Chapter 1

Fic nie pesanan nya mba Puput. Mi-chan lagi pengen nangis, makanya crita mba Puput yang mulanya Ceria humor, malah saya ganti Hurt/Comfort. Heheh… gomen ya mba !

Buat ubun-ubun ku tersayang. Maaf lemon nya Kuroshitsuji blm tuntas, gr" aq mndengrkan bisikan setan, supaya bikin nie fic. Hehe… gomen sekali buat bundha ('Tak akan kumaafkan ! Kukutuk kau jadi batu !) Ampun bundhaaaa…!

Readers: "Kayanya tu orng dah jd batu sempurna deh, (lingkaran sempurna kalee) dari pd kt nungguin Author yg lagi d kutuk ampe kutukkan nya ngilang, lebih baik, segera kita buka tirainya !.

Disclaimer : Abang Masashi Kishi-chan…(di chidori, rasengan dll)

Rate : T, ajah entar d mrhin mba puput lg bikin lemon sembarangan.

Parings : SasuXfemNaru, ItaXDeiFem da tokoh lain juga ntar.

A/N : Aq tak tahan lagi… langsung aja yah critanya. (readers;

Shapa juga nyuruh elo basa-basi ?)

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Humor.

Warning : OOC ! OC ! Abal, menjijikkan, bikin lu pd nangis ntar

Bg yang tdk berminat pd fic nie, slhkan, Go Away !

Yang pengen baca… silahkan monggo mba, mas…

Don't Like ? Don't read !

If you like ? Let's read and review this story !

Meet Her. She's Make me Loving Her

Sasuke bersama tiga orang teman satu sekolahnya berjalan bak seorang atau sekumpulan artis di koridor sekolah. Ya, mereka memang artis. Artis sekolah maksudnya.

"Kyaaaa…Sasukeeee…!" teriak seorang gadis berambut merah marun. Namanya Karin. Salah satu dari perkumpulan Sasuke FG. Asal tahu saja, tidak sedikit orang yang menjadi Fans Girl Sasuke. 70% anak perempuan yang ada di sekolah itu menjadi fans nya.

10 % di ambil oleh Sai, orangnya ramah suka tersenyum, ia salah satu pelukis Internasional, cukup hebat di usianya yang masih bisa di bilang muda.

10% nya lagi oleh Neji. Pewaris dari keluarga Hyuuga. Meskipun ia sama seperti Sasuke. Sifatnya masih lebih baik dari pada teman akrabnya itu. Biasanya ia sangat pendiam apabila mereka berempat berada di tempat ramai. Tapi, jika sudah di tempat sepi, ia akan mengeluarkan sifat aslinya.

10% yang terakhir untuk si jenius dari keluarga Nara. Nara Shikamaru. Prinsipnya selama ini adalah 'Mendokusei', ia pernah memperoleh sertifikat dari PBB saking cerdasnya. Otaknya itu ber-IQ lebih dari 250. Sungguh hebat.

Sasuke menatap malas orang-orang yang ada di kanan kirinya. Kalau ia menjadi Shikamaru. Ia akan mengucapkan kata-kata 'Mendokusei' berkali-kali. Seluruh siswa dan siswi meneriaki nama mereka berempat. Teriakan itu berhenti saat mereka sampai di kelas nya masing-masing.

Sasuke sekelas dengan Shikamaru. Sedangkan Neji dengan Sai berada di kelas seberang mereka. Sasuke dan Shikamaru lebih memilih duduk di kursi kedua paling ujung. Dengan duduk di sana mereka berdua akan lebih leluasa untuk berbicara maupun mendengarkan I-pod atau yang lainnya. Begitu sampai di tempat duduknya Shikamaru langsung mengeluh mendokusei berkali-kali.

"Sampai kapan kau akan terus begitu?" tanya Sasuke, lalu duduk di kursinya.

"Sampai aku puas." Jawabnya. "Mendokusei."

Sasuke menghela nafasnya. Ia pejamkan matanya. Mencoba untuk tidur. Tapi sebuah suara nan 'lembut' langsung membangun kannya dari sana.

"Selamat pagi !" sapa seorang gadis manis dari ambang pintu.

Gadis itu langsung menuju kursinya. Menghampiri tiga teman nya yang sudah datang, sejak tadi.

"Pagi Naruto." Balas seorang gadis berambut pink sebahu. Haruno Sakura.

"Ah, pagi Naru-chan." Balas gadis berambut panjang dengan mata berwarna indigo. Hyuuga Hinata, adik dari Hyuuga Neji.

"Hei, Naruto !" panggil gadis yang ketiga. Yamanaka Ino.

"Oh ya, apa kalian sudah mengerjakan PR Sejarah ?" tanya nya langsung to the point.

Ketiga temannya itu mengangguk serempak. Salah seorangnya mengangkat tangan.

"Kau belum mengerjakannya, Naruto ?"

Gadis berambut blondie sepunggung itu langsung meng- geleng cepat, lalu nyengir lebar.

"Sudah." Jawabnya pendek. "Aku minta di ajari sama Nee-chan ku."

Sakura mennghela nafas lega.

"Baguslah. Jadi, kami tidak usah memberikan jawaban kami padamu, baka Naruto."

"Hehe…" cengiran lima jari yang mampu membuat beruang kutub merinding ketakutan, terpampang jelas di wajahnya.

Gadis bermata biru sapphire melirik ke arah, seorang pemuda yang masih melirik nya tajam. Naruto beranjak dari kursinya lalu menghampiri Uchiha bungsu rivalnya itu.

"Oh ya, Sasuke-kun…" ia duduk di atas meja Sasuke. "Kenapa hanya kau yang tidak membalas sapaan ku ?" tanya nya dengan nada menggoda.

Sasuke sweetdropped. "Kenapa kau jadi berlagak seperti itu, baka dobe ?" tanya Sasuke sambil menatap ngeri, gadis yang ada di depannya.

"Huh, dasar baka, TEME !" balas gadis itu kesal. Sekejap posisi duduk mereka berubah, menjadi berdiri.

"Siapa yang bodoh ? Kau yang bodoh, DOBE !" Sasuke tak mau kalah.

"TEME JELEK ! PANTAT AYAM !"

"JERUK BAKA !"

"LOSER !"

"BITCH !"

"ENAK SAJA, AKU BUKAN PELACUR ! BULLSHIT !"

"LALU APA ? MIDGET !"

"HUUHHH…!" Naruto berbalik ke kursinya karena ia sudah kehabisan kata-kata untuk membalas ejekan Temenya itu. Begitu ia sampai di mejanya. Naruto berbalik.

"Watashi wa, supōtsu no heya ni anata no tame ni temu warui matte! Niwatori no o shiri! Sasuke-kyappu o shiri - iki makuru !" teriak Naruto kesal.

"Yoi! NARUTO bēsubaka! Watashi-tachi wa, basukettobōru o kisou! Izure ka 1tsu!" balas Sasuke sambil melemparkan deathglare nya.

Saat Naruto ingin membalas perkataan Sasuke. Tiba-tiba, dari depan kelas sudah berdiri seorang pria berambut merah marun. Di dahinya bertuliskan 'ai', dan ada lingkaran hitam tipis di matanya.

"Ada apa ini ?" tanya nya seraya menerobos adik kelasnya yang berkerubung seperti semut.

"Tidak ada apa-apa Gaara-senpai." Elak Naruto. Ia masih melototi Sasuke yang sudah duduk tenang di kursinya. Sakura datang menghampiri sahabat pirang terangnya itu. Kemudian menepuk bahu Naruto lembut.

"Salah besar kau Naruto, mengajak Sasuke-kun bertanding basket. Dia itu leader tim basket putra. Ace nya mereka !" tegur Sakura khawatir.

"Dan aku leader tim basket putri. Kau tak usah takut Sakura-chan. Aku pasti bisa mengalahkannya !" Naruto menenangkan Sakura yang hanya bisa menatap khawatir sahabatnya yang kelewat hyperaktif itu.

"Naru-chan." Panggil seseorang di belakang nya. Dan dapat di ketahui, dialah senpai mereka. Sabaku no Gaara.

