*maafkan saya kalo gajebo minna-sama… Saya bukan author resmi di fandom Detective Conan, cuma kebetulan ada ide lewat… Ahahahaha*

Beika, awal September.

Musim panas baru saja berganti menjadi musim gugur, yang menandakan liburan juga sudah usai. Seluruh siswa SD Teitan kembali belajar seperti biasa. Dan seperti biasa pula, ada campuran antara antusiasme dan kebosanan yang dirasakan bocah-bocah itu saat kembali masuk sekolah.

"Ayumi, kemana saja kau pas liburan musim panas lalu?" tanya Genta. "Sibuk mencari harta karun, ya?"

Ayumi mendelik, "Tidak! Aku diam saja di rumah membantu ibuku. Membosankan! Kau, Conan?" tanyanya kepada Conan yang hanya tersenyum melihat kelakuan teman-temannya.

"Ah, aku pergi ke Osaka… Paman mendapatkan tugas, jadi aku dan kak Ran terpaksa ikut…" ujar Conan sedikit tak bersemangat, sambil menarik nafas panjang.

Ya, perjalanannya ke Osaka liburan lalu memang jauh dari menyenangkan. Setelah akhirnya memecahkan kasus pembunuhan yang harusnya menjadi jatah Kogoro Mouri, ia bertemu dengan Bourbon, seorang anggota Black Organization. Meskipun Bourbon tak melakukan apapun padanya, ia tetap saja sedikit ketakutan.

Ia ketakutan karena Ran tidak sengaja mengobrol dengan Bourbon, dan menyebutkan nama SD Teitan. Conan tahu resikonya, penyamarannya akan ketahuan dan mungkin nyawanya akan terancam jika Bourbon tahu keberadaannya.

"Wah, kasus apa?" Mitsuhiko yang awalnya asyik dengan PSP-nya, segera memasang wajah antusias. "Wah, Conan, kau beruntung punya paman seorang detektif terkenal…"

Conan tersenyum mendengar pertanyaan Mitsuhiko, dan segera menjawabnya. "Ah, cuma kasus perampokan biasa… Aku tak ikut-ikutan, semuanya Paman yang mengerjakan…"

"Sayang sekali…" jawab Ayumi. "Padahal mungkin itu berhubungan dengan harta karun…"

Perkataan Ayumi segera dipotong oleh Mitsuhiko. "Heh, Ayumi, apa hanya harta karun saja yang ada di otakmu?". Kemudian mereka semua tertawa.

"Ngomong-ngomong, Ai kemana ya?" tanya Ayumi kemudian. "Aku belum melihatnya…"

"Nampaknya sih ia tidak masuk hari ini. Kudengar ia berlibur ke luar negeri" jawab Genta, sambil memakan snack. "Aku harap besok ia masuk. Grup Detektif Cilik tak lengkap tanpa Ai"

"Benarkah?" Ayumi, Conan dan Mitsuhiko terbelalak. Conan kaget, dan segera teringat bahwa Ai masih terkait dengan Black Organization. Setelah Bourbon mengetahui keberadaannya, ada kemungkinan ia mengontak Ai untuk merencanakan sesuatu yang mungkin berakibat fatal untuknya.

"Ia sih bilang begitu sebelum kita liburan…." Jawab Genta. "Aku iri…"

"Aku juga!" jawab Ayumi dan Mitsuhiko bersamaan. "Bagaimana ya rasanya liburan musim panas di luar negeri?" tanya Ayumi, sambil menyangga dagunya dengan tangannya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Conan, Ayumi, Mitsuhiko dan Genta berpisah di gerbang sekolah.

"Besok aku akan bawa oleh-oleh!" teriak Genta pada mereka semua, sebelum berpisah.

Conan melangkahkan kakinya menuju rumah Prof. Agasa. Ia belum bertemu professor Agasa sejak ia pulang dari Osaka beberapa minggu lalu. Ia akan segera menceritakan semua yang ia alami selama ia berada di Osaka.

