Haha, siapa sangka aku bakal apdet cepet macam ini? XD

Oh ya, dan tentang genre,

Kuputuskan untuk TIDAK MENCANTUMKAN genre tetap,

Gantinya, di setiap chapy akan kutulis genre yang paling mendominasi ^^

Oh ya, dan mungkin aku akan berhenti memasukkan humor disini, masalahnya saat aku membaca ulang chapy 1 aku sama sekali tidak tertawa, membuatku sweatdrop sendiri :P

Well, ENJOY! XD

Disclaimer: Square Enix, Tetsuya Nomura, Disney. Lagu Toxic yang dinyanyikan Roxas milik Birtney Spears. Kuharap Oom Tetsu berbaik hati memberikan Mas Axel tercinta kepadaku XD *PLAK

Pair: AkuRoku

Rate: T

Genre: Didominasi Romance.

WARNING: SHO-AI! MAYBE OOC! DON'T LIKE DON'T READ!

-XXX-

CHAPTER 2: HOT PARADISE

Axel tiba di Central Park, tempat dimana Roxas menunggunya. Axel melihat sebuah mobil putih yang ia kenal segera berhenti tepat disampingnya.

Roxas tengah menunggu didalam mobil dengan wajah cemas. Namun wajahnya kembali berseri setelah melihat Axel datang dengan selamat bersama Sora.

"Axel! Tubuhmu penuh darah. . ." Ujar Roxas seraya keluar dari mobil dan memeluk Axel kuat. Axel sedikit oleng.

"Hentikan, Roxy, Sora takkan bisa bernafas," ujar Axel. Roxas melepas pelukannya dan segera mengalihkan perhatiannya pada Sora yang tengah menatapnya dengan mata bersinar dan tersenyum manis. Roxas mengambil Sora dari tangan Axel dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Anak nakal, sudah malam, harusnya kau tidur. . ." Ujar Roxas seraya mengayun-ayunkan Sora. sora tertawa riang.

Roxas pun memeluk Sora. "Kita pulang sekarang?" Tanya Roxas.

"Yeah," jawab Axel. Axelpun masuk kedalam mobil dan menyalakan mesinnya. Roxas duduk dibelakang sambil memeluk Sora, berusaha memberikan kenyamanan padanya. Axel segera menjalankan mobil kerumah, dengan santai karena ia cukup kelelahan.

"Hari yang hebat," Ujar Axel.

"Yeah. Siapa sangka jika akan ada kejadian seperti itu menimpa kita?" Ujar Roxas.

Axel tersenyum sinis. "Hari ini, 2 kali aku membuktikan jika mencuri itu ada bagusnya juga. Lihat, pistol itu berguna juga, 'kan? Untung kau tak membuangnya waktu itu," ujar Axel.

Roxas mendesah. "Ya, ya. . . Jika untuk urusan membela diri kau memang selalu menang," ujar Roxas. Axel terkekeh.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai dirumah. Roxas segera turun bersama Sora, diikuti oleh Axel. Roxas berjalan menuju kamar tidur, sedangkan Axel menuju dapur, hendak minum untuk menjernihkan pikirannya.

Saat ia melintasi ruang tengah, ia mendapati sesuatu yang janggal, seperti sebuah jam elektronik digital menempel di dinding. Iapun memperhatikannya dengan seksama. "Roxas, bisa kau kesini sebentar?" Panggil Axel. Tak lama kemudian, Roxas pun datang menghampiri Axel.

"Ada apa?" Tanya Roxas. Axel pun menunjuk jam dinding itu.

"Kau yang membelinya?" Tanya Axel.

Roxas diam dan segera memperhatikan jam tersebut. Makin lama, tiap detiknya bukan makin maju, namun makin mundur.

Wajah Roxas berubah drastis. Ia menarik lengan Axel dengan kuat.

"Bodoh! Itu bom!" Teriak Roxas. Axel terkejut dan segera melirik ke arah bom versi Roxas dan jam elektronik versinya itu.

"Gila! 1 menit lagi!" Teriak Axel dan segera menggendong Roxas dengan bridal style.

"Ax! Kita tak ada waktu untuk mesra-mesraan!" Teriak Roxas.

"Siapa yang bisa mesra saat keadaan genting seperti ini! Tenanglah, kau akan kuselamatkan! Dimana Sora?" tanya Axel. Roxas pun memberitahu jika Sora berada didalam kamar. Axel segera berlari menuju kamar dan membiarkan Roxas mengambil Sora.

