"Tu-tunggu! Jangan lari, sandalmu tertinggal di tangga, Nona!"/"Ambil saja, jual di pasar loak. Aku tidak butuh!"/"Aduh, gimana ya, kalo dijual satu sisi begini kan nggak mungkin laku?"/kemudian Sasuke melempar sandalnya yang sebelah kanan,"Sialan lo! Dasar matrealistis!", Twoshot mind to RnR?

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre :

Humor, Parody, Drama.

Rating : T

Pairing :

SasuNaru

Warning :

mengandung unsur shounen ai, kadar ke-gajean yang tinggi desertai ketidaknyambungan, OOC parah.


Di suatu desa terpencil nan indah bernama Konoha, tepatnya perbatasan di dekat hutan terlarang yang kaya akan monster dan serangga beracun. Tersebutlah sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil alias sedang-sedang saja. Warna cokelat dinding rumah itu sudah mulai pudar dan mengelupas, begitu pula dengan dua pilar di sudut teras, tak lagi nampak kokoh. Kusen jendelanya berwarna orange

cerah, namun sudah banyak yang lapuk termakan rayap. Ada beberapa jendela yang sudah retak, bahkan pecah, namun sang pemilik rumah sepertinya tak berniat untuk menggantinya dengan yang baru. Gentingnya banyak yang sudah tak layak pakai, bahkan banyak yang hilang karena sering terbawa ketika badai datang. Tak jarang seisi rumah dilanda banjir lokal ketika musim hujan tiba. Pagarnya terbuat dari potongan kayu yang disambung dengan menggunakan paku, dicat hitam namun tak rata. Memasangnyapun seperti asal-asalan, alias asal tancap. Oh sungguh mirisnya rumah ini. Kira-kira, siapakah gerangan yang memiliki rumah dengan ciri-ciri seperti diatas? Disamping pintu tertera papan nama 'Uchiha'. Yak benar sekali, rumah bobrok ini adalah kepunyaan orang yang bermarga Uchiha.

Namun, jika kita lihat kedalam. Penghuni rumah ini yang bermarga Uchiha 'asli' hanya sebutir saja. Hanya seorang pemuda berkulit pucat, berambut raven, dan bermata onyx yang kini tengah mengepel disudut ruangan. Sebut saja Uchiha Sasuke. Matanya kelam mempesona, kontras dengan kulitnya yang pucat seperti mayat, rambutnya berwarna biru tua dengan model jabrik mencuat ke belakang, dada bidang, ekspresi wajah datar.

Sasuke tinggal bersama 'Papa Uke' yang bernama Houzuki Suigetsu yang telah berubah marga menjadi Uchiha Suigetsu. Dua tahun ini, ia telah menjabat sebagai orang tua tiri Sasuke. Tentunya setelah menikah dengan papa asli Sasuke yang bernama Uchiha Fugaku. Suigetsu membawa kedua anak perempuannya, yang mau tidak mau harus menjadi saudara tiri Sasuke. Yang pertama bernama Uchiha Ino, dan yang kedua bernama Uchiha Karin. Keduanya adalah wanita yang gemar bersolek dan mengoleksi foto-foto orang ganteng, yang salah satunya adalah pangeran di Desa Konoha dan Sasuke -tentu saja sembunyi-sembunyi- sendiri.

Sasuke diperlalukan secara tidak adil oleh sang papa uke, sehari-hari ia harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tanpa istirahat dan kenal waktu. Bahkan papa uke dengan segan tak memberinya makan jika belum selesai menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga yang

harusnya dikerjakan secara bersama atau gotong royong menurut teori pendidikan kewarganegaraan. Parahnya, Papa Suigetsu sering memberi makan anak tirinya itu hanya dengan sepiring nasi karak dengan terasi udang sebagai lauknya jika hasil pekerjaannya tidak sesuai kemauan Suigetsu. Sungguh miris hidup Sasuke.

Namun, pada kenyataannya. Sasuke adalah anak yang rajin dan penurut, juga terampil dan penuh apresiasi kreativitas. Setiap pekerjaan rumah yang ditanganinya, hasilnya selalu baik, bahkan memuaskan.

Namun jerih payah Sasuke seringkali dipandang sebelah mata oleh papa uke. Sebagus apapun kinerjanya, tetap nasi karaklah yang menjadi teman makannya.

