TRUST ME

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Trust Me © Yuka Momoyuki

~Ichi no 'UchiZuNa'

Pairing : SasuNaru

Rated : K+

Genre : Romance, Friendship

Summary :

Sasuke sendirian tak ada seorang pun yang berniat menjadi temannya. Naruto yang hanya murid pindahan penasaran akan kisah seorang Uchiha bungsu. Mampukah seorang Naruto menjadi teman sejati Sasuke dan menguak rahasianya.

Warning :

OOC, typo (s), Yaoi, Boys love, multichapter yang lama berlanjut

Dia berjalan mengikuti arah awan. Seorang lelaki yang bernama Sasuke. Putra bungsu dari keluarga Uchiha. Langkahnya berpadu dengan rambut yang melawan gravitasi, seakan menantang langit. Mata kelamnya bertolak belakang dengan langit yang jatuh pada neraka hitam itu. Ia sendiri. Ya, sendirian tak ada seorang pun yang berniat menjadi temannya. Teman sebagai pengusir sepi yang sering menerpanya. Ia begitu mengerti akan kesalahan yang ia perbuat tapi dalam hatinya ia bertanya, "Apa itu sebuah kesalahan?". Semua terasa sangat tak adil. Ia tak memiliki teman karna sesuatu yang tak pantas dirundingkan. Ia tetap berjalan. Kesunyianlah yang selalu menemaninya. Ia tak bergeming sedikit pun ketika langkahnya terhenti di depan sebuah gerbang besar yang bertuliskan, "Konoha gakuen" pada puncaknya. Kaki puith porselennya melangkah memasuki sekolah itu. Semua tetap tak bersuara sampai terdengar seorang perempuan berbisik menyerukan namanya. "Itu…. SASUKE-KUN!" teriak perempuan itu diikuti teriakan dan teriakan lain dari teman-temannya. Inilah salah satu penyebab mengapa seorang Uchiha yang sempurna di benci. Ya karna kesempurnaanya yang membuat semua orang iri bahkan benci. Banyak lelaki yang memandangnya dengan tatapan membunuh. Tapi banyak juga perempuan yang memandang pria oniks ini dengan tatapan terpesona. Ia tetap berjalan walau di hadang puluhan perempuan yang menjadi 'Fangirls'nya. Langkah terus terasa sampai seorang perempuan berambut merah jambu berdiri dihadapannya. Perempuan itu menyodorkan sebuah kotak yang ─sepertinya─ berisi kue.

"Sasuke-kun, mohon terimalah ini!" perempuan yang bernama Sakura Haruno itu membungkukkan badannya menyembuyikan semburat warna di pipi sesuai rambutnya. Dengan keangkuhan seorang Uchiha, Sasuke tetap berjalan tak bergeming maupun meraih 'kado untuknya' itu. Ada beberapa lelaki yang memandang kasihan Sakura. Karna gadis cantik itu tak pantas di tolak melihat ia juga merupakan primadona di Konoha Gakuen. Seorang lelaki yang berambut hitam seperti Sasuke menghampirinya dan tanpa berkata apapun. Lelaki itu melayangkan pukulan telak pada wajah tampan Sang Raven. Lelaki yang bernama Sai itu segera menarik Sakura yang akan menolong Sasuke. Sakura dan para gadis lain hanya memandang Sasuke lirih. Tak ada seorang pun yang berani menolong Sasuke. Ya, jika ada pasti sudah menjadi musuh terbesar Sai dan teman-temannya. Sambil memegangi pipinya yang membiru, Sasuke kembali meneruskan langkahnya menuju kelas 10 IPA. Ia tak menghiraukan teriakan ataupun hinaan yang ditujukan kepadanya. Sasuke hanya mampu mendesah pelan akan kelakuan tak bermoral yang selalu di berikan untuknya. Harapannya hanya satu, ia harap ada seseorang yang akan membelanya. Seseorang yang rela mengorbankan apa pun untuknya. Tapi, untuk apa ia mengharapkan sesuatu yang tak mungkin. Cukup diam dan tak perlu membalas, itu bagaikan mantra yang selalu dicamkan oleh lelaki oniks ini. Setelah menaiki tangga dan berjalan menuju ujung koridor lantai dua sampailah ia pada sebuah kelas. Kelas yang sama saja. Sama saja dalam artian semua anggota kelas itu juga membencinya. Ia melangkah mencari tempat duduknya yang terletak di pojok ruangan dengan fasilitas jendela. Sasuke sangat menyukai tempat duduknya. Selain atap disanalah ia bisa melihat awan menari-nari di langit biru. Entah mengapa ketika ia memandang langit biru itu semua masalahnya seakan redup dan menghilang di telan keindahan langit safir. Diletakkannya tas biru bergambar kipas di atas meja. Segera ia dudukkan dirinya dan memulai memandang dunianya yang asli dan tenang. Segaris senyum merayap bibir Sasuke ketika dilihatnya langit yang tak sendirian. Langit yang setia di temani oleh awan putih berbagai bentuk. Sedikit rasa iri menghiasi hatinya. Langit pun seakan mengerti akan rasa yang Sasuke rasakan. Seketika biru itu berubah menjadi hitam. Titik-titik air berjatuhan perlahan. Sasuke mendengus, "Yah, hujan." Tak seorang pun menghiraukan keluhan itu karna ia sendiri. Sendirian. Ia menoleh ke bangku yang berada di sebelah kanannya. Bangku itu terlihat rapuh dan menyerupai keadaan langit . Langit yang menangis karna kehampaan yang di rasakan seorang Uchiha. Jika ada orang yang mengasihani dia pasti orang itu merasakan rasa sepi dan sunyi yang dirasakannya. Ia kembali menatap langit. Ia harap langit takkan menagis lagi cukup ia saja yang merasakan penderitaan ini.

