Top secret

.

.

.

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Pair = Minakushi

Rated = M

Ah, emm…gimana ngomongnya, ya? Ini fic kedua Crims di jagad raya Naruto sekaligus debut pertama setelah ganti penname *LAGI!*. Agak ragu saat nge-publish karena mikir gak ada yang review karena ini rated M MinaKushi.

Oke, ini fic-nya! Bacalah…(HARUS! –Digilas-)


Chapter 1:

Do you want to know my top secret?

Uzumaki Kushina, wanita kelahiran Uzugakure yang berumur 23 tahun dengan rambut panjang merahnya yang khas. Jika mencari dia, cukup tanya 'Liat wanita berambut merah panjang bermuka sangar?' semua orang langsung mengetahuinya (please don't try it. Or Kushina will bak bik buk (?) you!). Kushina adalah seorang jounin dari Konohagakure yang terkenal dengan keganasannya dalam memburu dan menghancurkan 'mangsa'. Saat ini, Kushina sedang berada di lorong akademi Konohagakure, menuju kelas tempat dia akan mengajar. Dia berada disana sebagai guru pengganti permintaan hokage ke-3.

.

.

Siang hari sebelumnya, di kantor Hokage…

"Haa? Guru pengganti?" tanya Kushina tidak percaya sambil menggebrak meja Hokage pelan.

"Hm? Kau keberatan dengan itu, Kushina?" tanya Sarutobi ringan.

"Tidak, aku tidak keberatan. Tapi kenapa harus aku? Aku kan shinobi, bukan guru. Lagian, besok aku akan menjalankan misi…" jelas Kushina sedikit tenang namun ujung-ujungnya juga nada ucapannya marah.

"Ah, misi itu sudah digantikan oleh yang maha kuasa…" ucap Sarutobi sambil menyeruput teh-nya.

"Yang maha kuasa?" heran Kushina.

"Aaah, maksudku udah digantikan sama shinobi lain. Tidak apa, kan Kushina? Hanya sehari saja sampai guru mereka kembali dari misi…" jelas Sarutobi agak gelagapan awalnya.

"Tapi, apa anda tidak menyesal meminta aku menjadi guru pengganti?" tanya Kushina memastikan.

"Ya, enggaklah. Gak bakal nyesel, deh aku…" jawab Sarutobi dengan cara bicara anak muda.

'Tadi…dia bilang 'Ya, enggaklah…'? Apa itu cara bicara seorang hokage? Mana hokagenya udah bau tanah lagi…' pikir Kushina sweetdrop.

"Kau menerimanya, kan, Kushina?" tanya Sarutobi. "Emmm…" Kushina memegang dahinya dengan tangan kiri sebagai tumpuan tangan kanan, tanda orang sedang berfikir. Akhirnya, setelah perdebatan dan pemikiran yang panjang, Kushina pun menerima pekerjaan sebagai guru pengganti.

"Baiklah…"

.

.

.

Suasana kelas tempat Kushina akan mengajar begitu ribut dan berisik. Keberisikannya bahkan sampai menggema di lorong tempat Kushina sejak berjalan tadi. Tanpa memperdulikan suara berisik itu, Kushina tetap jalan hingga sampai didepan kelasnya. Kushina pun langsung membuka pintu kelas itu dengan lembut dan tenang, para murid hanya melihat dan kembali melanjutkan keberisikannya.

"Kakak gak lulus berapa kali, ka?" sindir salah seorang murid.

"Kelas G ada diujung deket kamar mandi. Ini kelas A, kelas elit…" lanjut temannya. Kushina cuek bebek dan berjalan menuju mejanya.

"Apa itu kelas G?"

"Kelas goblok!" jawab murid itu, teman-temannya tertawa terbahak-bahak dan Kushina tetap cuek. Dia berdiri di mejanya.

"Dih, ngapain berdiri disana? Serasa guru saja…"

Lagi-lagi Kushina tidak mengindahkannya. Saat Kushina sudah sampai pada mejanya dan menaruh buku-nya, para murid tetap berisik hingga akhirnya…

Brak! Suara meja yang dipukul menggunakan tangan berhasil menenangkan suasana berisik nan ricuh itu.

"Ada apa? Kenapa kalian diam? Tidak dilanjutkan lagi keberisikannya, ha bocah-bocah sialan?" tanya Kushina sangar saat para murid yang mendengar pukulan itu langsung duduk di tempatnya masing-masing dan tidak mengeluarkan suara sama sekali.

