Sorry jadi lama banget gak update! Abisnya waktu itu udah mau update tapi malah keburu puasa! Padahal chap ini kan mau ada lemonnya. Jadi aja saya update pas udah lewat lebaran, eh taunya malah jadi kelewat jauh! Hehe ._.v

Hope you'll enjoy..

Discalimer:

Naruto - Masashi Kishimoto

Je' T aime - Hime Uguisu

Rated:

M

#geplaked

UPDATE CHAP. 4! "Aku tidak mau makan di luar" "Kenapa?" "Mumpung hanya kita berdua di rumah, kenapa tidak kita manfaatkan?" Gaara blushing seketika. Lime/Lemon, Sho-ai, NejiGaa, SasuNaru. RnR please

Pairing:

Neji-Gaara

Sasu-Naru

Neji, Sasuke, Gaara dan Naruto di sini mereka kelas 1 SMA


Je' T aime

A

Naruto Fanfic

By

Hime Uguisu


Malam itu adalah malam minggu. Banyak pasangan di luar sana yang menghabiskan waktu berdua. Namun malam itu Sasuke memilih untuk pergi mencari makan di luar sendiri. Ia juga bingung mau mengajak siapa. Setelah berpamitan pada Neji, Sasuke pergi begitu saja dengan santainya. Menyisakan Gaara dan Neji di kamar apartment Neji itu. Neji mendudukkan dirinya di sofa. Tangannya mememcet remote televisi, mencari-cari channel yang kira-kira enak untuk ditonton. Bola mata lavender itu kini tertuju pada layar televisi yang menyala.

Sedangkan seorang pemuda berambut merah marun tengah sibuk mencari-cari sesuatu di dapur. Ia membuka kulkas untuk mencari bahan makanan yang bisa dimasak. Tapi yang ada di sana hanya beberapa makanan instan. Ia mendengus sebal.

Gaara's POV

Pantas saja si pantat ayam.. Sasuke maksudku, itu makan di luar. Makanan yang tersisa tinggal makanan instan seperti ramen cup ini. Kalau ada Naruto sih pasti dia akan senang hati memakannya. Aku pun menutup kulkasnya kembali dan berjalan menghampiri Neji. Mendudukkan diriku di sampingnya.

"Neji, makanan yang ada tidak menarik. Kau mau makan di luar?" tanyaku. Neji mengalihkan perhatiannya dari layar televisi dan menatapku.

"Aku tidak mau makan di luar," jawab Neji santai. Aku menatapnya bingung.

"Kenapa?" tanyaku lagi. Neji menghela nafas panjang.

"Mumpung hanya kita berdua di rumah, kenapa tidak kita manfaatkan?" Neji malah balik bertanya. Senyuman penuh arti nampak di wajahnya. Ia mematikan televisinya dan mendekat ke arahku. Sial, itu membuatku blushing seketika. Aku mulai tahu ke mana arah pembicaraannya.

"Baiklah, kau mau memanfaatkannya dengan melakukan apa?" aku berpura-pura tidak tahu. Ia mendorongku pelan, membuatku terbaring di sofa ini. Lalu perlahan ia menindihku. Ok, tidak benar-benar menindih sih, karena kedua tangannya masih menopang tubuhnya agar tak jatuh di atasku. Perlahan ia menurunkan kepalanya dan berbisik pelan di telingaku.

"Kau tau apa itu," bisiknya dengan suara yang membuat telingaku rasanya tergelitik. Aku mendorong dadanya dengan agak kuat. Membuatnya bangkit dan kini berdiri. Aku pun ikut beranjak dari posisiku sekarang dan berdiri di sampingnya.

"Kalau begitu tidak di sini," ucapku pelan. Aku berjalan duluan menuju satu-satunya kamar tidur di sini. Diikuti Neji di belakangku.

.

.

.

Normal POV

Neji mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur. Menunggu Gaara yang sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Neji, apa kau mau mengikuti permainanku malam ini?" Tanya Gaara. Di tangannya sudah ada sehelai kain berwarna hitam yang cukup panjang. Neji menatap kekasihnya itu dengan tatapan heran. Lalu ia beralih menatap kain yang sedang Gaara pegang.

"Memangnya kau mau apa?" Tanya Neji. Gaara berjalan mendekat ke arah tempat tidur. Ia berdiri di depan Neji sambil memberikan senyum terbaiknya. Seakan memaksa Neji untuk bilang 'iya' pada pertanyaannya yang sebelumnya. Gaara memegang bahu Neji. Ia sedikit memiringkan kepalanya dan menatap Neji dengan tatapan innocent yang selalu mampu membuat pemuda Hyuuga itu mengalah.

