Playful Kiss
Yuna Mikuzuki
Rated : T
Genre : Romance, Comedy, Family
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Summary : Based on Korean Drama 'Playful Kiss'. Sakura Haruno adalah siswi SMU yang bodoh dan jatuh cinta kepada siswa yang sempurna sesekolah, Sasuke Uchiha. Namun Sasuke malah menolaknya habis-habisan di depan semua orang. Ketika rumah Sakura hancur, dia dan ayahnya pindah menumpang di rumah teman lama ayahnya. Ternyata teman lama ayahnya adalah ayah dari Sasuke Uchiha! Dan Sakura mempunyai kesempatan untuk mendekati Sasuke. Mampukah Sakura mengubah hati sang perfectionist, Sasuke Uchiha?
Annyeong haseo! Playful Kiss, dari drama korea, Playful Kiss. Disaranin pada nonton, deh, lucu dan ngakak banget! Hope you like it! Arigatou, kamsahamnida!
Di suatu pedalaman hutan, sang pangeran tengah berjalan-jalan. Angin menyapanya, dan ia melanjutan berjalan. Tiba-tiba ia menemukan seorang putri yang sedang tertidur, sambil menaruh buku sketsanya di atas pahanya. Sang pangeran yang terpana langsung menghampirinya dan mencium bibir bawah sang putri. Secepat mungkin ia pergi agar tak mengganggu mimpi sang putri.
Beberapa menit kemudian, sang putri terjaga. Ia menyentuh bibirnya yang masih terasa panas, seperti habis dicium. Kemudian, seekor kuda putih lewat. Kuda itu berjalan dan memutarkan kepalanya kepada sang putri. Dan kuda itu mengedipkan sebelah matanya, seakan menggoda sang putri. Sang putri pun membalas kedipan matanya dengan mengedipan sebelah matanya juga. Dan sang putri tersenyum menyengir dan mengeluarkan lidahnya, mem'bwee' si kuda.
Kuda itu berjalan meninggalkan sang putri. Putri yang penasaran mengejar si kuda. Sang putri berhenti di sebuah bukit kecil. Ia melihat sosok pemuda di bukit itu. Sang putri terpana melihatnya. Sang pemuda itu ternyata seorang pangeran yang tadi menciumnya. Tentu saja sang putri tidak mengetahuinya.
Pangeran pun tersenyum dan menghampiri sang putri. Sekarang badan mereka berdua saling berhadapan satu sama lain. Wajah mereka pun saling menatap. Di sekeliling mereka bunga-bunga bermekaran, seperti menghiasi bersatunya mereka. Sang pangeran mendekatkan wajahnya ke depan wajah sang putri, seperti hendak menciumnya. Sang putri yang terkejut spontan menutup wajahnya dan memajukan sedikit bibirnya.
TENG TENG TENG….
"Mmmm… ngh.."
Gadis berambut pink ini terbangun. Rupanya yang tadi hanya mimpi. Ia tertidur di atas kursi bukit belakang sekolah. Dan ia mendengar bunyi lonceng berdentang menandakan waktu istirahat pertama telah usai. Ia terburu-buru dan segera berlati meninggalkan bukit belakang sekolah.
"Oh, tidak!" ia ketinggalan buku sketsanya yang tertinggal di sana. Sesegera mungkin ia mengambilnya kembali.
Playful Kiss
Chapter 1 : Oh, no!
Pelajaran ketiga sedang berlangsung. Hari ini pelajarannya sejarah, pelajaran yang sangat membosankan yang bisa membuatmu tidur jika terlalu lama. Sakura sedang bengong di kelasnya, masih memikirkan mimpi indahnya tadi. Padahal sudah jelas itu hanya mimpi, tidak terjadi asli.
Sakura tida menyadari bahwa ada tangan yang melambai di depan wajahnya. Pundak Sakura digoyang-goyangkan oleh teman sebangkunya. "Hei, Sakura!" kata teman sebangkunya yang dikucir empat berambut pirang. Namun Sakura masih tak bergeming.
"SAKURA HARUNO!"
"HAH?" Sakura kembali ke alam sadarnya. Ia melihat ke sebelah kirinya, Anko sedang mengetuk kakinya ke atas ke bawah. Sakura hanya cengengesan. "Eh, Anko-sensei… hehehehehe…"
"Hei, Sakura. Kau sedang bermimpi bertemu dengan pangeran, hm?" tanya Anko. Sakura tidak menjawab. Ia hanya tertawa sambil menggaruk kepala belakangnya. Anko mendengus dan berkeliling di kelas 3-7 itu.
Di pojok belakang, rambut pirang yang menggunakan headband sedang mengamati gadis berambut pink itu. Ia tersenyum-senyum sampai Anko memukul punggungnya. "hei, Naruto! Kau sedang melihat apa? Tesenyum-senyum begitu," kata Anko bertanya. Naruto hanya ber'ehehehe dan memegangi punggungnya yang nyeri.
