Author's: Terima kasih buat yang mengikuti cerita ini dari awal hingga akhir dan mereviewnya. Review kalian sangat berarti buat saya.

Dedication: Cakeberry, Beyond Nate, Akira Fujikaze and Li Chylee, and You.

Im so glad that you all loved my stories, guys. Thanx very much.

Genre: Mysteri/Criminal/Sci Fi/Suspense

Note: Cerita ini dibagi menjadi beberapa bagian (phase). Alurnya akan bergerak maju dan mundur di sepanjang cerita berlangsung. Tapi tenang saja, saya membuatnya dengan keterangan yang sangat jelas untuk memudahkan pembaca memahami inti dari cerita ini. Dan tentu saja untuk menikmatinya.

Warning: Fiksi ini berbasiskan berdasarkan Many world interpretation theory dan semua kemungkinan yang mengikutinya.

Setting: Setting dimulai dari keadaan dimana Light mengalami 'lupa ingatan' terhadap Death Note. No chain.

Please enjoy.


-29-

Chapter Fourteen: Life's Tunnels


PHASE CLIMAX

Phase One: Attending

"Ryu…?"

Atmosfer pekat menerjemahkan bahasa keterkejutan.

Bahasa dari luar cakrawala yang berhembus senyap.

Ada sejuta pertanyaan yang melintasi udara, tapi tak satu pun jawaban menyambut.

Sepasang mata pekat mengirimkan sebuah pesan.

Ia pun mulai melangkah ke dunia di seberang.

Langit di sekelilingnya memutuskan untuk lenyap.

Maaf, Light.

.

Ryuzaki meletakkan tubuh Light perlahan di lantai, di salah satu bilik.

Kemudian ia menatap Light yang lain—yang berusia sepuluh tahun lebih tua dari yang telah mati tadi.

Light itu tengah bersandar di sebuah bilik yang lain di seberang Ryuzaki—berbalut luka.

Light itu tersenyum.

Ryuzaki memberikannya tatapan prihatin.

"Go ahead... you asshole..."

Ryuzaki menoleh.

.

"Go ahead, you asshole..."

Sejuta gambar berputar dalam gerakan yang tetap.

Berdenyut, berirama.

Ada sensasi cubitan lembut pada putaran tersebut.

Berpusing ke arah kekekalan.

Ia hampir yakin bahwa ini tidak pernah akan berakhir.

.

[1979]

[Saint Petersburg, Russia]

[12:12]

Awalnya adalah sebuah sentuhan lembut pada sisi wajah, kemudian hangat matahari di tengah hari itu mencubit-cubit punggung Ryuzaki.

Ia membuka mata dan mengenali sentuhan rumput di sekeliling lengannya yang terhampar di sisi tubuhnya.

Angin barat yang berhembus menyusupkan kristal es tajam pada cakrawala biru yang cerah.

Cuaca sedikit mendung.

Pasti ini Oktober.

Musim dingin mulai berkemah di tepi-tepi dataran.

Ryuzaki memutuskan untuk berbaring sejenak sebelum kemudian bangkit dari hamparan rumput.

Yang dikenalnya hanyalah sehampar padang rumput hijau yang cantik.

Jauh memandang, hamparan rumput itu semakin mirip seperti lautan di Atlantik.

Ryuzaki menyimpan oksigen milik dunia asing ke dalam paru-parunya yang masih berdentum dengan ganjil.

Selain dari padang rumput dan juga awan-awan berarak yang riang, ia tidak mengenali tempat dimana ia berada sekarang.

Namun, ia berani bertaruh.

Tempat ini pastilah berada dalam wilayah Eropa bagian utara.

Ryuzaki menatap sekelilingnya dengan tenang dan kemudian menerawang ke arah langit.

Di langit yang sama, kita berdoa di dunia yang sama...

Greetings,
You who are reading this, where are you and what are you doing now?

Di langit yang sama, kita menuliskan cerita di dunia yang sama…

I'm 27 and there's something worrying me
That I can't talk to anyone about

But if I address a letter to my future self
Then I know I'll be able to speak my mind

'Ryuzaki…'

Ryuzaki menoleh.

Udara musim dingin pekat menari-nari di belakang punggungnya.

Tidak ada seorang pun selain dari hamparan hijau yang berhembus anggun.

Namun, Ryuzaki yakin bahwa seseorang telah memanggilnya barusan. Suara dari seorang teman yang pernah dikenalnya... seorang teman yang pernah membagi cerita bersamanya...

Seseorang dari abad yang lain.

Ryuzaki menekan keningnya. Ia tahu bahwa ia baru saja berjalan menembus waktu. Menyusuri lorong-lorong sakral milik alam yang dengan ajaib telah terbuka di depannya.

Selama berada di lorong itu, ia telah melihat banyak hal. Masa lalu, masa depan, dan mungkin juga masa-masa yang tidak akan pernah terjadi.