"Ayolah.. aku baru membaca 'sesuatu' dari majalah dan ingin mempraktekannya denganmu," jawab Gaara dengan nada sedikit memohon. Melihatnya, Neji tidak bisa bilang 'tidak'. Lagipula membiarkan sesekali ukemu yang bekerja tidak buruk juga, kan?

"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Tanya Neji. Gaara menutup mata Neji perlahan dengan kain hitam itu. Mengikatnya dengan cukup kuat.

"Berbaringlah!" perintah Gaara. Neji menurut. Membaringkan tubuhnya di kasur empuk itu. Kini Gaara terlihat sedikit bingung. Ia sedikit bingung harus memulai dari mana. Mengikutin insting, ia mulai melepaskan kaus yang Neji kenakan. Agak gugup juga sih. Ia kan tidak pernah melepaskan baju orang lain sebelumnya. Ia pun melempar kaus itu ke lantai.

Kini tangannya mulai turun ke bawah. Menurunkan resleting celana jeans milik kekasihnya. Melepas kancing itu. Dan perlahan menurunkan celana itu dan dalamannya juga. Melihat seme-nya yang 'polos' duluan, membuatnya tersenyum entah apa maksudnya. Ia merendahkan tubuhnya. Mencium bibir itu. Melumatnya. Neji juga tak mau diam saja. Lidahnya kini bermain dengan Gaara yang ada di atasnya.

Setelah melepaskan pagutan bibir itu Gaara mengambil sebuah kain dan mengikat ke dua tangan Neji. Membuatnya tak bisa bergerak.

"Hei!" protes Neji begitu tangannya diikat. Gaara meletakan telunjuknya di bibir kekasihnya. Membuat Neji diam. Kini ia beralih ke bagian selatan kekasihnya. Berusaha membuat pola berantakan yang nantinya akan membuat Neji tak bisa menebak apalagi yang Gaara sentuh berikutnya. Tangannya memegang 'milik' pacarnya yang sudah mulai menegang itu. Mengocoknya perlahan tanpa ada niatan membuatnya ejakulasi.

"Shh.. Gaara lebih cepat," bisik Neji. Gaara malah menghentikan gerakannya. "Kenapa?" Neji protes lagi.

"Kau tak boleh keluar sekarang," Gaara berbisik di telinga Neji. Lalu mengulum telinga itu. Dan sebelah tangan Gaara tak diam, ia membelai 'milik' kekasihnya di bawah sana. Membuat Neji kegelian. Gaara masih mengulum dan sesekali menjilati telinga itu. Membuat Neji menggigit bibir bawahnya agar ia tak mengeluarkan suara-suara yang membuatnya terlihat seperti uke di hadapan pacarnya. Gaara kembali menghentikan kulumannya.

Kini tangannya memainkan nipples kekasihnya. Memilinnya pelan. Bibirnya mengulum yang sebelah lagi. Gerakannya berkali-kali membuat Neji tak bisa menahan untuk tak menyentuhnya lagi. Sesuatu di bawah sana sudah sangat menyiksanya. Apalagi sejak tadi Gaara terus bergerak tak berurut dari atas ke bawah seperti yang biasa ia lakukan. Membuatnya terus berfikir 'ia akan menyentuh apa lagi?' atau 'ia akan melakukan apa lagi?'.

"Gaara.. lepaskan tanganku!" perintah Neji dengan nada memohon. Gaara tidak menjawab karena sekarang mulutnya sedang mengulum 'milik' kekasihnya itu. Tangannya tetap memilin sebelah tonjolan di dada kekasihnya. Menyentuh dua titik sensitive itu sekaligus. Membuat Neji sedikit menggeliat. Gaara mempercepat kulumannya. "Akh.. sshh.. Gaara lepaskan nghh.. tanganku.." Gaara tetap tak menjawab dan semakin terus mempercepat kulumannya, membuat Neji hampir gila karenanya. Tapi saat Neji ingin keluar, Gaara berhenti dan beralih menciumi bibirnya.

"Nnnhh. Gaa..ra" ucap Neji di sela-sela ciuman itu. Baru pertama kali tubuhnya dipenuhi kissmark seperti ini. Saliva mulai mengalir dari sudut bibirnya. Gaara kembali menghentikan permainan lidahnya. Membuat benang saliva yang menempel di bibirnya dan Neji. Kini permainannya benar-benar berhenti. Selain karena tidak tega melihat Neji yang sudah terlihat gelisah, ia juga sudah gelisah. Tidak sabar untuk memulai menu utama. Pertama ia melepaskan penutup mata Neji, barulah kemudian ia melepaskan ikatan tangan Neji.