Naruto menoleh, lalu mengeluarkan senyuman manis nya, yang hanya akan di keluarkannya untuk orang-orang yang ia sayangi. Termasuk senpai nya ini.

"Ya, Senpai ?" sahut Naruto lembut. Sasuke cengo mendengar perkataan Naruto yang begitu lembut. Sangat berbeda dari yang tadi.

"Akh, emm… kau di panggil Kurenai-Sensei." Jawab Gaara, di temani dengan rona merah di kedua pipinya.

"Benarkah ?" tanya Naruto tak percaya. "Baiklah. Aku akan segera ke tempat Kurenai-sensei. Terima kasih Gaara-senpai."

Sebelum Naruto pergi menemui guru matematika nya itu. Terlebih dahulu ia mencium pipi Gaara lembut, sebagai tanda terima kasih, lalu pergi meninggalkan senpai nya itu dalam keadaan pipi merah merona. Seluruh kelas cengo melihat aksi ke- terus terangan Naruto. Termasuk sang rival Uchiha Sasuke. Tanpa ia sendiri tahu, sepertinya ia cemburu akan perlakuan Naruto yang berbeda. Namun, segera di tepisnya rasa itu. Menyangkal semua perkataan hatinya, yang memojokkan dirinya.

"Uwaahhh…Gaara, sepertinya kau di terima, ya ?" goda seorang wanita yang berambut hitam pendek. Anko Mitarashi.

Gaara sadar dari lamunannya. "Apa-apaan kau Anko ?" elak Gaara, dengan wajah merah. "Lagipula, aku dan Naru-chan kan sudah jadian."

Seluruh kelas cengo lagi, dari pernyataan cinta Gaara. Err… atau pengakuan.

"Ja-jadi be-benar, ka-kalau Gaara-Senpai pacaran dengan Naruto ?" tanya Ino tak percaya.

"Hmm…seratus persen benar." Jawab Gaara dengan tenang. Rona merah dan rasa malunya hilang dalam sekejap.

"Astaga, Gaara. Sepertinya kau harus di periksa ke dokter. Semua fansgirl mu yang menembak mu tepar semua di tolak. Sedangkan Naruto sama sekali bukan fansgirl mu. Atau…" perkataan Anko terputus.

"Aku yang menembaknya duluan." Sahut Gaara santai. "Lagi pula dia juga punya perasaan yang sama denganku."

Gaara, kemudian ia berjalan santai ke arah pintu, di ikuti dengan Anko yang ada di belakangnya. Sasuke terlihat seperti habis mengalami syok kecelakaan. Sakura menghampirinya.

"Sasuke…" panggilnya lembut, membuat pria itu tersentak kaget dan menghela nafas.

"Kau tidak apa-apa ?" tanya nya khawatir. Sasuke memalingkan wajahnya ke samping. "Kau terlihat…"

"Aku tak apa. Jangan berlebihan padaku seperti itu Sakura. Mentang-mentang kau pacarku." Jawab Sasuke memotong perkataan Sakura.

"Hehe... maaf Sasuke, aku terlalu khawatir padamu. Aku takut kau akan berpindah hati dariku." Ujarnya sambil tersenyum, atau lebih tepatnya cengiran.

"Hn…"

"Tadi kau benar-benar menerima tantangan Naruto ?" tanya Sakura lagi. Sasuke hanya mengangguk.

"Serius ?"

"Tidak. Sudahlah, jangan banyak tanya lagi Sakura. Aku tidak ingin membicarakan sesuatu tentang Dobe bodoh itu. Minggirlah, aku ingin keluar." Ujarnya dingin, lalu berjalan melewati Sakura yang masih berdiri memperhatika gerak-gerik Sasuke. Namanya juga pacar.

"Kurenai sensei…" panggil Naruto lembut. Orang yang di panggil menoleh.

"Ouh, kau Naruto. Ada yang ingin aku bicarakan, padamu, ini tentang penyakitmu."

Naruto tersentak. "Pe-penyakitku ? Memangnya kenapa dengan penyakitku, sensei ?" tanya nya sedikit agak panik.

Kurenai menghela nafas. "Kakakmu memberitahuku, kalau kau akhir-akhir ini sering mimisan. Apa itu benar ?"

Naruto menunduk lesu. "Iya, sensei." Jawabnya. "Kumohon, jangan beritahu yang lainnya. Mereka semua pasti akan panik, dan mengekangku seperti apa yang di lakukan Dei-nee."

"Aku berjanji, tidak akan memberitahu teman-teman mu." Naruto tersenyum. "Tapi, ada syaratnya."

"Apa itu Sensei ?"

"Semua kegiatanmu di sekolah, harus di hentikan."

Mata sapphirenya membulat, tidak percaya. Setetes air mata turun dari pelupuk matanya.

"I-itu tidak mungkin sensei." Elak nya.

Kurenai menggeleng. "Terserah apa katamu Naruto. Yang pasti kau harus banyak beristirahat, dan menghindar dari segala kegiatan yang membebani pikiran dan tubuhmu. Atau penyakit mu itu kambuh dan kau tidak akan sehat seperti sedia kala."

Kata-kata Kurenai begitu menusuk di hatinya. Ia harus berhenti sampai di sini. Itu tidak mungkin. Ia begitu mencintai basket. Ekskul kesukaannya. Olahraga yang mampu menaikan derajat nya di kalangan para murid. Tanpa ada olahraga itu, ia hanya akan menjadi bahan ejekan dan kebencian. Dengan basketlah ia bisa mendapatkan teman. Sakura, Hinata, Ino, dan ia juga mendapatkan kekasih, Gaara. Tapi, walaupun ia membenci Sasuke sebagai rival, ada kalanya kebencian itu menjadi rasa suka. Tunggu, apa yang ia pikirkan. Rasa bencinya berubah menjadi rasa suka. Itu, tidak mungkin.

"Naruto…" panggil Kurenai, membuat gadis berkuncir dua itu bangun dari lamunannya.

"Ya, sensei ?"

"Aku tahu perasaan mu Naruto. Aku akan memberimu kesempatan. Aku dengar dari Gai, kalau tim mu sebentar lagi akan mengikuti Olimpiade Basket se-Jepang, begitu juga dengan tim Sasuke, kan ?" Naruto mengangguk.

"Kau boleh melanjutkan Olahraga kesukaanmu itu, sampai lomba itu di laksanakan. Itu berarti kau masih bisa melanjutkannya hingga saat itu tiba." Jelas Kurenai lalu tersenyum, melihat mata Naruto yang membulat, lagi.

"Apa benar sensei ?" tanya nya tidak percaya. "Apa aku boleh mengikuti perlombaan itu ?"

Kurenai mengangguk. "Asal kau harus banyak istirahat dan tidak memaksakan kehendak. Ketahuilah, aku, Kakashi, Iruka, dan Tsunade, sangat mengkhawatirkan mu."

"Terima kasih banyak sensei. Katakan pada Kakashi sensei dan yang lainnya, aku sangat berterima kasih.

"Hmm… sudahlah, pembicaraan kita sampai di sini dulu. Sebentar lagi istirahat." Ujar Kurenai yang langsung berbalik, lalu masuk ke ruangannya. Naruto hanya bisa menatap punggung yang mulai menjauh itu dengan tatapan senang.

"Naruto…" panggil seseorang di belakang nya. Membuat gadis berambut pirang panjang itu menoleh, dan mendapati Gaara yang tadi memanggilnya.

"Ah, senpai ternyata. Mengagetkan ku saja." Balasnya sambil tersenyum.

"Bicara apa tadi dengan Kurenai sensei ?" tanya nya, sambil melirik ke arah pintu Kurenai masuk tadi. "Serius sekali."

Naruto terkekeh pelan. "Rahasia." Jawabnya iseng, lalu berjalan santai melewati Gaara yang ada di depannya.

"Ah, aku tahu." Tebak Gaara. "Nilai ujian matematika mu jelek lagi ya ?"

Naruto ber menggembungkan kedua pipinya. "Enak saja ! Ujian matematika ku masih lebih bagus dari nilai ujianmu, Gaara !" bentak Naruto kesal.

"Benarkah ?" goda Gaara, membuat gadis berambut pirang itu menghentakkan kakinya marah. Kemudian pergi. Gaara hanya melihat punggung kekasihnya yang mulai menjauh itu. Tersenyum, atau mungkin menyeringai lebih tepatnya.