Setiba di rumah Profesor Agasa, Conan memencet bel. Namun, tidak ada yang merespon.

"Nampaknya professor sedang tidak ada di rumah…" batin Conan. Namun tepat sebelum ia keluar pagar, ia bertemu Ai.

"Ai?" Conan tidak dapat menyembunyikan ekspresi kagetnya. "Kudengar kau pergi ke luar negeri?"

"Tidak jadi" jawab Ai pendek. Kemudian Ai menarik lengan Conan. "Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu"

Conan yang bingung dengan perlakuan Ai kepadanya tak bisa mengelak. Ai menariknya ke belakang rumah Profesor Agasa, tempat biasa mereka membicarakan hal rahasia. Ai menekan-nekan beberapa tombol pada ponselnya, dan segera mulai berbicara. Sesaat kemudian, Ai memberikan ponselnya pada Conan.

"Ia ingin bicara padamu" ujar Ai singkat. "Cepatlah, bateraiku segera habis"

Conan mengambil ponsel dari tangan Ai dengan sedikit gemetar. "Halo?"

"Halo, anak SD. Sudah beberapa lama sejak kejadian itu, kan?" suara berat di seberang sana menyambut kebingungan Conan.

"Suara itu!"

Ingatan Conan segera kembali pada saat ia mengunjungi festival. Ketika tubuhnya dibekap, dan didera sakit luar biasa sebelum akhirnya mengecil sama sekali.

"K-kau… Ada apa?"

"Ya. Ini aku. Kau masih ingat kan?"

Suara di seberang itu mulai membuat Conan takut, juga marah. Hanya suara sinis itu yang ia ingat sebelum akhirnya ia mengecil.

"Apa maumu?" Conan bertanya dengan nada marah.

"Tak ada. Aku hanya mengingatkanmu satu hal, bahwa selama kau hidup, kami akan terus mengintaimu. Aku dengar kau kembali ke SD Teitan".

Darah Conan segera naik. "Aku tak akan menyerah hanya pada ukuran tubuhku!"

Suara di seberang sana pun semakin sinis. "Kau yakin?"

Conan segera menutup telepon, dan menatap Ai tajam. "Apa maksudnya semua ini?" tanya Conan. Ai menangkap kemarahan Conan, dan segera berusaha menenangkannya.

"Ada sebuah titipan dari mereka. Titipan itu ada di tanganku sekarang, tapi aku masih harus menyempurnakannya. Akan kujelaskan begitu waktunya tiba"

Conan kemudian meninggalkan Ai dengan perasaan marah, bingung dan kesal.

"Aku tak percaya Ai masih terhubung dengan mereka semua. Ah, tunggu dulu. Identitas asli Ai kan memang punya hubungan dengan Black Organization…" Conan terus memikirkan hal itu, bahkan ketika ia tiba di rumah dan makan malam.

"Hey, makanlah!" Kogoro meneriakinya. "Kalau kau sakit kan aku yang repot!"

"Ayah!" Ran menyahut. "Conan kan mungkin sedang tidak enak badan…"

"Ah, tidak, kak Ran… Iya, Paman, aku akan makan!". Selama beberapa bulan tinggal di rumah keluarga Mouri, ia sudah mulai memahami kebiasaan rebut ayah dan anak itu. Conan menghela nafas dan segera menghabiskan makan malamnya. Meskipun begitu, benaknya masih dipenuhi oleh perkataan Ai dan Gin tadi.

"Akan kujelaskan begitu waktunya tiba"

Sebelum akhirnya tertidur, Conan terus menghela nafas panjang, dan mencerna kata-kata itu. Namun, semakin ia memikirkannya, semakin kepalanya terasa sakit.

"Ah, sudahlah…" batinnya. Saat itu sudah pukul dua belas malam. "Memikirkannya pun toh takkan menyelesaikan masalah…". Conan pun akhirnya tertidur.