Bunyi 'tik-tik' dari bom tersebut makin kencang.

Axel segera keluar dan melewati jendela yang tadi didobrak Roxas dan berlari menjauhi rumah.

DUAR!

Suara ledakan terdengar.

Axel berhenti dan menurunkan Roxas. Nafasnya terengah-engah.

"Ax, kau tak apa?" Tanya Roxas.

"Yeah, tapi, rumah kita. . ." Ujar Axel seraya menatapi rumah mereka dengan pandangan nanar.

"Man! Padahal rumah itu baru lunas 5 tahun lagi! Masa' aku harus membayar untuk apa yang sudah tidak ada?" Kesal Axel. Roxas mengelus pundak Axel.

"Tak apa-apa. . . Oh, tadi kau meninggalkan motor kita di Central Park, bukan? Mari kita pergi jauh dari sini dan pikirkan bagaimana kedepannya," ujar Roxas. Axel mengangguk dan segera bangun.

"aku tahu tempat yang tepat."

-XXX-

Roxas dan Axel berhenti di sebuah bar yang juga merangkap tempat striptease dan disko bernama "Hot Paradise". Roxas menatap tempat tersebut dengan dahi berkerut.

"Axel, kita bukan ingin minum atau bersenang-senang atau apalah! Kita harus mencari tempat tinggal baru!" Ujar Roxas kesal. Axel mengibaskan tangannya.

"Tenang saja Roxy, aku akrab dengan pemilik bar ini. Dulu aku pernah bekerja disini."

"Sebagai striptease? Oh, man. . ." desah Roxas.

"Tentu tidak, Roxy-ku sayang. Sebagai penyanyi dan sedikit pengalaman menjadi bartender," Ujar Axel.

Roxas memutar bola matanya. "Kau kacau ya sebelum bertemu denganku," ujar Roxas. Axel tersenyum sinis.

"Yeah, thanks untukmu, Roxy. Kini kau satu yang aku miliki," Ujar Axel seraya melangkah masuk kedalam bar.

Roxas tersenyum senang seraya mengelus pipi Sora.

"Mungkin kau harus masuk kedalam rumah kami, Sora," Ujar Roxas.

"Hello. . . c'mon, Roxy," ujar Axel. Roxas pun segera masuk dan mengikuti Axel.

Mereka berdua berjalan menuju counter dengan tatapan-tatapan janggal oleh para pengunjung bar.

Musik kencang yang berdentum dari pintu sebelah kanan, orang yang mabuk, teriakan-teriakan mesum dari pintu sebelah kiri. . .

Roxas menutup kuping Sora. kini ia merasa bodoh karena telah membawa anak bayi masuk kedalam tempat seperti ini.

"Yo, Marly," Sapa Axel pada seseorang berambut pink yang tengah membelakangi mereka, seraya mengelap gelas-gelas bir. Seseorang berambut pink yang tadi dipanggil 'Marly' oleh Axel tersebut menghentikan aktifitasnya. Ia segera menoleh kebelakang.

"Axel! Long time no see," ujar pria tersebut seraya menjulurkan tangannya pada Axel. Axel tersenyum dan menjabat tangan pria tersebut.

"Sepertinya kau sudah sukses ya, sekarang," Ujar Axel seraya menatap sekelilingnya.

"Yeah, kau bisa bilang begitu. Ngomong-ngomong, dia siapa?" Tanya pria tersebut seraya menunjuk Roxas.

"Oh, ini Roxas, dan yang tengah digendong itu namanya Sora. Roxas dan Sora, ini Marluxia, pemilik bar ini sekaligus bartender disini," ujar Axel.

"Hai," Ujar Roxas.

Sora tertawa manis melihat Marluxia.

"Whoa, anak yang manis! Boleh aku menggendongnya?" Tanya Marluxia. Sora mengarahkan tangannya menuju Marluxia seraya tertawa. Marluxia pun mengambil Sora dan menggendongnya.

"Kau berani juga bawa bayi masuk sini," Ujar Marluxia seraya menggelitik badan Sora. sora tertawa riang.

"Well. . . Semua ada alasannya," Ujar Axel seraya menceritakan apa yang baru saja ia alami bersama Roxas. Marluxia mengangguk.

"Aku ingin meminjam kamar disini seperti dulu, apa boleh?" Tanya Axel. Marluxia tersenyum dan segera meletakkan Sora di counter, memberinya sebuah marsmallow.

"Tentu boleh. Namun kau harus bekerja disini," Ujar Marluxia.

