Disclaimer

Bukan punya saya, sumpah. Biarpun orang-orang ngira kalo FMA itu punya saya *plaaakkk!* tapi FMA itu tetep punyanya Hiromu Arakawa kok

(kecuali dia berniat mewariskan hak cipta FMA ke saya *disambit botol tinta*)

.

Warning

Geje. Nggak nyambung. Kalo dibaca bisa bikin koma 7 hari 7 malam (oke lebay)

.

.

17.00

Sosok ramping dalam balutan pakaian berwarna putih itu perlahan memasuki areal pemakaman. Angin berhembus di samping telinganya. Dengan pasti ia melangkah ke sebuah arah yang sudah tak asing lagi baginya—dua buah nisan berdampingan yang merupakan makam orang tuanya.

Ia mendekati kedua nisan tersebut. Berdiri di hadapannya. Memandanginya sebentar. Kemudian berlutut sembari meletakkan karangan bunga cantik di atas keduanya. Entah kenapa kedua nisan yang tampaknya rapuh itu jadi terlihat kokoh di mata gadis itu.

Dipejamkannya matanya.

"Ayah, Ibu…

… Umm… Apa kabar? … Aku yakin kalian berdua pasti tenang di sana. Kalian kan orang baik. Aku kangen sekali pada kalian. Sudah berapa tahun semenjak terakhir kali kita berkumpul bersama? … Lima? Tujuh? Entahlah. Aku sudah tidak ingat lagi.

Kalian pasti ingat pada Elric Bersaudara kan? Putra dari Paman Van Hohenheim dan Bibi Trisha. Ayah, Ibu, mereka sudah berhasil. Mereka sudah mendapatkan kembali tubuh mereka. Tentu saja aku senang sekali. Tapi… tadinya kupikir setelah petualangan mereka berakhir, mereka akan menetap selamanya di rumah kita. Dan… kami bertiga akan bermain bersama seperti dulu lagi. Tapi nyatanya, mereka memulai petualangan baru lagi.

Tahu tidak? Kemarin, sebelum Edward pergi, ia… menyatakan cintanya padaku. Tentu saja aku senang. Tentu saja. Walaupun caranya menyatakan cinta agak aneh. Ha ha ha… Tapi toh caraku menjawabnya juga sama anehnya.

Mestinya kemarin aku menahan kepergiannya dan mengajaknya kemari hari ini. Tapi aku tahu bagaimana sifatnya. Hasratnya berpetualang bahkan lebih kuat daripada automail buatan nenek sekalipun. Tapi itulah sifatnya yang kusukai.

Ayah, Ibu, aku berharap kalian di sana ikut mendoakan Edward dan Alphonse. Semoga mereka berhasil mendapatkan kemampuan alkemis mereka kembali. Semoga kami bertiga bisa berkumpul bersama lagi. Oh iya… Semoga Ayah dan Ibu mau merestui serta mendoakan kebahagiaanku bersama Edward juga. Maaf kalau keinginanku ini terlalu naïf. Tapi… aku yakin sekali kalian pasti berharap yang sama kan?

Sayang sekali, ketika kami menikah nanti kalian tidak ada bersama kami. Padahal aku ingin sekali melihat air mata bahagia kalian. Aku ingin seperti yang lainnya, yang bisa didampingi oleh kedua orang tuanya di hari pernikahannya. Tapi toh bukan keinginan kalian untuk jadi seperti ini. Lagipula… aku sudah memaafkan Scar. Aku tahu kalian pasti juga sudah memaafkannya juga.

Nah, Ayah, Ibu,itu saja yang ingin aku ceritakan. Aku harus pulang sekarang. Aku sudah janji mau membantu nenek mengerjakan pesanan. Aku pamit dulu ya. Terima kasih untuk… semuanya."

Dihapusnya air mata bahagia yang entah sejak kapan mengalir di kedua pipinya. Lalu ia membuka kedua kelopak matanya dan menatap sebentar kedua nisan tersebut. Sejenak ia bisa merasakan kehangatan seperti pelukan orang tua mengalir di sekujur tubuhnya. Ia tersenyum

Tunggu aku di sana…

Dan ia pun bangkit, tak terasa sudah hampir setengah jam ia berlutut di situ. Tanpa menoleh ke belakang ia melangkah meninggalkan tempat tersebut.

Meninggalkan kedua nisan anggun bertuliskan:

Berbaring di dalam ketenangan dan keabadian

UREY dan SARA ROCKBELL

.

.

Hyuu~ Fic pertama. Geje kan? Pasti geje. Nggak nyambung kan? Pasti nggak nyambung. Yakin. Maklum author error abis disambit botol tinta sama Tante Sapi *nangis meraung-raung*

Umm… Nggak tau mau ngomong apalagi, tapi tolong klik 'Review' imut di bawah ini ya ^_^

Segala macam komentar, saran, ataupun flame diterima kok. Thanks.

Sedikit kalimat review dari Anda sangat berarti bagi saya.