'Kau harus berhenti dari semua kegiatan itu, Naruto…' perkataan Kurenai sensei tadi, terngiang di telinga nya. Matanya menerawang jauh ke arah langit.

Sekarang ia sedang berada di atas atap. Tempat kesukaannya. Juga tempat kesukaan murid-murid di Konoha High School.

Matanya yang berwarna biru sapphire itu, mendapati seorang pria berambut merah marun di sebelah ia duduk. Gaara.

"Merenung ?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan mata dari langit yang cerah.

"Hn…" jawabnya acuh. Gaara menoleh ke arah kekasihnya itu.

"Jangan seperti si Uchiha itu, Naruto." Tegur Gaara perhatian. Naruto berpaling ke arah Gaara.

"Aku tidak mau jadi seperti SasukeCaPantatAyam, itu !" balas Naruto sambil berkacak pinggang.

"Haha… kau mengejeknya seperti itu ?" Naruto mengangguk. "Kalau aku tidak salah, saat kau bertengkar dengan nya tadi, kau menyebutnya 'Teme', ya ?"

"Siapa suruh dia menyebutku dengan 'Dobe' ?" Naruto tak mau kalah. "Aku kan tidak sebegitu nya."

Naruto cemberut. Gadis Namikaze itu menggembungkan pipinya kesal. Gaara tertawa melihatnya.

"Kenapa ?" tanya Naruto mulai naik darah.

"Hah… tidak apa-apa." Elak Gaara. Naruto mulai tenang. "Oh ya, aku dengar gosip kalau temanmu yang berambut pink itu, sekarang pacaran dengan si Uchiha bungsu itu, ya ?" tanya Gaara.

"Maksudmu Sakura ?" tanya Naruto memastikan, di jawab oleh anggukan Gaara. "Iya, mereka sudah resmi pacaran. Baru beberapa minggu yang lalu, kok. Tenang saja, kau tak perlu cemas aku di rebut oleh si Teme Jelek, itu kok Gaara sayang…" ucapnya sambil memeluk lengan Gaara manja.

"Jadi, kau kira aku khawatir kau di rebut oleh Uchiha itu ?" tanya Gaara, memanas-manasi kekasihnya.

"Tentu saja !" Naruto bersemangat. "Mana ada pacar yang rela, pacarnya di rebut orang lain. Dasar kau Gaara !" Naruto menjitak pelan kepala Gaara yang lebih tua setahun darinya.

"Iya, iya, kau benar." Gaara tersenyum. "Sekarang dan seterusnya kau milikku."

Wajahnya mendekat ke arah wajah Naruto yang bersemu merah. Naruto memejamkan matanya. Membiarkan bibir kekasihnya yang lembut, manyapu bibirnya. Mereka berciuman. Tangan kiri Gaara menekan pelan kepala Naruto. Memperdalam ciuman mereka. Sedangkan tangan yang sebelah kanan menopang tubuhnya di lantai.

Kedua sejoli yang sedang berciuman itu tak sadar bahwa ada orang yang mengintip mereka. Tiga orang gadis remaja yang satu kelas dengan Gaara. Di antaranya adalah, Konan, Tayuya, dan satu orang lagi Yugito (perempuan). Terdengar geraman pelan, dari seseorang di antara mereka bertiga. Konan.

"Arrgghh…!" geramnya, tangan nya terkepal.

"Sudahlah… jangan di ambil hati. Mereka kan sudah pacaran, lagipula, tak cuma Gaara saja kok, cowok yang tampan. Di dunia ini masih banyak laki-laki yang lebih tampan darinya." Ujar seorang gadis berambut pink panjang. Tayuya.

"Tapi, orang yang ku sukai cuma Gaara. Seluruh hatiku hanya untuknya !"

"Pelankan sedikit suaramu, bodoh !" timpal seorang lagi. Yugito. "Nanti mereka dengar !"

Konan kembali memperhatikan Gaara dan Naruto yang telah selesai berciuman. Mereka tertawa renyah dengan wajah yang memerah seperti buah apel.

Tangan gadis itu kembali terkepal. Kedua temannya hanya menatapnya aneh.

"Awas saja kau Namikaze !" geram gadis itu kesal. "Akan ku rebut Gaara darimu !"

"Bagaimana caranya ?" tanya Yugito tanpa mengalihkan pandangan mtanya.

"Kalian akan lihat nanti…" jawab Konan. "Yang pasti, aku butuh bantuan kalian berdua.

"Hah ?" kata kedua orang itu serempak.

Teng… teng… teng…

Suara bel tanda istirahat berbunyi. Ketiga gadis yang sedang mengintip itu langsung pergi bersembunyi, sebelum dua sejoli itu mengetahui bahwa ada orang yang mengintip saat sedang bermesraan.

Naruto dan Gaara pun keluar. Masih dengan wajah yang memerah. Tapi, tiba-tiba Naruto berhenti di ambang pintu. Gaara yang berjalan di depan sontak menghentikan langkahnya.

"Ada apa ?" tanya Gaara santai.

Naruto berpikir. "Rasanya ada yang lupa." Ucapnya. Dengan penuh penghayatan, ia pukul kening nya dengan telapak tangan.

"Uwaahh… aku lupa, kalau begitu bel istirahat aku harus langsung ke Gedung Olahraga !"

"Oh ya, maaf ya Gaara, aku tak bisa menemanimu makan siang di kantin. Aku harus bertanding dengan Sasuke. Sudah ya ! Jaa !"

Gaara hanya cengo melihat tingkah laku pacarnya, yang bicara cepat sekali. Matanya mengerjap-ngerjap bingung, sedangkan Naruto, sudah pergi sejak tadi. Pemuda bermata hijau zamrud itu hanya tersenyum, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Heh, Dobe !" panggil seorang pemuda berambut biru emo. "Kanapa lambat sekali ?"

Naruto mendecih kesal, lalu memeletkan lidahnya.

"Bwee… bukan urusan mu tahu !"

Sasuke tidak membalas perkataan Naruto, dan lebih memilih mengikat tali sepatu olahraganya. Di lirik nya gadis Namikaze itu, yang sedang melakukan pemanasan. Sebuah seringaian muncul di bibir tipisnya. Hal itu terhenti oleh tepukan seseorang di bahunya. Di toleh nya, tenyata adalah Sakura, yang belum lama ini menjadi pacarnya. Wajahnya kembali menjadi stoic.

"Sasuke," panggil gadis itu lembut. Ia tersenyum. "semoga berhasil…"

Sasuke kembali melanjutkan kegiatannya.

"Hn," balasnya acuh. Senyuman di bibirnya menghilang, yang tinggal hanyalah senyuman miris di wajah cantiknya, dan Naruto melihat semua itu.

"Hei, Sakura kan pacarmu ? Kenapa sikapmu jadi seperti itu ?" protes Naruto. Sasuke berdiri lalu berjalan melewati Naruto dengan santainya, tidak menggubris protesan gadis lawan mainnya itu, membuat Naruto jadi naik darah.

"Heh, Teme ! Jangan sok begitu, bisa tidak sih ?"

Lagi-lagi Sasuke tak menghiraukannya. "Lebih baik kau cepat bersiap Dobe, bersiap untuk kalah dariku."

Gadis bermata sapphire, menggeram marah. "Uuuhhh,aku tak akan kalah darimu ! Lagipula nama ku itu bukan Dobe ! Tapi, Na-ru-to !" Sasuke hanya menutup kedua telinganya dengan telunjuk.

"Bla, bla, bla, cepatlah Dobe !"

"Arrgghh… !"

Naruto berjalan menghentakkan kakinya ke tengah arena. Rambutnya di ikat satu ke belakang. Seragam basket kedua murid sekolah KHS itu sangat kontras. Naruto memakai kaos putih berlengan pendek sebagai dalaman seragam basketnya yang berwarna oranye tua dan hitam itu. Sedangkan Sasuke, pemuda itu memakai kaos basket berwarna biru tua dan hitam. Di tatap nya Naruto dengan tatapan yang paling gadis Namikaze itu benci. Mengejeknya.