Nafas keduanya masih sedikit terengah-engah. Udara yang terasa panas membuat peluh mengalir. Dan beberapa detik setelah itu, Neji sudah merebahkan Gaara ke kasur itu. Membalik posisi sebelumnya. Kini dirinyalah yang berada di atas pemuda berambut marun itu. Menahan tubuhnya dengan kedua tangannya.

Dengan cepat Neji melepaskan semua pakaian yang menutupi tubuh putih yang selalu dipujanya itu. Melemparnya asal ke lantai. Tergeletak bersama pakaiannya yang sudah sejak tadi tergolek di sana. Bibir Gaara yang basah karena saliva entah milik siapa, membuat Neji ingin 'memakannya'.

Rasanya ia ingin sekali langsung 'masuk' ke dalam tubuh pemuda di bawahnya, namun ia urungkan niatnya itu. Ia ingin Gaara juga menikmatinya dan sedikit terangsang lagi. Ia merendahkan tubuhnya. Menciumi bibir kekasihnya terus menerus. Lidahnya mengabsen satu persatu deretan gigi itu. Menekan-nekan langit-langit mulut Gaara.

"Ngghh Neji.. mpphh" Gaara berusaha mengambil oksigen walau sulit. Neji tak memberi kesempatan untuk bernafas. Lidahnya memaksa lidah Gaara untuk ikut bermain. Saling mendorong dan menekan. Tangan Neji tak tinggal diam. Ia memilin sebelah nipples kekasihnya. Membuat wajah Gaara semakin merah. Saliva yang mengalir di sudut bibirnya semakin banyak.

Neji sudah melepaskan pagutan bibir itu. Kini nafas mereka sama-sama terengah-engah. Gaara segera mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Tak lama kemudian Neji mulai mengulum tonjolan yang sebelahnya lagi. Membuat Gaara mendesah berkali-kali. Tak mau bermain lama-lama, Neji menyodorkan tiga jarinya di depan mulut Gaara. Mengerti, ia mengulum jari itu. Melumuri jari-jari itu dengan salivanya sendiri.

"Cukup, Gaara," Gaara melepaskan kulumannya. Neji mulai memasukan jari pertama dengan perlahan. Gaara masih biasa saja. Jari kedua Gaara mulai terlihat tidak nyaman. Dan jari ketiga Gaara segera menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Neji sedikit membuat gerakan zig zag untuk melebarkan lubang itu.

Setelah dirasa cukup, Neji mengeluarkan ketiga jarinya. Ia sudah memposisikan 'dirinya' di depan 'Gaara'.

"Kau siap, kan?" Tanya Neji untuk sekedar memastikkan. Gaara mengangguk. Dan Neji pun mulai memasuki Gaara dengan perlahan. Gaara memejamkan matanya erat-erat. Melesakan kepalanya ke bantal. Tangannya meremas sprei yang mulai berantakan itu.

"Akkhh sak..kit nggghh.. mpphh..ah Neji!" erang Gaara saat 'milik' Neji sudah masuk seluruhnya. Neji mengecup bibir kekasihnya itu untuk menenangkannya. Setelah Gaara mulai agak tenang, Neji mulai bergerak. Dengan tempo lambat dulu tentunya.

"Enghh Neji! Neji! Aah Neji!" desah Gaara saat Neji mulai mempercepat in-out-nya. Mendengar suara Gaara yang seperti itu benar-benar membuat Neji menggila.

"Gaa.. raa..hah.."

"Ahh Neji! Mmpphh..nghh..nnn…lebih.. ennhhh cepa..at" pinta Gaara. Ia mulai tidak sabar. Neji mengangguk dan mempercepat gerakannya. Membuat Gaara semakin mendesah dan meracau tidak jelas. Semakin erat menggenggam seprei yang kini berantakan karena mereka berdua. Angin malam yang berusaha membuat mereka kedinginan sama sekali tak berpengaruh. Suhu di kamar itu terlalu panas dan mengalahkan dinginnya udara malam yang menyusup lewat ventilasi. Berbagi kehangatan di tengah malam yang dingin memang nyaman.

"NEJI!"

"GAARA!"

Seru mereka berdua saat sesuatu yang sejak tadi tertahan keluar. Cairan kental pemuda berambut merah itu membasahi perutnya dan perut Neji. Sementara pemuda berambut cokelat itu mengeluarkannya jauh di tubuh Gaara. Membuat Gaara merasakan sesuatu yang hangat membasahi dirinya. Neji mencium bibir itu lagi. Melepaskan 'dirinya' perlahan. Lalu membaringkan tubuhnya di samping kekasihnya. Membelai rambut merah itu.