Lonceng istirahat kedua berdentang. Semua murid di Konoha High School keluar dari kelasnya. Ada yang menyerbu ke kantin, atau ke bukit halaman belakang sekolah. Di kantin, tak lupa selalu ada kelompok yang menyanyi untuk menghibur para murid yang sedang makan. Tak terkecuali Sakura, dan 2 temannya yang berambut cepol 2, Tenten, dan rambut pirang dikuncir 4, Temari.
Di kantin terpampang hasil test bulan ini. Ada murid yang meliha hasil testnya. Untuk Sakura, Tenten, dan Temari tak perlu melihatnya. Mereka pasti sudah tahu hasilnya.
"Aaaah…. Hasil test kali ini sudah keluar, ya…" kata Tenten malas. "Ya," balas Sakura. Mereka sedang makan di kantin, mengobrol di sana tentang berbagai macam hal. "Kita 'kan tidak pintar, bagaimana nasib kita jika ujian sudah dekat, ya…" kata Tenten berandai-andai. Mereka bertiga hanya menghela napas meratapi nasib.
"Dan lagi-lagi sang otak sekolah kita, Sasuke Uchiha menjadi no. 1 di test kali ini," ujar Temari. Sakura langsung mengangat kepalanya saat mendengar nama 'Sasuke Uchiha'. Dan Sakura langsung senyum-senyum sendiri.
"Hei, Sakura Haruno. Mengapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Tenten sambil melambai-lambaikan tangannya di wajah Sakura. Sakura tersadar dan mulai memberitahu sesuatu pada mereka.
"Hei, bagiku, aku memanggilnya bukan Sasuke Uchiha," kata Sakura pada mereka berdua. Tenten dan Temari saling menoleh tak mengerti, dan berbalik pada Sakura.
"Bagiku, dia itu seorang pangeran yang akan membangunkan sang putri dari tidur panjangnya…." Jelas Sakura sambil menahan kepalanya dengan kedua tangannya sambil berhayal.
Tenten dan Temari menghela napas. Rupanya Sakura berkhayal yang tak jelas lagi. "Memangnya kau sudah menyatakan cinta padanya?" tanya Tenten. Sakura hanya memberikan gelengan lemas. "Aku tidak berani. Setiap melihat mukanya aku selalu meleleh…" kata Sakura sambil tersenyum aneh. Tenten dan Temari kembali menghela napas, namun panjang. Dan Tenten membuka bekalnya yang kedua. Bekalnya roti keju 2 buah.
"Tenten, itu makananmu yang kedua. Apa kau tidak takut gendut?" tanya Temari. Tenten hanya menggeleng. "Aku tidak akan sakit. Karena ini adalah roti buatan keluargaku. Sama dengan restoran ramen ayah Sakura," jelas Tenten.
"Ya, dan kalian berdua tidak akan sakit makan ramen buatan ayahku," kata Sakura sambil menunjuk pada mereka berdua. "Setuju!" jawab mereka berdua bersamaan.
Mereka bertiga melanjutkan acara makan siang mereka, sampai Karin datang ke kantin.
Mereka bertiga melihat Karin datang dengan 2 temannya. Karin memasukkan koin receh ke dalam vending machine. Tapi aneh, minumannya tidak mau keluar. Bahkan sudah diketuk-ketuk, tapi nihil. Sakura yang melihatnya langsung berdiri, memanjangkan celana streetnya, dan berjalan menuju Karin. Dan kelompok penyanyi itu mulai memainkan alat musik mereka, sebagai soundtrack aksi Sakura ini.
Sakura mengetuk-ngetuk vending machine itu, dan menempelkan telinganya. Kemudian Sakura menjauhi vending machine, berhadapan dengannya. Sakura menggerak-gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, merengganggangkan kepalanya. Dan ia menendang vending machine itu.
DAAAAAAANG….
Semua orang di kantin terdiam…
Glutuk
Terdengar suara kaleng jatuh dari vending machine dan siap diambil. Karin mengambilnya dan berjalan menuju tempat teman-temannya berkumpul. Karin mengucapkkan 'terima kasih' pada Sakura berbisik. Dan Sakura kembali ke tempatnya bersama Tenten dan Temari.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara teriakan para siswi dari arah pintu kantin.
"KYAAA… SASUKE!"
Sakura terhubung dengan nama itu dan segera menoleh pada Sasuke. Sasuke terlihat berjalan ke arah Sakura. Dan Sakura menundukkan kepalanya, menutupi wajahnya yang memerah.
'Oh tidak. Sasuke-kun berjalan ke arahku!' batin Sakura berteriak.
DEG
DEG
DEG
Wuuush…
Harapan Sakura pupus. Sasuke hanya melewatinya menuju vending machine. Dalam hati Sakura, ia menangis meraung-raung karena tidak dipedulikan oleh Sasuke. Sasuke memasukkan uang receh dan memencet minuman yang ingin dibelinya. Namun sayang, minuman tidak mau keluar, lagi.
Saat itu, Karin langsung datang menghampirinya. Ia memberikan minuman yang baru saja dibelinya. "Sasuke, ambil yang punyaku saja. Masih penuh dan belum kubuka," katanya manis. Sasuke mengangkat alisnya.