"Baiklah, di sebelah kanan saya, sudah ada leader tim basket putri, Namikaze Naruto."

Sorak sorai tim inti basket putri terdengar, dan di iringi pula dengan sorakkan merendahkan tim inti basket putra. Mereka semua mengelukan kedua nama leader mereka.

"Dan di sebelah kiri saya, leader tim basket putra, Uchiha Sasuke !"

Senyuman mengejek mencuat di rajah stoicnya. Entah kenapa ia lebih suka tersenyum seperti itu dengan Naruto, ketimbang Sakura yang berstatus sebagai kekasihnya saat ini. Naruto sama sekali tidak memusingkan hal itu. Ia lebih memilih untuk berkonsentrasi menyusun rencana penyerangan. Wajahnya berubah menjadi sangat serius. Dan Sasuke menyadarinya. Menurut Sasuke, Naruto adalah orang yang cukup sulit untuk di kalahkan. Mana mungkin tim basket putri memilihnya sebagai leader mereka, kalau bukan karena kehebatan dan powernya yang melebihi remaja perempuan biasa. Walaupun ia sering mendapat nilai pas-pasa'an saat pelajaran motorik, tapi ia juga punya keahlian khusus di bidang olahraga, salah satunya basket.

Kini suara peluit tanda pertandingan sudah dimulai berbunyi. Secepat kilat Naruto merebut bola basket itu dari tangan si Wasit, yang merupakan teman sekelas mereka, Shikamaru.

Dug… dug… dug…

Priittt… !

Babak pertama di menangkan oleh Naruto, dengan total skor yang di dapat 1-0. Sasuke berdecih kesal, sedang kan lawan mainnya kini tengah tersenyum penuh kemenangan.

Dug… dug… dug…

Priittt… !

Babak kedua di menangkan oleh Sasuke, jadi hasil kedua nya seri, 1-1.

Begitu pula dengan pertandingan babak selanjutnya. Pertarungan antar dua leader yang hebat-hebat itu berlangsung dengan sangat sengit. Kadang yang menang Naruto, kadang juga Sasuke. Skor mereka seperti bermain kejar-kejaran. Tapi sayang nya begitu sampai di babak akhir, bel pelajaran ketiga sudah di mulai. Mereka semua tidak sadar kalau pertandingan kali ini berlangsung dengan sangat lama. Akhirnya, Shikamaru selaku wasit mengakhiri pertandingan sengit itu. Naruto menatap tajam ke arah Sasuke, begitu pula dengan pemuda bermata onyx itu. Mereka berdua terus-menerus memberikan deathglare paling mutakhir, ke satu sama lain.

"Dengan ini, hasil kalian berdua seri. Karna waktu yang di tetapkan sudah habis, maka dari itu pertandingan kali ini, kita cukupkan dulu sampai sini. Mengerti ?" mereka berdua mengangguk, mengerti. "Kalau begitu, silahkan berganti pakaian."

Naruto menyambar botol minuman nya yang ada di kursi anggota. Begitu pula dengan Sasuke. Suasana di gedung olahraga itu mendadak sepi. Atau mereka yang lupa.

"Hah, ternyata kau hebat juga Teme !" puji Naruto, yang kemudian duduk di lantai gedung yang dingin.

Sasuke masih sibuk mengelap keringatnya dengan handuk putih yang ia bawa. "Tentu saja. Oh ya, ternyata kau juga hebat ya, Dobe…" entah apa maksud Sasuke, yang pasti itu mengundang kemarahan gadis Namikaze ini.

"Terserahlah, kau mau memanggil ku Dobe, atau apa. Yang pasti yang kau katakan ada benarnya."

Sasuke cengo. "Hah ?"

"Aku memang bodoh, ceroboh, yang aku akui itu semua. Toh, sebentar lagi aku tak akan berada di dunia ini lagi."

"Aku tak mengerti maksudmu, Dobe."

"Tak usah mengerti juga tidak apa-apa. Ah Sasuke, sudah dulu ya!"

Sasuke hanya bisa menatap punggung lansing itu dari kejauhan. Di lihatnya di ambang pintu, berdiri seorang pemuda berambut merah marun sedang melambaikan tangannya pada Naruto. Sedangkan si gadis hanya tersenyum senang dan membalas lambaian tangan kekasihnya. Sasuke menatap nya dengan perasaan sedikit kurang tidak senang. Atau malah, sangat tidak senang. Ia menggeram pelan. Mengepalkan kedua tangannya. Di kejauhan, telihat seorang gadis berambut merah muda sedang berlari kecil menuju Sasuke.

"Sasuke !" panggilnya riang.

"Hn…"

"Hei, kau tau tidak ?"

"Tidak."

"Tunggu dulu dong, jangan main kabur saja. Dasar Sasuke."

"Sampai jumpa !" lambai Naruto ke arah Gaara.

"Daah !" balas Gaara, kemudian ia injak gas mobil nya dan pergi dari hadapan sang kekasih.

Gadis itu berjalan santai, sambil tersenyum senang. Di bukanya pintu rumah keluarga Namikaze.

"Tadaima !" serunya sambil melempar tas dan sepatunya ke sembarang arah.

"Naruto !" teriak seseorang dari arah dapur. "Kalau sudah pulang, cepat bersihkan rumah, dan makan malam."

"Iih, nee-chan ini !" sungutnya kesal. "Bukannya di sambut atau apa, malah di marahi !"

Sesosok kepala berambut kuning seperti Naruto muncul dari balik dinding, yang menghalangi dapur dan ruang tengah, sambil mengacung-acung kan spatula.

"Jangan cerewet !" omelnya, marah. "Cepat ganti pakaian mu, dan bantu aku membersihkan rumah yang berantakan ini. Dan ingat, sebelum kau ke kamar, taruh sepatu dan tas mu itu di tempat yang seharusnya !"

"Cih, lama-lama, kau tambah cerewet saja, Dei !"

"Memangnya kenapa ? Mau protes, Hah ?" tantang Deidara, lalu kembali melanjutkan pekerjaan memasaknya.

"Iya, aku mengerti. Sebentar lagi kau mau di jemput sama, Itachi-nii kan ?"

"Hah, terserahlah ! Yang penting, rumah ini bisa di bersihkan secepatnya."

"Hahaha…" tawa Naruto mengejek. Deidara melongokkan kepalanya lagi. Kali ini wajahnya tambah seram.

"Hahaha…" ulangnya kesal. "Apanya yang lucu ?"

"Tidak ada. Ya sudah, aku ke atas dulu, ya nee-chan !" lambainya, lalu menghilang pergi, ke kamarnya di lantai dua. Di bawah, Deidara, berteriak-teriak kesal, karna, tas dan sepatu adiknya belum di rapikan. Sebaliknya di atas malah tertawa mengejek.

"Awas kau, Naruto !" pekik nya marah.

"Hahaha…!" tawanya nyaring. "Ingat lho, nee-chan. Dilarang berteriak-teriak di rumah, nanti tetangga sebelah marah."

"Jangan mengejek ku, bodoh !"

"Siapa juga yang mengejekmu, Onee-chan ?"

Blaam… !

"Hahaha…!" tawanya geli. Kalau di pikir-pikir, apa nya yang lucu ?

Teriakkan Deidara masih terdengar sampai kamarnya. Tapi, beberapa saat kemudian, suara itu tak lagi terdengar, yang ada hanya gerutuan sang Namikaze sulung.

Naruto mengambil handuk putih yang ada di gantung handuk, di sebelah kamar mandi, lalu masuk ke dalam nya.

Kamar yang sederhana. Satu tempat tidur, yang cukup untuk dua orang. Satu meja belajar, dengan buku-buku nya yang di susun rapi di atas meja. Satu lemari pakaian, dengan dua pintu. Meja rias, yang memuat beberapa alat komestik, seperti ; Lotion, bedak, deodoran, parfum (yang biasa di pakai dan untuk jalan-jalan), pembersih wajah, lipgloos rasa milkshake coklat, sisir, gunting kuku, satu kotak accecoris (jepit rambut, ikat rambut, gelang, kalung, anting, pita, dll) dan lain-lain.

