"Apa yang kau masukan ke dalam susu cokelatku, hah?"
Bagus. Awal yang bahagia untuk hari yang indah.
.
.
Ramuan Cinta?
© Uchiha Vnie-chan
.
Standard Disclaimer Applied
.
.
a SasuSaku two shot fiction
.
Warning : Alternative Universe, OOC, fluffy
.
.
.
Tidak ada yang istimewa dengan hari ini.
Begitu yang muncul dalam benak Haruno Sakura—17 tahun, murid sekolah asrama Konoha kelas akhir. Mengawali hari dengan membuka mata dan bangkit dari tempat tidur dengan muka lusuh. Menatap cermin yang tergantung tepat di seberang ranjangnya—berapa kalipun sang ahli feng shui menyarankan untuk tidak meletakkan cermin di seberang tempat tidur karena membawa aura hitam dan mengundang mimpi buruk, katanya, berbenah seperlunya sebelum melangkah menuju pintu dan membukanya.
Udara panas menyergapnya seketika saat gadis itu menemukan dirinya berada di ruang tengah asramanya. Ketimpangan suhu antara kedua ruangan itu, kamarnya dan ruang yang hanya dipisahkan dengan selembar pintu, begitu terasa. Ah, ia merasa sudah saatnya mengajukan keluhan kepada Mister Shiranui Genma—bagian fasilitas sekolah, untuk memperbaiki mesin pendingin di ruangan itu, yang pasti akan sangat berguna di hari-hari musim panas seperti saat ini.
Hari ini hari sabtu. Artinya, kegiatan belajar tidak dilaksanakan hari ini. Yah, kecuali untuk beberapa murid kelebihan waktu yang memilih jam tambahan untuk memantapkan pengetahuan. Tapi tidak, terima kasih. Bukan ide bagus untuk memaksakan diri belajar pada suasana hari seperti saat ini. Dia, yang bahkan satu asrama mengetahui kegilaannya pada bertumpuk buku setebal masing-masing sepuluh senti, lebih memilih menghabiskan waktu dengan bersantai di bawah udara sejuk.
Diliriknya jam yang menggantung anggun di dinding bercat hijau pucat. Pukul tujuh pagi, tapi matahari sudah bersinar cukup terik. Oh, sungguh hari di musim panas yang menguras keringat.
Masih ada waktu duapuluh menit sebelum sarapan pagi di aula besar. Segelas susu cokelat di pagi hari sepertinya menarik. Gadis cherry itu lantas menjadikan pantry sebagai tujuan utama.
Setelah mengambil sekantung susu dan menyeduhnya dengan air panas, ia memegang mug berisi koloid itu dengan hati-hati, uap mengepul banyak dari mulut mug yang terbuka, lalu perlahan mengatur langkahnya menuju ruang utama—yang disebutnya dan kesemua penghuni asrama: ruang rekreasi. Setidaknya di sana suhu sangat bersahabat akibat kerja air conditioner.
Ruang rekreasi masih sepi. Tak terlihat seorangpun yang menghuninya. Sakura yakin, rekan-rekannya yang lain masih enggan untuk terjaga, jelas sekali mereka memilih bergumul di ranjang dengan mengatur suhu serendah mungkin.
Sakura memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya di sofa besar yang menghadap kotak kaca besar yang berisi gambar-gambar bergerak—sebutlah televisi. Bukan ide yang buruk untuk sekedar menikmati segelas susu sambil mendengarkan berita pagi.
Baru saja ia akan menghenyakkan bokongnya di sofa yang empuk itu, saat ia menyadari sesuatu hal, atau katakanlah makhluk bernapas, yang terlebih dahulu berada di ruang rekreasi. Berjibaku dengan buku setebal tujuh senti bersampul coklat dengan tulisan besar warna perak: Teori Fisika Klasik. Well, bukan bacaan ringan sebelum tidur. Sesekali jemarinya bergerak membalik halaman demi halaman yang menimbulkan bunyi gesekan pelan.
Uchiha Sasuke.
Gadis itu menggeram.
Orang teratas dalam daftar hitam Haruno Sakura.
Mendengus, Sakura berniat untuk membalikkan tubuhnya dan meninggalkan ruangan itu sesegera mungkin. Namun dirasakannya sepasang mata milik pemuda itu meliriknya. Jengah, gadis itu lantas membatalkan pemikirannya.
