.

o-O-o

Mythology of Naruto

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Author : Zwart Wit

Rated : T

Genre : Humor/Parody

Chapter Four : Thanatos&Sir Charon

o-O-o

Kembali ke Dunia Bawah

Tempat itu memiliki aura kegelapan yang pekat. Bahkan dari jarak ratusan meter sekalipun, aura itu sudah dapat dirasakan, baik oleh yang hidup maupun yang mati. Kabut tebal menggantung di udara, memberi hawa keputusasaan bagi jiwa-jiwa yang berada di sana. Dinding-dinding tempat itu memancarkan cahaya samar, yang bukannya mencerahkan suasana, malah membuat suasana semakin suram.

Semua hawa kegelapan tersebut berasal dari aliran air hitam pekat yang mengalir deras di dekatnya.

Sungai Styx. Pemisah dunia kehidupan dan kematian. Pemberi kekebalan bagi para Pahlawan. Pengikat sumpah para Dewa.

Tapi walaupun suram, bukan berarti yang ada di sana cuma kesedihan.

~0~0~0~

Suara kelebatan jubah menggema di sekitar tepi sungai Styx. Bahkan dalam kesuraman sungai itu sekalipun, sosoknya masih tampak mencolok. Dengan jubah hitam pekatnya yang berhias merah darah, dan rambut pirang keperakan yang kontras dengan kegelapan di sekitarnya. Dan jangan lupa sabit besar bermata tiga dengan ketajaman yang mampu memotong benda tidak padat seperti jiwa.

Ya, dialah Hidan, yang paling dikenal manusia sebagai Dewa Kematian.

Saat ini dia sedang berada di tepi sungai Styx dengan jiwa-jiwa yang baru ia ambil. Mereka menunggu jemputan yang akan mengantar mereka ke seberang sungai. Tapi karena dari tadi jemputan itu belum muncul juga, akhirnya dengan tidak sabaran Hidan berteriak,

"WOY, CEPETAN DONG! LAMA AMAT NGAYUH PERAHU DOANG!"

Tepat setelah teriakan itu bergema ke seluruh penjuru, mulai terlihat sosok samar datang dari kepekatan kabut di permukaan sungai. Sosok itu menjadi semakin jelas, sampai akhirnya terlihat bahwa sosok itu adalah seorang pendayung perahu dengan tudung menutupi wajahnya. Setelah ia semakin dekat, jiwa-jiwa di sana mulai mendengarnya bersenandung:

...

Duit-duit

Ngedayung biar dapet duit

Yang kaya disebrangin

Yang miskin ditenggelemin

(Buset, kejam amat)

...

Perahu itu pun merapat ke tepi, dan pendayung di atas perahu itu mulai berseru,

"Selamat datang para duit- eh, para jiwa sekalian! Perkenalkan, saya Kakuzu, yang akan mengantar kalian menyeberangi sungai pembatas ini, menuju dunia peristirahatan para jiwa! Entah kalian akan masuk Elysium atau Tartarus(1) biar Tuan Sasuke dan hakim lain yang memutuskan! Sekarang yang penting duit dul- eh, nyeberang dulu!"

Para jiwa langsung sweatdrop mendengar pidato singkat Kakuzu.

"Argh, udah gak usah peduliin omongan dia!" Seru Hidan tak sabaran, "langsung aja naik perahunya!"

"Eit, tunggu dulu!" Cegah Kakuzu, "Sebelumnya, cek jumlah drachma(2) masing-masing! Yang jumlahnya paling banyak boleh naik duluan!"

"RIBET AMAT SIH!" Seru Hidan sewot, "Langsung aja seberangin semuanya, orang jiwanya cuma dikit ini!"

"HEH, SABAR DIKIT NAPA?" Kakuzu ikutan sewot, "Kalo mereka diseberangin terus ternyata mereka gak punya duit, gue jadi rugi bandar tau!"

Hidan berbalik ke arah para jiwa, "Cepet keluarin duit lo semua!" todongnya.

Para jiwa itu pun mengeluarkan semua drachma yang mereka miliki. Mata Kakuzu yang sudah hijau menyeramkan jadi tambah hijau saat melihatnya.

"Oh, bagus bagus, kalian semua punya duit! Soalnya kalo gak punya, kalian bakal saya tinggal selama ratusan tahun di tepi sungai ini, khekekekeke...ayo naik perahu semuanya!"

Para jiwa pun naik perahu dengan pikiran, semoga penghuni Dunia Bawah lainnya nggak abnormal kayak yang satu ini.

Kakuzu mulai mendayung perahunya, perlahan meninggalkan tepi sungai Styx dan Hidan yang masih berdiri di sana. Setelah beberapa saat yang terasa bagai bertahun-tahun bagi Hidan, akhirnya Kakuzu kembali lagi dengan perahu yang sudah kosong.

"Khekeke...tangkepan lo hari ini bagus, Hidan, orang kaya semua cuy!" Seru Kakuzu kegirangan saat menghitung jumlah drachma-nya sambil mendayung. Hidan cuma berdecak saat menyaksikan itu. Betul-betul dewa mata duitan. Masa orang mati masih dimintai uang juga?