Seprai ranjang yang berwarna biru langit, dengan gambar awan putih, tidak lupa boneka pemberian siapa saja, dan pembeliannya.

Krieeet…

Muncul seorang gadis berambut pirang panjang sepunggung, dengan handuk melilit di tubuhnya. Rambutnya basah terkena air shower. Harum bunga lavender, menguar dari tubuhnya yang baru saja mandi.

Walaupun tertutup oleh balutan handuk, terlihat jelas lekuk tubuhnya yang sempurna. Dada yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil. Punggung yang tegap. Perut langsing. Bokong yang sedang, tidak terlalu kecil. Bentuk kaki jenjang yang putih kecoklatan. Lehernya yang menggoda. Mana ada pria yang tidak mau jadi pacarnya. Termasuk, seorang Uchiha Sasuke, yang terkenal, angkuh, dan dingin, nyata-nyata ia suka pada perempuan ini. Mengalahkan kecantikan seorang Haruno Sakura, menurutnya.

Gadis pirang itu membuka lemarinya, dan mulai memilih beberapa pakaian untuk ia pakai (di rumah aja, kok repot toh, mba). Akhirnya ia memilih untuk memakai, rok jeans selutut, dan atasannya kaos putih dengan tulisan, 'I'm a Girl !'.

Sebelum ia turun ke bawah, di ikatnya dulu, rambutnya yang panjang sepunggung, dengan ikat ekor kuda. Selesai lah sudah, tinggal turun ke bawah dan mengerjakan, semua yang di suruh oleh kakaknya.

"Hei, nee-chan !" panggil Naruto. "Setelah ini, apalagi ?" tanya nya, setelah, selesai menyapu dan mengepel lantai.

"Emm… apalagi, ya ?" tanya Deidara pada dirinya sendiri. "Semuanya, sudah kau selesaikan, bukan ?"

Naruto mengangguk malas. "Iya, lalu apalagi ?"

"Tidak ada. Semuanya kan sudah beres, sekarang kau bersiap-siap dulu sana !" suruh Deidara, lalu berbalik menuju kamarnya.

"Hah ? Siap-siap untuk apa ?" tanya nya bingung.

"Sebentar lagi kau juga akan tau."

"Hei, aku tak mengerti ! Apa maks,"

Teng… Nong…

"Wah, lebih cepat dari dugaan ku rupanya. Hei, Naruto ! Bukakan pintunya, dan katakan kalau aku sedang bersiap !" Deidara naik ke atas dan masuk ke kamarnya.

"Hei, Baka Onee-chan !" panggil Naruto kesal. "Jangan seenak nya menyuruh ku ya ! Dasar, merepotkan saja."

Dengan wajah amat teramat kesal, ia putar knop pintunya. Begitu ia tarik knop nya, terlihat seorang pria yang tengah tersenyum ramah, dan di belakangnya ada seorang pemuda lagi, tapi yang ini sedang cemberut.

"Eh, Itachi-nii, Sasu-Teme !" sentaknya kaget. Mata biru langitnya membulat kaget.

"Hai, Naru-chan !" sapa pria yang di depan. "Lama tidak berjumpa, ya."

"Eh, he-eh. Lama tidak berjumpa denganmu. Anu, Dei-nee nya sedang bersiap-siap, jadi tunggu sebentar."

"Hemm, baiklah. Oh ya, apa kami boleh masuk ? Cuaca malam ini, dingin sekali."

Naruto mengangguk iya. "Tentu saja. Ayo, silahkan masuk !"

Mereka bertiga pun masuk ke dalam. Naruto mempersilahkan Itachi dan Sasuke untuk duduk. Sebelum ia sempat beranjak dari sana. Seorang Sasuke, membuat keributan.

"Heh, Dobe !" panggilnya dingin. Naruto menoleh, lalu menatap sang Teme sebal.

"Apa ?" sahut Naruto malas.

"Kau itu memang perempun," jawab Sasuke sembari berdiri dari tempat duduknya. Memasukkan tangannya ke saku celana kain hitamnya.

"Hah ?" ia menoleh, menyipitkan matanya. "Apa maksudmu, Teme ?"

"Apa kau barusadar, tentang gender mu sebagai perempuan, hah?"

Naruto tambah bingung. "Hei, jangan permainkan aku !" kesalnya.

"Lihat, tulisan yang ada di bajumu itu, 'I'm a Girl'. Apa-apaan itu? Berarti, kau masih ragu kan dengan gendermu. Dasar, baka Dobe, benar-benar baka."

Empat siku, muncul di keningnya. "Uuuh, kau ini Teme ! Benar-benar menyebalkan !" geramnya kesal. "Bagaimana bisa, Sakura-chan bisa tahan denganmu ? Benar-benar menyebalkan !"

Sasuke tidak menjawab, ia hanya memasang senyum jailnya. Aku begini cuma denganmu, Dobe. Masa kau tidak mengetahuinya sama sekali, sih. Sayang kau punya orang yah, Dobe ?, pikir Sasuke, sambil terus tersenyum jail. Membuat gadis bungsu keluarga Namikaze itu, melambai-lambaikan tangannya di depan wajah sang pangeran Uchiha bungsu. Karena tidak mendapat respon sama sekali, akhirnya ia berhenti melambaikan tangannya, dan malah berseru jail.

"Telah melamun seorang Uchiha Sasuke, yang terkenal dengan tampang stoic nya. Dengan paras yang sangat memalukan. Bagaiman kah nasib para FansGirl nya yang menggunung itu ?" ucap nya mengikuti cara bicara penyiar berita.

Duaaak…

Sebuah jitakan lembut, mendarat langsung di kepala gadis periang itu. Ia mengaduh kesakitan, sambil menatap tajam pemuda stoic itu.

"Sakit tau !" sungutnya kesal, mengusap ubun-ubun kepalanya yang kena jitak.

"Siapa suruh." Balas Sasuke acuh.

"Memang benar kan ?" Sasuke memalingkan wajahnya. "Melamun, sambil tersenyum. Seperti orang strees,"

"Diamlah !" bentak Sasuke, menutup telinganya dengan jari telunjuk.

"Hahaha…!" tawa gadis itu mengejek. "Seorang Uchiha Sasuke kehabisan kata-kat,"

"NARUTO !" teriak seseorang memotong kata-katanya. Deidara turun dari tangga dengan anggunnya. Membuat Itachi ngiler, tak tertahankan.

"Eh ?" tunjuk nya bingung. "Kau mau kemana, Dei ?" tanya Naruto polos. Sebuah jitakan, kembali mendarat di ubun-ubunnya.

"Aku kan menyuruhmu untuk mengganti pakaianmu, baka !" geramnya kesal.

"Tapi, untuk apa ?" tanyanya belum mengerti. "Pakaianmu, itu seperti mau ke undangan !"

Duaak…

"Aooww, sakit Dei !" keluhnya lagi, sambil memegangi kepala nya.

"Makanya, jangan banyak tanya !" teriak Deidara tepat di telinga sang adik. "Cepat ke atas dan ganti pakaianmu !"

Tidak mau kepalanya jadi korban jitakan sang kakak. Naruto langsung berlari ke kamarnya dengan terbirit-birit. Di bawah, Deidara masih menggerutu tidak jelas.

10 menit, kemudian…

"Hei !" teriak Dei kesal. "Lama sekali kau !"

Dari dalam kamar, terdengar suara seorang gadis yang tengah tergesa-gesa.

"Sebentar, lagi aku turun !" balasnya menyahut teriakan sang kakak.

"Punya, adik kok lemot banget sih ?" tanya Dei pada diriya sendiri. Di jawab oleh helaan nafas Sasuke.

"Salahkan orang tuamu, karena sudah membuat anak yang lemot seperti itu." Jawab Sasuke malas, dalam hati ia berpikir, Orangnya lemot, kok cantik ? Ah, aku ini ada-ada saja. Cewek tomboy begitu di bilang cantik, apalagi manis. Haah… aku ini kenapa, ya ? Semenjak tau dia pacaran, rasanya ada yang sakit. Bodohnya aku ! Aku kan sudah punya Sakura ? Tapi, apa bagusnya cewek itu ? Sama sekali tidak punya daya tarik, beda dengan si Dobe ini. Eh, aku kok mikirin dia terus ? Arrgghh…! Pikiranku kacau balau !.