"Ah, iya. Ibumu dan ibuku adalah teman. Kami pernah bertemu di rumahmu waktu itu, tapi kau tidak ada di rumah. Dan aku Karin. K-A-R-I-N," ucapnya sambil mengeja menunjukkan namanya yang ada di pinnya bernama 'Karin' di dada kirinya.
Sasuke tak menjawab apa-apa. ia masih memencet tombol minuman yang ingin dibelinay dan tak mau keluar-keluar.
"Panggil Sakura saja. Tadi dia membantuku mengambil minumanku. Sakura!" panggil Karin pada Sakura. Sakura menoleh dan Karin megayunkan tangannya ke mari. Sakura meneguk ludahnya. Harus melakukan itu di depan Sasuke? Nanti dia berpikir kalau Sakura cewek garang.
Mau tak mau, Sakura berjalan ke arah mereka berdua dan mendekati vending machine-nya. Hal yang sama ia lakukan saat menolong Karin di depan Sasuke. Ia menendang vending machine itu, namun tak terlalu keras.
DAAAAANG…
Sakura menutup matanya. Kakinya masih menempel di depan kaca vending machine tersebut. Sasuke melongo melihat aksi Sakura. Dan suara terjatuh pun terdengar.
Glutuk
Karin mengambil minuman itu dan diberikannya kepada Sasuke. Sasuke menerimanya dan segera pergi meninggalkan kantin, dan Karin mengikutinya.
"Sasuke, kau jadi no. 1 di test kali ini, ya. Selamat," katanya sambil mengikuti Sasuke. Sasuke tak merespon dan membuka penutup kalengnya. Sementara gadis yang melakukan aksinya tadi masih terpaku di depan vending machine tersebut.
Di klub seni, Sakura terpaku di mejanya. Ia masih memikirkan betapa malunya melakukan hal seperti itu di depan Sasuke. Memang ia menolong Sasuke untuk mengambilkan minumannya, namu itu hal yang tidak wajar. Menendang vending machine agar jalan. Sambil bengong, Karin datang menghampirinya.
"Halo, Sakura."
Sakura menengadahkan kepalanya dan Karin menatap Salura dari ata ke bawah.
"Ngomong-ngomong, kau kecil, ya," kata Karin. Sakura mengangkat alisnya tidak mengerti. "Apanya?"
Karin mengibaskan rambutnya ke belakang. Rupanya maksudnya DADA. Karin menunjukkan dadanya yang berukuran D-cup.
Sakura melihat dada Karin yang besar dan melihat bentuk dadanya sendiri. Dan Sakura menutup dadanya sendiri.
"Kau tahu, Sasuke suka dengan gadis yang berisi," katanya sambil meninggalkan Sakura. Sakura menunduk, mungkin sedih.
'Kapan dadaku tumbuh, ya…'
Di suatu tempat, Naruto sedang berjalan sambil membawa sesuatu di tangannya. Ia melangkah menuju klub seni bersama anak-anak buahnya. Sakura sedang menata-nata meja klub seni, sampai Naruto datang mengagetkannya.
"Sakura-chan! Ini kubawakan bekal untukmu!" ucap Naruto sambil membukakan bekalnya untuk Sakura. Sakura melihat bekalnya dan ternyata bekalnya telur dadar dan nasi penuh dengan kacang. Masih hangat.
"Ini untukku?" tanyanya sambil menunjuk bekalnyanya. Naruto mengangguk. Tenten datang menghampiri mereka. "Hmmmm… baunya sedap! Untukku saja, ya!" kata Tenten sambil mengangkat bekal tersebut, namun Naruto merebutnya. "Enak saja! Ini untuk Sakura-chan!" katanya sambil memberikannya pada Sakura. Sakura agak tergoyang karena Naruto memberikannya dengan gesit, namun dapat dipertahankannya.
"Dimakan, ya Sakura-chan. Karena aku memasaknya dengan penuh cinta!" katanya sambil tersenyum senang. "Uumm… terima kasih. Tapi kau ngapain di klub seni? Kau 'kan bukan anak klub," tanya Sakura.
"Oh, karena aku ingin memberikan bekal ini dan-"
"Naruto! Kau datang juga! Ayo cepat!" teriak seseorang dari tengah ruangan. Rupanya Karin. Karin adalah ketua klub dari klub seni. Ia meminta Naruto datang ke klub seni untuk menjadinya modelnya sebentar.
Naruto menjadi model untuk gambar 3 dimensi yang akan digambar oleh anak-anak klub. Naruto bergaya seperti orang yang sedang berlari. Tangan kanannya dikepal ke depan, dan kaki kirinya ke depan, sedangkan kaki kanannya di angkat. Agak capek kalau bergaya seperti itu.
"Ya, kalian langsung gambar," suruh Karin. Semua anak klub langsung menggambar. Naruto melihat pada Sakura yang berada di depannya sedang menggambar. Naruto terus berpose seperti itu sambil bersabar.