Bukan Sasuke namanya jika hanya diam dan pasrah saja jika diperlakukan dengan tidak terhormat seperti itu. Sudah dipaksa kerja rodi, diberi makan karak? Tanpa lauk pula. Sasuke bukanlah orang lemah yang mau-mau saja ditindas seperti itu. Sasuke adalah lelaki yang sangat memperhatikan asupan gizi dan kesehatan bagi tubuh, tulang, dan giginya. Tiap pagi Ia pergi ke gym untuk fitness walau sekedar angkat barbel atau treadmill.

. Ia juga selalu menggosok gigi dengan pasta gigi tanpa detergen yang aman bagi mulut. Dan jika Suigetsu tidak memberinya makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna, dengan senang hati Sasuke akan menendang atau memukul sang papa uke sampai menyerah dan memberinya makanan yang Ia minta. Mengingat Ia juga menguasai beberapa gerakan silat, karena kebanyakan nonton film Jacky Chun. Hal inilah yang membuat selalu ada perang tonjok yang terjadi antara papa dan anak, hingga membuat kaca, kusen, dinding, dan lantai remuk.

Walaupun pada akhirnya Suigetsu yang kalah, ia tetap saja memberi Sasuke makan sepiring nasi karak. Sepertinya Ia sengaja ingin meretakkan tulangnya sendiri.

Kedua putri Suigetsu, Ino dan Karin selalu bersikap buruk pada Sasuke. Tak jarang mereka berbuat semena-mena pada sang adik. Seperti sekarang ini;

"Sasukee~... Sasuke! Dimana kau?" Teriak Ino dengan suara melebihi sembilan oktaf.

"Hoi Sasukecap…." Kali ini Suara Karin yang terdengar.

Sasuke yang sedang mengepel langsung menoleh ke sumber suara, dilihatnya Ino baru saja muncul dari balik pintu sedang membawa pakaian kotor ditangan kirinya. Sasuke melengos, kemudian kembali melanjutkan pekerjaan mengepelnya yang belum selesai. Mengetahui sang adik mengacuhkannya, Ino langsung naik pitam. Direnggutnya kerah baju Sasuke dengan kasar.

"Jangan kau acuhkan kakakmu yang sedang bicara, Sasuke!" Ino menyipitkan matanya, "dengar, cucikan baju kotor ini di sungai. Aku akan memakainya ke kondangan besok malam."

"Bajuku juga, sekalian ya!" Karin melemparkan gaun malam berwarna merah darah tepat didepan adiknya.

Sasuke hanya memandang kedua gadis yang berada di depannya dengan wajah datar, terus begitu selama beberapa menit. Kamudian Ia menarik napas dalam-dalam, dan mengeluarkannya dari mulut. Tangan kanannya yang sedari tadi basah karena memegang kain pel di usapkannya pada ujung bajunya. Lalu ia mengibaskan rambutnya sok gerah,

Sasuke berbisik, "Aku sedang lelah… lakukanlah sendiri, Kakak-kakakku sayang." Background bunga-bunga dan deburan ombak muncul dibelakang Sasuke secara tiba-tiba.

Ino dan Karin langsung terperangkap oleh pesona sang adik, terjerat tali tak tampak, terikat, lalu tenggelam dalam euforia kegantengan Sasuke. Kedua -korban- gadis itu tersenyum mesum.

Ino mengangguk pelan, sementara Karin mengelap hidungnya yang mimisan karena melihat sang adik yang tampan itu tersenyum di depan mereka. Kemudian mereka pergi, beranjak dari tempat itu dengan seringaian-yang-masih-kelihatan-mesum-itu. Niat mereka menuruh Sasuke selalu saja berakhir tragis seperti ini.

"Ukh, rasanya menyesal sekali tidak bawa kamera." Ujar Ino sambil memegangi pipinya yang memanas ketika mereka sudah menghilang di balik pintu. Karin mengangguk pasrah, pendarahan di hidungnya belum juga berhenti.

Memang, sepertinya tidak ada yang mampu mengalahkan pesona Sasuke-cap kita yang satu ini.


Cinderella

By

Pearl Jeevas

Hope you like it!