"Apa ini… cocok ?" tanya sebuah suara, yang benar-benar sangat feminin. Lembut dan malu-malu, membuat Sasuke menoleh cepat dan mendapati seorang gadis yang ia kenal. Namikaze Naruto.

"Aiiih… kau cantik sekali, baka !" memuji atau mengejek sih? "Tak kusangka, kau ternyata punya jiwa kewanitaan juga ya !"

Naruto melangkah kan kakinya ke anak tangga terakhir. Sungguh menawan hati. Sasuke sampai melongo di buatnya. Bagaimana tidak ? Orang yang selama ini ia kenal tomboy, berubah drastis. Dengan gaun hitam gothic yang selutut yang ia pakai. Di tambah sebuah pita hitam yang terikat di leher putih tan-nya. Anting dengan warna yang sama. Sepatu pantofel berhak, dan leging hitam tipis. Rambutnya yang pirang sepunggung di urai. Poninya yang panjang ia miringkan ke arah kanan. Di atas kepalanya terdapat sebuah bandana dengan topi kecil berpita merah. Benar-benar cantik. Perfecto !

"Apa benar begitu ?" tanya nya lagi. "Kurasa ini sedikit berlebihan."

"Sama sekali, tidak." Potong Sasuke. Membuat sang kakak terperangah dengan tingkah adiknya.

"Betul, kata Sasuke !" Dei setuju.

"Bagus, cocok dengan sifatmu, Naru-chan." Puji Itachi.

Naruto tersenyum senang. "Baiklah. Terima kasih atas pujiannya tadi, Ita-nii."

Itachi berdeham keras, mengagetkan ketiga orang yang ada di depannya.

"Jadi, kapan kita berangkatnya, Nona-nona ?" tanya Itachi sambil tersenyum menggoda. Deidara dan Naruto hanya tertawa anggun ala kuntilanak, mendengar kegombalan pacar si kakak. Sedangkan Sasuke hanya melotot pada sang kakak tercintanya,-ralat- terbencinya.

"Aku bukan Nona, baka Aniki…" geramnya kesal. Ia berbalik lalu keluar duluan, di susul oleh tiga orang yang masih tertawa renyah.

"Kencan, ya ?" ucap dua orang remaja yang sedang memperhati kan tempat sekelilingnya dengan malas.

"Yup, kencan kami !" sahut Deidara senang minta ampun. Tangan nya melingkar di lengan kekar Itachi. Sedangkan tangan satunya, sibuk menenteng tas yang tidak jelas ukuran nya berapa, karena sangat kecil.

"Lalu…" sela Naruto masih tidak percaya, dengan apa yang di lihatnya. "kenapa kami juga di ajak ?"

Sasuke mengangguk setuju. "Memangnya tidak boleh, mengajak kalian ? Maksudku, kami mau mengajak kalian bersenang-senang." Jawab Itachi sambil melempar senyum ramahnya pada seorang waiter yang sedang lewat. Alhasil, waiter itu jatuh pingsan dengan wajah baru saja melihat surga (memang mau mati?).

"Tapi, kami sudah punya pacar masing-masing !" elak Naruto. Tapi, sayang nya tidak ada yang menjawab, ataupun menyahuti protesannya. Karena, kedua sejoli yang mengajak kedua adiknya itu sudah berlalu sambil berbincang-bincang mesra.

Naruto cengo melihat kakaknya itu. Sedangkan Sasuke tenang-tenang saja. Di lepasnya jas nya itu, dan di sampirkan ke pundak nya.

"Sedang apa kau ?" tanya gadis itu tajam. Sasuke hanya menatap nya sebentar, lalu berbalik menuju pintu keluar.

"Seharusnya, kau bertanya 'mau kemana', bukan 'sedang apa', dasar Dobe." Jawab Sasuke acuh. Acuh atau acuh.

"Oh iya ya !" ucapnya. Mengundang senyum dari bibir sang pangeran stoic. Jatuh cinta. Padahal sudah tau kalau mereka masing-masing ada yang punya.

Naruto mengejar Sasuke yang berjalan keluar duluan. Begitu keluar dari tempat itu, di lirik nya Naruto di sebelah, yang sedang mengatur nafasnya, akibat dari mengejar sang Teme. Jalan nya luar biasa cepat. Zep… zep… zep… nyampe.

"Makanya, kurusin badanmu." Ucap Sasuke dingin.

Naruto menggembungkan pipinya. Seperti bola basket (gede amat, meledak juga ntar tu pipi).

"Aku ini sudah kurus, Teme !" protesnya kesal. "Kalau kau menyuruhku kurus lagi, aku ini bakal jadi apa, Teme jelek !"

Lagi-lagi Sasuke menutup telinga nya dengan kedua jari. "Bla… bla… bla…" acuhnya, mendengar sang gadis mengomel tentang hal yang berbau kurus.

"Heh Teme, kau mau aku jadi kekurangan gizi, hah ?" omelnya sambil berteriak-teriak. "Itu tak baik untuk ku yang sedang sak…-"

Perkataan gadis itu terpotong oleh kekesalahannya berbicara. Sasuke mengernyitkan keningnya, ia curiga dengan perkataan Naruto yang terpotong tadi.

"Apa tadi katamu, Dobe ?" tanya Sasuke dengan nada menyelidik.

"Ah-eh… emm… tidak ada," jawabnya panik. Gadis itu berusaha menyembunyikan rahasianya, yang selama ini, hanya di ketahui oleh kakaknya, dan guru-gurunya. Sasuke berjalan mendekati Naruto, sedangkan gadis itu berjalan mundur, dan akhirnya terpojok, karena ada sebuah mobil di belakangnya.

Tangan Sasuke menahan jalan keluar Naruto. Naruto terdesak. Tak mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya. Apalagi pada seseorang yang ia anggap sebagai rivalnya seumur hidup. Tapi, belum lama ini ia merasakan, ada sesuatu yang bergejolak, ketika ia berada di dekat Sasuke. Bukan perasaan ingin menghajar, tapi perasaan aneh yang biasa di sebut jatuh cinta. Sangat berbeda, saat ia bersama dengan Gaara. Walaupun begitu, ia tetap cinta dan setia pada Gaara. Cinta pertamanya.

"Kau tadi bilang apa, Naruto ?" tanya pemuda itu dengan tampang menyelidik nya, yang bisa membuat para FansGirl nya, jujur dengan senang hati. Terkecuali untuk gadis di depannya, yang sama sekali bukan FG pemuda itu.

"(Gleek)" gadis itu menelan ludahnya kasar. "Maksudku, diet makan itu, sama sekali tidak baik untuk aku yang mengidap penyakit Maag. Cuma itu, kok Teme." Jawabnya dengan berkeringat dingin. Begini-begini, dia bisa juga lho takut sama, leader tim basket putri.

"Benar ?" tanya Sasuke, sambil mendekatkat wajahnya ke wajah gadis itu. Naruto memejamkan matanya, dan mengangguk pelan. Beberapa detik kemudian, ia sudah bisa mencium wangi parfum maskulin nya Sasuke. Tidak terlalu menyengat, tapi bisa bikin semua FansGirl nya jatuh klepek-klepek.

"Baguslah," akhirnya wajah pemuda itu menjauh dari wajahnya yang sontak memerah dari tadi. Di bukanya perlahan matanya yang tertutup. Bisa di lihatnya wajah cemas seorang Sasuke, walaupun, hanya di lihat dari samping. Bagaimana kalau dari depan ?. Wajahnya memerah lagi.

"Kau kan tak usah mendekatkan wajahmu sedekat itu…" gumam nya pelan. "Kalau pacar kita masing-masing lihat, gimana ?"

"Biarkan saja." Sahut Sasuke acuh, ia memalingkan wajahnya, sehingga tidak terlihat oleh Naruto, wajahnya yang saat itu sampai sekarang masih memerah.

"Hei, aku kan masih mau pacaran !" protesnya. Lalu terdengar seruan seseorang di belakang mereka.

"Naruto !" panggil orang itu yang ternyata adalah Deidara.

Gadis itu berbalik dan mendapati kakaknya tengah berlari ter engah-engah.