'Sakura-chan sedang menggambar diriku. Pose seperti ini tidak bukan apa-apa dibanding Sakura-chan yang sedang menggambar diriku!' batin Naruto mantap.
Sakura sedang menggambar model yang berada di depannya, tapi tidak terlalu serius. Pikirannya msih berada di mana-mana. Dan Karin sedang mengelilingi anak-anak klub yang sedang menggambar. Saat melihat hasil Sakura, Karin terkejut.
"Sakura!"
Naruto langsung kehilangan keseimbangan. Ia dibantu anak-anak buahnya berdiri, dan langsung menghampiri karya Sakura.
"Hah?"
Rupanya karya Sakura sama dengan modelnya, kecuali bagian kepalanya. Ia malah menggambar badan Naruto, dan wajah SASUKE!
Pulang sekolah, Sakura menolong ayahnya, Asuma bekerja di kedai ramennya. Kedai ramennya tidak begitu kecil, tapi tidak terlalu besar, sedang-sedang saja. Sakura diberi wakktu istirahat, dan ia pergi ke dalam tempat mi dikeringkan.
Sakura memegang mi-nya yang sedang dikeringkan. Dan wajahnya terlihat sedih. Asuma datang mengampirinya. "Hei, kenapa, Sakura?" tanyanya sambil mengelus kepala atasnya. Sakura berbalik dan menggeleng tersenyum. "Tidak apa-apa. hanya sedang tidak bersemangat saja."
Sakura duduk di dekat mi yang sedang dikeringkan, dan dia memanggil ayahnya, "Ayah, aku mau tanya kepada Ayah."
"Hm, apa?" jawab Asuma kepada gadis kecilnya.
"Dulu yang menyatakan cinta duluan siapa, Ayah atau Ibu?" tanyanya. Asuma terkejut, Sakura bertanya semacam hal itu. Untuk apa?
Ooh, kelihatannya Sakura ingin meminta nasihat bagaimana ia menyatakan cinta kepada Sasuke.
"Memangnya kenapa, Sakura? Ada yang kau suka, ya?" tanya Asuma sambil menggoda. Sakura gelagapan dan wajahnya memerah. "Bu-bukan! T-Tenten yang sedang suka sama seseorang! Dan dia meminta nasihatku bagaimana caranya untuk menembaknya. Begitu," kata Sakura berbohong. Tentu dia malu kalau dia suka pada seseorang.
"Hmm… kejadiannya sudah lama sekali. Dulu Ayah yang menembak Ibumu. Waktu itu Ayah dan Ibu satu universitas. Ayah pertama kali melihat Ibumu saat melihat Ibu sedang membaca buku di taman universitas. Lalu ayah menghampirinya.
"Dan Ayah mulai berkenalan dengannya. Semenjak itu 3 bulan kemudian musim dingin datang, dan Ayah mengajak Ibumu untuk kencan saat malam Natal. Ayah mengajaknya ke bianglala dan bianglalanya sempat berhenti di tengah-tengah. Dan berhentinya pas di paling atas bianglala. Kesempatan itu sempat Ayah gunakan untuk menyatakan cinta pada Ibumu. Dan Ibumu membalas pernyataan cinta Ayah. Haah… waktu itu kenangan yang sangat indah…"
Sakura menjernihkan kenangan Ayahnya dan menelaah cara menembaknya. Itu tidak mungkin. Berbicara saja tidak pernah, gimana mengajaknya kencan?
"Dan ada cara lain. Zaman Ayah dulu, menyatakan cinta biasanya melalui surat yang disebut surat cinta," tambah Asuma. Sakura tiba-tiba menyalakan lampu bohlamnya yang berada di kepalanya. Kalau cara ini, dai masih bisa tanpa perlu mengucapkannya secara langsung.
"Ayah, aku pergi dulu!" katanay sambil mengambil tasnya dan berlari keluar dari restoran ramen Ayahnya. Asuma mengangkat alisnya.
"Heran, kelihatannya dia yang ingin menyatakan cinta pada seseorang…"
Playful Kiss
Esoknya, Sasuke membuka loker sepatunya. Saat dibuka, sesuatu terjantuh dari lokernya. Sasuke mengambilnya dan dilihat-lihat suratnya. Ada stiker berbentuk hati bagian penyegel suratnya. Rupanya surat cinta.
Sasuke menghela napasnya dan menaruh surat itu di sakunya. Ia mengambil sepatu dalam sekolahnya dan menggantinya. Kemudian berjalan menuju kelasnya.
Istirahat datang, Sakura, Tenten, dan Temari duduk bersantai di kantin sekolah. "sakura, kau sudah menyerahkan suratnya kepada Sasuke?" tanya Tenten kepada Sakura. "Ya, bahkan kutaruh nomor ponselku di dalamnya," kata Sakura sambil menyeruput minumannya. Selagi mereka mengobrol ria, Sasuke datang.
"Sakura, Sakura! Lihat, itu Sasuke!" kata Tenten sambil menggoyang-goyangkan badan Sakura. Sakura menoleh dan matanya saling bertatapan dengan maat Sasuke yang melihatnya. Sasuke hanya berjalan ke lantai atas menuju kelasnya.