Uchiha Fugaku adalah salah seorang pria yang beruntung dalam kehidupannya di dunia ini. Ia memiliki keluarga kecil yang hangat; Ia mempunyai istri yang cantik dan penurut, dan begitu mencintai Fugaku. Namanya Uchiha Mikoto. Di tahun kedua pernikahan Fugaku dan Mikoto, mereka di karuniai oleh lahirnya seorang bayi lelaki. Bayi dengan wajah fotokopi diperkecil duplikat ayahnya, mereka mennamai bayi itu; Uchiha Sasuke. Anak pertama sekaligus satu-satunya yang dimiliki keluarga Uchiha.

Setelah Sasuke lahir, kehidupan mereka berlangsung sangat bahagia. Sampai pada suatu hari, Mikoto diserang sakit keras kemudian meninggal dunia. Tentu saja pasangan anak-ayah yang ditinggalkan sagat sedih. Di pemakaman Mikotolah, Fugaku bertemu dengan Suigetsu. Saat itu, Suigetsu menawarkan dirinya untuk merawat Sasuke. Berhubung jiwa Fugaku masih labil, diterima sajalah tawaran pria bergigi hiu tersebut.

Fugaku berprofesi sebagai saudagar kaya, karena kepintarannya berdagang, ia begitu disegani oleh penduduk sekitar. Fugaku juga tak jarang membagi ilmunya pada tetangga-tetangga, kan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Selain pintar, Ia juga ulet dalam mendalami pekerjaannya. Hampir semua Negara ia jamah untuk berdagang, oleh karena itu Fugaku jadi jarang pulang kerumah walau hanya sekedar menjenguk anak -yang sekarang tidak lagi- semata wayangnya; Sasuke. Akibatya, Fugaku tak tahu selama ini Suigetsu memperlakukan Sasuke dengan kejam.


.


Sasuke memegang gagang sapu yang terbuat dari kayu dengan malas-malasan. Suigetsu memang menyuruhnya menyapu halaman, namun hal itu tak dilakukannya. Sasuke merasa malas untuk bekerja, karena tadi pagi dia sudah disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah; menguras sumur, mengepel aspal, dan menyikat antena semut yang ada di meja makan. Khusus saat ini, ia ingin tidur tanpa ada seorangpun yang mengganggu. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke pohon besar dipinggir sungai, tempat dimana biasanya ia menyendiri ketika mangkir dari tugas yang diberikan Suigetsu. Namun, ketika hendak keluar pagar, langkahnya terhenti ketika melihat kereta kuda terparkir manis di depan rumahnya. Tak lama kemudian, keluarlah seorang pria berbadan tegap dan berbaju rapih. Pria berambut cokelat diikat ke atas itu berjalan mendekati Sasuke.

"Permisi, apakah anda Uchiha?" Tanya pria itu dengan nada kalem. Sasuke mengangguk pelan tanpa bersuara. Perlu diketahui, bahwa Uchiha muda yang satu ini memang sangat pelit bicara. Kadang-kadang malah ia memakai bahasa isyarat dalam komunikasi kesehariannya. (coret kalimat terakhir)

Pria itu tersenyum, kemudian menyerahkan sebuah gulungan perkamen yang baru saja ia ambil dari dalam tasnya. "Selamat siang, saya Iruka utusan dari kerajaan. Itu adalah undangan pesta dansa oleh yang mulia raja dan ratu Desa Konoha. Undangan itu disebar dengan alasan ingin memperingati kedewasaan pangeran. Pstt jangan bilang siapa-siapa ya? Kalau pangeran itu sebenarnya masih baru saja mimpi basah. Jika pangeran tahu aku membocorkannya, bisa-bisa aku dihukum gantung." Orang yang diketahui bernama Iruka tadi menyelesaikan kalimatnya, dengan sedikit tambahan yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan.

Sasuke menaikkan sebelah alisnya. Hebat sekali utusan di depannya ini, menyelesaikan begitu panjangnya kalimat dengan satu tarikan napas. Jemarinya kemudian membuka pita merah yang digunakan untuk mengikat perkamen di tangannya. Memang benar, tulisan yang tertera adalah sebuag undangan pesta dansa. Pesta dansa yang akan diadakan nanti malam di kastil kediaman raja.