"Terima kasih, Gaara. Love you," seulas senyum terlukis di wajah pemuda bermarga Hyuuga itu. Ia mencium kening Gaara. Gaara menyandarkan kepalanya di dada kekasihnya. Menarik selimut untuk menutupi mereka berdua.

"Love you too," balasnya. Perlahan ia mulai menutup matanya. Tertidur karena kelelahan. Neji mengusap-usap punggung itu. Membuat Gaara semakin mengantuk dan akhirnya benar-benar jatuh tertidur di pelukan Neji. Tidak ada kegiatan, tanpa sadar Neji juga mulai menutup matanya. Tertidur dan lupa membereskan semuanya.

.

.

.

Pintu apartment itu terbuka. Menampilkan sosok seorang Uchiha dengan rambutnya yang mencuat kebelakang. Ia kembali menutup pintu itu dan menguncinya.

"Tadaima!" serunya. Tapi tak ada jawaban. Heran, ia segera membuka sepatunya dan berjalan menuju ruang tengah. Kosong. Tak ada siapa-siapa di sana. Di dapur pun ia tak melihat siapa-siapa. Bahkan seperti tidak ada orang di rumah. Ia pun hanya angkat bahu dan berasumsi bahwa Neji dan Gaara sedang keluar. Sasuke mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan cola. Lalu ia mendudukkan dirinya di sofa sambil menyalakan televisi. Menengguk santai cola-nya.

"Hmm.." ia mengumam sambil memikirkan sesuatu. Ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu. Di mana saat ia sedang berjalan mencari makanan, ia bertemu dengan pemuda blonde incarannya itu.

.

.

.

Flashback

Di tengah dinginnya malam, Sasuke berjalan sendirian. Ia melangkah dengan santai sambil memperhatikan setiap toko yang di laluinya. Mencari restaurant yang sekiranya cocok dengan seleranya. Melihat orang-orang lain berlalu-lalang dengan pasangan atau temannya sedikit membuatnya iri juga, mengingat ia hanya berjalan sendirian sekarang.

"Eh?" teguran dari seseorang yang tiba-tiba berhenti di depannya sambil menunjuknya membuat Sasuke menghentikan langkah kakinya. "Kau kan anak yang waktu itu bersama Gaara!" seru Naruto.

"Kau pemuda ceroboh yang bodoh itu, kan?" Tanya Sasuke iseng. Senyuman yang tadi terkembang di wajah Naruto pudar seketika. Ia menginjak kaki Sasuke kesal.

"Sialan!" protes Naruto. Sasuke meringis kesakitan.

"Aku kan hanya bercanda! Untuk kali ini aku minta maaf deh," ujar Sasuke. Naruto yang masih cemberut melirik ke arah Sasuke yang mengulurkan tangan padanya. Dengan gaya angkuh, Naruto menjabat tangan itu sebentar. "Kita ulang lagi, namaku Uchiha Sasuke."

"Namikaze Naruto. Sedang apa kau di sini sendirian?" Tanya Naruto. Mereka pun mulai berjalan beriringan sambil sesekali berbincang ringan.

"Aku sedang ingin makan di luar. Kau sendiri?" Sasuke menjawab pertanyaan Naruto tadi. Naruto terlihat bersemangat sambil menjentikkan jarinya.

"Sama! Ayo, kita makan di ichiraku ramen saja! Enak deh pokoknya!" seru Naruto. Sasuke terlihat sedikit bingung. Ia mengingat kalau di rumah juga ada ramen, jadi untuk apa dia keluar untuk makan ramen lagi? Ingin sekali ia menolak, tapi melihat ekspresi bersemangat Naruto dan mengingat ini adalah kesempatan langka, membuatnya menyetujuinya.

"Baiklah. Kalau sampai rasanya tidak enak kau harus mentraktirku," jawab Sasuke. Naruto terlihat ingin protes. Wajahnya yang menggembungkan pipi sebal membuat Sasuke gemas sekali. Tanpa terasa Sasuke menyunggingkan seulas senyum tipis.

"Pasti enak! Lihat saja nanti!" dan mereka pun tiba di depan sebuah kedai ramen bertuliskan 'Ichiraku Ramen' itu. Naruto mengajak Sasuke masuk dan duduk. "Pak ramen untukku yang seperti biasa, ya!" seru Naruto pada penjual ramen yang sudah menjadi langganannya.

"Kau mau pesan apa Sasuke?"

"Sama denganmu saja."