Dan menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama dengan makhluk itu. Bersebelahan. Mencoba untuk manghiraukannya.
"Pagi yang indah untuk mengawali hari."
Mau tak mau Sakura menoleh ke kanan, mendapati wajah yang masih terfokus pada bacaan dihadapannya. Sedikit terkejut bahwa pemuda itu akan bersuara terlebih dahulu. Apalagi dengan percakapan yang terdengar sangat basa-basi. Hey, memangnya apa yang dapat kau harapkan dari seorang Uchiha?
"Terdengar sangat bukan Uchiha, membuka topik dengan berbasa-basi."
Uchiha Sasuke. Pemuda 17 tahun dengan kulit pucat yang terlihat sangat kontras dengan rambut hitam kebiruan yang mencuat pada bagian belakang dan sepasang irisnya yang sekelam obsidian. Dengan rahang yang tegas, membuat ia terlihat seolah patung antik yang dipahat Tuhan dengan begitu sempurna.
Tapi dibalik kesempurnaan fisik, juga otak dan kekuasaan yang dimilikinya, jangan pernah lupakan reputasi pemuda bungsu itu sebagai seorang casanova. Busuk.
Tanpa repot-repot mengalihkan sepasang onyx-nya dari beribu huruf yang tercetak di atas lembaran kertas, pemuda itu menjawab, "Tentu saja hari ini akan menjadi sempurna kalau saja tidak ada seorang gadis menyebalkan yang mengusik ketenanganku di pagi hari."
Mulut Sakura sudah terbuka untuk membalas perkataan pemuda itu yang tiba-tiba tertahan begitu saja saat ia menyadari keadaan sang casanova.
Sasuke masih dengan setelan tidurnya. Celana hitam panjang dengan lambang kipas Uchiha di bagian paha kiri. Hanya itu. Ia tak mau repot-repot mengenakan atasan karena semua orang tahu, tak akan ada yang sanggup untuk mencelanya meski ia tampil bertelanjang dada dimanapun.
Jade masih mengamati.
"Ada apa?" kini dengan satu gerakan, Sasuke menutup buku yang sudah tamat dibacanya itu, "kenapa tidak sekalian saja kau ambil foto supaya tahan lebih lama?"
Perkataan pemuda itu lantas membawa Sakura kembali ke alam sadarnya. Cepat-cepat ia mengalihkan pandangan. Kemanapun, asal jangan menjadikan tubuh itu sebagai objek. "Cih. Kau pikir aku sudi?" desisnya.
Itulah salah satu dari sekian banyak alasan mengapa ia sangat membenci Uchiha Sasuke.
.
.
Why I hate him
Poin 100: Uchiha Sasuke adalah orang yang terlalu percaya diri dan bangga akan dirinya. Sering pamer dan merasa dirinya adalah orang paling keren.
Cih, sangat memuakkan.
.
.
Sakura kembali terfokus pada mug berisi susu cokelat favoritnya. Tidak ingin memikirkan perkataan—sindiran Sasuke tadi. Memangnya ruang rekreasi ini milik Sasuke seorang? Hell no!
Disesapnya perlahan liquid kecoklatan yang masih mengepulkan uap itu agar tidak membakar lidah dan mulutnya.
Hening. Tak ada satupun yang berniat baik membuka pembicaraan. Lebih baik masing-masing menutup mulut daripada menyulut genderang perang di pagi hari.
Awalnya, begitu Sakura berpikir; setidaknya itulah yang ia harapkan. Sebelum ia merasa sepasang mata dingin itu menatapnya dengan intens—tajam. Masih mencoba untuk stay cool, ia tidak mengacuhkannya.
Satu menit- dua menit...
Sakura mulai gelisah. Sasuke masih menatapnya?
"Ada apa?" kini giliran gadis itu yang bertanya dengan wajah bingung dan kembali menoleh pada pemuda di sampingnya. Dilihatnya wajah yang paling menyebalkan : seringai khas milik Sasuke yang menyatakan kemenangan. Matanya melirik nakal ke arah bawah dagu Sakura, yang semakin curiga dengan kelakuan sang casanova.
Jade gadis itu mengikuti kemana arah pandang Sasuke.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" mendadak wajah gadis itu berubah merah padam dan menjerit frustasi. Sakura lupa—sangat lupa yang berakibat sangat fatal. Ia masih terbalut baju tidurnya; selembar tank top yang tipis dan hot pants yang sangat pendek.