"Kau keluarga Uchiha, bukan? Wah, beruntung sekali diundang dalam pesta ratu dan raja. Ohya, pestanya akan diadakan malam ini pukul 19.00 WDK (Waktu Desa Konoha), jangan sampai lupa ya! Raja dan ratu pasti senang bila kau datang. Sekian, terimakasih telah menerima kedatangan saya dengan tangan terbuka. Terimakasih sekali lagi, saya mohon undur diri." Dan pria itupun naik lagi ke atas kereta kuda, meninggalkan Sasuke yang masih berdiri mematung disamping pagar.

Sasuke mengangkat bahu, kemudian melenggang menuju kedalam rumah. Melupakan niatannya untuk tidur siang di bawah pohon rindang.


.


"Sasuke! halaman masih kotor! Mengapa tidak kau bersihkan?" Sasuke yang baru saja masuk kedalam rumah, langsung disuguhi sebuah tendangan dari papa ukenya, Suigetsu. Namun dengan mudahnya Sasuke menahan pergelangan kaki sang papa, dan memutarnya. Sehingga Suigetsu memekik kesakitan.

Sasuke balas menendang papa tirinya dengan sedikit meloncat, dan kena telak di dada kanan sang papa.

"Ukh!" Untuk kedua kalinya sang papa memekik kesakitan. Suigetsu langsung naik pitam, disibak rambut silver sebahu yang menutupi sebagian wajahnya. Ia mengepalkan tangan

kanannya, mengambil ancang-ancang untuk sebuah bogem mentah yang diarahkan pada perut Sasuke. Sasuke berhasil berkelit dengan indah, lalu bersalto kearah kanan dan mendarat dengan sempurna. Sasuke menyibak rambutnya, sambil menatap sang papa dengan pandangan mengejek. Suigetsu tak bergenti disitu saja, ia mengayunkan tangan kirinya dan mengarahkannya pada pipi Sasuke. Namun ketika tangan itu mendekati tubuh pemuda bermata onyx didepannya, Sasuke berhasil menahannya dan…

"Krett"

Suara gemertak 'sesuatu'. Sesuatu…

Err, itu adalah suara tulang yang retak. Lebih jelasnya, tulang hasta sebelah kiri Suigetsu yang patah.

Tak lama setelah itu, terdengar suara teriakan pilu oleh sang papa uke yang sukses membuat seluruh ayam-ayam berkokok, anjing menggonggong, kucing mengeong, ular mendesis, macan mengaum, tikus mencicit, dan semut… semut ngapain ya? Ah sudahlah… Ino dan Karin yang sedang menonton video hard yaoi di kamar mereka langsung lari pontang-panting ke arah sumber suara.

"Papa? Ada apa ini?" Tanya Ino dengan wajah horror ketika melihat papanya meringkuk di pojok ruangan sambil memegangi tangan kirinya yang patah.

"Ah, Papa kalah lagi ya pas berantem sama Sasuke?" Ujar atau lebih tepatnya tanya Karin sambil mengusap hidungnya yang mimisan dengan tissue, sepertinya efek nonton video tadi belum juga hilang. "Ah, Papa payah!" lanjut sang gadis berambut merah setengah tertawa.

"Iya, Papa payah! Papa nggak jantan! Huu." Ino ikut mencibir. Suigetsu memberi kedua anaknya deathglare, sedangkan Sasuke hanya diam tanpa ekpsresi. Namun sebenarnya dalam hati ia sudah bersorak kegirangan sambil sujud syukur berterimakasih kepada Tuhan atas kemenangannya selama ini, sambil bergumam 'Ha…ha…ha… dasar lemah! Takkan ada yang mampu menyaingi kekuatan dan pesona Uchiha Sasuke' . Untung saja baik Karin, Ino, dan Suigetsu tidak mempunyai kelebihan membaca pikiran orang lain. Hingga tak tahu betapa narsisnya Sasuke.

"Kali ini yang patah apa, Pa?" Karin ambil suara lagi. Suigetsu tak menjawabnya, namun menunjuk-nunjuk tangan kirinya yang mulai membiru. "Ooh, Cuma tangan, syukur deh." Karin dan Ino menggut-manggut. Pertengkaran ayah-anak kali ini memang tidak terlalu besar dibanding hari-hari lalu. Buktinya hanya tangan saja yang patah.

