Sekarang di Jepang sedang musim gugur yang berarti musim dingin semakin dekat. Musim dingin identik dengan liburan natal dan tahun baru. Pastinya setiap orang merasa bahagia menyambut natal dan tahun baru yang sebentar lagi datang. Tapi, lain halnya dengan Haruno Sakura. Gadis berambut pink seleher dengan mata zamrud yang menyejukkan dan selalu memakai kacamata berwarna putih di frame-nya ini malah merasa sangat benci dengan musim gugur tahun ini.

Chocoaddicted Present...

My Psycho Student

Naruto © Masashi Kishimoto

Inspirited by Shiiba Nana Gorgeous Twins

Warning!: OOC, AU, GAJE, ABAL, TYPO and MISS-TYPO (semoga gak ada…), EYD YANG TIDAK KONSISTEN, JAYUS, GARING (KRIUK KRIUK)

DON'T LIKE? DON'T READ!

Chapter 1: The Beginning Of Story

.

.

.

Sakura sedang memandang langit dari kaca mobilnya. Ia bersama kedua orangtuanya sedang menuju Konoha, sebuah kota yang maju tapi keadaan lingkungannya tetap asri. Kemajuan kota itu tidak kalah dengan kota Tokyo.

Gadis itu beserta kedua orangtuanya yang tercinta pergi ke Konoha karena mereka pindah—dengan dipaksa oleh orangtua dan kakaknya—dari Tokyo demi pekerjaan sang ibunda tercinta yang seorang dokter yang dipindah tugaskan dari Tokyo ke Konoha.

Awalnya Sakura tidak mau pindah ke Konoha karena kepindahannya tergolong mendadak dan ia tidak mau kehilangan teman-temannya yang ada di Tokyo. Tapi, berkat rayuan gombal maut kakaknya yang imut nan menggemaskan—Sasori—dengan mengorbankan laptop kesayangannya untuk dipinjamkan ke adik semata wayangnya, akhirnya Sakura pun luluh dan mau pindah ke Konoha.

Ya, walaupun cuma dipinjemin sih, tapi Sakura tetap saja kegirangan. Gimana tidak? Di laptop Sasori itu ada game yang Sakura sukai, cowok pun lewat deh! Rasa suka Sakura sudah menggebu-gebu dengan game itu.

Lalu, di mana sang kakak yang imut, baik hati nan menggemaskan itu? Ternyata ia sedang seminar di London. Kakaknya memang seorang seniman yang berbakat. Kemampuannya tidak bisa diragukan lagi.

Sebenarnya game itu tergolong game yang biasa saja, cuma tebak-tebakan Bahasa Inggris, tapi butuh penggunaan verb(1) yang banyak. Nah, berhubung Sakura itu suka banget sama Bahasa Inggris, jadi ia bisa menjawab tebak kata itu. Ia bahkan sudah pernah tes toefl(2) yang seharusnya tes itu untuk masuk ke Universitas di Eropa atau Universitas Negeri di Jepang, padahal Sakura masih kelas dua SMA loh.

Singkat cerita, si Sakura bersama ayah dan ibunya sudah sampai di rumah barunya. Rumahnya lumayan besar. Gaya arsitekturnya itu loh yang ruarr binasa! Ehem, maksudnya luar biasa. Kenapa bisa luar biasa? Karena rumahnya itu kayak rumah di jaman samurai dulu, sangat tradisional dan sarat akan nilai budaya.

Di rumah itu tidak ada garasi. Jangan harap deh soalnya pad jaman samurai kan belum ada mobil sama motor, jadi tidak butuh yang namanya garasi, right?

Terdapat dua buah daun pintu yang besar dan kokoh sebagai pintu gerbang rumah itu. Pintu gerbang itu terbuat dari kayu berwarna kuning kecokelatan. Rumah itu dikelilingi oleh tembok besar yang diberi genteng. Pas kita membuka pintu gerbangnya, kita disambut dengan jalanan setapak yang terbuat dari batuan berwarna abu-abu tua. Halaman rumah itu cukup luas. Di sebelah kanan ada taman bunga, ada bunga mawar, melati, lili, dsb. Sedangkan di sebelah kiri ada sesuatu yang spesial yaitu pohon sakura yang tidak begitu besar. Ya walaupun daun dan bunganya lagi berguguran, tapi tetap saja itu tidak menghilangkan kesan eksotis dari pohon yang menjadi icon Negara Matahari ini.