"Mungkin dia tidak tahu yang mana kamu, Sakura. Baiklah!" kata Tenten. Sakura mengangkat alisnya tidak mengerti. Tenten membalikkan badannya dan mulai membuka mulutnya.
"SAKURA HARUNO! SAKURA HARUNO! SA-KU-RA-HA-RU-NO!" teriaknya pada Sasuke. Sakura membelalakkan matanya dan segera mencegah Tenten. "T-Tenten, kau ngapain, sih?"
Sasuke membalikkan kepalanya dan melihat pada mereka , Sakura dan Temari terkejut dan membisu. Sasuke membalikkan kepalanya dan kembali berjalan ke atas. Sakura menghela napas lega, namun ada kekecewaan dalam hatinya.
"Tuh, Tenten. Sasuke-kun malah tak datang menghampiriku…"
Tenten merasa bersalah. Dan dia mengelus punggung Sakura. Saat Sakura sedih seperti itu, tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"Sakura Haruno."
Sakura membalikkan badannya. Siapa yang memanggilnya?
Tak ada yang memanggilnya di lantai ini, ia menengadahkan kepalanya ke atas. Rupanya yang memanggilnya Sasuke Uchiha!
"Apa kau yang bernama Sakura Haruno?" tanya Sasuke dari atas sambil memangku kepalanya dengan kedua tangannya di atas pagar lantai dua. Sakura mengangguk dan Sasuke mulai berjalan ke bawah. Dan Karin pun muncul.
"Ah, Sasu-" Karin terpotong ucapannya saat Sasuke melewatinya. Sasuke mulai mendekati mereka bertiga, khususnya pada Sakura.
Sasuke menyerahkan surat yang sama pada Sakura. Sakura menerima dan mengangkat kepalanya. "Apa aku boleh membukanya?" tanyanya pada Sasuke. "Hn."
Sakura langsung membuka suratnya melihat balasan dari Sasuke. Senyuman terurai di wajahnya. Ia buka lipatan surat itu, dan tiba-tiba senyumannya memudar.
Karin yang mencuri lihat langsung menyambar surat itu dari tangan Sakura. Karin membaca surat itu dan mulai tertawa.
"Ahahahahaha…! Lihat, Sasuke hanya membetulkan huruf kanjinya yang salah. Dan dia mendapatkan nilai D-! Baiklah, akan kubaca surat ini," katanya sambil tertawa.
'Sasuke-kun, aku tahu kau terkejut saat membaca surat ini. Bagiku kau adalah pangeran dari hutan yang akan membangunkan putri dari tidur panjangnya. Aku sangat mengagumi dirimu yang cerdas, tampan, dan baik hati. Aku selalu memandangmu dari jauh, dan kau sangat tidak terjangkau olehku.
'Aku-' terpotong oleh sambaran tangan Naruto yang mengambil surat itu dari tangan Karin. Naruto membacanya dan men-death glare pada Sasuke.
"Hei, pria pintar. Kau tidak memahami perasaan Sakura-chan yang dengan sepenuh hati menulis ini untukmu, hah?" tanyanya geram pada Sasuke. "Tidak, makanya aku membetulkan tulisannya," jawab Sasuke datar. Sakura yang mendengarnya angsung menundukkan kepalanya malu.
"Lagipula…." Ucap Sasuke menjeda ucapannya. Sakura langsung mengangkat kepalanya.
"Aku tidak suka dengan orang bodoh."
Ucapannya seraya menusuk hati Sakura dalam-dalam. Sasuke mengucapkannya dengan wajah datar. Tidak ada emosi dalam raut wajahnya. Sakura serasa ingin menangis.
"Hei, kau-" kata Naruto saat ingin menonjok wajah Sasuke. Namun ucapannya terpotong saat ada seseorang yang menghentikannya.
"NARUTO UZUMAKI!"
Kepala Sekolah, Jiraiya langsung menghampiri Naruto dan Sasuke. Terlihat jelas di wajahnya berapi-api. "Apa yang kau lakukan? Apa kau mau cari keributan, hah?" teriak Jiraiya kepada Naruto. Dan ia memutar kepalanya menghadap Sasuke.
"Ah, Uchiha. Kau tidak perlu berurusan dengan mereka-mereka. Kau belajar saja seperti biasanya," kata Jiraiya dengan lembut, baik, dan tenang. Berbeda dengan Naruto.
"He-Hei, kok begitu!" kata Naruto merasa tak adil. Sasuke meninggalkan kantin dan berjalan menaiki tangga menuju kelasnya. Sakura masih menunduk malu, tak ingin mengangkat kepalanya.
Beberapa hari kemudian...
"Lihat, itu 'kan yang menyatakan cinta ke Sasuke, Sakura Haruno?"
"Dia berani sekali, ya. Apa dia tidak tahu siapa Sasuke itu?"
"Kalau aku yang melakukannya, aku pasti malu sekali..."
Gosip-gosip itu terus terdengar di telinga Sakura. Bahkan pengurus sekolah saja sampai tahu. Memalukan sekali, Sakura...