"Kalian kemana saja ?" tanya nya khawatir.

"Di sini." Jawab Naruto sambil menunjuk ke bawah.

"Sasuke juga," tambah Deidara. "kalian kan belum makan malam. Makanan nya sudah siap di dalam. Lagian, kalian ini bikin kami khawatir saja."

"Kami malas melihat kalian bermesraan seperti itu"

Wajah Deidara memerah. "Ayolah, Itachi sudah menunggu kalian di sana."

"Malas."

"Eh, kenapa ?" tanya nya dengan wajah melongo. "Oh ya, Itachi bilang, kalau kau tidak mau ikut, ia akan melakukan *Piiip* lalu *piiip* dan *piiip* terus *piiip*, sampai kau tidak bisa bergerak." Jelas Dei lengkap. Wajah memerah Sasuke, sontak membuat Naruto tertawa terbahak-bahak. Kadang-kadang di usap nya aair mata yang ada di ekor matanya.

"Bwahahahaha…!" tawanya meledak. Berhenti akibat serangan jitakan dari sang Teme dan sang kakak.

"Kau itu perempuan, baka." Geram Deidara kesal. Muncul empat siku di dahinya.

"Berhentilah mengetawaiku seperti itu, Dobe." Kini giliran Sasuke yang marah. Naruto membungkam mulutnya. Walaupun, sebanarnya ia masih ingin tertawa.

"Hehe… maaf Teme," ucapnya sambil nyengir kuda. "tak kusangka, kau ternyata…_"

"Diam, baka !"

"Oke-oke." Naruto menengadahkan tangannya, lalu berjalan mundur menghindari kedua orang yang ada di depannya. Di depan pintu keluar, sudah menunggu Itachi yang sedang melambaikan tangannya, menyuruh mereka bertiga untuk cepat ke tempatnya.

Brugh…

"Akhirnya, bisa santai juga." Narutomelemparkan tubuhnya ke sofa terdekat.

"Heh, sudah ku bilang kau tiu kan perempuan." Tegur Deidara kesal melihat tingkah laku adiknya.

"Iya-iya aku tau," sungutnya malas. "Bisa tidak sih Dei, sehari saja kau tidak menasehatiku, seperti ini ?"

Deidara berbalik, mengibaskan rambutnya yang panjang. "Sayang nya, tidak."

Naruto mendengus kesal. Di ambilnya sebuah I-pod kecil ber-warna biru langit dengan awan nya sebagai pemanis.

"Sayonara… kitto shiawase datta, itsumo chigatsuo aru hiroyouni, omou idewwa…~~" senandungnya lembut, bulu kuduk Sasuke yang berada tidak jauh dari gadis manis itu, berdiri a.k.a merinding.

"Hei, otouto !" panggil Itachi, Sasuke menoleh. "Ayo kita pulang. Dei-chan, kami pulang dulu ya…-"

Sasuke beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan santai ke tempat Itachi berdiri. Itachi tersenyum dan melambai melambaikan tangannya, sedangkan Sasuke hanya diam sambil mengutak-atik handphone nya. Membalas e-mail dari Sakura.

To : .com

From : .

Title : Sasuke, sedang apa ?

To : .

From : .com

Title : Bukan urusanmu, Sakura.

Bukan di handphone, bukan secara langsung, tetap saja dingin. Sasuke menutup handphone nya, atau biasa di sebut ponsel.

"Dari siapa Sasuke ?" tanya Itachi, saat mereka sudah berada di dalam mobil Itachi.

"Ck, bukan urusanmu, baka Aniki." Jawab Sasuke seperti biasa.

Itachi tertawa renyah. "Sakura, ya ?"

Sasuke tidak menjawabnya. Ia malah asyik sendiri mendengarkan musik di earphone nya.

"Mungkin, seharusnya kau kami pasangkan saja dengan, Naru-chan." Kata Itachi pada dirinya sendiri. Rambut pantat ayam Sasuke, semakin menjadi hanya dengan mendengar nama, 'Dobe' nya.

"Apa maksudmu ?" tanya Sasuke ketus. Itachi mengalihkan pandangannya dari jalanan. Mengangkat sebelah alisnya.

"Kukira kau tidak mendengarkanku, otouto."

Sasuke mendengus. "Cih, bicara dengan mu se-menit, rasanya sudah seperti se-abad"

Lagi-lagi pria berambut hitam panjang itu tertawa, sedangkan Sasuke hanya mencibir mengikuti gaya bicara si kakak.

"Berhentilah, tertawa Itachi !" bentak Sasuke mulai kesal. "Tak ada yang lucu !" desis nya lagi.

Itachi membelokkan setirnya ke arah kanan. Tersenyum jahil. Ia paling suka, saat sang adik mulai cerewet. Contohnya seperti ini.

"Ehm, baiklah, aku berhenti tertawa otouto."

"Tadi apa maksudmu, pasangan, memasangkan ? Hah ?" tanya Sasuke kelit.

"Tentu saja, kau pasti akan kaget, dan marah. Aku tak akan mem- beritahukannya. Itu hanya sekedar ucapan ku belaka. Aku tidak sungguh-sungguh otouto."

"Lama-lama bicara denganmu ternyata lebih mengerikan, dari pada omelan nya si Dobe itu."

"Hahaha…"

"Ku bilang jangan tertawa !"

"(makin keras)"

"Arrgghh…!"

Dan pada akhirnya, Sasuke lebih memilih untuk bungkam seratus lima puluh ribu bahasa (banyak amat !). Memang tepat pilihan Sasuke untuk bungkam, kalau ia terus berdebat seperti ini dengan kakaknya yang mengidap penyakit 'Tertawa itu sehat', pasti tidak akan pernah selesai. Tidak ada yang mau mengalah. Kali ini pun sebenarnya, Sasuke sengaja mengalah, ia sangat lelah hanya untuk jadwal nya hari ini saja. Setelah pulang sekolah, langsung piket membersihkan kelas, masuk ekskul basket, dll. Benar-benar banyak deh, kegiatannya setelah pulang sekolah, termasuk untuk menemani sang kakak kencan.

"Pagi Senpai !"

"Pagi, Kono-kun !"

"Hei, yo, Naruto ! Pagi !"

"Yo, pagi Kiba !"

Pagi ? Setengah delapan itu masih pagi ? Mungkin bisa di bilang terlambat oleh sebagian orang. Tapi tidak untuk gadis super duper periang ini. Pagi, siang, sore, terlambat, tidak terlambat, itu sama saja. Yang penting asal masuk dan tadaa…! Berdoa agar tidak di setrap oleh Tsunade baachan.

Pagi ini, baru saja masuk sms dari sang kekasih. Gaara meminta nya agar datang ke atap sekolah, setelah selesai pelajaran kelima. Betapa senang hati gadis berambut pirang itu. Bayangkan saja, pelampiasan rasa senangnya itu di lampiaskan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Termasuk pemuda stoic satu ini, Uchiha Sasuke. Usuratonkachi.

"Apa-apaan sih kau, Dobe ?" sentak Sasuke, tak dapat di hindari, wajahnya memerah (jarang-jarang tuh).

"Apanya ?" Naruto balas bertanya, menampilkan wajah super duper imut nya. Sasuke tentu saja memalingkan wajahnya.

"Baka !" Sasuke berpura-pura merapikan bukunya. "Kau tadi jelas memelukku, dan mencium pipiku, Dobe !"

"Eh, benarkah ?" tanya nya lagi. Hampir saja Sasuke balas men-ciumnya, supaya gadis tau apa yang tadi dilakukannya. Tapi, untung saja Sasuke bisa menahan semua perkataan iblis.

"Ah, terserahlah !" ujarnya akhirnya. Sasuke mengangkat buku-buku itu lalu berjalan keluar, di ikuti oleh Naruto yang masih belum mengerti.

"Kau mau kemana, Teme ?" tanya nya polos, sambil mendongak kan wajahnya ke arah Sasuke.

"Perpus." Jawab Sasuke pendek, dan pastinya jelas.

Naruto mengangguk paham, lalu mencoba menyamakan langkah kakinya dengan Sasuke.

"Jangan mengikuti ku, Dobe." Perintah Sasuke tajam. Namun gadis bermata sapphire itu sama sekali tidak menggubrisnya.