Di bawah pohon Sakura ada dua bangku kayu dan meja kayu yang kecil. Di samping meja dan bangku itu ada kolam ikan yang di atasnya ada sebuah bambu yang bisa menjatuhkan airnya kembali ke dalam kolam ikan. Well, benar-benar halaman rumah yang indah bukan? Tidak salah ayahnya yang seorang novelis mesum itu memilih rumah ini sebagai tempat tinggal Haruno yang baru.

Sakura memandang takjub rumah barunya itu. Sepertinya ia akan betah tinggal di sini dan melupakan kota metropolitan yang banyak polusi itu. Sakura membuka pintu utama rumah barunya, pintunya seperti pintu gerbang hanya saja lebih kecil dan tidak sekokoh pintu gerbang.

Ada sepetak teras rumah ketika kita membuka pintu utama itu, teras yang digunakan untuk melepaskan sepatu atau sandal dan meletakkannya di rak sepatu di sebelah kanan teras atau biasa disebut genkan dan di sebelah kirinya ada sebuah guci besar yang digunakan untuk menaruh payung.

Lantai rumah terbuat dari kayu, Sakura berjalan sebentar dari genkan dan menemukan ruang tamu. Di samping kanan ruang tamu adalah kamar Sakura, Sakura masuk ke dalam kamar itu dan meletakkan kopernya. Dia kembali mengelilingi rumah ini untuk melihat-lihat keindahan rumah barunya.

Di samping kamar Sakura ada kamar mandi yang cukup besar. Dan di samping kamar mandi adalah kamar kakaknya, Sasori. Di depan kamar Sasori adalah kamar ayah dan ibunya, tapi dibatasi oleh sebuah ruangan yang tidak disekat yang gunanya sebagai ruang mencuci.

Di samping kamar mimi dan pipinya Sakura ada ruang makan. Dan di samping ruang makan ada dapur yang tepat di sebelah kiri ruang tamu. Di belakang ruang tamu ada ruang tengah untuk keluarga bercengkrama. Di halaman belakang ada tempat jemuran pakaian dan sebuah gudang di sebelah kanan rumah.

Sakura kembali lagi ke kamarnya untuk mengambil laptop Apple hitam kesayangan kakaknya dan membawanya menuju kursi yang ada di bawah pohon Sakura dan di samping kolam ikan.

Sakura sibuk menjawab tebak-tebakan di game yang ia mainkan. Sesekali ia memakan keripik kentang yang sengaja diletakkan di meja yang ada di samping kanan kursinya. Saat ia asik memainkan game itu tiba-tiba ada seekor kecoa terbang ke arahnya.

-WUIIIINGG-

Saat Sakura menegakkan kepalanya yang sebelumnya terfokus menatap layar laptop yang ada di pangkuannya, ia melihat suatu makhluk yang berwarna cokelat kemerahan terbang ke arahnya.

"Kyaaaaa!" Sakura menjerit dan segera berdiri lalu pergi menjauhi kecoa itu.

-KEDEBUK, BRUK, BYUUUR-

Sepertinya ada sesuatu yang jatuh ke dalam kolam ikan. Sakura mengangkat kedua tangannya di depan mukanya, di mana laptop yang tadi ia pegang di pangkuannya?

"Kyaaaaaa!" Sakura menjerit kembali, namun kali ini lebih kencang.

Segera dia mengambil sesuatu yang jatuh ke dalam kolam ikan yang sangat mengenaskan. Ia baru menyadari bahwa benda yang terjatuh ke dalam kolam tersebut adalah laptop milik kakaknya.

