Chap sebelumnya :
Brak! Terdengar seperti seseorang yang membuka pintu atap dengan kencang.
"HINATA!" teriak cowok jabrik yang melihat Sasuke dan melihatku yang sedang menangis
Teriakkan itu..
Teriakkan seseorang yang kukenal.
Naruto..
.
.
Normal POV
Dengan pandangan kaget ditatapnya mata onyx cowok yang sekarang sudah beberapa meter di depannya itu. Lalu pandangannya bergerak ke tangan kanan cowok raven itu dan melihat tangan Hinata yang digenggam kencang olehnya. Seketika kadua tangan Naruto terkepal dengan kuat saking kesalnya.
Dengan langkah perlahan Naruto berjalan mendekati mereka dan merebut Hinata dengan tangan kirinya, ia usahakan agar menarik Hinata tanpa membuat cewek itu kaget ataupun merasa sakit. Setelah itu dengan kencang Naruto langsung meninju wajah Sasuke.
BUK!
Sebenarnya Sasuke juga bisa menghindari pukulan Naruto itu, tapi ia membiarkan Naruto untuk memukulnya.
.
.
THAT'S HURT
By : Zoroute
Naruto (c) Masashi Kishimoto
Pairing : NaruHina
Genre : Friendship, Romance, Comfort, Hurt
Warning : Kuusahakan bukan OOC, cerita mudah ditebak, AU! LAST CHAPTER!
A/N : Maaf ya, bukan Sabtu yang kemaren! Itu karena ada pentas seni disekolahku dan akulah panitianya yang super sibuk!~ hehe. Makannya baru update sekarang.
semoga ini menjadi LAST FIC yang termasuk lumayan deh.^.^
Happy reading!
.
.
SEVENTH. Arigato Naruto-kun.
.
.
"Rupanya pahlawanmu sudah datang ya?" kata Sasuke dengan seringai menatap Hinata, membiarkan saja darah segar yang diciptakan oleh tonjokkan Naruto itu mengalir dari bibirnya.
Hinata tidak mau melihatnya dan menghindari pandangan Sasuke dengan bersembunyi di belakang Naruto. Tubuhnya yang sekarang gemetar dan membuatnya pelan-pelan menjadi jatuh terduduk. Ia sudah tidak tahan lagi untuk menahan beban tubuhnya setelah mengeluarkan sebegitu banyak tenaga untuk kabur dari Sasuke.
"Hinata-chan, kamu kenapa?" Naruto langsung khawatir melihat keadaan Hinata dan melupakan Sasuke untuk sementara.
Sasuke memindahkan pandangannya ke dua mata biru milik Naruto. "Lama tidak berjumpa, Naruto."
Dengan cepat Naruto langsung membalas tatapan Sasuke dengan kesal, "Sasuke..!" geramnya, "Apa yang telah kau lakukan, hah?" teriaknya.
"Aku tidak melakukan apa-apa," Sasuke menjawab sambil menghapus darahnya dengan punggung tangannya, "Aku hanya menyuruhnya untuk membuatmu gagal dipertandingan basket. Itu aja."
Mata Naruto terbelalak saking kagetnya, "A—APA? Hanya karena itu kau membuat Hinata menjadi seperti ini!"
"Hn, ada yang salah?"
BUK! Pukulan kedua mendarat di pipi Sasuke.
"YA! ITU SALAH! Sejak kapan kau menjadi bodoh?" teriak Naruto sambil menarik kerah baju kemeja Sasuke.
Saat Naruto meneriakkinya Sasuke malah tertawa. Tertawa yang sepertinya sangat senang melihat orang yang menderita. Karena amarah yang tidak tertahankan akhirnya Naruto mengayunkan kembali kepalan tangannya ke arah muka Sasuke lagi.
Tapi, sebelum tonjokkan itu mendarat, dengan cepat Sasuke langsung menepis tonjokkan dengan telapak tangan kanannya, dan mengayunkan kembali punggung tangannya agar menonjok muka Naruto dengan keras.