Dan Sasuke mendapatkan pemandangan yang sangat bagus.
"Sasuke Mesum!"
Meletakkan mug dengan kasar di atas meja lalu berlari tunggang langgang menuju kamarnya. Sasuke masih beruntung karena gadis itu tak serta merta menumpahkan susu cokelat panas ke wajah penuh kepuasannya karena telah membuat gadis itu malu sekaligus marah besar dalam waktu yang bersamaan.
.
.
Why I Hate Him
Poin 86: Uchiha Sasuke adalah orang yang berpikiran kotor. SANGAT mesum.
Benar-benar menakutkan.
.
.
Konoha Senior High School.
Siapa yang tak pernah mendengar nama ini? Sekolah bertaraf internasional yang sangat tersohor di seluruh penjuru negeri matahari terbit.
Sekolah dalam bentuk asrama ini adalah salah satu sarana pendidikan terbaik untuk anak-anak berotak encer. Tak heran, gema keberhasilannya terdengar sampai dunia internasional.
Asrama di Konoha Senior High School bukanlah sembarang asrama. Fasilitas lengkap dan sudah pasti nyaman memanjakan setiap murid yang tercatat sebagai penghuninya.
Setidaknya, satu kamar dihuni oleh tiga orang murid. Setiap murid mendapatkan satu ranjang king size dan lemari untuk pakaian serta buku. Dan setiap kamar juga dilengkapi dengan pendingin ruangan maupun penghangat ruangan (yang berguna di masing-masing musim) dan kamar mandi shower.
Untuk menghabiskan waktu senggang, terdapat ruang rekreasi. Disanalah biasanya mereka bercengkrama setelah berakhirnya jam pelajaran atau sebelum masing-masing beristirahat di kamar.
Fasilitas pendukung lain seperti perpustakan, laboratorium, lapangan, kolam renang, dan ruang multimedia, sudah tentu ada.
Selain itu, untuk jam makan, aula besar adalah tempatnya. Baik para guru maupun semua murid, bersama-sama menikmati setiap hidangan sarapan, makan siang, dan makan malam di sana.
Sekolah yang mengagumkan ini tentunya memiliki kedisiplinan tinggi. Dan untuk membangun kedisiplinan tersebut, diberlakukan peraturan ketat yang bersifat mengikat kepada seluruh penghuninya. Dan untuk melaksanakan peraturan tersebut, diperlukan orang-orang bertanggung jawab yang berdedikasi untuk mengawasinya.
Mereka adalah anggota dewan murid. Lima siswa-siswi terbaik kelas akhir di Konoha Senior High School.
Dewan murid memiliki asrama tersendiri. Fasilitas yang ada sama seperti asrama murid biasa, bedanya anggota dewan murid masing-masing memiliki satu kamar. Asrama ini terletak di antara gedung asrama utama dan asrama guru.
Dan kelima dewan murid itu adalah Haruno Sakura, Sabaku no Gaara, Hyuuga Neji, Nara Shikamaru, dan Uchiha Sasuke sebagai ketua dewan murid.
.
.
"Sakura-chan!"
Sakura mencari sumber suara dengan frekuensi tinggi itu dan menemukan seorang gadis pirang yang melambaikan tangan ke arahnya.
Bergegas ia menghampiri sahabatnya itu, "Pagi, Ino-chan," sapanya meskipun tidak terlalu bersemangat. Tampaknya mood gadis itu belumlah sepenuhnya membaik akibat insiden tadi pagi.
"Kau kenapa? Sedang sakit atau PMS?"
Sakura menggeleng pelan. Lalu mendudukkan dirinya pada kursi di samping Ino—yang siap memulai hari dengan mengoceh tentang banyak hal; mulai dari Hinata yang semalam mengigaukan nama Naruto dalam tidurnya, Sai—kekasihnya yang selalu mengucapkan selamat malam dan selamat tidur dengan romantis (Sakura memutar bola matanya. Ia sudah mendengar cerita ini ribuan kali), sampai gosip anak kelas sebelas yang kemarin katanya habis menyatakan cinta pada Sasuke.
