A Naruto's Fanfiction : Based on Masashi Kishimoto–san's Manga and Anime and Inspirated by Masami Morio–san's Manga

If you hate this pairing, If you don't like Sasuke with Female Naruto, I beg you do not read it..


" ...–chan"

"Kau itu terlalu polos sehingga mudah mempercayai orang lain. Aku khawatir siapa nanti yang akan menjagamu waktu aku mati nanti."

"Ka–kek, jangan... hiks ... berkata begitu, jangan tinggalkan aku..."

Lelaki dewasa yang sedang terbaling lemah di atas tempat tidur itu tersenyum kecil. Dia mengelus rambut halus gadis kecil yang ada di hadapannya. Sakit rasanya melihat mata beriris senada dengan warna safir itu mengeluarkan bulir-bulir air mata.

"Maafkan kakek karena tak bisa menjagamu lagi."

"Kakek... hiks," gadis kecil itu menggenggam erat jari-jari tangan kakeknya yang mulai mengeriput itu.

"Jangan menangis... Kakek sudah menyiapkan 'dia' untukmu... Uhukk ... Ka–kau tak akan sendirian lagi."

Setelah berkata begitu tangan yang digenggam erat gadis kecil tadi mulai mendingin. Menandakan jiwa yang hidup di dalam tubuh sementara itu telah berpulang. Sang gadis kecil tadi menangis pilu karena satu-satunya... keluarga yang dimilikinya telah dipanggil lagi oleh-Nya.

Dia kembali sendirian.

Jiraiya telah meninggalkan seorang cucu perempuan yang notabene telah menjadi pewaris tunggal atas keluarga bangsawan Weinddrass, Naruko.


Title : His Young Lady
Genre : Romance, Drama, Western
Rate : T
Pair : Uchiha Sasuke x Uzumaki Naruko ( Female Naruto )
Warn(s) : Out Of Character ( i am sorry), Cross Gender, Pedophile/Lollicon, A, Typo (s), Gaje T^T

Clue (s)
*Uchiha Sasuke ( Sasuke Gorria-Freckle ) : 20 years old
*Uzumaki Naruko ( Naruko Geel-Weinddrass) : 12 years old


Beberapa waktu silam, ada sebuah keluarga bangsawan bernama Weinddrass di sebuah kota besar bagian benua Eropa. Keluarga ini adalah salah satu keluarga bangsawan yang paling disegani di daerah itu. Kekayaan yang dimiliki pun tak dapat dihitung berapa banyaknya.

Setelah kepala keluarga ini meninggal dunia, dengan otomatis maka yang menjadi pewaris tunggalnya adalah putrinya, Kushina Rooi-Weinddrass. Namun, dia bersama suaminya telah meninggal dunia lima tahun lalu karena sebuah kecelakaan.

Mereka meninggalkan seorang putri kecil yang selalu menebarkan musim semi di rumah–kastil–dengan senyumannya. Dia selalu menyampaikan apa yang ingin dikatakannya lewat ekspresi wajahnya, gesture khasnya, kilat matanya.

Dia begitu polos dan jujur sehingga membuat semua pelayan serta orang-orang yang ada di kastil itu begitu menyayanginya. Mereka sangat khawatir ketika gadis kecil itu menjadi pewaris tunggal Weinddrass. Sungguh.

Karena banyak keluarga jauh maupun kerabat dekat yang begitu menginginkan kekayaan dan kebesaran keluarga ini. Dan mereka akan melakukan segala cara untuk merebutnya dari pewaris tunggal keluarga ini.

Itu artinya... gadis kecil bernama lengkap Naruko Geel-Weinddrass ini akan mengalami begitu banyak hal yang berbahaya.

Kepala pelayan keluarga bangsawan ini segera menghubungi Inspektur Polisi yang telah menjadi orang yang dipercaya oleh Tuan Besarnya, Jiraiya. Jiraiya telah berpesan pada kepala pelayan jika dia meninggal nanti, maka 'pesanan' yang dia minta harus segera sampai ke Weinddrass.

'Pesanan' yang akan melindungi nona muda Naruko apapun yang terjadi.

Diputarnya nomor telepon pribadi milik inspektur polisi itu.

"Halo?"

"Ah, selamat siang."

"Ya, selamat siang. Maaf, siapa ini?"

"Saya kepala pelayan keluarga Weinddrass, Tuan. Ada yang ingin saya sampaikan."

"Ya. Saya sudah tahu, sekarang kami sedang bersiap menuju kediaman Weinddrass."

"Ah, baik Tuan. Terima kasih. Kami menunggu di sini."

"Kembali, kami akan ke sana secepat mungkin."

