Banyak yang bertanya: "kenapa killua sangat suka pada gon?"
Ya, Killua memang sangat suka Gon. Alasannya sangat sederhana: karena dia adalah satu-satunya orang yang bisa menerima Killua apa adanya. Bagi Killua, Gon adalah segala-galanya, hartanya, temannya yang berharga. Teman yang berharga. Walaupun menganggap seperti itu, Killua sebenarnya sadar, bahwa jauh di lubuk hatinya, ia sangat mencintai Gon. Ia tahu hal itu salah, sehingga ia mnyimpan persaan itu, dan mengaggap bahwa Gon adalah sahabatnya.
Sebenarnya, ada alasan khusus kenapa Killua menyukai Gon. Alasannya, karena Gon mirip dengan 'orang itu'
"kau benar-benar tidak apa-apa kalau di tinggal sendiri?" tanya Kurapica dengan nada cemas. Sudah dua bulan lebih mereka berempat –Gon, Killua, Kurapica, Leorio— tinggal bersama di sebuah apartemen biasa di Yorkshin. Setelah semua petualangan yang mereka alami, mereka memutuskan untuk tinggal bersama untuk beristirahat. Mudah saja mereka membayar apartemen ini, Killua dan Gon kadang bekerja paruh waktu sebagai buruh angkut. Kurapica bekerja sebagai karwayan tetap di perusahaan majalah. Dan leorio terus melanjutkan kuliah dengan kartu lisensi hunter-nya. Tapi terkadang ia bekerja sambilan di toko kelontong.
Alasan Kurapica bertanya dengan cemas pada Killua seperti itu karena, Kurapica ingin berziarah ke tempat suku kuruta. Gon, bersama Bibi Mito dan Nenek, juga mau berziarah ke makam ibu Gon sambil piknik. Sedangkan Leorio di tawari pekerjaan bagus di sebuah rumah sakit bergengsi di pusat kota. Kalau ia ingin mendapat pekerjaan ini, ia harus membantu kepala dokter untuk menunjukkan kemampuannya.
Sebenarnya, Kurapica dan Gon sudah menawari supaya Killua ikut saja dan tak usah sungkan, tapi tampaknya Killua mengerti betul kalau berziarah itu adalah hal yang sangat pribadi. "nggak usah.." katanya, "aku nggak apa-apa kok" Leorio juga menawari agar Killua ikut saja. Leorio berkata bahwa Killua tidak akan mengganggunya. "nanti akan kuberitahu organ-organ tubuh yang belum kau ketahui" kata Leorio setengah bercanda. Tapi Killua tetap menolak. Ia tak ingin kalau Leorio gagal mendapatkan pekerjaan yang sangat di dambakannya.
Killua juga diam-diam mendengar percakapan Kurapica dan Leorio kemarin malam tentang kondisi Killua yang terkadang terlihat aneh. Killua tidak ingin membuat mereka khawatir lagi.
"nggak apa-apa kok.. aku kan bukan anak kecil" katanya, "memangnya aku seperti si bodoh Gon yang bisa menghancurkan rumah kalau di tinggal sehari?" dengus Killua dengan nada sombong seperti biasa. "tapi, aku khawatir" Kurapica ngotot. Gon memberikan tatapan mata memelas dan berkaca-kaca seolah ingin berkata: benar kau tidak apa-apa? "sudah ikut saja Killua" Leorio mendesak. "aduuuhhh kalian ini yaa.." Killua mulai jengkel. "aku ini bukan bayi" lalu ia mendorong tiga sahabat karibnya kedepan pintu, "pergi dan jangan khawatirkan aku! Aku akan baik-baik saja! Sampai jumpa!" lalu Killua membanting pintu.
Menuju jendela. Menunggu. Setelah ia melihat ketiga temannya, ia mendesah lega. Dasar. Katanya dalam hati, aku bukan bayi. Bocah berambut putih ini kemudian duduk di jendela yang dibiarkan terbuka sambil menikmati angin sepoi yang mengacaukan rambut putihnya yang kalau terkena cahaya matahari menjadi keperak-perakan. Sesaat, ia melihat kebawah jendela, dan melihat sekelompok anak kecil sedang bermain dengan ributnya. Melihat itu, ia terserang rasa benci pada orang tuanya yang sudah ia pendam selama bertahun-tahun. Ia juga pernah menjadi seorang anak kecil seperti anak-anak kecil dibawah sana yang sedang bermain dengan riangnya. Tapi bukan menjadi anak kecil yang dapat bermain bebas, merasakan sensasi dunia luar, dan bermain dengan fantasi. Tetapi harus mengerti, harus mau melaksanakan, harus memasuki dunia orang dewasa yang penuh dengan konflik, perdebatan, kata-kata palsu, dan bau darah yang menyengat.
