Semoga para reader masih ingat ma cerita ini… kalo lupa? *megang pisau terus ngarahin ke leher ndiri sambil teriak histeris

Maaf, apdetnya… telaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat bgt… selain sibuk kuliah+ujian… sya jadi sibuk nonton drama korea… ampe lupa publis fic… 16 episode dlam 2 hari? Gmana ga sibuk coba?*di gampar reader…

juga sibuk menonton video boyban korea... sibuk nonton anime... *kesibukan macam apa itu?

oleh krena itu… sya apdet lage…

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto. Fic ini baru milik saya.

Pair: SasuHina

Genre: Romance mungkin?

Rated: tetep T deh kayaknya

Warning : Pendek, OOC, AU, Typo, deskripsi kurang dan kekurangan lainnya, namanya juga manusia, tidak sempurna. Sesuai asas Don't Like. Don't Read.Udah diperingatin, jangan ampe nyela pair saya tercinta-halah

Happy Reading

Chap Before

Sasuke tersungkur di lantai keramik yang dingin. Cairan kental berwarna merah mengalir dari sudut bibirnya. Hinata menatap panik pada Sasuke yang terjatuh. Hinata mendekati Sasuke, namun tarikan tangan Neji pada tangannya menghentikan pergerakkan Hinata. "Jangan mendekati adikku lagi, Uchiha!" Neji berteriak pada Sasuke, kali ini kakinya menendang Sasuke yang telah tersungkur. Neji menendang beberapa kali di perut serta di punggung Sasuke.

Neji setengah menyeret Hinata. Pemuda berambut coklat itu menarik tangan Hinata untuk mengikutinya. Hinata menahan tangisnya saat Neji menariknya. Dia ingin bersama Sasuke, menanyai keadaannya dan mengobati lukayang dibuat oleh Neji. Tapi Neji membawanya menjauh dari Sasuke. Sasuke hanya menatap sedih kepergian Hinata. Sasuke menyadari tidak akan mudah untuk dekat dengan Hinata mulai saat ini. Pemuda raven menghela napas berat.

Algebra Chapter 6

Neji memaksa Hinata masuk ke dalam mobil berwarna perak miliknya. Benda beroda empat itu semakin menjauh, membawa Hinata semakin jauh dari Sasuke. Hinata mulai meneteskan air mata melihat tingkah kakaknya itu, berusaha menangis tanpa suara. Hinata tidak berani bercuap, ia terdiam, hingga keduanya tiba di Mansion Hyuuga.

"Jangan buang-buang air matamu untuk anak itu!" Ungkap Neji tegas tanpa menatap sang adik yang berjalan menunduk di belakangnya. Neji berhenti melangkah, menyadari Hinata yang menghentikan langkahnya. Jemarinya menggenggam kuat ujung baju yang dikenakannya.

"A-apa yang Aniki lakukan? Kenapa mem-mukul Sasuke-kun seperti itu?" Hinata menanyai Neji yang masih menarik tangan Hinata yang satunya. Neji diam tidak berniat menjawab pertanyaan Hinata. Hinata menyentak tangannya yang ditarik Neji mengambil beberapa langkah mundur. Neji cukup terkejut. "Aku tidak suka Aniki memukul Sasuke-kun!" Hinata berusaha berteriak lemah(?) sembari menggelengkan kepalanya menahan emosi dan mengumpulkan keberanian.

Neji berbalik memandang Hinata, lavender itu mendelik tajam mengintimidasi lavender yang lain. "Apa ini yang kau dapat setelah bersama Uchiha itu?" Neji bertanya, permata lavendernya memandang lantai marmer dengan intens. "Kau adikku yang paling lembut, tidak pernah membantah apalagi berusaha membentakku." Gigi Neji saling gemeratuk, lavender indahnya menutup lalu terbuka untuk memandang sang adik dengan marah. "Setelah mengenal Uchiha itu kau berubah dan meneriakiku?" Neji mulai maju mendekati Hinata. Hinata kembali menundukkan kepalanya.

"I-itu karena Neji-niimemukulnya. Memang apanya yang salah?" Hinata kembali menatap lavender Neji dengan takut-takut.