"KAU SENDIRI KENAPA, HAH?" balas Sasuke, kali ini dengan emosi. "Aku memang ingin menjatuhkanmu dengan cara ini, tapi tidak kusangka kau begitu gampang untuk dijatuhkan!" teriaknya sambil mencengram kerah baju Naruto dengan tatapan marah.
Hening.
Melihat tidak ada respon dari Naruto, Sasuke melepaskan cengkramannya dan menatap Naruto dengan pandangan sinis. "Rupanya ini ya si pemenang tahun lalu?" gumamnya. "Orang yang bisa mengalahkanku?" Lalu dengan tatapan meremehkannya ia tatap Hinata yang sedang terduduk dan menyender ditembok sebelah pintu.. "Hanya karena seorang cewek ?" lalu ia berlari kearah Naruto dengan kepalan tangan kanannya yang sudah siap memukul muka cowok yang sedang menunduk, dibuat berpikir olehnya. Orang yang sudah menjadi saingannya di pertandingan basket, Naruto. "JANGAN BERCANDA!"
"HENTIKAN!"
.
.
Gamakichi POV
Setelah sekian lama tidak kembali ke dunia malaikat penyakit, akhirnya aku sampai kesini. Dan sekarang aku sudah tiba didepan ruangan Gamabunta-kaichou. Sekarang perasaanku penuh dengan perasaan bersalah ke dua orang yang telah kubebani itu.
Tok-tok. Kuketuk pintu yang ada didepanku dua kali.
"Ya, masuk," kata Gamabunta, lalu ia melihatku, "Oh, kau rupanya Gamakichi. Sudah berapa minggu kau tidak kesini, ya? Sedang banyak tugas?"
"Gamabunta-Kaichou," panggilku, menunda untuk menjawab pertanyaannya. Setelah ia menyahut aku melanjutkan, "Aku memberikan penyakit yang seminggu lalu kau berikan kepada orang yang salah," kataku langsung, tidak mau berbasa-basi.
Dengan cepat, Gamabunta langsung melotot karena kaget, "A—APA! Kenapa baru sekarang kau bilang padaku!"
"Maafkan aku," kataku lirih, "Tapi penyakit itu sudah kuberikan keorang yang sudah ditakdirkan untuk mendapatkannya," kataku sambil menunduk.
"Tapi—"
Aku langsung memotong kalimatnya, "Aku sudah tau. Dan aku akan menerima hukumanku. Tapi, kumohon.. bolehkan aku meminta sesuatu sebelum aku mati?"
"..Katakan saja."
.
.
Normal POV
"HENTIKAN!" suara Hinata langsung memecahkan lamunan Naruto yang tadinya siap dipukul oleh Sasuke. Masalahnya saat Naruto melihat ketempat bersendernya Hinata, ia sudah tidak ada disana. melainkan ada di depannya menghentikan Sasuke dengan cara menabrak cowok itu yang akan memukul Naruto.
Bruk! Hinata jatuh menimpa tubuh Sasuke.
Dan tanpa gemetar ataupun takut Hinata sambil menangis langsung memukuli Sasuke dengan bertubi-tubi, melupakan dirinya yang pendiam, pemalu dan tidak bisa berbuat apapun.
"Jangan buat Naruto-kun bersedih!" teriaknya sambil sekuat tenaga menahan tangisannya, tapi tetap saja, sekuat apapun ia menahan tangisnya, air mata terus keluar dari matanya dan menjatuhi muka Sasuke yang ada dibawahnya.
"Hi-Hinata?" Naruto semakin kaget mendengar apa yang tadi dikatakan Hinata. Hinata membela dirinya.
"Hei! Apa-apaan kau ini!" Sasuke hanya bisa menahan pukulan lemah Hinata dengan menggunakan kedua tangannya.
Karena sudah tidak kuat lagi akhirnya Hinata berhenti dan hanya menangis "Jangan buat Naruto bersedih, dia tidak pantas menderita! Biarkan aku yang menampung bebannya!" teriaknya masih dengan menagis. Tangisan yang terdengar seperti memohon. Setelah berteriak, Hinata merasakan kalau dirinya seperti kehilangan kesadaran dan langsung pingsan dengan menimpa Sasuke.