"Oh, ya… apa itu yang ditanganmu, Sasuke?" Tanya Ino sembari merebut gulungan perkamen dari genggaman Sasuke dengan kasar, ia membaca isinya, kemudian menyeringai. Ino memberikan perkamen itu pada Karin, dan reaksi yang sama ditampakkan oleh Karin. Kedua gadis itu langsung beranjak. Dengan heboh, mereka menuju kamar.

Dengan sisa kekuatan yang ada, Suigetsu mengambil gulungan perkamen diatas lantai (setelah ditelantarkan oleh Ino dan Karin). Suigetsu menaikkan sebelah alisnya ketika membaca isi perkamen tersebut. "Pesta dansa?" Kemudian ia menyeringai.

"Hei bocah Ayam, karena kau telah dengan seenaknya mematahkan tulangku, kau tidak boleh pergi ke pesta dansa!" Tegas Suigetsu sambil memperlihatkan gigi hiunya.

"Memang siapa yang ingin..." Balas Sasuke datar, kemudian ia beranjak menuju kamarnya.

"Eeh?"


.


Karin, Ino dan Suigetsu sudah berangkat menghadiri undangan pesta dansa yang bertepatan dengan 'Hari Kedewasaan Pangeran' yang rumornya akan dijadikan hari libur nasional, diperingati oleh seluruh rakyat Konoha setiap tahunnya.

Mreka meninggalkan Sasuke sendirian agar menjaga rumah, sebenarnya itu hanya alasan saja. Supaya Sasuke tidak bisa bertemu pangeran. Ada saja akal para antagonis untuk menghambat jalan cerita.

Kini Si Pemuda pelit bicara itu sedang berkutat dengan sebuah buku tebal dipangkuannya.

Tiba-tiba, ada benda kecil yang bercahaya terang melesat didepannya. Sasuke mendongak, dan menemukan seekor, eh sebuah, mungkin seorang, atau apapun se-se-an yang lainnya. Di depannya sekarang terbang peri kecil berpiyama merah. Walaupun ukurannya kecil, Sasuke bisa melihat dengan jelas warna matanya yang hijau, rambutnya pink panjang, dan dahinya lebar, peri kecil itu kini tengah menyeringai kepada Sasuke.

"Apa kau?" Ujar Sasuke ketus, kemudian mengalihkan pandangannya menuju buku di pangkuannya.

"Hallo, Sasuke… perkenalkan, aku Sakura Haruno! Aku adalah peri junior yang masih magang di departemen kebahagiaan, kau adalah klien pertamaku… sebutkan keinginanmu!" Ujar sang peri sembari mengepakkan sayapnya lebih cepat.

Sasuke tetap diam.

"Ayolah! Akan kukabulkan semua keinginanmu, Tuan Klien." Sakura mengedipkan matanya.

Sasuke tetap diam.

"Ah, aku tahu! Kau bersedih karena dilarang oleh ibu tirimu pergi ke pesta dansa, 'kan?" Ujar Sakura sambil menaruh telunjuknya didepan bibir, berpose sealay mungkin.

"Apa wajahku terlihat seperti orang sedih?" Tanya Sasuke dengan wajah tanpa ekspresi.

Sakura menggaruk kepalanya,"umm… well, tidak... tapi aku yakin kau pasti ingin pergi ke pesta dansa, 'kan? Memohonlah, maka akan kukabulkan!" Paksa Si Peri Sakura.

"Aku malas!" Sasuke menguap lebar, matanya juga sedikit berat.

"Ayolah~! Pergi ke pesta dansa takkan membuatmu lapar, di sana banyak makanan."

"Kau saja yang pergi dari sini, hush!"

"Kumohon… pergilah ke pesta."

"…"

"Kalau kau tidak pergi ke pesta dansa, fiksi ini nggak bakal selesai, dan aku tak bisa lulus dari magang!"

"Bukan urusanku selesai atau tidak!" Bentak Sasuke, ia sudah mulai risih dengan pemaksaan yang dilakulan oleh benda kecil di depannya.

"Tuan Klien, dengarkan aku!" Sakura memberi penekanan pada tiap kata yang ia lontarkan. "Cerita ini tidak akan berjalan kalau kau menolak pergi ke pesta dansa, jangan membuat otak si penulis makin kacau hanya karena salah satu tokoh dalam fiksinya tidak ikut andil berperan!" Kalimat sang peri nampak menggurui.