"Aaaaahh..."
.
.
.
Di rumahnya yang baru, Sakura termenung sambil mengeluarkan barang-barang yang dipaknya. Sakura masih memikirkan kejadian yang menyesakkan tadi.
Aku tak suka dengan orang bodoh
Kata-kata itu masih terngiang dengan jelas di telinga dan hatinya. Ia menundukkan kepalanya sampai Ayahnya berbicara kepadanya.
"Sakura, lihat. Ruamh kita sudah jadi. Dan lihat, meja makan ini. Kau tahu meja makan ini?" tanyanya bahagia. Sakura menoleh sebentar dan langsung memalingkan mukanya lagi dan mengeluarkan barang-barang yang ada di kardus. "Ya, itu meja makan yang diberikan Nenek saat Ayah membuka restoran ramen Ayah," jawabnya lemas. Sakura mengeluarkan barang-barangnya sampai ia mendapatkan sesuatu.
Asuma yang melihatnya segera menghampiri Sakura. Ia menatap dengan jeli barang yang dipegang Sakura. Itu adalah cap kaki bayi Sakura dan telapak tangan Ibunya. Asuma kembali mengingat saat-saat Sakura terlahir ke dunia ini. Sakura meletakkan telapak tangannya di cetakan tangan Ibunya.
"Hehe, tangan Ibu sama besarnya denganku," kata Sakura senang. Asuma tersenyum dan memegang cetakan telapak tangan istrinya yang satu lagi. Asuma mengambil cap itu dan menaruhnya dekat dapur. "Lihat Sakura. Ini kakimu waktu kecil. Sangat kecil kakimu waktu itu, ya," kata Asuma kembali menaruh-naruh barang-barangnya di tempat yang pas. Sakura menyentuh cap itu dan segera memanggil Ayahnya. "Ayah."
Asuma membalikkan badannya dan melihat Sakura sedang menyampingkan kedua telapak tangannya dengan 5 jarinya, menyesuaikan tangannya dengan cap telapak tangan Ibunya dan tersenyum. Asuma tertawa sampai ada yang memencet bel rumahnya.
Sakura memencet tombol rumahnya dan terlihat siapa yang memencet bel rumahnya dari luar. Sakura tersenyum saat melihat Temari, Tenten, dan Naruto terpampang di layar. Mereka datang berkunjung ke rumahnya.
"Sakua, rumahmu besar juga. Dekorasinya indah sekali…" ucap Tenten terkagum-kagum. Mereka berempat menyusuri rumah Sakura sampai Asuma memanggilnya dari bawah. "Hei, kalian. Apa kalian tidak ingin mencoba ramen buatan restoran ramen 'Tsunade'?"
Mereka berempat segera turun ke bawah. Tenten dan Temari segera duduk di kursi makan menanti sajian dari Asuma. Sakura mau mengambil piring dari dapur, namun Naruto menghentikannya. "Tak usah, Sakura-chan. Biar aku saja," katanya mengambil piring yang ingin diambil oleh Sakura. Sakura tersenyum kepadanya dan duduk di kursi makan bersama Tenten dan Temari.
Mereka berlima makan bersama di meja makan. Mereka makan ramen buatan Asuma, dan ada gyoza menghiasi acara makan mereka. Mereka makan dengan nikmat.
"Asuma-san, ramen buatan anda sungguh enak," puji Tenten sambil mengunyah ramen yang sedang dimakannya. "Tentu saja, karena aku sudah mendirikan restoran ini selama 20 tahun. Nenek Sakura menjalankannya selama 40 tahun. Aku berharap Sakura dapat melanjutkan usaha keluarga ini, tapi kelihatannya Sakura tak begitu berminat menjalankannya," ucap Asuma sambil minum.
"Oh, tak apa, Asuma-san. Restoran ramenmu yang berjalan selama 60 tahun itu akan dilanjutkan olehku bersama Sakura-chan. Bukan begitu, Sakura-chan?" tanya Naruto sambil merangkul Sakura dari belakang. Sakura segera menepisnya dan mengambil minum dari dapur.
Naruto yang merasa ditolak langsung menggedor-gedorkan kepalanya di tembok. "Ooooh… Sakura-chan, kenapa kau menolak? Padahal 'kan kita bisa menjalankan restoran keluargamu bersama-sama…." Ucap Naruto sambil sedikit menangis. Tapi… ada yang aneh.
Terlihat ada debu jatuh dari langit-langit. Suara grubuk pun terdengar sedikit di telinga mereka berlima.
"Naruto, kau tidak berniat membuat rumahku hancur, 'kan?" tanyanya. Namun. Suara grabak-grubuk terdengar kembali. Seperti suara runtuhan. Tenten dan Temari melihat minuman mereka sedikit miring.