"Sudah keberisikannya? Gossip hot apa hari ini hingga kalian begitu ribut?" lanjut Kushina. Para murid tidak ada yang berani menjawab, semua diam dan menunduk juga gemetaran. Kushina melihat sekeliling dan melihat suasana kelas begitu sunyi.

"Kau yang didepan!" panggil Kushina sambil melempar sebuah kunai yang menancap tepat didepan meja anak itu

"Hii!" anak itu terkejut.

Brak! Kushina memukul tongkat panjang yang dikeluarkannya pada meja anak yang dipanggilnya tadi.

"Maak!"

"Berdiri dan sebutkan namamu!" perintah Kushina galak.

"Na…namaku…Na…Natsuko Yuko…" ucap anak itu mengenalkan dirinya dengan gemetar.

"Hem, tetap berdiri! Duduk, kupatahkan jarimu satu persatu. Selanjutnya, yang dipojok yang sedang makan itu!" bentak Kushina yang menaiki tangga menuju atas pojok. Yang dipanggil pun langsung tegang.

"Makan apa kau, ha?" tanya Kushina yang memukul tongkatnya lagi.

"Ti…Tidak makan apa-apa, kok, ka…" jawab anak itu berbohong.

"Haa?" Kushina memasang wajah habanero-nya, anak yang dilihat langsung makin tegang.

"Ma…makan permen…" jujur anak itu.

"Minggir kau!" usir Kushina pada anak yang duduk disebelah sasarannya itu. Setelah anak itu kabur, Kushina langsung menarik baju anak yang tadi makan itu hingga kaki anak itu tidak menyentuh tanah. "Hiii…" takut anak itu.

"Berani sekali kau makan di kelasku, bocah. Apa kau mau jika kau kuubah menjadi udang, kubungkus dengan tepung, kubalut dengan bumbu dan ku goreng di minyak panas dan jadi tempura, haa!" ucap Kushina pelan sambil tersenyum sangar dengan nada mengancam.

"Ma…maafkan aku, ka. Aku gak sengaja. Tolong jangan makan aku…" pinta anak itu menangis gaje. Kushina menatap anak itu dengan sangar dan habanero version. Lalu, tidak berapa lama Kushina langsung melepaskan cengkramannya hingga anak itu terjatuh. Anak itu langsung merangkak dan bersembunyi dibawah mejanya dengan gemetar.

"Keh, aku hanya guru pengganti disini. Aku tidak ada hak untuk mengatur dan menghukum kalian. Kali ini kulepaskan kau, bocah…" jelas Kushina yang turun menuju mejanya.

"Te…Terima kasih, ka…" ucap anak itu terbata-bata dibawah meja.

"Sekarang, kita mulai pelajarannya!" kata Kushina dengan lantang dan dengan tongkat yang ditopang di pundaknya.

"Oi, bu guru…jangan galak-galak, dong…" sambar seseorang dari luar dengan nada ngejek. Kushina menoleh dan melihat Inoichi dengan muka sumpah ngeselin banget.

"Berisik kau, Inoichi! Pergi sana!" kesal Kushina, Inoichi kabur. "Habanero was angryyy!" jerit Inoichi ngejek.

"Inoichi!"

"Dasar! Si anjing sialan itu. Kembali serius, bocah! Buka buku kalian…" perintah Kushina setelah mendengus kesal akibat ulah Inochi. Anak-anak menurut dan langsung membuka buku dan menulis saat Kushina juga tengah menulis memakai kapur.

"Kushina-sensei…" panggil orang dari luar kelas. Kushina menoleh dan melihat Fugaku. "Ada apa, Fugaku? Kau menggangguku!" kesal Kushina yang berhenti menulis begitu juga murid-muridnya.

"Kau dipanggil…" ucap Fugaku terpotong-potong.

"Sama siapa?" Kushina mulai penasaran.

"Sama yang maha kuasa. Wekawekawekaweka!" ejek Fugaku sembari tertawa dan ngibrit.

"Fugakuu!" kesal Kushina yang melempar kapur namun tidak kena Fugaku yang udah dash MAX.

"Ampun, deh! Dasar mereka berdua. Oi, kau yang duduk didekat pintu, cepat tutup pintunya! Tiap ada yang lewat aku langsung esmosi…" perintah Kushina sambil bersilang dada.