Semuanya berputar dan berdentum di telinganya. Terlalu rumit untuk dimengerti, terlalu sempurna untuk di saksikan. Maka, Ryuzaki hanya berdiri saja disana, menunggu untuk dilemparkan keluar dari lorong abadi yang berdenyut-denyut itu.

Ia tahu bahwa sebuah mesin waktu pasti berhubungan dengan milyaran pintu dimensi dan juga abag-abad gelap yang misterius, namun ia tetap tidak bisa membayangkan bahwa bepergian dengan transportasi alam ini akan begitu tak tertebak.

Ia telah bersentuhan dengan hal yang sama sekali tidak pernah eksis di dunia. Ia telah mencicipi aroma alam yang misterius.

Ryuzaki tidak bisa menebak berapa lama ia telah menyeberang atau berapa lama ia telah terbang dalam hamparan lorong dimensi yang kekal, namun ia tidak pernah mau membiarkan dirinya tersesat.

Ia telah menyiapkan segala sesuatunya. Dan kini ia akan melaksanakannya.

.

Phase Two: God of Snow

[The Hospital]

[23:23]

Kejadian itu diabadikan dalam detik-detik yang membeku.

Segalanya dimulai saat seorang muda berlari-lari di tengah udara yang membekukan.

Ia menerobos pintu Rumah Sakit dan berseru-seru tentang sesuatu.

Sedetik saja beberapa personil Rumah Sakit berlarian menghampirinya.

Orang muda itu bercerita tentang seorang bayi yang ia temukan di tempat parkir pertokoan yang berada di dekat situ.

Tak lama mereka pun berlarian dan menjemput si bayi malang tersebut.

.

[Keesokan harinya]

[09:25]

Seorang staff tengah bertugas jaga. Kemudian dua orang staff terlibat bersamanya dalam sebuah percakapan.

Satu orang memulai tentang kejadian kemarin malam, dan yang lainnya merespon dengan hal lainnya lagi.

Mereka larut dalam perbincangan tentang si bayi malang yang ditemukan di tempat parkir sebuah pertokoan kumuh. Prihatin, kata mereka. Kasihan, kata mereka.

Mereka dengar bahwa tengah malam itu udara hampir membeku, dan bayi itu pun hampir tewas dalam udara mematikan yang mengepungnya tersebut. Semua orang tampak mengutuki siapa pun yang telah membuang bayi itu alih-alih merawatnya.

Bayi itu laki-laki dan ia memiliki tubuh yang sangat pucat. Di tengah udara seperti ini bayi itu mungkin saja milik sang dewa salju.

Staff-staff itu kemudian tersenyum lega karena tahu bahwa bayi itu selamat. Rupanya Tuhan masih mengijinkannya untuk menjejak langit untuk mencicipi hidup. Mereka pun akhirnya mengakhirinya perbincangan itu dengan memberikan satu kesimpulan; sebuah mukjizat telah terjadi.

Memang, sungguh karena kemurahan Tuhan sajalah bayi itu masih bisa bertahan.

.

Hari itu, staff-staff kembali memiliki sebuah topik baru yang hangat.

Rumah Sakit mereka baru saja dikunjungi oleh seorang pengusaha tersohor.

Tak dinyana, seluruh personil langsung memberikan semua hal terbaik yang bisa mereka lakukan. Tidak setiap hari tempat kecil mereka ini bisa dikunjungi oleh bangsawan seperti ini.

Pasalnya pengusaha itu adalah si milyuner Ivanovich yang sedang hangat dibicarakan dunia. Semua media sedang senang menjadikan si Ivanovich ini sebagai headline.

Ivanovich sepertinya memang sedang berada di Rusia sejak setengah tahun yang lalu bersama istrinya dan kemudian istrinya yang memang tengah hamil besar itu sudah waktunya untuk melahirkan, maka mereka memutuskan mengunjungi Rumah Sakit terdekat yang berkualitas baik di dekat kediaman mereka. Maka jadilah topik ini berkeliaran.

Sungguh sebuah kejadian yang tidak mungkin terjadi dalam rentang waktu seperti ini. Dua kejadian menghebohkan sekaligus.

Rupanya para staff itu tidak akan pernah kekurangan topik bahasan mereka.

.

[23:45]

Tengah malam itu akan menjadi sejarah. Setidaknya bagi seseorang yang tengah menatap lewat kaca jendela di luar.

Ruangan itu hangat. Tempat para bayi diletakkan untuk istirahat setelah mereka dilahirkan.

Hari itu hanya ada beberapa bayi saja yang menempati ruangan persegi tersebut.

Satu selebritis milik Ivanovich, satu bayi milik pasangan turis Amerika, dua bayi Irlandia, satu bayi penduduk setempat, dan si putra dewa salju.

Sebuah papan kecil tersemat di ujung tempat tidur mungil mereka.