"Tenang saja. Rumah ini aman, tidak akan run-"
GRABAK GRUBUK GRABAK GRUBUK
Gempa datang menghancurkan rumah Asuma dan Sakura. Langit-langit ruang makan retak, menyebabkan chandelier ruangan itu terjatuh. Untunglah Tenten, Temari, dan Asuma selamat. Rumah Sakura mulai hancur, mereka berlima segera menyelamatkan diri keluar dari rumah. Mereka berlima berhasil menyelamatkan diri mereka dari runtuhan rumah tersebut. Namun, Asuma teringat sesuatu.
"Ah, itu!" teriak Asuma dan segera menerjang masuk ke rumah yang mau hancur. Sakura terkejut memanggil Ayahnya untuk keluar. "AYAH!"
Rumah Sakura semakin mau runtuh. Bangunan rumah itu hancur dalam sekejap. Semuanya terdiam di atas tanah. Sedangkan Asuma…
"AYAAAAAAAAH!"
"Kami beritakan dari daerah Shika, satu rumah hancur dikarenakan gempa mendadak yang terjadi hari ini. Penghuninya selamat kecuali satu orang yang tertinggal di dalam rumah tersebut…"
Sakura memaksa masuk ke dalam rumah untuk mencari Ayahnya, namun petugas melarangnya karena berbahaya. Beberapa petugas memeriksa rumah tersebut, dan mereka menemukan sesuatu di bawah meja makan rumah tersebut. Ternyata Asuma bersembunyi di bawah meja makan sambil memeluk sesuatu.
Sakura melihat Ayahnya dibopong keluar, sambil memeluk cap kaki bayi Sakura dan telapak tangan Ibunya. Sakura segera menghampiri Ayahnya dan memeluknya.
"AYAAAH! Apa yang Ayah lakukan, sih? Aku cemas…!" katanya sambil memeluk Asuma erat.
Di suatu tempat…..
"Asuma?"
Ia melihat Asuma di TV. Berita tentang rumah hancur terpampang di TV rumahnya.
.
.
Asuma melihat sekeliling, rasanya ada yang aneh.
"Kenapa hanya rumah kita yang runtuh, Sakura?"
Sakura berangkat ke sekolah sambil bersembunyi di balik punggung Tenten dan Temari. Ia malu karena beritanya kemarin tersiar di TV. Dan dia sudah menjadi 'selebritis' sekarang.
"Lihat, itu Sakura Haruno…"
"Ooh, yang rumahnya hancur itu, ya…"
"Kasihan, yaa…"
Mata simpati terus menatap Sakura dari berbagai arah. Tenten langsung meneriaki mereka, dan yang menatap Sakura langsung pada kabur. Dan mereka bertiga melihat sesuatu, seperti cahaya flash.
Mereka melihat ke belakang. Seseorang mengambil gambar Sakura. Dia memakai kacamata hitam, menutup kepalanya dengan kain. Dia sadar bahawa dia terlihat dan segera kabur dari sana.
"Haaah… Sakura, kau benar-nenar jadi selebritis sekarang," kata Temari di sebelah Sakura. "Gomen…" ucap Sakura lirih. Entah mengapa Sakura sangat sedih. Tentu saja karena ia melibatkan teman-temannya dalam masalah ini. "Jadi, kau tinggal di mana, dong?" tanya temari.
"Kami menginap di hotel dulu, dan kata Ayah kami akan menumpang di rumah teman lamanya," jawab Sakura pelan.
Sesampainya di seolah, di pintu masuk gedung ada kerumunan. Mereka bertiga melihat sebentar dan mereka terkejut.
"Oh, tidak…"
Kerumunan itu ternyata Naruto memakai toa memberitahukan kejadian yang menimpa Sakura kemarin. Anak-anak buahnya membawa kotak sumbangan. Sakura menganga melihat hal yang dilakukan Naruto ini.
"Sakura, ayo kita ke kelas tanpa dilihat oleh Naruto," ucap Tenten. Sakura mengangguk dan mereka bertiga langsung menutup wajah mereka dari penglihatan Naruto. Saat mereka sedikit lagi sampai di pintu masuk, Naruto langsung menangkap kehadiran mereka.
"Sakura-chan!"
Sakura bergidik saat mendengar Naruto memanggilnya. Sakura berlari menghindar, namun Naruto menangkap tangannya. Dia menarik Sakura ke depan murid-murid di kerumunan, Sakura sangat malu. Dan ia menangkap Sasuke sedang berjalan menuju pintu masuk. Dan Naruto langsung memanggil Sasuke.
"Hei, Sasuke Uchiha. Apa kau tidak menyadari kalau teman kita sedang mengalami musibah? Bahkan kau meninggalkan luka yang dalam di hati Sakura-chan," kata Naruto dengan toa. Sasuke menoleh dan menghampiri kerumunan tersebut.
"Lalu? Bukan aku yang menyebabkan gempa itu. Dan itu tak ada hubungannya denganku," ucap Sasuke dingin. Naruto terkesiap kehabisan kata.
"Se-setidaknya kau berikan rasa simpati, dong!" kata Naruto. Sasuke mendelik, menatap kotak sumbangan yang dipegang oleh anak buahnya. Sasuke mengambil dompetnya dan mengambil uang 2 lembar 1000 yen.
"Hentikan."