"Ba…baik…" pintu ditutup oleh anak itu.

.

.

"Se…Sensei…" panggil salah satu murid takut-takut. "Ah?" Kushina tanpa menoleh dan tetap menulis, ciri guru yang sama sekali gak niat ngajar.

"Kami tidak tahu siapa nama sensei. Sejak tadi sensei tidak memperkenalkan diri…" ucap gadis yang bernama Yuko tadi.

"Benarkah? Hmm, aku lupa. Baiklah, namaku Uzumaki Kushina. Cukup?" Kushina memperkenalkan dirinya begitu singkat dan cepat hingga murid-muridnya rada jawdrop.

"Kok cuma itu?" keluh salah seorang murid.

"Hh, Kalian mau tau apa lagi dariku?" tanya Kushina sedikit heran dan mulai masuk kedalam pembicaraan. "Kushina-sensei tinggal dimana? Statusnya apa?"

"Aku tinggal gak jauh dari sini. Statusku? Dilihat juga tahu, kan? Aku seorang jounin…" jawab Kushina santai.

"Duuh, bukan status itu. Status sensei udah menikah atau masih single. Dan lebih penting, Kushina-sensei masih perawan atau enggak."

"Kenapa aku harus memberitahu itu pada kalian? Statusku perawan atau enggak itu rahasia. That's my top secret. Kalian yang masih kecil dilarang mengetahuinya. Dan darimana kalian mendengar kata-kata perawan? Itu bukan ucapan anak seumur kalian!" jelas Kushina tegas.

Saat dia mengatakan 'That's my top secret…' seorang pria lewat. Pria gagah dengan warna rambut menyolok dan tampang yang bisa membuat wanita disekitarnya terkapar dengan mulut berbusa bahkan kehilangan nyawa dengan cepat, Namikaze Minato. Mata Kushina melirik keluar saat dia lihat Minato berjalan.

"Sedang apa dia disini? Apa dia juga disuruh jadi guru?" batin Kushina dengan wajah sedikit merah.

"Kushina-sensei?"

- Skip kegiatan Kushina di akademi, langsung saat jam pulang akademi –

Mendengar loncengan bel pulang, para siswa langsung berhamburan keluar. Kelas yang tadi Kushina mengajar juga sepi dan hanya tersisa dirinya saja.

"Hh, jadi guru capek juga…" keluhnya yang membereskan buku-buku bawaannya.

"Lho? kau belum pulang, Kushina?" tanya seorang pria tiba-tiba sambil masuk kedalam kelas dimana Kushina sedang seorang diri.

"Minato? Kau juga jadi guru pengganti?" heran Kushina.

"Iya. Anak-anak di kelasku lucu-lucu juga. Mereka asik, lho. Bagaimana dengan siswa di kelasmu?" jelas Minato sambil tertawa senang.

"Yah, lumayan. Gak terlalu buruk…" singkat Kushina menghela nafas.

"Hahaha, kau terlihat lelah, Kushina…" kata Minato.

"Diamlah…" sinis Kushina.

Mereka pun keluar bersama dan menelusuri lorong bersama sembari ngobrol tentang kegiatan mengajar mereka tadi. Diselingi dengan canda tawa dan sedikit adu argument, mereka akhirnya keluar dari akademi. Minato kemudian mengajak Kushina kesebuah tempat sebelum mengantar Kushina pulang.

"Kau mau mengajakku kemana, sih?" tanya Kushina heran saat mereka berdua berjalan agak kedaerah hutan.

"Aku agak lelah saat tadi menjadi guru. Aku mau ngasih tau kau tempat yang menyegarkan untuk melepas keletihan. Kau juga lelah, kan?" jawab Minato yang masih sedikit misterius menurut Kushina. Gadis merah itu hanya keheranan dan bertanya-tanya 'Mau dibawa kemana aku?'

"Itu tidak menjawab pertanyaanku, Minato…" keluh Kushina kemudian.

"Ikut aja napa? Cerewet banget…" Minato balik mendengus kesal.

"Ekh? Kok kau yang mendengus kesal, sih? Kan harusnya aku. Aku mau dibawa kemana?"

"Kan tadi udah kubilang, ke tempat dimana aku biasa melepas keletihanku…" ucap Minato tanpa menoleh dan tetap jalan menggandeng Kushina.