Ruangan yang semulanya ramai oleh keributan tiba-tiba tenang ketika seorang guru bermasker dan berambut silver memasuki kelas itu. Kakashi Hatake, wali kelas 10 IPA. Kakashi-sensei itulah nama panggilan seorang Hatake yang hobi membaca novel icha icha tactics yang tak pantas menjadi bacaan anak di bawah umur.

"Mohon perhatiannya! Anak –anak kita kedatangan murid baru. Tolong ramah kepadanya ya!" seorang lelaki berambut kuning menyala memasuki ruang kelas itu. Semua penghuni kelas terpana melihat mata anak itu ketika ia sampai di depan kelas. Matanya biru jernih bagaikan batu safir, rambut pirangnya berbentuk duri-duri itu membentuk sisi-sisi matahari yang biasa di gambar anak tk. Itu adalah alasan yang tepat mengapa semua anak-anak tak mampu berpaling dari sosok yang akan menjadi teman baru mereka.

"Nah, anak muda perkenalkan namamu" suruh Kakashi kepada lelaki setinggi bahunya.

"Salam kenal! Nama saya Naruto Uzumaki. Senang berkenalan dengan kalian!" Naruto berbicara dengan senyum khasnya. Sungguh! Senyum yang mampu membuat es sebeku apa pun mencair.

"Naruto, kamu duduk di sebelah…..?" terlihat Kakashi sedang mencari tempat yang tepat untuk posisi duduk Naruto. Banyak murid yang menawarkan tetapi Naruto berkata, "Sensei, bolehkah saya duduk di belakang sana?" Naruto menunjuk kearah kursi yang berada di pojok ruangan. Kursi yang berada tepat disebelah Sasuke. Terlihat pandangan membunuh siswa sekelas menuju Sasuke. Tapi lelaki Raven itu tak mengindahkan karena sedang asik dengan duniannya ─menatap langit─.

"Silahkan…." Kakashi bergidik melihat tatapan murid-muridnya. Naruto segera berjalan menuju tempat yang dipilihnya. Di letakkan tasnya dan ia memandang Sasuke heran. "Kenapa dia terus menatap langit ya?" tanyanya dalam hati.

"Halo, kenalkan Naruto Uzumaki! Siapa namamu?" tanya Naruto pada Sasuke sambil mengulurkan tangannya. Tapi lelaki di hadapannya sama sekali tak bergeming.

"Halo, halo….. nama kamu siapa?" terdapat penekanan di setiap kata yang baru di ucapkan oleh Naruto. Ia sama sekali tak menyerah. Ia terus bertanya dan bertanya tapi lagi-lagi hasil yang sama. Lelaki itu tak bergeming sedikit pun.

"Ya sudah," terlihat Sang Uzumaki menyerah.

"Nah, anak-anak sekarang buka halaman…" suruh Kakashi dan pelajaran segera di mulai.

~ U. Z. N. ~

"Uuh." Keluh Sasuke. Lelaki Raven itu sekarang sedang menatap langit di atap Konoha Gakuen. Inilah kebiasaaanya menghabiskan waktu dengan menatap langit. Waktu yang dilaluinya tak pernah lepas dari biru langit dan putih awan. Entah mengapa setiap ia menatap itu semua hatinya menjadi tenang. Tapi untuk sekarang sepertinya ketenangan tak bisa menemaninya.

"WAAAA!" teriak Naruto lantang. Inilah yang di maksud. Si plagiat langit itu sudah merusak ketenangan Dewa kegelapan. Sasuke yang terusik hanya bisa mendengus dan lebih memilih menutup matanya.