Tapi, berkat itu dia bisa bertemu dengan gadis yang paling dicintainya hingga saat ini. Killua tersenyum dan menyangga kepalanya di atas lutut. Menutup matanya, dan mencoba kembali mengingat gadis itu. Killua… panggilnya, Killua.. aku sangat menyayangimu. Kemudian.. ia pun kembali ke masa lalu. Sisa-sisa kehidupan masa kecilnya yang indah.
Flash back:
Killua Zaoldyeck. Anak dari pembunuh bayaran ternama yang paling ditakuti dunia. Bahkan pemerintah takut padanya. Keluarga Zaoldyeck tinggal di gunung kukuru. Keluarga Zaoldyeck mempunyai lima anak laki-laki antara lain: Illumi, Milluki, Killua, Alluka, Kalluto. Di antara mereka berlima, ayah mereka, Silva Zaoldyeck, dan kakek mereka, Zeno Zaoldyeck, melihat bahwa Killua mempunyai kemampuan di atas kakak-kakaknya. Maka dari itu, Killua di angkat sebagai penerus keluarga.
Sebagai ahli waris keluarga, Killua di latih lebih keras daripada saudaranya yang lain. Mulai dari umur enam tahun, Killua mulai mengikuti ayah atau kakaknya, Illumi, untuk melihat sekaligus belajar bagaimana cara pembunuh bayaran membunuh. Terkadang Illumi dan Silva menyisakan satu korban untuk Killua. Dan dengan agak ragu, Killua mengantarkan korbannya menghadap sang pencipta. Kalau dia ketakutan saat melihat darah, dia akan dihukum. Kalau dia merinding mendengar jerit derita, dia akan dihukum. Maka dari itu, Killua belajar untuk tidak mendengar, dan tidak melihat, dengan kata lain membunuh perasaan dan ekspresinya sendiri.
Di ulang tahunnya yang ke tujuh, ayahnya memberikannya hadiah spesial. Hadiahnya adalah, mulai dari saat itu, Killua diperbolehkan untuk menghabisi korban yang diminta klien sendirian, dan hasilnya, 60 persen murni milik Killua. "Eh?" Killua bingung.
"Selamat Killua, di umurmu yang sekarang kau sudah diperbolehkan bekerja dengan tangan mu sendiri!" ucap ibu Killua, Kikyo Zaoldyeck, penuh dengan rasa syukur dan bangga.
"Ng.. a, aku.." Killua tergagap.
"Kenapa wajahmu seperti itu Killua? Harusnya kau bersyukur!" tegur Illumi dengan senyum tulus yang jarang terlihat.
"T, tapi.. aku.." Killua mungil yang malang terjebak antara rasa takut, senang, dan bimbang.
"Selamat kak," Karuto memberikan pujian kepada kakaknya.
Killua putus asa. "I, iya. Terimakasih ayah." Ujarnya lirih. Ia terjebak dalam dunia yang masih ragu ia jalani. Namun, apa boleh buat. Ini adalah hadiah yang membahagiakan. Laksanakan atau GAGAL untuk selamanya.
Beberapa hari kemudian, tibalah malam yang di berkati itu. Dan anak berambut perak itu, tengah berjalan sembari merenung bermandikan air hujan, di iringi lagu petir, dan lolongan angin. Bagaikan malaikat perak menyedihkan yang di buang Tuhan jatuh ke dunia fana dari langit ketujuh. Setelah berjalan jauh, ia berhenti. Mengarahkan pandangnnya pada bangunan besar yang dijaga oleh banyak pria berpakaian hitam, yang sedang mengelilingi rumah besar bak istana raja itu. Melihatnya, kata-kata ayahnya semakin jelas terdengar di telinga: "bunuh target, dan lenyapkan saksi mata." Detik berikutnya, Killua mengilang diikuti dengan tumbangnya seluruh penjaga di sekeliling pagar bangunan itu.