"Iya aku tau. Maksudku, kau mau ngajak aku kemana? Ke taman kek, ke kolam kek, ke jembatan desa kek, ke rumah kek…" Kushina mengomel sembari memberitahu beberapa tempat yang keluar begitu saja dimulutnya tanpa dipikirkannya dahulu.

"Rumah? Kau mau aku mengajakmu kerumahku?" tanya Minato tanpa melepaskan tangan Kushina dan menoleh pada wanita itu.

"Eh? Ah, enggak! Aku enggak bilang begitu, kok…" panik Kushina yang langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan hangat Minato.

"Tadi kau bilang 'rumah' kok…" ucap Minato polos.

"Eh? Iya, tapi bukan berarti aku minta kau untuk mengajakku ke rumahmu. Aku hanya memberi contoh karena kau tidak mau ngasih tau ngajak aku kemana…" jelas Kushina menggerutu.

"Kalo kau mau ke rumahku boleh aja…" santai Minato tanpa beban dan tanpa memikirkan perasaan Kushina yang mau meledak.

"Ni cowok santai banget, sih?" batin Kushina berkata.

"Ti…Tidak usah. Udah jam 6 sore, lagian gak enak kalo cewek main ke rumah cowok…" tolak Kushina dengan wajah merah dan dengan kedua telapak tangan sejajar pada dadanya.

"Apa salahnya? Kau udah sering menjalankan misi bersamaku sejak 10 tahun yang lalu…kenapa gak enak?" heran Minato yang benar-benar tanpa beban.

"Ti…Tidak usah. Aku pulang saja…"

Saat Kushina berbalik, Minato memegang tangannya. "Kau yakin?" Minato memastikan keputusan Kushina. Kushina pun tidak dapat berkutik. Jauh didasar hatinya, dia emang pengen ke rumah Minato karena gak pernah masuk kedalam rumah pria kuning itu. Kushina membuang wajahnya untuk sementara sembari menggigit bibir bawahnya karena bingung harus milih apa.

"Se…sebentar aja…" jawab Kushina malu-malu + menunduk dan hanya matanya yang melirik keatas. Minato tersenyum puas.

"Dari tadi aja napa ngasih jawabannya. Ribet banget, hehe…" ucap Minato sambil mengajak-acak kecil puncak rambut Kushina yang berwajah merah.

"Dasar cowok aneh. Kenapa bisa santai begitu, sih? Apa saraf perasaan malunya udah putus, ya?" batin Kushina.

"Hemm, sudah sampai sini, jauh lagi kalo jalan ke rumahku. Lewat jalan pintas aja…" kata Minato nyengir tepat dihadapan wajah Kushina.

"Jalan…pin…tas? Eeh?"

Kushina terkejut saat dirinya tiba-tiba dipeluk oleh Minato (posisi: punggung Kushina menyentuh dada Minato, Kushina menghadap depan).

"Tu-…apa yang kau laku-…"

"Jangan kedipkan matamu!" seru Minato sambil nyengir. Wajah Kushina memerah. Apalagi, saat Minato yang entah sadar atau tidak memegangi dadanya.

"Ta…Tangan…nya…" batinnya berdebar-debar.

"Oke…" Minato mengambil ancang-ancang, Kushina memejamkan matanya dan tiba-tiba, mereka berdua menghilang.

"U…uuh…" Kushina membuka matanya dan tiba-tiba dia sudah ada disebuah ruangan, bukan di hutan lagi. Di ruangan itulah, Minato melepaskannya.

"Ini…di…"

"Fuuh, ternyata berfungsi juga. Hehe…" kata Minato yang berjalan menuju lemari kecil dan memegang sebuah kunai berbentuk unik dengan tulisan ditengahnya.

"He?"

"Ah, ini namanya Hiraishin no Jutsu. Di kunai ini kutempeli kertas segel yang dapat membuatku kemari dalam sekejap…" jelas Minato menjelaskan jurus yang dipakainya.

"Hiraishin?"

"Itu jurus yang kuciptakan dan ini adalah percobaan pertama. Nih, kuberikan kau satu. Kalo ada apa-apa aku bisa langsung ketempatmu…" Minato pun memberikan kunai itu pada Kushina. Kushina pun menerimanya dengan senang hati.

"Terima kasih…" ucapnya pelan.

Minato lalu melepaskan jaketnya dan menggantungkan di lemarinya.