Dipenuhi oleh rangkaian huruf yang membentuk nama mereka di bawah sebuah lambang Rumah Sakit.

Dan kini, papan nama itulah yang akan menjadi saksi sebuah perubahan. Perjalanan waktu, pintu dimensi dan juga lorong-lorong gelap sebuah kehidupan.

.

Ingatkah kalian bahwa satu nokta saja dapat mempengaruhi sebuah perjalanan waktu?

Seperti efek pada sayap kupu-kupu, sebuah kejadian terkecil di alam semesta saja dapat merubah sebuah bentuk dimensi dan juga kehidupan setelahnya.

Dan itulah yang kemudian akan menciptakan banyak sekali dimensi yang berbeda.

Setiap orang telah berdiri pada pintu yang dapat menciptakan milyaran dimensi tanpa mereka sadari, dan saat ini seseorang akan berdiri di depan pintu itu. Persis.

Dan ia juga tidak akan pernah menyadarinya.

.

Phase Three: Future and the story

Tugas jaga. Giliran tugas jaga.

Itulah latar belakang yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya pintu dimensi.

Hari itu, Gladys tidak mengerti mengapa ia menerima telepon di pagi buta.

Telepon itu memberitahukan bahwa orang tuanya tengah mengalami kesulitan dan mengharapkannya berada bersama mereka, maka gadis dua puluh satu tahun itu memberikan surat cutinya kepada pihak administrasi Rumah Sakit, dan mulai melangkah dalam perjalanan ke Ibu Kota.

Tak ayal, posisi Gladys pun terganti.

Gadis yang rencananya akan mengambil tugas jaga pada tengah malam hari itu digantikan oleh staff baru.

Akeila masih berusia satu minggu di sana. Namun, ia berusaha sekuat mungkin untuk menjalani tugas-tugasnya dengan baik, walau ia tahu bahwa ia bukanlah gadis yang terlalu cekatan.

Ketergesaannya terkadang membuatnya kesulitan, dan itulah yang kemudian terjadi.

Ketergesaan Akeila akan menjadi bagian dari rencana terbentuknya sebuah pintu dimensi yang lain, dan akan mempengaruhi kehidupan sekelompok manusia di abad yang lain lagi.

.

Tepat pukul sebelas lewat empat puluh lima menit, Akeila membuka pintu ruangan penyimpanan para bayi. Ia tengah melakukan ronda secara menyeluruh di dalam Rumah Sakit.

Sebenarnya ada tiga orang yang akan menjaga tempat ini setiap malam di tiga bagian Rumah Sakit tersebut, dan Akeila kebetulan bertugas di sebelah sayap kanan bangunan, termasuk ruangan penyimpanan bayi.

Dan ia berharap tidak melakukan apa pun yang dapat mengacaukan karirnya. Setidaknya ia berharap masih bisa bekerja.

Dan Akeila beruntung. Ia masih mendapatkan pekerjaannya setelahnya walau ia tidak pernah sadar bahwa ia telah menciptakan sebuah lintasan dimensi yang baru.

Akeila membuka pintu sambil membawa secangkir hangat kopi kental di tangan kanannya, sedangkan tangan satunya membawa senter bercahaya redup.

Ia masuk ruangan dan mulai memeriksa di tempat itu.

Saat tiba di tengah ruangan, di tengah deretan tempat tidur ia menjerit kecil karena kakinya terantuk sesuatu.

Seketika kopi di tangannya tumpah dan tubuhnya menyerempet sisi tempat tidur bayi di sampingnya.

Akeila panik sedetik dan gadis itu pun memerintahkan tubuhnya untuk profesional agar tidak menciptakan kekacauan lainnya.

Dengan tenang, Akeila kemudian berhenti sejenak dalam keremangan cahaya.

Setelah memejamkan mata, ia pun meletakkan cangkir di tangannya dan kemudian membersihkan lantai.

Setelah selesai melakukan itu, Akeila mengernyitkan kening saat menatap lantai di bawahnya.

Dua buah papan nama kecil milik tempat tidur bayi tergeletak di bawah kakinya.

Akeila berhenti untuk memperhatikan.

Pasti papan itu terjatuh saat tubuhnya membentur tempat tidur tadi. Ia harus bersyukur karena setidaknya bayi-bayi itu tidak terbangun.

Akeila berlutut dan meraih papan pertama yang terjatuh.

Yang ada di dalam dua papan itu benar-benar akan membuat Akeila terpaku.

Papan nama di tangannya tidak berisikan sebuah nama. Alih-alih sebuah nama, di bawah kolom kosong itu hanya bertuliskan sebuah keterangan singkat; 'Sir Ivanovich's'

Kemudian ia menatap papan nama yang lain.

Ia meraihnya dan kemudian menyerukan keterkejutan kecil.

Papan itu-pun tidak memiliki sebuah nama.

Tentunya papan ini milik si putra dewa salju, pikirnya. Anak yang dibuang di tempat parkir pertokoan kumuh yang ditemukan kemarin malam.