Mendengar nama Sasuke, wajah Sakura semakin tertekuk. Refleks, ia mengamati ke meja seberang, mendapati Sasuke dan teman-teman satu gengnya : Naruto, Gaara, dan Sai sedang berbincang-bincang dan Naruto yang tertawa begitu keras (sedangkan yang lainnya tetap dengan wajah stoic; pembawaan dari lahir).
Menyebalkan sekali melihat wajah Sasuke-brengsek itu, pikirnya.
"...Ra? Kau mendengarkanku?"
Buru-buru gadis itu mengembalikan pandangannya pada Ino, "Ah, tentu."
"Ya sudahlah, sepertinya makanannya sudah siap. Ayo!" Ino bangkit dari duduknya dan melangkah untuk mengambil hidangan sarapannya.
Ruang aula besar sudah penuh saat waktu menunjukan pukul tujuh lebih dua puluh. Semua murid maupun para guru tampak menikmati sarapannya dengan tenang. Dan baru selesai setelah sepuluh menit waktu berlalu.
Hanya tinggal beberapa murid saja yang masih bertahan di aula, untuk sekedar menghabiskan makanan penutup seperti es krim dan puding atau masih malas beranjak karena kekenyangan.
Jade Sakura melihat Sasuke dan karib-karibnya meninggalkan aula besar, dengan diekori segerombolan gadis kelas sebelas maupun dua belas dan beberapa anak kelas sepuluh.
"Ya ampun, mereka itu memang magnet bagi para wanita! Awas saja kalau Sai sampai tergoda cewek-cewek yang menempelinya itu. Tak akan kuampuni cewek itu, dan akan kubuat mereka menderita!" suara Ino hanya terdengar lamat diteringa Sakura.
Sebuah seringai yang mirip dengan milik Uchiha Sasuke terbentuk dari bibir tipis Sakura. 'Sasuke, tunggu balasan atas perbuatanmu.' Dan sekelumit rencana yang mengalir deras dipemikirannya.
.
.
Why I Hate Him
Poin 71: Uchiha Sasuke memiliki bakat alami yang sangat tidak baik. Memprovokasi orang lain, meracuni pikiran, dan mampu membuat seseorang bertindak sebagai orang jahat.
Benar-benar iblis.
.
.
Sakura memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di kamarnya, dengan setumpuk buku, suhu ruangan yang sejuk, dan semangkuk es krim. Setelah meminjam beberapa buku dari perpustakaan, ia bergegas kembali ke asramanya.
Ia tidak menemukan siapapun saat membuka pintu asramanya. Ruang rekreasi kosong. Wajar saja, ketiga dewan guru yang lainnya adalah cowok, mereka lebih senang menghabiskan waktu di luar asrama. Sedangkan Shikamaru memanfaatkan hampir seluruh waktu senggangnya untuk berhibernasi.
Masih tersisa satu pekan sebelum liburan panjang musim panas.
Saat melewati sofa dan meja di ruang rekreasi, terlintas insiden tadi pagi—yang sangat-sangat-sangat memalukan sekaligus menyebalkan. Dan semua ini salah Sasuke! Makanya, ia harus membalas dendam.
Mug berisi susu cokelat yang jelas sudah dingin masih tergeletak sendirian di atas meja. Tanpa pikir panjang, Sakura mengambil mug itu, ia tak akan tega menelantarkan susu cokelat favoritnya. Yah, kejadian tadi pagi adalah pengecualian.
Sakura menyesap susu cokelatnya, dan setelahnya langsung menghabiskan dalam satu tegukan. Dan meletakkan mugnya di tempat cucian alat dapur, sebelum beranjak ke kamarnya.
Baru saja ia membuka pintu kamarnya saat tiba-tiba urgensinya untuk buang air kecil mendesak. Setelah meletakan buku-buku sekenanya di atas ranjang, bergegas ia menuju kamar mandi di dekat ruang rekreasi.
Dan tepat saat Sakura akan memutar kenop pintu kamar mandi, pintunya terbuka terlebih dahulu. Dari dalam.
Tunggu.
Sakura menahan napas.
Di hadapannya, berdiri sesosok tubuh. Yang hanya terbalut kain dari pusar hingga sedikit di atas lutut. Hanya berjarak kurang dari dua senti darinya.
Perlahan ia mendongak, mencoba melihat wajah sosok itu yang lebih tinggi sekepala darinya.
Tidak.