"Hinata! Kamu kenapa? HINATA!"
Melihat wajah Hinata yang sekarang sudah sangat pucat itu Naruto langsung membawa Hinata dengan gendongnya. Meninggalkan dan membiarkan Sasuke menjadi terduduk dan termenung diatas.
.
.
Tanpa merasa ada beban di tangannya dengan berlari Naruto menuruni satu persatu anak tangga untuk menemui suster ataupun dokter yang ada dirumah sakit ini. Lalu akhirnya dia berhasil menemui salah seorang suster berambut hitam pendek yang bernama Shizune. "Suster! Cepat tolong Hinata!" teriaknya ke suster itu.
Suster itu tanpa bertanya-tanya lagi langsung siap dengan menyuruh Naruto untuk membaringkan Hinata di tempat tidur pasien ruangan cewek itu dan ia memanggil dokter Tsunade yang memang mengurusi masalah penyakit Hinata.
"Ada apa dengannya?" tanya Dokter pirang itu saat sudah memasuki ruangan Hinata. sebenarnya Tsunade lebih kaget lagi karena ada Naruto disana, tapi keselamatan pasiennya ia nomor satukan terlebih dahulu. Dengan segera ia memeriksa Hinata yang sudah terbaring itu.
"Maaf, kau harus keluar terlebih dahulu. Hyuuga-san perlu diperiksa."
Dengan nurut Naruto langsung keluar dari ruangan itu, ia tidak mau menghambat pemeriksaan Hinata.
.
.
Naruto's POV
Saat dokter Tsunade sudah keluar dari ruangan Hinata, aku langsung bangkit dari tempat duduk di ruang tunggu dan menghampiri wanita itu.
"Bagaimana keadaannya?" tanyaku khawatir.
"..Dia kritis mungkin kau baru bisa sadar sekitar beberapa jam lagi."
Aku seakan tidak bisa bernafas saat mendengar kalau Hinata kritis, rasanya seperti ada gada besar yang memukul kepalaku. Aku langsung berjalan keluar rumah sakit dengan langkah terseok. Aku benar-benar kesal dengan diriku sendiri.
'Jangan buat Naruto bersedih, dia tidak pantas menderita! Biarkan aku yang menampung bebannya!'
Terngiang suara Hinata yang membuat diriku mengigit bibir bawahku sendiri. Membuat diriku semakin tidak bisa menerima dengan jalannya kehidupanku.
Hinata masih membela diriku disaat dirinya sendiri sedang menderita? Kenapa dia terlalu memikirkan orang lain seperti aku dibandingkan memikirkan dirinya sendiri? ini semua salahku. Hinata seperti ini semuanya karenaku.
Sekarang apa aku masih punya muka untuk menjenguknya?
"Apa kau sedang menyesali atas dirimu sendiri?"
Suara seseorang memecahkan lamunanku saat aku sudah menapakkan kakiku di luar rumah sakit, dan saat aku melihat siapa yang berbicara padaku itu aku langsung menatap matanya tajam. "..Sasuke"
"Hn," cowok itu menyalakan rokoknya yang sudah terselip dibibirnya, "Apa cewek itu sudah pergi kealam sana, hah?" tanya Sasuke tanpa perasaan.
"APA MAKSUDMU?" aku menahan emosi untuk memukulnya.
Sambil menghembuskan asap rokok, ia melanjutkan kalimatnya, "Kau berani meninggalkan cewek bodoh yang membelamu mati-matian itu sendirian dirumah sakit? Jangan bilang kau jadi tidak berani melihatnya lagi," katanya panjang lebar dengan muka dinginnya.
Mendengar jawaban dari Sasuke membuatku terkejut.
"Aku saja sadar setelah mendengar kalimatnya tadi, dan kau masih tidak sadar?" kata Sasuke, "Cewek bodoh itu memang pantas dengan cowok bodoh sepertimu."