Alih-alih berisi nama, kolom itu hanya bertuliskan petunjuk waktu saja. Waktu dimana ia ditemukan kemarin malam.

Semua orang memang memperbincangkan hal ini.

Mereka sedang terlarut dalam euforia yang langka di kalangan para staff dan kebosanan mereka.

Bayi itu masih berusia satu hari dan belum ada rencana untuk bayi malang tersebut. Tapi menurut cerita yang tersebar di sana, sejumlah dokter akan memberikannya ke rumah-rumah sosial. Memang tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk kasus seperti ini.

Bahkan mereka belum memberikannya sebuah nama pun untuknya.

Namun, Akeila benar-benar mendapatkan masalah disini.

Papan nama pertama itu pastilah milik Mrs Ivanovich. Ia mendengar bahwa pasangan itu belum sempat memberikan putra mereka sebuah nama, maka mereka membiarkannya untuk sejenak. Sepertinya Ivanovich sedang memiliki sebuah masalah. Mungkin setelah putranya lahir dengan selamat, ia memutuskan untuk memfokuskan pikirannya ke masalahnya yang lain terlebih dahulu dan tidak mengindahkan putranya untuk sejenak.

Akeila mendengar bahwa milyuner itu belum melihat putranya sampai saat ini. Sedangkan istrinya masih dalam kondisi yang sangat lemah untuk memikirkan hal-hal lainnya.

Maka disinilah mereka berdua. Dua bayi tanpa nama dalam satu ruangan yang sama. Dan sialnya Akeila telah menjatuhkan papan nama mereka dan ia tidak punya ide yang mana milik yang asli masing-masing dari mereka.

Masalah yang sebenarnya adalah Akeila belum pernah melihat bayi-bayi itu sebelumnya. Ia hanya mendengar ceritanya saja dari teman-temannya.

Akeila benar-benar dalam masalah besar.

.

[24:00]

Pemuda itu tahu bahwa ia akan berhasil membuka katup jendela.

Setelah menutup jendela di belakangnya sehingga udara malam yang membekukan tidak merayap masuk ke dalam, ia menghamparkan pandangannya ke sekitarnya.

Hangat.

Ia terhenyak dalam sebuah perasaan sentimental yang telah lama ia lupakan.

Aroma kanak-kanak yang tidak pernah ia miliki.

Ruangan yang dipenuhi oleh aroma masa lalu yang begitu pekat.

Ryuzaki bersedekap.

Dengan langkah yang halus, ia berjalan menyusuri deretan di tengah ruangan mungil tersebut.

Rumah Sakit yang sederhana, pikirnya. Ada sebuah tema kekeluargaan yang nyaman dan manusiawi disini. Bangunan satu lantai yang sederhana itu memang dikenal oleh masyarakat sebagai bangunan yang ramah.

Namun, sayangnya tempat itu hanya akan bertahan untuk tiga tahun kedepan saja.

Ryuzaki menghampiri tempat tidur di deretan ke tiga. Ia menatap objek yang ada di dalamnya.

Papan namanya yang dingin berderit di dalam sentuhan sarung tangan Ryuzaki.

Sebuah petunjuk waktu.

'23:23'

Ryuzaki menatap kembali ke sang objek yang tengah terpekur dengan nyaman di dalam sangkar tidurnya yang hangat.

Ia berbisik, "Aku telah menyebabkan banyak masalah... setidaknya aku dan keturunanku... maaf untuk segalanya... aku telah mencuri kehidupanmu..."

Kemudian ia beranjak ke sebelah kanannya.

Ryuzaki menatap papan namanya.

'Sir Ivanovich's'

Kemudian Ryuzaki tersenyum masam.

"Kau telah berusaha dengan keras... maafkan saja gadis itu... ia tidak tahu apa yang telah ia lakukan..."

Ryuzaki tidak menyadari bahwa lengannya bergerak, dan tidak lama ia sudah menyentuh sisi wajah si bayi.

"Aku... apakah kau menikmati kehidupan barumu?"

Ryuzaki terdiam dalam keheningan yang memekakan.

"I'm 27 and there's something worrying me
That I can't talk to anyone about

But if I address a letter to my future self
Then I know I'll be able to speak my mind…"

Sebuah desakan terhempas dari dalam dada. Air mata melompati hidung Ryuzaki. Ia menahan isakan yang sangat menyakitkan.

Dengan gerakan yang sigap, Ryuzaki menarik lengannya dari makhluk mungil di depannya-sebuah potongan dirinya yang lain, bisa dikatakan seperti itu. Sebuah bab lain bagian dari dirinya.

Bayi itu bergerak pelan dan kemudian kembali terlelap.

Ryuzaki tersenyum.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, tangannya yang cekatan meraih kedua papan nama milik mereka, menariknya dan menukarnya.