Kepala pelayan itu meletakkan gagang telepon ke tempat semula. Dia bernapas lega. Begitu juga dengan pelayan-pelayan, tukang kebun, koki yang ada di sekelilingnya.

Mereka sedikit tenang karena ada yang akan melindungi nona mudanya. Nona yang selalu memberikan semangat yang nyata dari setiap inchi tubuhnya.


"A–aku tidak percaya ini! Ti–tidak mungkin!" kata Naruko sambil menutup mulutnya–tidak percaya akan apa yang disuguhkan di depannya.

"Kami tidak bercanda, Nona," kata ibu pelayan sambil menggenggam pelan bahu mungil nona-nya ini.

"Iya, dia memang seorang robot," sambung Inspektur Polisi yang diketahui bernama Kakashi von d'Argent itu.

"Ta–tapi, semua dari orang itu seperti manusia, Bibi," Naruko menyangkal.

"Sebenarnya... tubuhnya memang tubuh manusia. Namun, otaknya adalah otak robot, Nona Naruko," jawab Kakashi sambil tersenyum–walau senyum itu tertutupi oleh pelindung wajahnya.

Hening.

"Memangnya itu boleh?" tanya Naruko sambil memiringkan kepalanya sedikit dan meletakkan telunjuknya di bibirnya.

Semua yang ada di situ tertawa kecil melihat gadis kecil yang dengan santainya bertanya sesuatu dengan ekspresi polos seperti itu.

"Tentu saja tidak, Nona. Karena itu tolong rahasiakan keberadaannya sebagai robot, ya."

Kemudian Kakashi menjelaskan bahwa robot ini diprogram untuk selalu menuruti perintah majikannya. Dia dibuat di pabrik robot untuk melindungi majikannya.

Bagi robot itu, perintah majikan adalah 'keharusan' baginya.

Naruko mengangguk kecil. Dia memandang sosok lelaki di hadapannya yang sedang duduk dengan diam. Dia memandangi mata beriris kilau obsidian milik lelaki itu. Begitu dingin... tanpa ada kilat kehidupan di dalamnya.

"Siapa namanya, Paman?" tanya Naruko tanpa melepaskan pandangannya dari sosok robot di hadapannya.

"Sasuke. Sasuke Gorria-Freckle,"

"Sasuke?" bisik Naruko pelan.

Perlahan, Kakashi mengeluarkan seuntai kalung dari saku mantelnya. Kemudian dia mendekati Naruko.

"Ini, simpanlah dengan baik. Dia akan mengenalimu sebagai majikannya dengan ini," Kakashi menyerahkan kalung berbandul hiasan berwarna biru laut itu.

"Ah, dan nona harus memberikannya password sekarang," kata Kakashi.

Naruko mendekati sosok yang masih diam tak bergerak sampai sekarang. Kemudian perlahan dia menyentuh rambut kehitaman milik Sasuke. Naruko merasakan bahwa helai rambut robot di depannya ini begitu halus. Nyaman untuk disentuh.

Naruko berdehem pelan, kemudian berkata dengan lembut namun tegas di hadapan Sasuke.

"Mulai sekarang, aku adalah majikanmu Sasuke Gorria-Freckle. Namaku Naruko Geel-Weinddrass."

Tiba-tiba tubuh yang sedari tadi diam itu bereaksi. Tangan kanannya menggenggam pelan jari telunjuk gadis kecil yang telah menjadi majikannya itu. Kemudian dikecupnya pelan jari tengah dan telunjuk Naruko, menandakan tanda setianya. Dia berlutut di hadapannya gadis kecil yang terkejut atas sikapnya itu.

"Nona Naruko, silakan beri perintah," kata Sasuke.

Dan Naruko yang–sama sekali– tidak terbiasa disentuh lelaki hanya bisa berdiri mematung dengan wajah yang memerah.


"Eh? Apa benar kau hanya memerlukan Alkohol dan Cokelat?" tanya Bibi pelayan yang cukup terkejut mendengar informasi dari Kakashi von d'Argent bahwa Sasuke hanya memerlukan dua hal itu untuk dimakan.

"Iya," jawab Sasuke pelan.

"Setiap hari pula?"

"Hn."

Waktu begitu cepat berganti dan sekarang adalah jam makan malam di keluarga Weinddrass.

Naruko hanya memandang takjub pada robot di hadapannya. Dia tak bisa memikirkan lebih jauh alasan kenapa robot malah memilih Alkohol dan Cokelat sebagai makan malamnya. Dan bukan mengkonsumsi bensin dan oli.

Kemudian pandangannya dialihkan ke meja makan. Di hadapannya terdapat sepiring daging kesukannya yang dihiasi dengan saus merah di sekelilingnya. Dia hanya memandang dengan diam tanpa ada nafsu untuk menyentuhnya, padahal makanan itu adalah makanan kesukaannya.