Aku langsung tersenyum, karena aku sudah tau apa maksud Sasuke. Dia sedang menasihatiku walaupun nadanya yang ia keluarkan adalah nada meremehkan.
"..Aku tau kau orang baik, Sasuke," kataku terlebih dahulu, "Terimakasih."
Dengan cepat aku berbalik dan kembali memasuki rumah sakit dan berdiri didepan ruangan yang bertuliskan Hyuuga itu.
Tok-tok. Aku mengetuk pintu ruangannya, dan aku langsung masuk kedalam.
Sudah pasti tidak ada lagi yang menyahut saat kuketuk pintu itu karena hanya ada Hinata yang tertidur disana.
Aku duduk pas disampingnya dan menatap seorang cewek berambut biru panjang itu tertidur dengan tentram di kasur pasiennya. Dengan lembut kuusap pelan rambut birunya dan kuletakkan wajahku disamping wajahnya.
Aku melihat wajahnya dan termenung. Memikirkan sesuatu yang bernama perasaan dari dalam diriku.
Mengingat perasaan sedih saat melihat bangkunya dikelas kosong. Perasaan tentram saat berbicara dengannya di lapangan. Perasaan bersalah saat penyakit itu menimpanya. Perasaan bahagia saat ia tersenyum melihatku ada disampingnya. Dan perasaan yang merasa diriku tidak berguna saat ia membelaku disaat ia menderita.
Hinata, kapan kamu akan bangun? Ada yang mau kukatakan padamu.
Tiba-tiba pandanganku berbayang-bayang dan bebebrapa menit kemudian, aku tertidur dengan memimpikannya.
.
.
Normal POV
Tsunade yang sedang memeriksa laporan perkembangan pasiennya yang bernama Hinata. Tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan yang baru saja diberikan oleh Shizune itu ia buka pintu ruangan Hinata dan masuk kesana.
Saat melihat Hinata, ia terkejut melihat Naruto yang ada disana, tapi ia selipkan senyuman diterakhirnya. Lalu kembali fokus untuk memeriksa keadaan Hinata.
Setelah memeriksa keadaan Hinata,Tsunade sedikit terkejut seperti tidak percaya dengan hasil yang barusan ia periksa. "A-APA? Jangan bilang dia—"
Cepat-cepat ia mengambil handphone-nya dan menelfon Hiashi, ayah dari Hinata. Setelah sambungannya diangkat, Tsunade langsung berbicara tanpa basa-basi terlebih dahulu. "Hiashi-san! Cepat kesini! Ini tentang Hinata!"
Belasan menit kemudian seperti permintaan Tsunade, Hiashi datang. Setelah berbicara dengan Tsunade ia langsung menuju ruangan Hinata dan menangis disana.
.
.
THE END. Gak deng hehe ^_^v
.
.
Hinata's POV
Kubuka kedua mataku yang masih berat, lalu kuubah posisiku menjadi terduduk. Kurasakan ada secarik kertas yang mungkin seseorang meletakkannya di tanganku disaat aku masih tidak sadarkan diri. Pelan-pelan kubuka lipatan kertas itu dan kulihat isi yang tertulis disana.
Tiba-tiba tanganku bergetar dan air mata terjatuh dari mataku saat aku membaca satu persatu kata yang ada didalamnya. Lalu, aku mencoba untuk tersenyum dan merasakan sinar matahari yang sudah menembus jendela kamar dan menerpa wajahku. Hangat. Matahari juga selalu mengingatkanku kepada..
"Naruto?" kagetku dengan suara pelan, lalu aku langsung menutup mulutku dengan kedua tangan saat mengira akan membangunkannya. Aku melihatnya tertidur di kursi dengan kepala yang menyender di meja.
Mungkin karena ia mendengar suaraku, perlahan ia juga membuka mata. Saat ia melihatku yang sedang menunduk ia terkaget seakan tidak percaya kalau aku sudah sadar. "Hi-Hinata? kamu sudah sadar?"
"Ohayo, Naruto-kun," sapaku dengan tersenyum malu dan menghapus beberapa air mata yang masih tersisa di pipi.