Kini papan nama itu telah kembali ke milik sang empunya dengan benar.

Ryuzaki menatap pintu di belakangnya. Tempat Akeila tadi berlalu.

Gadis itu telah mengambil keputusan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Ia memasang papan nama menggunakan instingnya sendiri, dan sayangnya ia tidak memiliki insting yang baik.

Namun, Ryuzaki telah berada disini untuk menyelamatkan sejarah.

Ia berpikir bahwa kemungkinan besar kejadian yang singgah di tempatnya adalah sebuah gempa waktu.

Ia dan Light telah dikunjungi oleh seseorang dari masa depan karena akibat dari perbuatan Akeila.

Gadis itu menukar kehidupan dua makhluk yang benar-benar berbeda. Membelokkan sejarah dan dimensi baru pun tercipta. Dari kehidupan Nikolai palsu, seorang anak jenius terlahir dan anak tersebut menciptakan kekacauan lain; mesin waktu.

Dari mesin tersebut, ia berkelana hendak mencari ayahnya yang telah meninggal, namun ia berakhir di depan pintu dimensi yang salah.

Maka replika Light yang jauh lebih mengerikan datang mengunjungi Ryuzaki dan Light di dimensi normal mereka.

Ryuzaki menekan pelipisnya. Sepertinya sudah cukup untuk mengulang sejarah, pikirnya.

Ia hanya berharap dirinya berhasil mencegah kekacauan yang telah diciptakannya lewat dirinya yang lain.

Segala yang terjadi hanyalah seperti sebuah debu yang beterbangan. Ryuzaki masih memiliki harapan terakhir.

Biarlah segalanya berjalan dengan semestinya mulai dari sekarang.

Ia menatap makhluk di dalam tempat tidur di depannya untuk yang terakhir kalinya, dan kemudian melangkah pergi.

.

Ryuzaki masih memiliki penyesalan di dalam dirinya.

Membunuh tetap merupakan perbuatan yang hina. Apalagi jika dilakukan kepada orang yang kita kenal.

Ia akan membawa penyesalan itu hingga ke kekekalan.

Setidaknya dengan memperbaiki jalur di dimensi awal, segalanya bisa kembali berjalan dengan baik.

Memulai sebuah perjalanan baru, hingga mencapai tempat dimana kita berada di masa depan.

Ryuzaki berbalik dan melangkah keluar dari Rumah Sakit.

Pagi itu masih mendung dan udaranya begitu segar.

Saat ia menatap langit, seseorang melewatinya.

Ryuzaki terpaku sedetik, sebelum kemudian ia menoleh ke belakangnya.

Seorang pria berpakaian setelan khas Eropa berjalan mantap memasuki Rumah Sakit.

Orang itu memakai topi dan memegang sebuah tongkat yang biasa dimiliki bangsawan Eropa.

Ryuzaki tidak pernah melihat wajahnya, namun ada sesuatu yang familiar dari orang tersebut.

Setelah pria itu menghilang dari pandangan, Ryuzaki kembali menoleh ke depan dan menemukan sebuah Bentley klasik terparkir di seberang bangunan.

Udara musim dingin berhembus, menerbangkan senyuman tersembunyi Ryuzaki.

.

Aku akan pergi untuk menciptakan kehidupan kembali.

Aku akan pergi untuk mengembalikan kehidupan.

Untuk melahirkannya kembali.

Watari mengangguk.

Setelah itu merah yang berkibar menyelubunginya.

.

Phase Four: The Ending

[The Lake]

[09:01]

"Ini adalah uang yang banyak, Tuan." katanya.

"Tidak apa." Ryuzaki berkata.

Ia menyewa sebuah kapal kecil untuk berlayar di sebuah layanan tepi kanal.

"Pilihan yang buruk untuk bepergian dalam cuaca seperti ini, Tuan." kata si orang tua lagi.

"Ini pilihan yang terbaik. Aku tahu itu."

Orang tua itu menatap Ryuzaki dengan ekspresi keheranan, dan Ryuzaki menyelamatkannya, "Tidak apa... aku tahu yang terbaik untukku."

Orang itu tersenyum lega. "Aku hanya memberikan saran."

"Aku tahu." Kata Ryuzaki menenangkan.

"Aku akan meninggalkanmu disini."

"Baik. Berhati-hatilah, Tuan."

Pagi itu Ryuzaki bertolak dari St. Petersburg dan menyewa sebuah kapal kecil.

Watari telah menyelamatkannya dengan memberikan apa yang diperlukannya saat di Lab Gerry And Co. sebelum ia pergi dengan The Cube.

Mata uang klasik cukup sulit ditemukan, namun Ryuzaki memiliki caranya sendiri.

Ia telah melaksanakan segala rencananya.

Hanya tinggal satu yang tersisa.

Dan ia akan melaksanakannya juga. Pasti.

.

Ryuzaki mulai kembali memikirkan rangkaian kejadian luar biasa ini.