"Um, ngomong-ngomong, ini rumah…Kyaaaaaaa! Apa yang kau lakukan, Minato!" entah kenapa Kushina langsung menjerit saat dia menoleh ke belakang dan melihat Minato yang sedang telanjang dada.

"Hn? Ganti baju…" jawab Minato polos. Kushina langsung berbalik dengan wajah merah, tidak mau melihat Minato.

"Ka…Kau gila! Disini ada seorang wanita, bodoh!" kesal Kushina.

"Ahaha, maaf, maaf. Karena udah sering bersama denganmu, kupikir kau gak bakal kaget melihat aku telanjang dada." ucap Minato memakai pakaiannya dan tertawa tanpa dosa, tidak memikirkan perasaan Kushina yang mau meledak.

"U…Uukh!"

"Tapi, aku gak nyangka kau bakal teriak sampai seperti itu. apa ini pertama kalinya kau melihat seorang pria telanjang dada?" tanya Minato.

"Bu…Bukan urusanmu. Diamlah!" gerutu Kushina.

Setelah Minato memakai baju dan Kushina mulai tenang, Kushina mulai bertanya hal yang tadi terpotong oleh jeritannya.

"Minato, ngomong-ngomong ini rumahmu?" tanya Kushina.

"Iya. Maaf kalo agak berantakan. Kemarin baru pulang misi, jadi belum sempat dibersihkan…" jawab Minato sambil senyum dan berjalan kearah Kushina.

Kushina terdiam dan melihat sekeliling kamar Minato ini. Dalam pandangan matanya, kamar ini bersih dan barang-barangnya tersusun rapi. Dia juga mencium aroma yang tidak asing lagi di indera penciumannya, aroma tubuh Minato. Kushina berdiri ditengah ruangan, hanya berdiri dan bisa dibilang tenggelam pada pikirannya tentang kamar ini. Sementara Minato sibuk menutup gorden dan menyalakan beberapa lampu.

"Kalo begini dibilang berantakan, rapi-nya kayak gimana?" heran Kushina berbisik.

"Duduk saja, Kushina. Aku buatkan kau minuman…" ucap Minato sambil menepuk pelan punggung Kushina dan berlalu menuju dapur.

"Hei, aku saja yang buat minumannya…" ucap Kushina menghentikan langkah Minato.

"Ha? Kau kan tamuku, masa kubiarkan seorang tamu membuatkan minumannya sendiri?" keluh Minato bertolak pinggang.

"Lebih tidak enak lagi jika pria membuatkan minuman seorang wanita, bukan?" Kushina berjalan menuju Minato. Minato terdiam mendengar ucapan Kushina.

"Hmm, bagaimana jika kita saling membuatkan minuman? Aku membuatkan minuman untukmu, kau membuatkan minuman untukku, gimana?" usul Minato. "Nah, itu baru pas…" senang Kushina sambil wink dan Minato hanya nyengir.


Setelah membuatkan minuman, Minato dan Kushina duduk di sofa sembari nonton televisi. Percakapan mereka juga biasa-biasa saja bahkan diselingi canda tawa juga sampai akhirnya pertanyaan Minato membuat suasana sedikit serius.

"Tadi aku sempat dengar saat murid kelasmu bertanya apa statusmu dan kau jawab 'That's my top secret'. Emang statusmu apaan?" tanya Minato polos.

"Heh, kepikiran dengan statusku atau penasaran tentang cintaku atau penasaran apakah aku masih perawan atau enggak?" tanya Kushina balik sambil senyum licik setelah meminum minumannya.

"Yah, enggak juga, sih. Tapi aku penasaran aja sama keduanya…"

"Sebelum kuberitahu statusku, aku pernah dengar sebuah lagu…kau mau dengar? Aku cukup suka dengan lagu itu…" ucap Kushina yang duduk agak menjauhi Minato.

"Lagu apaan? Dan kenapa kau duduk menjauhiku?" heran Minato. Kushina hanya tersenyum kecil.

==========================================TO BE CONTINUED======================================

RnR please, begitu review di fic ini melewati angka 10, pasti bakal langsung update. Jika kurang dari 10…yaah, nunggu aja ampe dapet angka 10 *dilindas*. Jadi, sebarkan fic ini pada teman kalian dan suruh dia baca dan jangan lupa untuk di review. Gak author juga gak apa-apa, kok. *digilas*. Y…yah, intinya review saja fic ini..sampai jumpa.

Lemon muncul di chap berikutnya.