"Ku bilang jangan mengikutiku." Ulang nya. Naruto terdiam. Berhenti melangkahkan kakinya. Matanya menerawang. Tatapan nya berubah sedih.

"Teme," panggilnya pelan. Sasuke berhenti berjalan.

"Hn ?"

"Perasaanku hari ini, tidak enak. Firasat ku buruk." Sasuke menatap gadis di sebelahnya dalam diam.

"Teme," panggilnya lagi. Sasuke tidak menjawabnya. "Kalau ada apa-apa, kau mau menolongku tidak ?"

"Hn,"

Naruto mendongakkan kepalanya. "Itu artinya 'ya' kan ?"

Sasuke mengangguk lalu kembali berjalan. Di tinggalkannya Naruto dengan mata berbinar-binar.

"Terima kasih !" serunya lalu berlari ke arah mereka tadi pergi. Dalam pikirannya, Sasuke mencoba menebak-nebak, apa yang akan terjadi setelah ini. Tak ada yang tau, kecuali, Saya sebagai Author dan Tuhan YME.

Naruto's PoV

"Ayolah, cepat selesai…" gumamku berharap. Tentu saja. Mana ada seorang wanita yang tidak mau berlama-lama untuk menepati janji nya dengan kekasihnya. Ku tatap langit biru di jendela, tempat biasa aku sedang melamun. Berharap semoga jam pelajaran Kakashi-Sensei, segera habis. Pria bermasker itu terus berkicau tentang reaksi kimia. Oh ayolah, dia kan guru kimia. Tak ada yang tidak tahu dengan namanya. Kalau kau mencarinya, tapi tidak tau namanya siapa, tanyakan saja "Apa ada di sini, seorang pria bermasker, dengan rambut silver ?" semua orang yang ada di sekolah ini pasti langsung menjawabnya, "Maksud anda, Sensei Masum itu ?". Kakashi-Sensei, benar-benar sama mesumnya dengan Jiraiya-sama. Sama-sama mesum. Sensei satu ini, selalu tidak pernah ketinggalan seri Icha-Icha Paradise terbaru, selalu di bawa kemana-mana, tidak di kelas, ruang guru, sampai ke toilet sekalipun.

Ku lirik Ino yang ada di seberang tempat duduk ku. Terlindung oleh kepala pantat ayam si Teme ini. Huh, menyebalkan. Pangeran stoic ini sebangku denganku. Arghh… menyebalkan ! Kenapa sih orang ini sangat menyebalkan ? Apa ia di lahirkan hanya untuk mengesalkan semua orang ? Termasuk aku. Haaah… biarlah, mau tak mau aku harus duduk sebangku dengannya. Ku lirik pemuda di sampingku ini. Rupanya ia sedang serius mengikuti pelajaran kimi, yang selalu ingin membuat kepalaku meledak. Menghafal satu rumus untuk semalam saja, aku sudah kejang-kejang tidak karuan.

Bergiliran ku lirik semua anak yang di kelas ini. Sakura-chan sedang sibuk mencatat, Ino sedang sibuk bergosip dengan Matsuri, dan yang lainnya sibuk dengan kegiatan nya masing-masing. Ku topangkan daguku ke tangan. Bosan.

Aku hanya bisa menghela nafas dan mendengus bosan. Si Teme itu menoleh padaku. Melemparkan deathglarenya. Cih, kau kira aku takut pada deathglare mu itu hah ?

"Apa ?" tantangku. Ia hanya diam. Haha, mungkin dia sudah mengakui kehebatanku.

"Kau ingin mencari masalah dengan Kakashi-sensei, ya ?" tanya nya.

"Apa maksudmu ?"

"Huh, dasar Dobe. Kau tidak sadar sensei dari tadi memelototi mu, hah ?"

Aku menoleh ke arah Kakashi-sensei sedari tadi. Dan tadaa… ! Ku akui kali ini, ia menguntungkan ku. Sensei mesum itu menatap ku tajam. Dan apa yang kulakukan ? Aku hanya bisa mengeluarkan cengiran khas ku, Sasuke saja sampai menggeleng-geleng kan kepalanya.

"Naruto, apa kau mau menyelesaikan soal di papan tulis ?" Kami-sama, semoga saja cepat berakhir jam pelajarannya.

"Ah, hehe… aku,"

Teng… teng…teng…

Yes, Kami-sama mendengarku. Kakashi-sensei segera menutup buku yang ia bawa-bawa, mengucapkan beberapa kalimat salam penutup, yang menurut ku tidak penting. Begitu guru berambut putih silver itu keluar, sontak semua murid bersorak riang, sedang kan aku sudah keluar menyusul Kakashi-sensei yang duluan pergi. Gaara, tunggu aku !

Normal's PoV

Naruto terus berlari menuju tempat sang kekasih tercinta menunggu (lebay). Sebelum ia keluar dari kelas, ada pesan masu, dan ternyata itu dari Gaara. Isi nya begini :

From : Gaara, Senpai

To : NaruHoney

Title : Ku tunggu di atap sekolah. Jangan terlambat !

Whit love Gaara, Senpai.

Mana ada hati cewek yang tidak berbunga-bunga ketika men-dapat pesan dari, orang tercinta sebegitunya. Gadis bungsu dari keluarga Namikaze itu, terus saja tersenyum dalam perjalanan nya ke atap sekolah, yang biasanya menjadi tempat sasaran orang berpacaran. Namanya juga enggak ada tempat tongkrongan.

Tarik nafas. Buang. Tarik nafas. Buang. Begitulah keadaannya saat ini. Jantung nya berdetak tidak terkira, berbeda dari sebelum-nya. Awalnya ia juga merasa ada yang aneh. Tidak biasa nya gadis bungsu ini nervest sebegitunya. Secercah rasa tidak enak mencuat dari balik rasa senangnya. Firasatnya buruk. Sebagian dari pikirannya, mengatakan ia harus membuka pintu itu, sedangkan sebagiannya lagi mengatakan, bahwa ia jangan pernah membuka pintu itu, atau hal yang ia takut kan selama ia berpacaran terjadi. Tapi semua kata hatinya itu ia tepiskan. Yang ada hanya lah perkataan hati nya yang pertama. Berkata, ia harus membuka pintu itu.

Ia ulurkan tangannya untuk memutar knop pintu. Perlahan, namun pasti, ia buka pintu menuju atap sekolah. Di genggam nya kuat-kuat knop pintu itu. Memejamkan matanya, lalu dengan cepat ia buka pintu itu lebar-lebar. Di bukanya matanya.

Tampak seorang pemuda berambut merah marun tengah ber-ciuman dengan seorang gadis berambut ungu gelap. Saling berpagutan mesra. Terdengar, saat itu juga, sang wanita melenguh dan mendesah hebat. Tangan kiri pemuda itu meraba paha mulus sang gadis. Membuka rok mininya. Sedangkan tangan kanannya tulus membuka kemeja putih sang gadis. Setetes air mata turun dari kelopak mata sang gadis yang melihat semua itu.

"Gaara…"

*TBC*

A/N : Tak Author sangka, ternyata ada semi rated 'M' nya juga ! tak pernah Author sangka lo neh ! Maklum ce, sya kan jga penggemar berat rated 'M'. Hohoho… Oh ya, sya lupa mengabarkan klo sya nie, author bru ! Jdi mohon bntuannya nya ya, para senpai, Kouhai, sensei, dan senior yang udah berpengalam-an. Arigatou Gozaimasu, buat smua teman Mi-chan. Buendha Dita, Unizz (Sya gag tahu nma smrannya sie Unizz), Al-al, Mitha, O'nel, mbae Puput, Fajar, All of my friend (bener gag tulisannya ?).

Bagi yang sdah memunculkan ide dan inspir buat Mi-chan, Arigatou yah ! Sua temen nya Mi-chan deh ! Temen sekelas, Fb, Plurk, de el el…

Karna, ucapan Trims nya dah slese, Mi-chan boleh gag minta Review nya ? *Puppy eyes no jutsu* Of course, smua yng bca fic nie, hrus Review lho… makanya review donkkk…!

RE

VI

EW

Review ?