"Itu masalah gampang. Ng, Sora, jauhkan itu dari mulutmu," Ujar Axel seraya mengambil marsmallow tersebut dari tangan Sora.

"Ia terlalu kecil untuk makan marsmallow," Ujar Axel seraya memasukkan marsmallow tersebut kedalam mulutnya. Wajah Sora terlihat sedikit kecewa.

"Oh, begitu? Kukira ia sudah cukup, bahkan ia bisa masuk ketempat seperti ini," ujar Marluxia.

"Bilang saja jika kau mau marsmallow, Ax," Goda Roxas. Axel menghentikan kunyahannya dan menatap Roxas dengan pandangan evil.

Dalam sekali tarik, Axel membawa Roxas kedalam pelukannya dan mencium Roxas dengan ganas.

Marluxia menutup mata Sora.

Roxas yang terkejut hendak berontak, namun Axel terlalu kuat.

Axel memindahkan marsmallow yang ada dalam mulutnya kedalam mulut Roxas. Setelah itu, ia langsung melepas ciumannya.

Roxas menelan marsmallow yang ada dalam mulutnya. Wajahnya memerah. "Bodoh! Malu tahu!" Teriak Roxas. Axel tersenyum sinis.

"Whoa, aku khawatir kalian sudah pernah berhubungan intim didepan mata Sora," ujar Marluxia seraya tertawa.

Axel mendelik. "Mungkin kapan-kapan kami akan mencobanya."

Marluxia menghela nafasnya. "Whatever. Yang jelas, jika kau ingin tinggal disini, itu tidak gratis. Bekerjalah padaku," ujar Marluxia.

"Ayayayay, Maam!" Ujar Axel seraya naik keatas panggung dan mengaambil gitar. Roxas memperhatikan Axel dengan tatapan lembut.

"Kau juga naik," ujar Marluxia.

"Hee, aku?" Tanya Roxas mengkonfirmasi ulang.

"Yeah! Kau juga mau tinggal disini, 'kan? Tenang saja, aku yang akan emnjaga Sora," Ujar Marluxia.

Roxas mendesah dan segera naik keatas panggung. Saat itu, Marluxia berkesempatan memasukkan marsmallow kedalam mulut Sora. sora tertawa riang.

"Aku tahu kau ingin," ujar Marluxia.

Sementara itu, diatas panggung, Axel menatap bingung Roxas yang tiba-tiba ikut naik.

"Kau mau nyanyi?" Tanya Axel.

"Aku tak bisa," ujar Roxas.

"Hei-hei! Yang seksi ya, atau Sora. . ."

Marluxia menghentikan ucapannya. Ia hanya menggendong Sora dan menatap Roxas penuh arti.

Roxas naik darah.

"Shit!" Teriaknya seraya mengambil microphone.

Axel menghela nafasnya. "Kau mau nyanyi apa? Toxic?" Tanya Axel. Wajah Roxas memerah.

"Aku tak bisa menyanyikan lagu yang penuh desahan begitu!" Teriak Roxas malu.

"Well, kita coba saja!"

Axelpun mulai memainkan gitarnya. Musik mulai mengalun. Roxas menghela nafasnya.

Tiba-tiba, Roxas merasakan sesuatu yang aneh menjalar dalam tubuhnya. Ia merasa panas dan nyaman.

Ia sedikit merasa bingung. Namun ia mulai bernyanyi.

"Baby can't you see, I'm calling

A guy like you, should wear a warning

It's dangerous, I'm fallin'. . .

There's no escape, I can't hide

I need a hit, baby give me it

You're dangerous, I'm lovin' it. . ."

Roxas menyanyi dengan penuh desahan, membuat Axel merasa sedikit aneh, Roxas tak seperti Roxas yang biasanya. Wajah Roxas juga terlihat lebih sayu, memerah dan pandangannya penuh arti. Roxas menoleh kearah Axel, mengedipkan sebelah matanya dan berjalan mendekati Axel.

"Too high, can't come dowm

Losing my head, spinning round and round

Do you feel me now?"

Roxas menggerayangi tubuh Axel. Axel sediki terkejut mendapati Roxas yang sangat agrasif. Namun, ia harus memperhatikan permainan gitarnya.

"With a taste of your lips

I'm on a ride. . .

You're toxic I'm slipping under

With a taste of poison paradise. . .

I'm addicted to you

Don't you know that you're toxic?

And I love what you do

Don't you know that you're toxic?"