Dimulai dari sebuah kasus kematian seorang anak berusia sepuluh tahun.

Diakhiri dengan mengunjungi dirinya sendiri di masa lalu yang pekat.

Sungguh tidak dapat dipercaya. Dan ia memang berencana menyembunyikan keajaiban ini dari dunia.

Ia tidak akan pernah memberitahukan secuil pun hal yang ia alami ini kepada siapa pun. Tidak satu orang pun.

Maka, ia telah mengambil keputusan terbesarnya.

Ia masih memikirkan Light. Pemuda itu bisa memiliki sejuta bab yang berbeda, begitu pun juga dengannya. Hanya saja Ryuzaki tidak mempunyai kesempatan untuk menyaksikan bab lain dari dirinya. Dan ia memang tidak mau melakukannya.

Sebuah kehidupan harusnya berjalan semestinya. Jika satu bab bertemu dengan bab yang lain, maka kestabilan sebuah novel akan terganggu. Pembaca akan kebingungan membaca ceritanya, maka bab yang bersilangan itu harus di kembalikan ke tempat asalnya.

Ryuzaki telah melakukannya.

Dan ia berharap segalanya tidak menjadi kacau lagi.

Kini, ia tinggal mengalahkan satu hal yang sangat sulit ditaklukan; dirinya sendiri.

.

Ryuzaki menatap langit di atasnya. Tenang seperti air di bawah.

Ia menarik napas dalam dan kemudian membuka koper silvernya.

Tak lama, di dek telah berderet beberapa hal.

The Cube berpendar terbuka.

Sebuah cake lemon yang menarik bersandingan dengan sebuah poci teh dan cangkir putih yang cantik.

Ryuzaki membuka The Cube dan secepat kilat memasukkan serangkaian kode ke dalamnya. Ryuzaki memasukan deretan kode tepat menuju otak The Cube.

Tak sampai satu menit kemudian, The Cube berpendar kembali dan kali ini pendaran itu akan menjadi cahaya terakhir yang akan mengaliri benda futuristik itu dan sekaligus menjadi cahaya terakhir yang akan dilihat Ryuzaki dalam benda tersebut.

Layar laptop memutih perlahan, menenggelamkan seluruh data yang sedetik tadi muncul dalam gerakan sangat cepat dalam layar, dan kemudian cahaya luminol The Cube di sekeliling sisinya memudar, memperlihatkan ukiran rumit di sekeliling dinding The Cube untuk terakhir kalinya.

Tatapan tanpa makna Ryuzaki mengabadikan cahaya terakhir yang menyeruak keluar dari sisi The Cube.

Dan kemudian The Cube pun berlalu.

Seluruh fungsi benda itu telah tiada, hanya menyisakan sebuah onggokan logam mulia berbentuk persegi berwarna gelap.

Ryuzaki telah mengalirkan virus ke dalamnya. Ia telah membunuh benda itu.

Setelah menatap untuk yang terakhir kalinya, Ryuzaki meraih The Cube dan ia memasukkannya ke dalam sebuah wadah kuat dan menguncinya. Watari berkata bahwa wadah itu didapatnya dari NSA.

Maka, Ryuzaki tidak perlu khawatir.

Setelah selesai, ia mengangkat benda itu ke atas air dan kemudian menjatuhkannya.

Kecipak air yang halus tercipta.

Ryuzaki kembali membawa koper silver dan membuangnya ke atas air.

Ia memperhatikan saat benda itu tenggelam ke dalam.

Setelah itu, ia membawa cake dan cangkir tehnya ke dekat haluan.

Ryuzaki kemudian duduk di atas pagar pengaman seraya menikmati cakenya.

Sejenak keadaan senyap. Yang terdengar hanya suara danau dan kepak burung di kejauhan.

Suara alam...

Suara masa lalu...

'Kau berasal dari sebuah kota di Rusia... Dari utara...'

Suara masa depan...

'Aku bukan Kira!'

Kemudian Ryuzaki bernyanyi. Ia berbisik kecil.

"I'm 27 and there's something worrying me
That I can't talk to anyone about

But if I address a letter to my future self
Then I know I'll be able to speak my mind

I feel like giving up now, I feel like crying, I feel like I'm going to disappear
Whose words should I trust as I move forward?
My one and only heart has broken into pieces time and time again
And I'm living through painful times now
I'm living in the present…"

Gedung bertingkat di sebuah distrik yang ramai… Yotsuba… Pemuda dengan mata elang… gadis dengan kuku-kuku mutiaranya…

"If you keep asking yourself why and where you should go
The answer will become clear

The seas of adolescence can be rough
But keep sailing the boat that is your dream towards tomorrow's shore…"

Suara cangkir yang diangkat… Suara teh yang di seruput halus…

"Everything in life has meaning
So don't be afraid to follow your dream
Keep on believing…"

Pemuda bermata elang itu memiliki kembaran… suara seperti letusan senjata… sebuah lab yang asing…

"Greetings,
Thank you, I have something to tell your 27 year old self ...