"What the…" Sakura meletakkan benda yang sudah basah kuyup itu ke atas meja di dekat kolam ikan, tapi tiba-tiba keluar kilatan cahaya dan…

-BUSH!-

Keluar asap putih dari laptop hitam itu seperti wedus gembel saat merapi akan meletus dan laptop itu kini benar-benar sungguh tidak bernyawa.

Sakura terus menatap laptop itu dalam kebisuan, ia tidak percaya kalau laptop itu dengan cepat ia rusakkan. Akhirnya ia pun sadar dari kebisuannya dan sekarang ia sedang berlari-lari, mondar-mandir di dekat kolam ikan sambil memegangi kepalanya dan memukul-mukulkan kepalanya yang tidak berdosa itu, cuma otaknya aja yang dodol kebangetan.

"Ada apa sih Sakura sayang? Kok ribut-ribut?" tiba-tiba ayahnya datang ke tempat bencana, bencana yang dibuat oleh Sakura dan kecoa sialan itu.

"Otou-san?" Sakura kaget dengan kehadiran sang ayah yang tinggal beberapa langkah lagi sampai di tempat di mana Sakura berdiri.

Dengan sigap Sakura menutupi laptop itu di belakang badannya, "Eng-enggak ada apa-apa kok, hehehe," Sakura mencoba tersenyum, tapi kelihatan canggung dan mencurigakan sekali.

"Yakin?" tanya ayahnya sambil membaca novel buatannya yang berwarna orange.

"Yakin. Absolutely!" jawab Sakura dengan menganggukkan kepalanya.

Datanglah ibunya Sakura dengan mimik penasaran yang sangat terpeta di wajahnya, walaupun sudah tua, tapi ibunya Sakura tetap awet muda, itulah hebatnya menjadi dokter bedah, "Ada apa Jiraiya-koi, Sakura-chan?"

"Tadi aku dengar ribut-ribut dari sini dan ada suara sesuatu yang nyebur ke dalam kolam ikan," ayahnya Sakura yang ternyata bernama Jiraiya menjawab pertanyaan istri tercintanya, Tsunade.

Tsunade menaikkan sebelah alisnya menatap Sakura. Seolah tahu bahwa ibunya meminta alasan yang logis dan masuk akal juga relevan dan real, Sakura menjawab, "Tadi ada kodok masuk ke dalam kolam ikan kok okaa-san, terus karena aku kaget jadi aku teriak, hehehe,"

"Kodok?" Tsunade memincingkan matanya dan menatap lurus mata Sakura. Sakura lagi-lagi cuma mangguk-mangguk dengan cepat kayak anak metal, tidak takut kepalanya kecengklak karena perbuatannya itu.

"Okaa-san harap kamu gak bohong ya, Sakura-chan! Kalau kamu bohong, kamu tahu sendiri akibatnya!" Tsunade menyeringai dan mengeluarkan aura hitam dari balik tubuhnya membuat Sakura menelan ludah.

Setelah berhasil lolos dari interogasi Tsunade, Sakura segera mengambil sepedanya yang berwarna merah dan meletakkan laptop kakaknya ke dalam ranjang sepeda lalu mengayuh sepedanya mencari toko servis komputer.

o.O.o.O.o

Sakura memarkirkan sepedanya tepat di depan sebuah toko jasa servis komputer. Dia segera masuk ke dalam toko tersebut dan menuju sebuah meja dimana sesosok pria bermasker hitam sedang duduk sambil menghitung uang, lembar demi lembar, receh demi receh.

"Om! Bisa servis laptop kan ya?" tanya Sakura dengan napas tersengal-sengal.

Orang yang dipanggil 'Om' oleh Sakura malah menautkan alisnya, "Jangan panggil gue, 'Om'!"

"Terus panggil apa dong, om?" Sakura manaikkan sebelah alisnya karena orang yang di depannya ini emang pantes Sakura panggil 'Om' atau malah 'Kakek'.

"Om lagi, om lagi! Panggil gue KAKANDA!" perintahnya dengan penekanan pada kata KAKANDA.

Sakura sweatdrop sebentar lalu bertanya lagi, "Toilet dimana ya, om?"