Dahi sasuke berkedut, rupanya peri yang satu ini memang benar-benar suka memaksa. "Mau otak penulis kacau atau apalah, kurasa itu bukan urusanku," Sasuke merebahkan tubuhnya diatas kasur kapuknya yang sudah keras pertanda jarang dijemur.

"Benarkah? Hoo, sepertinya kau tidak tahu apa yang sedang penulis rencanakan kalau kau tetap menolak pergi ke pesta, ya?"

Sasuke mengangangkat bahunya.

"Kurasa penulis akan membuat ending cerita ini kau akan berakhir tragis dengan mati dimutilasi? Mau?" Nada Sakura nampak mengancam.

Sasuke bergidik.

Nggak penulisnya, nggak tokoh fiksinya, keduanya sama-sama sinting.

Pikir Sasuke dalam hati.

.

Dan sekarang di sinilah Sasuke berada, di dalam istana dimana banyak gadis-gadis bergosip sambil memakan cemilan dan whisky yang disuguhkan, lebih tepatnya Sasuke sedang menyendiri di dekat balkon yang jauh dari keramaian. Mereka saling memamerkan gelang kalung perhiasan mereka, menyombongkan gaun impor dari luar negri, sepatu mahal, tas kulit yang eksotis, mulai dari kulit ular, buaya, beruang, sampai kulit cicak. Kebiasaan para gadis konglomerat yang kurang kerjaan jika sedang berkumpul. Suasana ini membuat Sasuke muak. Salahkan si peri magang Haruno Sakura yang memaksanya mendatangi pesta semancam ini, Sasuke sangat benci keramaian. Kalau saja tadi Ia tidak diancam dengan berakhir tragis mati di mutilasi, Sasuke lebih memilih tidur di kamarnya atau membaca buku.

Apa lagi dengan kostum seperti ini; gaun putih dengan gembung di mana-mana, hiasan pita berwarna merah muda dengan jumlah yang tidak sedikit berada di lengan, rok, dan dada. Dilengkapi sarung tangan dengan warna senada yang menutupi tangannya sebatas siku. Rambut Sasuke yang biasanya model mencuat kebelakang, kini memakai wig warna biru tua sepinggang. Kalau bisa, Sasuke ingin menyayat peri kecil sialan itu tadi yang telah membuat dirinya jadi seperti sekarang. Dandanan yang norak, apanya peri pembawa kebahagiaan, yang ada sekarang malah kesusahan. Sasuke berani bertaruh peri Haruno itu takkan lulus dari magangnya.

Sasuke mengangkat kain panjang mengembang yang menutupi kakinya, wanita biasa menyebutnya rok. Ia memandang pada apa yang kini menjadi alas kakinya. Sepasang Sandal Swallow berwarna biru tua menghiasi kaki pucatnya. Mengingat gaun mewah dan model rambut elegan seperti tadi memang sangat tidak matching dengan sandal biru ini. Siapa lagi yang harus disalahkan? Ya memang satu-satunya kambing hitam adalah si peri Haruno. Peri magang itu tak mempunyai sepasang sepatu untuk dipakai Sasuke, alhasil Ia pergi ke pesta dansa dengan Sandal Swallow milik Fugaku yang selama ini bertengger di teras rumahnya.

"Hoi, kenapa diam saja?" Gerutu sesuatu yang berukuran kecil tepat di belakang Sasuke. Sasuke menoleh pada sumber suara, dan menemukan si peri magang Haruno sedang berkacak pinggang sambil memasang wajah garang. Tapi, segarang-garangnya Sakura, ia mempunyai ukuran terlalu kecil untuk membuat Sasuke merasa takut. "Sudah sana, cari pangeran dan berdansa bersamanya!" teriak Sakura sambil menendang lengan Sasuke sekeras yang ia bisa.

Namun pada kenyataannya tendangan keras dalam ukuran si peri bisa disamakan dengan jentikan telunjuk anak umur lima tahun, tidak ada apa-apanya. Wajar saja 'kan, jika Sasuke bergeming walaupun yang menendang sudah hampir pingsan karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga.