"Waa, kamu…? Kenapa kamu tidur disini?" Naruto mendekati tempat Sasuke terbaring. Sontak Sasuke terbangun dan mulai beranjak dari tempatnya. Tapi diurungkannya niat untuk pergi ketika mata oniksnya bertemu dengan langit yang cerah. Langit biru jernih berupa mata seorang lelaki yaitu Naruto. Dia terpana. Seorang Sasuke tak henti menatap seorang Naruto. Naruto yang merasa aneh dengan tatapan Sasuke, mengibaskan tangan tannya seara h horizontal di depan mata oniks Sasuke. Sasuke yang akhirnya tersadar mengerjapkan matanya sejenak dan menghela nafas guna meniadakan keterkejutan yang sempat mendera pikirannya.

"Kenapa kamu memandangku seperti itu?" tanya Naruto ketika ia dan Sasuke telah mendudukkan diri berdampingan di sisi yang berbeda. Udara dingin sisa hujan tadi menerpa kulit wajah Sasuke dan Naruto membuat mereka sedikit bergidik. Sasuke menjawab pertanyaan Naruto dengan suara pelan, "Entahlah,"

"Namamu Sasuke?" Naruto menoleh kearah Sasuke yang ada di belakangnya.

"Ehm. Kamu Naruto? Kenapa kamu mengikutiku?" tanya Sasuke tanpa meminta jawaban pertanyaan yang pertama.

"Tak ada niat aku mengikutimu. Seorang siswa baru seharusnya berkeliling sekolah barunya bukan? Aku hanya ingin berjalan-jalan. Karna di sekolah lamaku tempat seperti ini adalah favoritku. Jadi, aku hanya ingin melihat seberapa bagus-kah atap sekolah ini. Dengan melihat reaksimu tadi sepertinya tempat ini membawa ketenangan, ya? Boleh aku tahu?" tanya Naruto dalam bentuk penawaran. Dengan ucapannya barusan terlihat seorang Naruto yang ceria berubah menjadi Naruto yang tegas. Sosok semenya terlihat jelas. Untuk kesekian kalinya lautan itu bertemu dengan palung terdalam. Sasuke merasa nyaman dengan pandangan Naruto padanya. Apa mungkin Naruto akan menjadi sahabat yang baik untuknya. Hati dan pikirannya saling berkutat. Ia tak mampu melawan gejolak pada dadanya yang seakan menginginkan Naruto tapi pikirannya berbanding terbalik dengan semua itu. Ia benar-benar tak mampu menjawab pertanyaan yang telah terucap untukknya. Sasuke berdiri dari tempat duduknya. Ia beranjak sambil berkata, "Bukan urusanmu!" Naruto mengerjap kaget melihat kelakuan Sasuke yang angkuh. Tapi itu yang terlihat. Naruto menyadari di dalam hati Sasuke ia sangat menginginkan seorang teman. Naruto menghembuskan nafasnya sembari mengangkat jari tangannya membentuk susunan huruf kanji bertuliskan, "Sasuke"

"Jika itu maumu," katanya selepas hilangnya untaian huruf kanji yang ia susun di terpa udara dingin.

~ U. Z. N. ~

Seorang lelaki terlihat terpojok di ujung koridor. Beberapa orang yang notabenenya bukan temannya. Meraih kerah baju biru tuanya. Setelah itu dirasakannya rasa sakit yang menjalar pipi putih susunya. Lelaki itu tak bukan dan tak lain adalah Sasuke. Dia terjatuh tak berdaya. Orang-orang tadi hanya memandangnya hina. Sasuke tak mampu melawan. Bukan karena ia lemah tapi hal seperti ini sudah menjadi makanannya setiap hari. Walau hari ini tak separah sebelumnya. Ketika orang-orang itu telah pergi, ia berdiri dengan perlahan sembari tangan kanannya menyentuh pipi yang terluka. Sasuke berjalan layaknya pemabuk berat. Tergontai-gontai sambil mengerjapkan matanya, menahan jatuh tubuhnya. Belum jauh ia berjalan langkahnya seakan berat. Pandangannya mulai terpengaruh dengan keadaan tubuhnya. Dalam hitungan detik tubuhnya terjatuh dan hampir menyentuh lantai keramik Konoha Gakuen. Kenapa hampir. Karna seorang lelaki berambut kuning menangkap tubuh Sasuke menuju dadanya yang bidang. Naruto segera menggopoh Sasuke menuju UKS sekolah mereka.