I feel like giving up now, I feel like crying, I feel like I'm going to disappear
Whose words should I trust as I move forward?"

Ryuzaki tidak sadar bahwa matanya telah tertutup, namun ia menikmati sensasi yang kini tengah dirasakannya. Ia tengah terbang… terbang di tengah cakrawala yang luas… tinggi… membubung…

Hanya ada sedikit masalah… tubuhnya sakit sekali, tapi tidak apa… ia ingin terbang… rasa sakit itu akan segera pergi… ia yakin…

Sebuah suara porselen yang terbentur… dan kemudian…

'Bagaimana... bagaimana cara aku meninggal, Light?'

'He?'

'Bagaimana cara aku meninggal di dimensimu? Bagaimana seharusnya aku meninggal?'

"Greetings,
I pray that you who are reading this
Will be happy..."

Suara kecipak lain pada danau…

.

Sebuah kapal kecil berada sendirian di tengah danau di daerah Utara Eropa.

Dia atas kapal tersebut hanya terdapat satu potong besar cake lemon yang sebagian kecil isinya telah menghilang, sebuah pecahan porselen dan sebuah botol kristal kecil.

Botol itu rupanya tidak sempat dimusnahkan oleh si pemilik kapal, karena bagaimana pun juga botol itu dapat menjadi sebuah bukti tentang apa yang telah terjadi di tempat tersebut.

Kelak, masyarakat yang menemukannya akan mengetahui bahwa isi dari botol tersebut adalah sejenis racun yang mematikan.

Namun, tidak ada yang pernah tahu kapan kapal itu akan ditemukan.

.

Phase Five: Letter

[The Hospital]

Akeila menemukan sebuah surat pada sisi si 'putra dewa salju' di tempat tidurnya pagi itu.

Ia mengernyitkan dahi, pasalnya ia tidak mendengar tentang perihal surat ini dari teman-temannya.

"Akeila…"

Akeila menoleh, "Ya, sebentar… aku akan membawanya…" Akeila memantapkan diri, dan kemudian membawa si 'putra dewa salju' dari tempatnya.

.

"Seseorang telah mengambilnya pagi ini…"

"Ya, kudengar ia kerabatnya…"

"Omong kosong… tidak ada kerabat yang mau mengambil seorang anak haram…"

"Aku dengar bahwa pria itu seorang bangsawan… tidak banyak yang dikatakannya kepada Dokter Conrad, tetapi ia berhasil meyakinkannya bahwa anak itu adalah kerabatnya…"

"Ia pasti orang Inggris… aku mendengar aksennya…"

"Anak yang beruntung… setidaknya ia beruntung tidak tewas pada malam itu…"

"Hei, kudengar Sir Ivanovich telah melihat putranya… dan ia sangat menyukainya…"

"Oh ya, aku juga dengar begitu dari Luci… Luci yang menyerahkannya kepadanya… katanya ia akan menamakan anak itu Nikolai… anak yang manis…"

"Semoga Tuhan memberkati mereka…"

Dan pagi itu bangunan itu telah menjadi saksi sebuah pergeseran dimensi untuk yang kedua kalinya.

.

Ingatkah kalian bahwa satu nokta saja dalam hidup ini akan merubah serangkaian bab dalam jalan hidup kalian dan bahkan menciptakan sejuta dimensi lainnya?

Maka, kalian pasti tahu bahwa cerita ini bukanlah tentang satu jalur cerita, melainkan memiliki kemungkinan sejuta cerita dengan ending yang berbeda, namun, biarlah kita mengambil satu saja rangkaian cerita yang berhubungan satu sama lainnya.

Jika kalian tengah berada di suatu tempat, berpikirlah bahwa saat itu kalian mungkin akan menciptakan milyaran dimensi yang berbeda.

.

[2005]

[Head Quarter]

Yagami Light menghembuskan napasnya perlahan-lahan.

Light melirik ke kanan.

"Sudah selesai, Ryuzaki?" tanya Light. Ryuzaki menelengkan kepalanya ke arah langit-langit.

"Apanya yang sudah selesai, Light-kun?"

"Sudah puas tuduhannya?"

Ryuzaki tidak menjawab. Ia mengaduk kopi di depannya dengan bunyi yang berisik.

"Aku sudah bosan mengatakan bahwa aku-aku-bukan Kira."

Ryuzaki tidak merespon Light.

"Light-kun itu Kira. Aku yakin seratus persen."

"Aku-bukan-Kira. Aku-bukan-Kira."

"Light-kun itu Kira."

"Aku-bukan-Kira. Aku akan meladenimu sampai semalaman sekalipun."

Ryuzaki kini melirik Light. Matanya mendelik.

Light melipat tangan di dada.

Ryuzaki menatapnya. Ia mengedipkan mata satu kali.