"Di sana, emang ngapa lu nanya-nanya toilet?" orang itu menunjuk toilet yang ada di belakang ruangan.

"Mau muntah, om!" Sakura segera berlari ke arah toilet dan memuntahkan segala isi perutnya. Bukan karena dia masuk angin atau hamil tapi karena itu orang maunya dipanggil kakanda, bukannya om.

Sakura kembali lagi menghadap om-om itu, tapi om-om itu mengadahkan tangannya, "Kenapa, om?" tanya Sakura dengan wajah polos.

"Bayar toiletnya! Lu kira gratis apa?"

"Yaelah om, pelit bener. Aku kan muntah gara-gara om juga! Emang berapa? Seribu kan?" Sakura merogoh saku celananya.

"Seribu mbahmu! Kalo buang air kecil itu goceng, buang air besar ceban, buang limbah(?) lima belas ribu, buang muntah dua puluh ribu," ucapnya dengan tersenyum lebar dibalik maskernya.

"Mahal amat om? Nih!" Sakura menyerahkan uang dua puluh ribu yang dia punya selembar-lembarnya. Om itu makin tersenyum lebar sampe batas pipinya.

"Bagus, anak manis. Nah, ke sini mau benerin lepi (baca: laptop) kan? Mana lepinya?"

Sakura menyerahkan laptop Apple kakaknya dan menunggu si om memeriksa keadaan laptop yang sekarat itu.

"Hidan! Kemari lu! Ada pasien baru nih!" teriak si om.

Lalu datanglah sosok yang berambut licin, sampai-sampai seekor kutu bias terpeleset, "Apaan sih Kakuzu? Yang laen aja belom kelar, udah ngambil pasien baru lagi aja lu!"

"Biarin! Yang penting fulus," ujar Kakuzu sambil menggerakkan jempol dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Dasar lu! Ama duit aja mata lu ijo!" Hidan mengambil laptop dari tangan Kakuzu.

"Om, gimana si Blacky nasibnya?"

"Haaaah… Lu yakin mau tahu keadaan lepi?" tanya Kakuzu dengan muka yang dibuat sesedih mungkin. Sakura mengangguk dengan cepat.

"Baiklah, pertama gue kasih tau ke lu supaya lu sabar dan banyak-banyak berdoa supaya lepi lu cepet sembuh. Lepi lu bener-bener sekarat dan harus dirawat inap selama dua minggu dan biayanya gue kasih murah aja buat pelajar kayak lu," Kakuzu menulis sesuatu di atas sebuah buku. Rupanya buku pasien-pasien lepinya dan dia mencatat Blacky Apple sebagai pasien ke dua puluh tujuh minggu ini.

Sakura tersenyum senang mendengar kata-kata Kakuzu karena om itu mau memurahkan biayanya khusus Sakura yang masih pelajar kelas dua SMA ini, "Berapa,om?"

"Lu jangan panggil gue 'Om' mulu kenape!" Kakuzu menghela napas berat, "Tiga juta aja deh,"

"APA? Itu Blacky Apple aja harganya sepuluh juta om, mahal amat sih sampe tiga juta?"

"Itu udah gue kasih diskon lima puluh persen,"

'What the hack! Itu diskon lima puluh persen? Gila nih om-om! Rentenir abis!' inner Sakura berteriak-teriak kesal.

"Ah kaga mau aku! Ya udah aku mau ke tempat servis yang lebih murah aja!" seru Sakura kesal.

"Eh adik manis, coba baca ini!" Kakuzu menunjuk tulisan besar di dinding yang ada di atas kepalanya.

Anda masuk, Anda TIDAK bisa keluar.

Anda TIDAK setuju dengan transaksi? Barang Anda milik kami.

Sign,

Kakanda Kakuzu

Setelah membaca tulisan itu Sakura berteriak sambil mengacungkan tangannya ke depan muka Kakuzu, "Ini monopoli perdagangan!"

"Terserah adinda aja deh mau ngomong apa, jadi setuju gak tiga juta? Kakanda jamin gak ada tempat servis komputer lagi selain di sini," tanya Kakuzu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Huwaaaaa! Oke oke, aku setuju!" teriak Sakura sambil nangis karena kesel.