"Mengapa sulit sekali mengaturmu, sih, menyebalkan!" Umpat si peri. Kemudian ia mengedarkan maranya ke seluruh penjuru ruangan, mencari sang pangeran tentunya. Pandangan matanya terhenti pada seseorang yang sedang duduk sendiri dengan segelas orange juice di tangannya. Sakura langsung menyeringai.

"Hoi Uchiha, temui orang itu! Buat dia jatuh cinta padamu!" Suruh Sakura seenak jidatnya.

Dahi Sasuke berkedut, "apa maksudmu dia, seorang pria?"

Sakura mengangguk, "yang namanya pangeran pasti ber gender pria, makanya aku mendandanimu seperti ini." Lagi-lagi sebuah seringaian muncul di bibirnya.

"Aku ini masih normal, Peri Norak." Cibir sang Uchiha muda.

"Ah, so what ? Yang jelas elu harus berhasil bikin dia jatuh cinta!" Ujar Sakura dengan logat Betawi yang tiba-tiba muncul.

Sasuke mendengus, namun ia tetap beranjak menemui sang pangeran. Sakura tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya berteriak; "Ingatlah, sihir dandananmu akan hilang tepat pukul dua belas, ketika jam dinding berdentang!" peri magang yang ternyata fujoshi itu lengsung bersorak kegirangan. Karena berhasil menyelesaikan tugas laknat yang telah penulis bebankan padanya.


.


Sasuke mendekati pemuda berambut pirang yang sedang duduk termenung dengan segelas orange juice di tangannya.

Oh, jadi ini ya, pangeran yang barusan mimpi basah itu?

Pikir Sasuke polos. Setelah sampai di depan sang pangeran, Sasuke langsung saja menepuk pundaknya. Sang pangeran pun menoleh, menemukan seorang gadis berambut biru panjang dengan wajah tanpa ekspresi di depannya. Terjadi keheningan diantara mereka berdua, baik Sasuke maupun Naruto tidak berkeinginan untuk memecahnya.

Sasuke menghela napas,

oke, hanya tinggal berdansa saja, 'kan?

"Hoi, ayo dansa denganku!" Ujar Sasuke dengan tanda seru pada akhir kalimatnya. Ya, kata-kata yang berarti sebuah perintah.

Sedangkan sang pangeran hanya mengangguk, masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa ia diajak seorang wanita berdansa. Bukankah harusnya dia yang mengajak, sekarang malah diajak? Apa lagi yang mengajaknya adalah seorang wanita yang berparas cantik. Gaun yang dikenakan juga indah. Cara berjalannya anggun. Ajib~ ok, singkatnya sang pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama.

Pangeran memasuki lantai dansa. Tentu saja hal ini menjadi sebuah perhatian. Pangeran gitu loh. Banyak gadis-gadis yang melihatnya dengan tatapan iri, dan ada juga yang kagum. Pasangan Sasuke-Pangeran nampak serasi.

Kaki sang pangeran terlihat canggung katika melangkah seirama dengan musik yang mengalun. Tangan sang pangeran hendak memegang pinggang Sasuke, namun segera ditepis. Sang pangeran bingung, kemudian berhenti dan menatap gadis didepannya.

Sasuke merasa dirinya diperhatikan. "Apa kau lihat-lihat?" Hardik Sasuke kepada sang pangeran.

Sang pangeran bergidik. Tak menyangka gadis yang baru beberapa menit ditaksirnya bersikap judes padanya. Ia belum pernah sekalipun diperlakukan seperti ini. Sasukelah orang pertama yang men-judes-inya. Namun, hal ini membuatnya makin kagum dengan Sasuke. baginya, Sasuke adalah gadis yang unik.

Sang pangeran jadi berhasrat melamarnya.

"Ti-tidak, Nona… ayo dansa lagi." Sang pangeran tersenyum lebar sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Ia mencoba melangkahkan kaki seirama dengan musik

Tum paas aaye, yun muskuraaye…

Tumne Na Jaane Kya Sapne Dikhaaye

Ab To Mera Dil Jaage Na Sota Hai

Kya Karoon Haye

KuchKuch

Hota Hai

Kya Karoon Haye

KuchKuch

Hota Hai

Ok, mengapa dansa waltz diiringi lagu India Kuch Kuch Hota Hai?