Hening, semua melihat asal suara tersebut. Asal suara tersebut adalah suara Sakura.
Sakura melangkah ke depan dan menatap kejam pada Sasuke. "Kau pikir aku akan menerima uang darimu? Aku tidak butuh rasa kasihanmu!" bentak Sakura naik pitam. Sasuke menaikkan alisnya, menerka ucapan-ucapan Sakura.
"Walaupun aku berada di bawah kolong jembatan sekalipun, aku tetap tidak akan meneriam uangmu itu!" bentak Sakura sekali lagi.
Sasuke hanya tertawa kecil. Dan Sakura mulai kehabisan kata-katanya. "Lagipula, apa bagusnya menjadi anak pintar? Bukan cuma kau yang pintar di dunia ini, dan aku akan membuktikannya padamu!" kaatnya sambil menunjuk pada Sasuke. "Caranya?"
Pertanyaan Sasuke membuat Sakura membisu sebentar. Dan Sakura turut bicara kembali. "DI TEST RUANG KHUSUS BULAN DEPAN!"
Test Ruang Khusus? Itu 'kan ruangan khusus untuk 50 orang yang berhasil masuk dalam test tersebut. Sakura yang IQ jongkok ingin masuk test tersebut?
"Baiklah, jika itu kemauanmu. Akan kulihat usahamu itu," kata Sasuke. Sakura memantapkan hatinya.
"Dan jka kau bisa masuk dalam test tersebut, aku akan menggendongmu mengelilingi sekolah."
KRIK KRIK KRIK
Pernyataan Sasuke membuat suasana hening. Dan Sakura mengangguk setuju, "Baik, kita lihat!" ucap Sakura mantap. Dan Sasuke meninggalkan mereka sambil menyeringai.
Malam telah tiba, Sakura duduk di jok depan bersama Ayahnya menuju rumah teman lamanya. Stereo mobilnya dinyalakan. Mereka bernyanyi ria dalam perjalanannya.
Sesampainya di rumah teman lamanya. Asuma menge-check kembali alamatnya di kertas yang sedang dipegangnya. Ia membuka pintu mobilnya dan melihat nomor rumah, serta nama keluarga yang tertera di rumah tersebut.
"Uchiha, Uchiha… ya!" Asuma mengacungkan jempolnya kepada Sakura, dan Sakura membalas mengacungkan jempolnya. Asuma memencet bel rumah tersebut.
"Ya, siapa itu?" terdengar suara perempuan dari speaker rumah tersebut.
"A, Asuma Haruno, teman lama Fugaku Uchiha," balas Asuma.
"Oh, tunggu sebentar. Sayang, dia sudah datang!"
Asuma dan Fugaku saling berpelukan, karena sudah lama tidak saling bertemu. "Asuma, sudah lama kita tidak bertemu! Mengapa rumahmu bisa hancur? Aku melihatnya di TV, karena itu aku langsung menelponmu!"
"Ahahaha… sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Yang penting au sangat berterimakasih karena kau mengijinkan aku dan putriku menumpang di sini," kata Asuma sambil membungkuk. Sakura pun ikut membungkuk.
Wanita dari arah dapur menghampiri mereka. Dia melihat Sakura sedang bersama Asuma. Fugaku langsung memperkenalkannya.
"Ini istriku, Mikoto," kenal Fugaku kepada Asuma dan Sakura. "Wah, istrimu cantik sekali, Fugaku," tawa Asuma. Fugaku dan Mikoto pun ikut tertawa. Mikoto membungkuk dan menghampiri Sakura. "Kau cantik sekali, berbeda dengan yang kuambil fotomu tadi," ucap Mikoto sambil membelai wajah Sakura. Sakura menaikkan alisnya, dan ia teringat.
"Ah, anda yang…"
Mikoto mengangguk. Rupanya yang mengambil foto Sakura saat tadi pagi adalah Mikoto. "Kau pasti lelah, biar dibawakan saja barang-barangmu, ya," tawar Fugaku. Asuma langsung mengayunkan tangannya cepat-cepat. "Ah, tidak usah! Biar kami saja, kami sudah banyak merepotkan."
"Ah, tak apa-apa, biar kusuruh anak laki-lakiku untuk membawakannya," kaat Mikoto, kemudian dia memanggil anaknya. "Hey, tolong bantu tamu kita bawakan barangnya…"
Sakura mengambil barang-barangnya bersama Ayahnya. Asuma sudah mengambil barang-barangnya, sementara Sakura masih mengambil barang bawaannya. "Ayah ke dalam dulu, ya."
Sakura mengangguk dan mengambil koper miliknya. Dan seseorang menawarkan bantuan.
"Perlu kubawakan kopermu?"
Sakura menjawab tanpa menatap si penawar, "Tidak usah, aku bisa…" kata-kata Sakura terpotong saat ia membalikkan badannya.
"Ka-kau…!"
To be Continued
Bagaimana fict ku ini? Tolong para readers mengkritiknya dengan cara me-REVIEW-nya. Flame boleh, tapi jangan pedas-pedas….
Jaa, annyeong!