Sakura semakin lupa caranya bernapas.
Wajah yang terlihat begitu segar. Dengan tetes-tetes air dari rambutnya yang basah dan acak-acakan, lalu mengalir ke wajah, leher, dan mengikuti lekuk di tubuhnya yang -oh Tuhan- atletis. Terima kasih untuk latihan basket dan karate.
Seluruh oksigen disekitarnya seakan tersedot dan lenyap pada satu titik. Dan gadis itu semakin terlarut dalam imajinasinya...
"Aku tahu kau menikmati ini. Tapi sebaiknya, kau segera menyingkir dari pintu. Jangan halangi jalanku."
...dan buyar seketika.
Mengerjap, menutup mulutnya yang sebelumnya terbuka, lantas Sakura bergeser. Memberi jalan pada sosok itu untuk lewat.
Uchiha Sasuke. Si brengsek yang begitu mempesona.
Dan Sakura masih belum ingat bagaimana caranya bernapas.
.
.
Why I hate him
Poin 50: Uchiha Sasuke adalah orang yang sangat berbahaya. Dalam suatu kondisi, dia bisa membuat seseorang terkena serangan jantung.
Jadi, dia sangat wajib untuk dijauhi.
.
.
Sakura membanting tubuhnya di atas ranjang, tak peduli ia malah menghantam buku yang berserakan di kasurnya itu.
Keinginannya untuk buang air kecil hilang sudah.
Ia memijit keningnya yang lebar. Tiba-tiba saja kepalanya pusing berat.
Melihat Sasuke bertelanjang dada bukanlah hal yang baru. Sasuke memang sangat suka tidur ataupun bersantai di ruang rekreasi tanpa baju atasan. Tapi, melihat live Sasuke yang baru selesai mandi adalah perkara berbeda!
Lupakan, Sakura. Lupakan apa yang baru saja kau lihat!
Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya keras-keras. Sakura lalu mengambil sebuah buku tentang kondisi bumi beberapa puluh tahun yang akan datang. Dan mulai membacanya dengan kening berkerut.
Sepuluh menit...
Alih-alih sakit di kepalanya hilang, rasanya semakin menyerang dengan brutal. Jantungnya juga tidak berdetak teratur. Seperti sehabis berlari keliling lapangan sepak bola sepuluh kali. Peluh bercucuran di sekujur tubuhnya. Dan saat cermin memantulkan wajahnya, ia bisa melihat rona merah yang menyebar di sana. Ah, bahkan ia belum bisa bernapas dengan normal.
Sakura memejamkan matanya. Mungkin setelah tidur yang cukup, ia bisa kembali normal.
Lalu terlelap.
.
.
Waktu makan siang tiba. Sakura dengan enggan bangkit dari tidurnya. Ia mengikat rambutnya dengan ikatan ekor kuda sederhana, mencuci mukanya yang lusuh, dan pergi ke aula besar.
Di meja sebelah timur tampak Ino, Hinata, dan beberapa murid kelas akhir lainnya tengah menyantap makan siangnya.
"Syakhuura-chabhn!"
"Ino, telan dulu makanannya," Hinata memperingatkan temannya itu untuk tidak berteriak dengan mulut penuh.
"Hai, semua," dengan lesu Sakura menempatkan diri di samping Hinata.
"Sekarang aku benar-benar yakin kalau kau sakit, Sakura," setelah menelan makanannya, Ino berbicara normal.
"Ah, Ino benar, Sakura. Kau terlihat kurang sehat," Hinata mengulurkan telapak tangannya, menyentuh kening Sakura. "Tapi tidak panas."
"I'm okay," ujar Sakura lemah.
"Mungkin kau kurang istirahat? Tugas dewan murid sangatlah berat dan kau pasti sangat sibuk. Tapi kau juga tidak boleh mengabaikan kesehatanmu, Sakura," dengan wajah khawatir, Hinata menasehati sahabatnya itu.
Mengamini perkataan Hinata, Ino menyambung, "Hmm, dia benar, Sakura. Kalau tidak sanggup berdiet, ya jangan dipaksakan."
"Mungkin aku memang kurang istirahat. Tapi aku tidak sedang berdiet, Ino."
Dan selera makan Sakurapun tak muncul sampai waktu makan siang berakhir. Meski Ino dan Hinata mencoba berbagai cara untuk menarik nafsu makan Sakura, semuanya gagal.