Dua kali.

"Sebaiknya kita bekerja." Light membetulkan posisi duduknya.

Ia mengambil berkas-berkas di meja kemudian bangkit berdiri.

Light berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.

"Kenapa kau bisa melakukan akting sehebat ini, Light-kun..." Ryuzaki bergumam.

Light mendengarnya tapi ia tidak merespon.

"Kau tunggu saja disana. Aku akan menemukan bukti nyatanya." Ryuzaki kembali bergumam. Egois.

"Silahkan." kali ini Light menjawab.

Ryuzaki melirik Light dengan tatapan yang tak tertebak.

Sebuah dokumen lusuh tertambat di tangannya.

Ia berbisik kecil dan kemudian tersenyum.

.

29

End.


Author's: Akhirnya proyek fiksi ini selesai. Thanx God.

Di chapter terakhir ini saya akhirnya membuka inti dari cerita ini. Yup, Ryuzaki tertukar dengan Nikolai saat bayi. Dimulai dari sana, sebuah cerita tercipta. Cerita dari bab lain yang benar-benar sangat berbeda dan tidak terduga. Saya menikmati menulis cerita ini.

Seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya, cerita ini bukan tentang siapa yang mati, dan siapa yang hidup. Kita semua sesungguhnya mungkin telah mati di lain tempat dan telah lahir di tempat yang lain lagi, maka sebenarnya kehidupan ini saling berhubungan. Maka, saya memberikan ending yang sedikit twist.

Di sisi satunya, Ryuzaki meninggal karena ia tidak mungkin membiarkan dirinya berada di abad yang asing dan memungkinkan dirinya ada dua di jaman yang sama. Namun, karena cerita ini berbasiskan tentang teori waktu, maka segalanya kembali terulang lagi. Saya mengambil masa depan hasil dari 'perbuatan' Ryuzaki dengan kembali menukarkan dirinya ke posisi yang benar.

Oh ya, mengenai surat itu, Ryuzaki memang menulis sebuah surat untuk dirinya sendiri yang saat itu masih bayi. Dan di masa depan ia membacanya.

Saya juga memberikan sebuah ending alternatif bahwa Light tidak pernah berusia 29 tahun dan bertemu dengan Nikolai, maka semuanya berjalan dengan normal. Karena ini adalah salah satu dimensi yang diubah Ryuzaki, yaitu dimensi dimana ia pergi dengan The Cube.

Semoga pembaca semua menikmati cerita ini. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembaca semua atas dukungannya. Saya tidak akan pernah bisa menutup cerita ini jika tanpa kalian.

Surat yang ditulis Ryuzaki saya kutip dari sebuah lagu milik Angela Aki berjudul Tegami ~Haikei juugo no kimi e~ Lirik lengkapnya (dan juga merupakan surat yang ditulis Ryuzaki untuk dirinya sendiri) adalah sebagai berikut:

Greetings,
You who are reading this, where are you and what are you doing now?

I'm 15 and there's something worrying me
That I can't talk to anyone about

But if I address a letter to my future self
Then I know I'll be able to speak my mind

I feel like giving up now, I feel like crying, I feel like I'm going to disappear
Whose words should I trust as I move forward?
My one and only heart has broken into pieces time and time again
And I'm living through painful times now
I'm living in the present

Greetings,
Thank you, I have something to tell your 15 year old self

If you keep asking yourself why and where you should go
The answer will become clear

The seas of adolescence can be rough
But keep sailing the boat that is your dream towards tomorrow's shore

Don't give up now, don't cry, when you feel like you're going to disappear
Then you should trust your own voice and move forward
Even an adult like me gets hurt and has sleepless nights
But I'm living in the bittersweet present

Everything in life has meaning
So don't be afraid to follow your dream
Keep on believing

I feel like giving up now, I feel like crying, I feel like I'm going to disappear
Whose words should I trust as I move forward?
Ah, don't give up now, don't cry, when you feel like you're going to disappear
Then you should trust your own voice and move forward
No matter what stage of your life you're in
You can't get by without going through sadness
Show me a smile, let's live in the present
Let's live in the present

Greetings,
I pray that you who are reading this
Will be happy

[15 saya ganti dengan 27, berdasarkan usia Ryuzaki saat itu]

Jika kalian ada waktu, dengar deh, lagunya enak sekali dan menurut saya pas sekali dengan ending cerita ini, maka saya ambil. :)

Semoga kalian menyukai cerita ini dan endingnya.

Oh ya, hanya memberitahukan saja, saya akan kembali dengan sebuah cerita baru. Kali ini ceritanya akan bertema lebih gelap, namun tidak akan serumit cerita ini. :P

Berharap saja saya akan menerbitkan cerita baru itu secepatnya. ^_^

Akhir kata, Terima kasih untuk yang telah membaca dan mereview cerita ini dari awal hingga akhir.

Thanx very much for read and review.