"O-Ohayo. Bagaimana keadaanmu?" terdengar nada khawatir di kalimatnya.
"Sepertinya aku sudah sehat, dan ..apa kamu yang menjagaku sewaktu aku tidak sadar?"
"Ya, aku mencemaskanmu."
"Kenapa? Apa alasannya kamu selalu mau disampingku?" aku menatap matanya serius.
"..Karena aku—" dia menggantungkan kalimatnya seakan baru sadar dengan apa yang kumaksud.
Ya, aku memang bukan bertanya alasan kenapa Naruto menemaniku disini, melainkan alasan kenapa dia selalu ada disampingku dan mau terus mendukungku. Aku memang tidak boleh bersangka buruk, tapi aku sangat takut kalau Naruto juga mempunyai maksud tertentu seperti Sasuke.
Menurutku hal seperti apa yang ia lakukan sekarang adalah hal yang tidak berguna. Mendukung orang yang seperti.. aku.
"Karena aku menyayangimu!" teriakkan Naruto yang tegas memecahkan lamunanku.
"A-Apa?" gagapku tidak percaya dengan apa yang barusan kudengar.
"Aku menyanyangimu! Aku menyukaimu dan aku mencintaimu!"
Suasana ruangan lansgung hening saat ia selesai berteriak, tentu saja karena aku kaget dan terus-terusan menatap mata biru lautnya.
Lalu satu persatu butiran bening turun darimataku. "..Aku mempunyai perasaan yang sama denganmu, Naruto-kun," kataku jujur, "..Lihat," pintaku sambil menunjukkan isi dari secarik kertas yang sedari tadi sudah ingin kutunjukkan padanya.
Lalu matanya dengan cepat membaca isi surat kecil itu.
'Hinata, kamu sudah berjuang melawan penyakit itu dan Kami-sama sepertinya sudah mengabulkan semua doamu. Aku hanya bisa mengatakan kalau kamu sembuh sudah tidak tervonis penyakit ALS.
dari, Dokter Tsunade'
dengan cepat mata Naruto membulat dan langsung memelukku dari samping, "HINATAAA! KAMU SEMBUH! KAMU SEMBUH!"
Aku membalas pelukannya dengan memeluknya, "Akhirnya kamu sembuh Hinata.." gumamnya sambil melepaskan pelukannya dan menatap mataku, "Berarti kita masih mempunyai banyak waktu bersama, kan?"
"Ya," jawabku malu dengan tersenyum. Lalu Naruto menghapus sisa air mata di bawah mataku dan mengecup keningku dan menahan posisinya. Saat Naruto melakukannya aku langsung tidak bisa bernafas dan langsung gugup setengah mati. Tapi aku tau perasaan ini. Bahagia.
Ia melepaskan kecupannya dan melihat wajahku dengan senyuman mentarinya. Perlahan wajahnya mendekatiku, mendekat dan semakin mendekat. Lalu saat aku akan memejamkan mata untuknya..
BRAK!
.
.
Normal POV
Suara yang tedengar dari jendela itu mengaggetkan Hinata dan dengan sisa tenaga ia dorong Naruto sampai hampir jungkir balik dari kursinya.
"Aduuh.." keluh Naruto yang pipinya berhasil didorong oleh Hinata, "Yang tadi siapa sih? Ngagetin aja!" katanyanya sambil melihat kearah jendela dan melihat sebuah kodok yang sedikit mirip dengan Gamakichi.
"Ma-Ma-Maaf, Naruto-kun," gugup Hinata sambil menutupi muka merahnya, lalu mengikuti arah pandangan Naruto. "..Kamu melihat apa?"
"Tidak, bukan apa-apa."
'Ohiya, ya.. Hinata-chan kan tidak bisa melihat makluk itu' pikir Naruto, lalu menatap kodok itu dengan sedikit menaikkan alisnya untuk seakan berkata 'apa?' padanya.
"Ehn, apa aku menghancurkan suasana?" katanya tanpa merasa bersalah.