Dengan lesu, gadis itu kembali ke asramanya, ditemani oleh dua sahabatnya itu.
.
.
Sampai makan malam, kondisi Sakura tidak juga membaik. Masih dengan jantung-berdebar-hebat, muka-merona, sulit-bernapas, dan otak-yang-seperti-membeku. Ditambah nafsu-makan-hilang.
Oh great, lengkap sudah penderitaanku.
Sakura masih mencoba berpikir meski otaknya tak sejenius biasanya. Mencoba untuk menganalisis penyakitnya.
Ia membuka beberapa buku tentang medis. Namun tak satupun ditemukannya gejala yang sama dengan apa yang dialaminya.
Tapi ia tak menyerah. Otaknya mencoba mengumpulkan memori tentang beberapa jam yang lalu. Mungkin salah satunya dapat teridentifikasi sebagai penyebab sakitnya itu.
Sarapan pagi, aku masih baik-baik saja.
Lalu...
Ah, ya! Aku tahu sekarang!
Ekspresi datar Sakura berubah murka. Wajahnya semakin merah—kali ini karena marah. Mendengus, ia melangkahkan kakinya keras-keras. Menciptakan suara berdebum di lantai marmer asrama. Lalu ia keluar dari kamarnya. Menuju ke kamar...
"Sasuke! Buka pintunya!"
Dengan kekuatan ingin menghancurkan pintu, Sakura mengetuk pintu bertuliskan 'KETUA DEWAN MURID: UCHIHA SASUKE'.
"Sasuke! Cepat buka!"
Masih tak ada jawaban.
Dan Sakura semakin kehilangan kesabaran.
"Sasuke! Buka pintunya atau kudobrak-"
"Kau ini berisik sekali, sih?" Dengan rambut acak-acakan seperti bangun tidur, Sasuke muncul dari balik pintu yang terbuka setengahnya. Wajahnya jelas sekali merasa terganggu atas keributan 'kecil' yang diciptakan gadis bubble gum di hadapannya.
Gaara, yang kamarnya tepat berada di samping kamar Sasuke, melongokan kepalanya keluar, mencoba mencari tahu keributan yang terjadi. "Kalian bisa diam tidak?"
Sakura maupun Sasuke tidak menghiraukannya. Keduanya masih sibuk dengan tatapan ingin saling mencekik.
Dan obsidian itu lagi. Mata Sakura membelalak, dan ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Lagi.
Lalu gadis itu menarik napas dalam-dalam sebelum matanya menyipit berbahaya dan kembali berteriak dengan sengit, "Apa yang kau masukan ke dalam susu cokelatku, hah?"
.
.
To Be Continued
.
.
Author's Note : Hi, Minna-san. Dengan inosen saya kembali memunculkan diri di FFN. Dengan tagihan hutang fic yang menumpuk, request yang belum terpenuhi, dan banyak-hal-lain.
Fic ini sebagai pemanasan, sebenarnya. Rencananya, beberapa hari kedepan, saya akan membayar janji update saya untuk beberapa fic.
Kali ini sebuah two shot. Awalnya ini adalah one shot fic. Tapi karena terlalu panjang (dan membosankan), saya potong menjadi dua bagian. Dan ini adalah salah satu dari sedikit sekali fic saya yang 'nyantai'. Saya sangat tertarik untuk membuat fic yang fluffy. Dengan genre Romance dan Humor (saya sama sekali tidak yakin ada unsur humor di sini).
"Ramuan Cinta?" ini mungkin adalah fic dengan tema pasaran, ide pasaran, alur pasaran. Tapi saya benar-benar tertarik untuk membuatnya. Dan kesannya sangat teenlit, ya?
Jelas ini adalah Alternative Universe. Saya mendapatkan ide asrama dari buku dan film Harry Potter serta sebuah manga-yang-lupa-judulnya-apa. Di manga itu juga diceritakan tentang dewan murid—semacam OSIS. Atau prefek jika di HarPot.
Semoga fanfiksi ini mudah diterima pembaca.
Apabila ada yang kurang jelas atau pendeskripsian yang kurang mendetail, saya dengan senang hati menerima pertanyaan.
Terakhir, saya sangat menunggu kritik, saran, atau sekedar pendapat dan keluh kesah Anda mengenai fic ini.
.
.
Review, please?