Entah salah putar atau memang sebuah kesengajaan, hanya Tuhan yang tahu.

"Namaku Naruto, Namikaze Naruto." Ujar sang pangeran sembari tersenyum pada Sasuke.

Sedangkan wanita jadi-jadian di depannya tetap memasang wajah tanpa ekspresi.

"Siapakah namamu? wahai putri nan cantik jelita." Sialan Pangeran Blonde ini, Sasuke yang maskulin dan tampan ini dibilang cantik. Sasuke yang tadinya hendak memukul pipi Naruto, langsung mengurungkan niatnya. Ia masih sadar diri; bahwa sekarang ia sedang berkostum seperti perempuan.

Sasuke membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Naruto. "Aku, Sa..."

Dong... Dong... Dong... Dong...

Dong... Dong... Dong... Dong...

Dong... Dong... Dong... Dong...

Lonceng berdentang dua belas kali (bisa dihitung sendiri). Ada yang tahu setelah ini apa yang akan dilakukan Sasuke?

.

.

.

Yang jelas Sasuke tidak akan mainan tap jongkok atau petak umpet. Melainkan Sasuke langsung berlari pontang-panting keluar kastil sambil mengangkat rok gembungnya. Mencoba lari dari Sang Pangeran.

"Nona! Mengapa kau lari? Baru jam dua belas juga!" Teriak Naruto sambil mengejar Sasuke yang melesat jauh di depannya.

Yang ada di pikiran Sasuke sekarang hanya lari, lari, dan lari. Ia harus lari dan menghilang sebelum Naruto melihatnya berubah dengan pakaian gembel lagi. Sialnya, saat disihir tadi, Sasuke hanya memakai boxer hitam gambar love love dan kaus compang-camping bekas dipakai pel-pelan(?).

Sasuke menuruni tangga dengan tergesa. Namun naas, sandalnya yang sebelah kiri terlepas dari kaki mulusnya. Sudah tidak ada lagi waktu untuk mengambilnya. Akhirnya, dengan berat hati Sasuke meninggalkan sandal itu sendirian di tangga. Sasuke bisa melihat Naruto berlari hendak mengampirinya.

Mampus.

Sasuke mempercepat pelariannya. Bisa-bisa dia dituntut karena telah menipu pangeran dengan menyamar sebagai perempuan.

"Tu-tunggu! Jangan lari, sandalmu tertinggal di tangga, Nona!" Naruto memungut Sandal Swallow warna biru yang tadi ditelantarkan Sasuke.

"Ambil saja, jual di pasar loak. Aku tidak butuh!" Kata Sasuke tanpa menoleh ataupun berhenti sejenak.

Naruto kemudian menggaruk belakang kepalanya, "Aduh, gimana ya, kalo dijual satu sisi begini kan nggak mungkin laku?"

Sasuke langsung berhenti, kemudian melepas sebelah sandalnya yang satu lagi. Kemudian Sasuke melempar sandalnya yang sebelah kanan,"Sialan lo! Dasar Pangeran matrealistis!" Sasuke pun pergi, menghilang sampai tak terlihat dari halaman kastil sambil marah-marah, sampai keluar dua tanduk berwarna merah di atas kepalanya.

Naruto hanya bisa melongo melihat kepergian sang pujaan hati. Ia bersumpah akan mencarinya besok. Tak peduli harus menjelajahi dunia, biarpun harus naik gunung dan turuni lembah, walaupun harus menyelami Samudra Antartika atau empang sebelah kastil. Pokoknya sang pangeran sudah bernadzar!

"Aku 'kan belum tahu namamu, Nona."


To Be Continued


Fict ini bisa dibilang pelampiasan author karena nilai-nilai jeblok, dan peringatan berduka cita karena speedy dirumah saya dicabut sama mamake. Maaf ya, yang nungguin MCAM, minggu-minggu ini bakal di update kok! maafkan saya membuatmu menunggu, Fujoshi Nyasar.

So, bagaimana fict kali ini? Lucu? Garing? Basah? Nyemek? *halah

tuangkan pendapat kalian dalam halaman review, ya! Yang baca wajib review... saya menerima semua bentuk kritik, saran dan flame.

Terimakasih sudah mau baca~