Marluxia tertawa melihat Axel yang kebingungan sekaligus senang melihat Roxas yang begitu agresif dengan segala tingkah dan suaranya yang membangkitkan gairah. Marluxia melihat Sora yang teengah asyik mengulum marsmallownya.

"Haha, marsmallow temuanku bekerja sempurna, Sora. sepertinya malam ini akan menarik," ujar Marluxia.

"It's getting late, to give it up. . .

I took a sip, from my devil cup. . .

Slowly, it's taking over me. . ."

"Ax, I want you tonight," Ujar Roxas disela nyanyiannya seraya menjilat telinga Axel dengan mesra, membuat Axel sedikit bergidik.

"Kau baik, Roxy?" Tanya Axel.

Roxas tersenyum. "Aku merasa luar biasa."

Too high, can't come down

It's in the air, and it's all around. . .

Can you feel me now?"

Marluxia memperhatikan pengunjungnya dengan tatapan puas. "Good, mungkin ia akan kurekrut. . ."

Roxas terus menyanyi hinga bait terakhir.

"Taste of my lips and having fun. . .

I'm intoxicated now,

I think you'll love it now,

I think I'm ready now,

I think I'm ready now

I'm intoxicated now,

I think you'll love it now,

I think I'm ready now,

I think I'm ready now. . ."

Seusai menyanyikan bait terakhir, para penonton bersorak riang. Memuji Roxas, bahkan ada yang memintanya bernyanyi lagi atau hendak menyewanya.

Axel tak suka hal itu. Iapun menarik Roxas menuju kamar mandi.

"Kau! Tadi itu apa?" Tanya Axel. Roxas mencengkram baju Axel kuat.

"Can you do it now. . .?" Tanya Roxas dengan tatapan penuh harap.

Axel sangat menantikan hal ini dari dulu. Mungkin malam ini adalah malam yang tepat untuk melepas 7 tahun penantiannya.

Namun ia tak suka juka Roxas memperdengarkan desahannya pada orang lain. Ia tidak suka jika ada yang melihat Roxas dengan tatapan lapar. Ia tidak suka jika ada yang menyentuh Roxas dengan sentuhan nafsu.

Roxas miliknya.

Namun apa yang membuatnya menjadi aneh seperti ini?

Axel berfikir keras.

Akhirnya ia menemukan sebuah kejanggalan.

Marsmallow.

Apa mungkin ada obat perangsang didalamnya?

Axel berfikir terlalu lama, membuat Roxas kesal menunggu. Iapun mencium Axel dengan kasar, menuntun tangan Axel menuju. . . Yah, silahkan berfantasi sendiri. ini rate T, author takut diprotes :P

Axel kini tambah yakin.

Meski ia menunggu hal ini sejak dulu, namun tidak dengan Roxas yang dalam kendali obat perangsang.

"Sepertinya aku mengganggu," Ujar seseorang yang datang dengan tiba-tiba. Axel dan Roxas menoleh secara bersamaan. Mereka melihat seseorang dengan rambut hitam panjang diikat dengan luka di wajahnya tersenyum kepada mereka berdua. Sedangkan yang satunya lagi, seseorang berjubah hitam dengan muka yang tak terlihat karena ditutupi tudung, mengacungkan handgun ditangan kanan kepada Roxas dan handgun ditangan kiri kepada Axel.

"Sora!" Teriak Roxas tertahan mendapati Sora yang tengah digendong oleh pria yang dikuncir.

"Roxas dan Axel. . . Tak baik membiarkan seorang anak yang manis seperti ini sendiri. . ." ujar pria tersebut seraya mencium pipi Sora. Sora menangis.

"Bagaimana mungkin? Marluxia-"

"Oh, pria berambut Pink itu? Sudah ia bereskan," Ujar pria tersebut seraya menunjuk pria bertudung yang tengah menodongkan handgun pada Axel dan Roxas. Axel menggigit bibirnya kesal.

"Berikan Sora!" Teriak Roxas sambil berlari mendekati pria berkuncir tersebut.

"Berhenti atau ia akan menembakmu," ujar pria tersebut, namun Roxas tak mengindahkannya.

"ROXAS!" Teriak Axel.

Namun semua terlambat.

DOR!

Sebuah peluru melayang, menembus dan mengakibatkan darah muncrat mewarnai dinding kamar mandi Hot Paradise.

TBC.

Haha :D

Yang mau bagi ide silahkan, yang mau nanya silahkan, yang mau flame silahkan, yang mau kritik silahkan, yang mau nebak silahkan, yang mau ripiu silahkan. . . :D