Naruto langsung memutar matanya dan nyinisin kodok itu lalu menatap Hinata, "Hinata-chan, aku tutup jendelanya dulu ya?" setelah anggukan darinya, aku langsung menarik kodok itu dan membawanya keluar jendela.
"Kau mau apa, sih Gamakichi?" bisik Naruto dengan sedikit kesal.
"Bukan, aku bukan Gamakichi. Aku Gamaken, temannya. Aku kesini untuk memberitau sesuatu padamu." jelas Gamaken, "Kau tau kenapa si Hyuuga itu bisa sembuh?"
"..Karena hinata sdah berjuang melawan penyakitnya," jawab Naruto mantap.
"Bukan. Hyuuga Hinata bisa sembuh karena Gamakichi mengorbankan nyawanya untuk kesembuhannya."
"APA?"
"Naruto? Ada apa?" tanya Hinata dari tempat tidurnya.
"Ada temanku yang meninggal. Boleh aku ke kuil sekarang? Aku ingin berdoa."
"Boleh aku ikut?"
.
.
Naruto dan Hinata berdoa dengan serius di depan kuil, tempat dimana Naruto sering menjumpai Gamakichi dan juga tempat yang Gamaken jaga. Setelah mereka berdua selesai berdoa mereka sempat mematung di depan kuil, sampai akhirnya Gamaken memecah keheningan yang mungkin hanya disadari oleh Naruto seorang.
"Maafkan aku karena tiba-tiba memberitahukan berita itu"
Naruto mengangguk dengan menunduk. Entah kenapa ia menjadi sedikit bersalah karena sampai kalimat terakhir yang ia keluarkan untuk Gamakichi adalah sebuah kalimat kasar.
'Kenapa dia melakukan itu?' ucap Naruto pelan sambil menatap lurus kedepan, Hinata hanya bisa menatapnya karena tidak mengerti.
Ini wujud permintamaafanku padamu, bodoh.
Dengan cepat Naruto langsung kaget dengan suara yang hanya terdengar ditelinganya itu. Ia melihat kesegala arah untuk mencari asal suara itu tapi tidak menemukannya.
Ya, ini aku Gamakichi.
"Ah.."
Maafkan aku. Sampaikan juga permintaan maafku padanya.
"Aku merasa kenal dengan orang yang kamu doa kan. Apa aku mengenalnya?" kalimat Hinata membuat Naruto memandang ceweknya itu.
Naruto langsung melingkarkan kedua tangannya kepinggang Hinata dan menaruh dagunya kepundaknya. "Ya, mungkin secara tidak langsung kau mengenalinya. Dia juga orang yang menginginkan kesembuhanmu."
Mendengarku Hinata langsung kembali memandang ke depan kuil lalu berterimakasih,"Terimakasih banyak." senyum Hinata hangat dan tulus
'Ya, terimakasih Gamakichi.'
Hm, sama-sama. Aku pergi dulu, waktuku disini sudah habis.
'Ya.'
.
.
Siang yang membuat panas satu lapangan Konoha SHS bukanlah sinar terik matahari, melainkan kobaran semangat penonton untuk mendukung tim basket sekolahnya masing-masing yang sedang bertanding.
Dan saat si jabrik pirang itu mendapatkan bolanya, dengan sekali loncatan ia langsung nge-shoot dan bola itu melambung lalu masuk tanpa menyentuh ring.
"YEAAHAHAA! Hinata-chaan! Lihat! Aku three poin!" seru cowok jabrik itu sambil melambaikan tangannya ke cewek bergelar 'pacarnya' yang ada dibangku penonton. Cewek itu adalah Hinata, dan ia membalas lambaiannya dan senyuman lembut.
Lalu giliran tim lain yang mengendalikan bola, si rambut raven yang memegang bola itu hanya menaikkan sudut bibirnya sambil memantulkan bola, "Jangan senang dulu, Dobe. Nilai masih 99-98 kalian hanya unggul satu poin dari kami."
