjudul 'Hero Apa Heroin?' yang nulis kalo Kushina itu suka banget ma pokemon bahkan ngasih julukan pada Kyuubi 'Ninetails (nama aslinya sih Ninetales)', Naruto 'Pikachu (?), dan Gaara 'Flareon (tapi akhir-akhir ini malah dibilang kecepatan lari Gaara seperti Ponyta atau sudah berevolusi -?- jadi Rapidash?). Yak! Abaikan sajalah. Aku hanya ikut-ikutan aja karna menarik, hahaha~ XD *plak*

Waktunya balas review. Sepertinya reviewnya lebih sedikit dari chapter-chapter kemarin tapi whateverlah.

Tsukiyomi Aori Hotori:

Yup! Anrokuzan atau Mukade emang dari Naruto Shippuden The Movie – The Lost Tower. Huahaha~ makasih! Ehem! Maaf lama karena emang agak sibuk. Thanks reviewnya. XD

Kudo Widya-chan Edogawa:

Yah~ namanya orang kuliah. Kadang jadwal ujiannya beda-beda. Minato jahil atau mesum? Maunya sih dua-duanya tapi jahil dulu deh. (apa maksudnya?)

Thanks udah review. w

Gerarudo Flazzh:

Hahaha~ jawabannya ada di chapter ini. XD

Kuro Tenma:

Makasih. Ini dah di update. :D

Deidei Rinnepero13:

Jangankan kau, neraka ala deidara aja aku gak tau. *he?*

'Serang' Mama Kushina? Woi, Mina-chan. kau disuruh nyerang Kushi-neechan tuh. (Minato: "Author dan reader gila! Kalian berniat membunuhku ya?")

Sepertinya jawabannya tidak. Punya Twitter or Facebook? Sepertinya kau sudah menemukannya tapi tetap kujawab aja deh. Twitter? Aku nyerah ma aplikasi ini. Lupa passwordnya. Dan lebih parahnya lagi, lupa username yang kupake. (¬.¬)' *gubrak*

Facebook? Search aja Yui 'Yuli' Hoshina Sanamori. Mau kuganti usernamenya tapi udah gak bisa lagi. T_T #pundung

Yak! Ini dah di update.

AquaGreen of BlackJack:

Hihihi~ begitulah. Aku suka cowok jahil (tapi kalo dijahilin malah ngamuk-ngamuk).

Hohoho~ tenang aja. Gak masuk rate M kok. :D

L-The-Mysterious:

Tapi kebanyakan tulis douite eh, salah, douitte maksudnya.

Request Kakuzu jadi pemilik apartemen? Hmm… boleh juga. Akan kupertimbangkan gimana caranya ia muncul. :D

Yak! Ini udah di update.

Ishimaru Yamato;

Yak! Ini dah di update! :D

Min Joon:

Yup! Ini dah di update. Yah~ naik rate atau nggak sih gak tau tapi yang pasti… aku gak kuat bikinnya. _ *plak*

D'ahmed:

Yak! Ini chapter selanjutnya. ^^

.

Thanks buat para reader silent dan reviewer yang telah membaca karyaku. Semoga chapter ini menghibur anda sekalian. (gaya pembawa acara gadungan)

Untuk chapter selanjutnya semoga bisa cepat update. (ngeliat jadwal kuliah full)

Terima saran, kritik, pujian (maunya) dan flame yang emang masuk akal. Thanks for reading. ^^

.

Cute smile

Yui Hoshina ^^v