"Nona tidak makan?" tanya Sasuke sambil melahap sebuah cokelat.

Naruko tersentak.

"A –ah, aku sedang tidak berselera," jawab Naruko. Kemudian dia beranjak dari kursi tempatnya duduk.

"Aku sudah selesai makan!" kata Naruko sambil berlari pelan menuju kamarnya.

"Nona Naruko! Kenapa sama sekali tidak memakan makanan ini?" kata Bibi pelayan itu sambil membereskan piring yang sama sekali tak tersentuh itu.

"Sudah beberapa hari ini nona tidak mau makan," lirih Bibi itu.

Sasuke mendengarkannya dalam diam.

"Saya khawatir... sebagai pewaris tunggal keluarga ini, nona Naruko harus terkurung di dalam rumah."

"Saya rindu pada senyuman Nona Naruko yang dulu... senyuman seperti bunga yang sedang mekar. Selalu menebarkan aroma musim semi di rumah ini," Bibi itu terlihat tersenyum bahagia saat membicarakan Nona Mudanya itu.

"Saya harap Nona akan kembali seperti semula."


'Jangan mempercayai mereka...'

'Di antara mereka akan ada yang menyerangmu...'

'Orang tuamu meninggal karena ada yang meracuni mereka.'

'Naruko... hati manusia itu gampang berubah. Jangan mempercayai mereka...'

Gadis yang tertidur dengan tak nyaman sedari tadi itu bangun tiba-tiba dengan napas yang terengah. Setetes air mata meluncur pelan dari mata berwarna biru miliknya. Disentuhnya kalung yang melingkar indah di lehernya.

"Sasu... Sasuke... hiks,"

Sasuke yang tidur di kamar sebelah Naruko terbangun saat mendengar isakan kecil dari majikannya lewat kalung yang juga melingkar di lehernya.

Dia bangun dan segera menuju kamar nona–nya.

Cklek

Sasuke melihat Naruko sedang memeluk lututnya dengan erat di atas tempat tidurnya. Tubuhnya bergetar pelan. Isakan kecil terdengar dari sosok gadis kecil itu.

Mendengar ada seseorang yang hadir di kamarnya, Naruko mendongak dan menemukan Sasuke. Tanpa memberi perintah, Sasuke sudah berjalan terlebih dahulu mendekati majikannya.

"Anda baik-baik saja... Nona?" tanya Sasuke pelan sambil menyentuh sisi wajah Naruko.

Naruko yang sudah lama tak merasakan sentuhan selembut itu merasa sangat nyaman. Digenggamnya tangan dingin milik Sasuke yang entah kenapa terasa hangat di wajahnya.

"Sasuke... katakan kalau aku tidak sendirian... Ini perintah..." lirih Naruko sambil memejamkan kedua matanya.

Sasuke terdiam sejenak.

"Nona Naruko... tidak sendirian," lirihnya pelan.

Naruko merasakan kehangatan yang menyelimuti hatinya. Dibawanya tangan Sasuke yang lain untuk menyentuh sisi wajah satunya. Kehangatan kedua telapak tangan Sasuke menyebar dengan cepat di kedua sisi wajah Naruko. Membuatnya merasa nyaman.

"Terima kasih, Sasuke..."

Kemudian–entah bagaimana–keesokan paginya, Naruko ditemukan tidur dengan pulas. Dengan Sasuke yang menggenggam tangannya dan tidur di sisi tempat tidurnya sambil memandangi wajah nona–nya dengan tatapan yang begitu... lembut.


'Anda tidak sendirian, Nona Naruko.'
Ucapan Sasuke Gorria-Freckle bagai untaian lagu lullaby yang membimbing pewaris tunggal Weinddrass, Naruko terlelap dalam ketenangan.

Sesuatu yang sudah lama tak dirasakannya setelah Ayah dan Ibunya meninggal karena... diracuni.

Begitu pikirnya.

To Be Continued


R/N

Vii-san, maafkan saya... maafkan saya..

Dan untuk Minna-sama yang sudah membaca, mereview, bahkan mem-fave cerita-cerita milik saya, maafkan saya jika saya tidak menuliskan nama anda. Sungguh saya tak pernah sengaja untuk tidak menuliskan nama kalian.

Maaf jika kalian tersinggung ataupun marah..

Maaf..

p.s :

Saya membuat fic Sasukex Fem. Naruto, tapi bukan berarti kecintaan saya pada pair SasukexNaruto hilang. They still fullfill my heart.

Bersediakah memberi tanggapan atas fict ini? Terima kasih banyak, Minna-sama


Big Apologize,

Ichinikyuu Rin