"Heh, lo kok tadi lama amat sih pas gue panggil? Biasanya sekali panggil juga udah muncul." Tanya Hidan.

"Ooh...itu. Tadi pas lo dateng gue lagi nyebrangin tuan Sasuke sama Dewi Musim Semi yang dia culi-eh, yang dia jemput," jawab Kakuzu santai.

"Hah, lo liat Dewi Musim Semi-nya?" Tanya Hidan antusias, "Orangnya cantik nggak?"

Kakuzu mendelik, "Dia calon ratu kita, Hidan! Lo mau dicincang jadi seribu potong dan dilempar ke Tartarus?"

"Heh, cuma nanya kok," Hidan membela diri, walaupun di otaknya sudah tersusun seribu satu cara untuk menarik perhatian sang calon ratu, "Dewi Musim Semi, ya? Wah, pasti orangnya manis sekal- . . ."

Tepat saat itu juga, terdengar suara teriakan dari seberang sungai, "JANGAN HARAP AKU MAU JADI ISTRIMU, KAU DEWA PSIKOPAT SIALAN!"

Mulut Hidan langsung menganga lebar.

Kakuzu terkekeh, "Memang manis sekali."

"Dia ngomong hal kayak gitu sama Tuan Sasuke?" Hidan melongo.

"Ya," Kakuzu anehnya terlihat bangga, "calon ratu yang hebat, eh?" tambahnya ketika dari kejauhan terdengar suara seperti dinding gua yang runtuh terkena hantaman.

Hidan dalam hati langsung membatalkan rencana untuk menggoda sang calon ratu.

"Ya udah, sekarang anterin gue ke seberang, gue mau istirahat," ucap Hidan sambil menaikkan kaki ke perahu. Tetapi langkahnya langsung dihalangi oleh Kakuzu.

"Kenapa lo?" Hidan menaikkan alis tak mengerti.

Kakuzu menyodorkan tangannya, "Duit dulu, nyebrang kemudian."

"Heh, sembarangan! Sejak kapan dewa pas nyebrang dimintain duit juga?"

"Sejak gue nyadar gue rugi berat karena selalu nyeberangin lo gratis!"

"Enak aja! Gak, gue gak mau bayar!"

"Kalo gitu lo gak bakal gue seberangin!"

"Bodo amat! Gue bajak kapal lo!"

"Sialan lo! Rasain jurus maut gue!" Kakuzu memasang kuda-kuda, bersiap melancarkan jurus terdahsyat...

.

.

.

"HYAAA! JURUS DAYUNG SAKTI PEMECAH SUNGAI!"

Hidan tidak mau kalah, "SABIT PENCABUT SERIBU NYAWA!"

Dan pertempuran besar(?) pun pecah di tepi sungai Styx.


(1) Elysium itu semacam "surga", dan Tartarus itu semacam "neraka". Selain itu juga ada padang Ashpodel, untuk mereka yang tidak baik dan juga tidak jahat.

(2) Drachma adalah uang di zaman Yunani kuno. Orang Yunani kuno biasanya menaruh koin drachma di mulut orang meninggal dengan kepercayaan bahwa koin itu akan digunakan untuk membayar Charon saat menyebrangi sungai (sebetulnya sih yang dipakai itu koin obulus, yang nilainya seperenam drachma. Tapi saya lebih suka ngegunain drachma di cerita ini.)

Sedikit informasi:

-Dewa kematian tidak sama dengan dewa dunia bawah. Dewa dunia bawah (Hades) adalah penguasa dari dunia orang-orang mati, sedangkan dewa kematian (Thanatos) adalah yang bertugas mencabut nyawa orang-orang tersebut.

-Ancaman Kakuzu tentang "dicincang menjadi seribu potong dan dilempar ke Tartarus" didasarkan pada apa yang dialami Kronos (Titan yang memimpin sebelum Zeus) setelah ia dikalahkan oleh anaknya sendiri, Zeus.

Yap, chapter ketiga! Maaf kalo bahasanya jadi non-formal gini, abis saya bener-bener gak bisa bayangin Hidan dan Kakuzu bicara pake bahasa baku (mau muntah pas bayanginnya XD). Disini udah jelas, Hidan berperan sebagai Thanatos, Dewa pencabut nyawa, dan Kakuzu berperan sebagai Sir Charon, pengayuh perahu Sungai Styx yang bertugas menyebrangkan jiwa-jiwa orang mati (Selamat misscurious, tebakan anda benar! Anda mendapatkan...er, gak dapet apa-apa dulu ya XD). Oh, ya, di profil saya ada polling "Siapa yang paling pantas menjadi Dewi Demeter". Ikutan polling ya, soalnya sumpah saya bingung siapa yang bakal jadi Demeter.

Terima kasih sudah membaca, dan dimohon kritik dan sarannya lewat review ^_^

Chapter depan: Hypnos. Coba tebak siapa yang jadi dia! Hint: Orangnya gak pemalas dan bisa membuat kamu bermimpi buruk.