Dengan cepat Naruto berbalik keposisinya dan tersenyum lebar, "Itu kalau kau bisa, maju sini.. Sasuke!" berbarengan dengan kalimat Naruto, sorak penonton kembali heboh.
"Naruto-kun! Berusahalah!" teriak Hinata mendukung Naruto.
Mendengar suara dukungan Hinata yang sebenarnya sangat kecil itu, Naruto kembali menghadap Hinata dan memberikan cengiran khasnya. Entah kenapa telinga Naruto jauh lebih peka untuk mendengar suara Hinata. Hanya suara Hinata. Tapi, masalahnya hal itu membuat Naruto lengah, dan tidak sadar kalau Sasuke sudah melewatinya.
"WAA! Kau curang Sasuke! Jangan-jangan kau yang menyuruh Hinata untuk mendukungku agar aku kehilangan konsentrasi, yaa!" teriak Naruto kesal sambil mengejar Sasuke yang sudah semakin dekat dengan ring tim-nya.
"Hei, siapa yang nyuruh dia? Jelas-jelas kau yang mengajaknya!" seru Sasuke emosi yang tidak jadi melemparkan bolanya kering, melainkan melempar bola oranye itu pas kemuka Naruto.
Dari yang tadinya sorakkan penyemangat yang didegar, sekarang menjadi suara tawa melihat Naruto dan Sasuke yang kembali bertengkar, namun terlihat lucu.
Hinata tersenyum sebentar lalu menghadapkan wajahnya kelangit-langit yang tampak sangat jelas dari tempat duduknya sekarang, "Kami-sama, terimakasih Engkau telah memberikanku kesempatan hidup yang kedua." lalu membagi pandangannya ke matahari yang bersinar terang, "Dan.. Naruto-kun, Arigato."
.
.
THE END
.
.
A/N : Akhirnyaaa! Chap sekaligus fic ini selesai jugaaa! Wawawaw! Fic multichap pertama yang complete nih! semog aja para reader suka sama endingnya, karena udah susah payah kubuat happy ending. Hehe.. (idenya bener-bener susah untuk didapetin-_-).
Dan saat SasuNaru berantem diatap aku mengambil dari yang ada di anime. Tapi diubah-ubahlah. yah, dari pada ngomongin itu lebih baik aku berterimakasih sebanyak-banyaknya untuk para readers yang udah ngebaca nyampe chap terakhir ini.
.
.
Pojok 'ayo balas review!' and special thanks to OraRi HinaRa, ZephyrAmfoter dan Senju Miru05 yang udah ngereview perchapter!:
ZephyrAmfoter : Iyaya, alasan Sasuke marahnya maksa banget ya -_-a soalnya bingung sih Sasuke mau marah karena apa. Bener banget! Gamakichi memang melakukan hal penting kan. Namikaze HyuuZu : Karena Itachi adalah kakak yang baik banget sama adeknya yang Unyu itu. Senju Miru05 : hehe okelahh, ini udah happy ending! Semoga suka! Ans Micky Namikaze : Wah, terimakasih pujiannya.. ini chap terakhirnya! OraRi HinaRa : Iya! Dan terimakasih udah review 5 sama 6 juga, ya! Typo akan ku coba perbaiki di chap terakhir. Seseorang : Nih, udah happy ending lho! Semoga seneng sama endingnya, ya ^.^v ice cream blueberry : Gamakichi nembus kesalahannya ya pasti ada di chap inii! Ohiya, jangan panggil senpai, masih belon cocok dipanggil gitu-_-a. Chousamori Aozora : aku sih bilangnya full romance, tapi yah mungkin ternyata cuma setengah ato seperempatnya doang.Yang penting ini sudah kuupdate!
Untuk balesan review dichap ini aku akan reply message, tapi bakal ngereview di chap 7 ini aku mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.
.
.
Terimakasih untuk para readers yang udah mau baca sampai chap ini, nge fave, nge alert, ngereview, dll yaaa! LOVE YA!
Kalo endingnya kalian suka, ngga suka atau maksa.. silahkan berikan pendapat, saran atau kritik lewat REVIEW
.
.
THANKYOU