"Khukhukhukhu, gitu dong anak manis. Ini tanda kamu servis di sini, seminggu lagi bayar dp-nya ya, lima puluh persen alias sejuta lima ratus," Kakuzu menyerahkan selembar kertas pada Sakura.

Setelah mengambil kertas itu dengan kasar, Sakura segera keluar dari toko itu.

"Sial! Dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu dalam waktu dua minggu? Niichan juga mau pulang sebulan lagi! Aaarrrghh!" Sakura mengacak-acak rambutnya, "Kami-sama, tolonglah aku yang lemah dan tidak berdaya ini," Sakura berdoa dengan merapatkan jari-jarinya.

Sakura mengayuh sepedanya dan sampai di sebuah tikungan ia menemukan sebuah tiang listrik yang di tempeli pamflet berwarna hitam dengan awan merah, Sakura pun membacanya karena tertarik dengan design pamflet itu.

Dibutuhkan SEGERA!

Guru Privat Bahasa Inggris.

Persyaratan:

Toefl minimal lima ratus!

Pria atau Wanita, yang penting JANGAN BANCI!

Gaji:

Tiga juta ryo perbulan.

Jika Anda berminat segera datangi kediaman komplek Uchiha nomor satu.

"Thanks a bunch, Kami-sama! You are my loooooord!" teriak Sakura.

-PLETAK!-

Sebuah baskom mendarat di kepala Sakura membuat kepala Sakura benjol.

"Heh bocah! Jangan teriak-teriak udah maghrib tau!" seorang tante yang tadi melemparkan baskom ke kepala Sakura dari lantai dua rumahnya kelihatan kesal memarahi Sakura.

"Hiiii ada wewe gembel!" Sakura segera mengayuh kembali sepedanya menuju rumahnya, "aduh sial! Sakit banget lagi kepalaku," rintihnya.

o.O.o.O.o

"Sakura, kau telat lagi hah? Jangan pakai sepatu di dalam rumah, baka!" teriakan Tsunade memberikan simfoni mengerikan di pagi hari ini.

Sakura mengayuh sepeda merahnya dengan cepat. Ia cantik sekali dengan seragam barunya. Sebuah kemeja putih yang dilapisi rompi warna hitam, dasi yang membentuk tanda 'X' di kerahnya, blazer hitam, rok kotak-kotak berwarna merah-hitam, sepatu hitam dan kaos kaki hitam sampai lutut.

Dia terus mengayuh sepeda sampai kacamatanya hampir jatuh dari tulang hidungnya. Sudah terlihat gerbang sekolah yang akan di tutup sebentar lagi.

"STOOOOPP!" teriak Sakura dengan kencang.

Satpam yang mau menutup gerbang pun menutup telinganya takut suara Sakura tadi memecahkan gendang telinganya. Sakura gak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia pun langsung mengayuh sepedanya lebih kencang dan berhenti di lapangan parkir.

"Yokatta!" serunya setelah berhasil masuk ke dalam sekolah.

To Be Continue…

A/N: fict ini saya edit abis! Fuuuuh… *ngelap keringet* semoga readers suka ya, soalnya saya agak kurang srek sama yang kemaren. Gimana readers sama fict yang gaya bahasanya saya ubah ini? Jelek ya? aduh pesimis nih saya *mojok di sudut kamar sambil gigitin jari*. Yang udah review kemaren thank you so much ya! mian saya updatenya telaaaaaat banget, hehehe *innocent* saya bales reviewnya lewat pm.

Verb: kata kerja dalam bahasa inggris, contohnya: read, eat, make, is, are, dll yang saya yakin readers pada tau, fufufu…

TOEFL atau Test of English as a Foreign Language adalah salah satu model pengujian bahasa inggris yang digunakan untuk mengukur kemampuan mereka yang tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa ibu (bahasa Negara asalnya) dengan tujuan ingin studi atau bekerja di negara-negara dimana bahasa inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.