"Pak, kalau begitu pesan satu lagi yang sama denganku, ya!" seru Naruto lagi yang diiringi anggukan dari sang penjual. "Nah, jadi kau murid baru, ya?" Naruto duduk sambil menopang dagu dengan kedua tanggannya. Sasuke mengangguk.

"Begitulah," jawab Sasuke cuek, padahal sejak tadi mata onyx itu sudah mencuri pandang ke arah pemuda di sampingnya. Naruto mengangguk. "Kau sendiri, sudah lama berteman dengan Gaara?" kini Sasuke yang bertanya.

"Tentu saja! Aku berteman dengan Gaara sudah dari kelas 1 SMP. Oh, ya kau tinggal di mana?" Naruto mengambil minum yang disediakan di depannya, lalu meminum air itu.

"Di apartement Neji," hening. Sampai akhirnya Naruto menyemburkan air yang sedang ada di mulutnya. Dan ia pun kini terbatuk. Sasuke hanya menepuk punggungnya dengan tampang tak bersalah. Membuat Naruto mendapatkan tatapan kaget dari sang pembuat ramen yang sedang merebus mie-nya itu.

"Hah? Bagaimana bisa?" Tanya Naruto heran. Ia mengambil tissue dan mengelap meja yang basah itu.

"Begitulah, ayah kami berteman. Ah, Gaara juga sedang menginap di sana," jawab Sasuke. Pesanan pun datang. Mangkuk berisi ramen panas itu diletakan di meja Naruto dan Sasuke. Mereka mengambil sumpit. Dan mulai berbincang lagi.

"Hee? Jadi Gaara menginap lagi di sana?" Naruto mulai menyeruput kuah ramen itu. Lalu menggulung mie-nya dengan sumpit, memasukannya ke dalam mulutnya. Sasuke mengangguk dan ikut memakan ramennya selagi masih hangat.

"Oh, ya ngomong-ngomong apa kau sudah punya gadis yang kau sukai?" kali ini Sasuke bertanya sedikit melenceng dari pembicaraan awal. Mendengarnya membuat Naruto hampir tersedak. Ia segera meminum air dan menenangkan dirinya. Ia membuang muka. Menghindari tatapan Sasuke yang memandang serius ke arahnya. Naruto mulai terlihat risih.

"Err.. sebenarnya aku belum pernah memberi tahu soal ini selain pada Neji dan Gaara, tapi yah.. karena sekarang kau sudah kuanggap temanku.. baiklah akan ku beritahu satu hal," Naruto menghentikan kalimatnya. Sasuke diam menunggu jawaban Naruto. Ia benar-benar penasaran. Di pikirannya terus bertanya-tanya 'atau mungkin Naruto sudah punya pacar?'.

"Aku tidak punya gadis yang kusukai," jawab Naruto pelan. Sasuke menghela nafas lega. "Karena aku tidak menyukai gadis," lanjutan dari kalimat tadi membuat Sasuke terdiam sejenak, sebelum akhirnya bernafas lebih lega. Tak butuh otak jenius untuk mengerti apa maksud ucapan Naruto barusan. Secara tidak langsung pemuda pirang itu sudah mengakui bahwa dirinya sama seperti Sasuke. Penyuka sesama jenis.

End of flashback

Mengantuk, Sasuke pun memutuskan untuk tidur. Ia mematikan televisi dan kembali meletakan gelasnya di dapur. Lalu ia pun berjalan menuju kamar. Membuka pintu itu. Saat pintu terbuka dan menampakkan sosok yang sangat ia kenal sedang tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh mereka sampai sebahu membuat Sasuke menggelengkan kepalanya.

"Ternyata mereka sudah tidur dari tadi," gumam Sasuke. Namun saat Sasuke hendak masuk lebih dalam ke kamar itu, ia mengurungkan niatnya begitu melihat pakaian yang berserakan di lantai. Membuatnya segera memutar dan menutup kembali pintu kamar itu.

"Kalau begini terus, bisa-bisa aku tidur di sofa setiap hari. Haah.." Sasuke berjalan menuju ruang tengah lagi. Mau tidak mau ia mengalah untuk tidur di sofa malam ini.


TBC

Huaa apa-apaan saya ini? Kenapa mentelantarkan fic ini? Sehari cuma ngetik beberapa baris dah gitu ditinggal buat ngerjain fic lain, m(_)m

Chapter kali ini SasuNaru-nya lumayan banyak juga di banding yang kemaren #dislaped.

Oh ya sekalian mau minta maaf untuk lemonnya yang gak asem! Huaa.. gomenasai~ #kabur

Yup, sesuai prinsip saya, "Fic yang paling banyak reviewnya itulah yang saya update duluan", so.. langsung review aja, nee? ^_^v