~ U. Z. N. ~

-Ruang Kesehatan-

Dibaringkan tubuh Sasuke diatas kasur yang terdapat di ruang kesehatan. Lelaki Raven itu terlihat kesakitan. Ia masih memegangi pipnya yang terluka. Naruto tak tahu harus berbuat apa. Penjaga ruang kesehatan tak terlihat sama sekali atau mungkin sudah pulang karna melihat jam pulang sekolah telah berlalu satu setengah jam yang lalu. Naruto yang tadinya sedang membaca buku di perpustakaan tertidur dan akhirnya mendapat ceramah dari penjaga perpustakaan. Tentu jam pulangnya sedikit terkikis. Dan ketika ia sampai di lantai satu dilihatnya Sasuke di ujung koridor dengan memengangi pipinya. Niatnya untuk menyapa Sasuke sirna ketika dilihatnya lelaki itu berjalan dengan tergontai. Jadilah ia berlari dengan cepat untuk menangkap tubuh Sasuke yang nyaris roboh. Sekarang inilah keadaanya. Ia menatap tubuh Uchiha bungsu itu tanpa tahu apa yang harus ia lakukan. Naruto yang tak tahu menahu tentang hal-hal kedokteran, hanya mampu berdiam sambil memandangi wajah Sasuke yang membiru. Selang beberapa menit, Naruto lelah juga memandang Sasuke yang kesakitan, ia meraih handuk kecil di sebelah tempat tidur dan merendamnya dengan air dingin. Diusapnya wajah Sasuke yang membiru dengan handuk basah itu. Perlahan-lahan dari dagu, pipi porselennya, hidung sampai menuju kelopak mata oniks Sasuke. Tanpa Naruto sadari, mata hitam itu terbuka. Tangan Sasuke dengan cepat ,meraih pergelangan Naruto yang sedang mengobati wajahnya. Onik bertemu safir. Mata mereka saling bertaut.

"Dobe! Kenapa kamu mengusapnya di daerah mata? Yang sakit itu di pipi!" Sasuke memindahkan tangan Naruto menuju pipinya yang masih terlihat biru. Naruto terhenyak. Ia kira Sasuke akan menegurnya karna tindakannya yang seenaknya.

"Ya… ya. Sabar sedikit napah, Teme!" kembali diusapnya wajah putih susu itu. Kembali keheningan mengusai tempat mereka terdiam.

"Sudah selesai! Gimana Sasuke? Sudah baikkan?" tanya Naruto memecah keheningan diantara mereka.

"Hn ," Sasuke beranjak dari tempatnya berbaring.

"Mau kemana?" tanya Naruto pada Sasuke yang telah berdiri di ambang pintu.

"Dasar Dobe! Aku mau pulang, bodoh! Kenapa aku harus berduaan sama kamu?" Sasuke melangkahkan kakinya meninggalkan Naruto yang masih sibuk dengan pergulatan di kepalanya.

"Tunggu, Sasuke! Dasar Teme!" Naruto berlari mengikuti Sasuke yang telah berjalan meniti tangga.

~U. Z.N.~

"Hei, Sasuke! Kenapa kamu selalu menyendiri? Seperti disekolah, kau selalu melamun, setiap jam istirahat kau tidur dia atap. Sebenarnya ada apa?" tanya Naruto. Mereka sekarang sedang menyusuri jalan menuju rumah masing-masing.

"Hn," kata singkat itu keluar dari bibir lelaki bermata hitam. Kesunyian kembali mengisi langkah mereka. Naruto yang tak suka dengan keadaan itu mencoba untuk memecah keheningan.

"Hei, Sasuke! Kenapa kamu diam saja!" teriak Naruto membuat Sasuke mengerjap kaget dan menghentikan langkahnya.

"Mau mu apa?" tanya Sasuke pelan.

"Aku hanya ingin kau bicara!" teriak Naruto lagi. Tangan putih Sasuke bergerak menuju telinganya. Di tutupnya telinga putih itu menghindar dari tuli permanen. Naruto hanya ternganga melihat tingkah Sasuke.

"Hn. Apa yang perlu aku bicarakan denganmu?" tanya Sasuke. Lagi-lagi Naruto dibuat heran oleh tingkah Sasuke.

"Haaah! Aku gila Teme! Terserah kamu!" Naruto berteriak lagi sambil memengang pelipisnya yang berdenyut akibat ulah Sasuke yang menjengkelkan. Sasuke hanya menyeringai dalam tawa kecilnya melihat tingkah Naruto. Tapi itu merupakan senyum pertama Sasuke yang pernah dilihat Naruto atau mungkin dunia. Terlihat kesendirian Sasuke sebentar lagi akan sirna berkat kedatangan seorang Naruto. Mungkin.

~TO BE CONTINUED…~

Author's Note : Maafkan fic jelek nan pendek ini ….

Maaf jika ada yang tak berkenan di hati.

Dan karna saya masih baru, tolong bantuannya minna-san!

MIND TO REVIEW?