"Kau masih membelanya! Aku bilang jangan dekat-dekat dengannya. Dia tidak pantas untukmu. Seorang Uchiha rendahan tidak pantas mendapatkanmu!" Neji kembali berteriak.

"Ada apa denganmu, Aniki? Kau tidak tahu apa-apa. Lebih baik, jangan campuri urusanku!" Sebagai seorang manusia biasa, Hinata mulai kehilangan kendalinya, meneriaki anikinya sendiri.

Plak! Neji akhirnya menampar Hinata. Hinata membulatkan matanya tak percaya, tangannya memegang pipi yang ditampar oleh Neji. Tubuh gadis belia itu bergetar, tatapan matanya kosong. Hiashi yang mendengar suara keributan di ruang tamu, akhirnya melangkah ke ruangan itu, meninggalkan aktivitasnya di ruang tengah.

"Ada apa ini? Neji? Hinata? Kalian bertengkar? Ada apa?" Hiashi bertanya. Hinata mulai terisak lagi, air mata membasahi pipinya, perlahan dia menghapusnya sendiri, memandang Neji yang memalingkan wajahnya.

"Dia… memiliki hubungan dengan Uchiha itu, Tousan. Dia… bahkan mencium Uchiha sialan itu!" Neji berteriak keras sambil menunjuk Hinata dengan jarinya. Hiashi membeku mendengar ucapan anak tertuanya.

"Berhenti… memakinya!" Hinata berteriak dalam isak tangisnya, kakinya mulai melangkah untuk meninggalkan mansion besar itu. Dengan cepat Hiashi mengikuti Hinata dan menarik tangan putrinya itu. "Tousan?" Hinata terlihat bingung. Dia mencoba melepaskan genggaman erat pada tangannya tapi genggaman itu tak lepas juga.

Hiashi menarik Hinata hingga ke kamarnya, nyaris menyerat sang putri. "Sudah aku bilang jangan berhubungan dengannya. Kau malah menjalinnya!" Kali ini, Hiashi yang berteriak. Neji hanya menatap Hinata dengan kecewa. Dia berdiri di sisi pintu kamar Hinata.

"Ta-tapi… aku mencintainya, Tousan." Hinata beralasan.

"Tidak boleh! Kau tidak boleh mencintainya! Kau pikir, siapa yang membuat ibumu meninggal? Uchiha! Seorang dokter yang membiarkan pasiennya meninggal adalah seorang Uchiha.. " Hiashi berteriak dengan lantang. "Fugaku… entah bagaimana dia membiarkan ibumu mati di bawah kendalinya sebagai seorang dokter. Padahal, dia tidak pernah gagal sebelumnya, tidak sekalipun." Suara Hiashi melemah. "Kau pikir, siapa yang menabrak Hanabi? Uchiha! Kasus tabrak lari yang entah mengapa pelakunya hanya dihukum 6 bulan. Sedangkan, ada seseorang yang kehilangan salah satu putrinya. Dan pelakunya hanya dihukum 6 bulan. Kenapa begitu?itu tidak setimpal." Hiashi berteriak lagi. Hinata membeku di tempat. "Keluarga Uchiha penyebab semuanya. Aku tidak bisa menerimanya. Aku tidak bisa menerima hubunganmu dengan Uchiha. Uchiha tidak layak untukmu, bahkan mereka tidak layak hidup." Hiashi mulai menurunkan suaranya lagi. "Sebaiknya kau menjauhi mereka." Imbuhnya.

Hiashi meninggalkan Hinata di kamarnya sendirian. Mengunci kamar itu dari luar. Hinata jatuh terduduk di karpet biru muda dalam kamarnya. Air matanya turun, sangat deras. Gadis ringkih itu semakin terisak, menyadari perasaannya yang terlanjur jatuh pada pemuda Uchiha. Tapi, bukankah Sasuke tidak berbuat apa-apa? Yang melakukan itu semua bukanlah Sasuke, namun orang-orang lain yang memiliki nama keluarga yang sama dengannya, Uchiha. Hinata menyadari hanya itu persamaan mereka. Lalu, dia sendiri harus bersikap seperti apa? Ikut membenci Sasuke dan membohongi perasaanya? Hinata menangis lagi… menangisi hatinya yang jatuh pada pemuda yang tak seharusnya.

0o0o0

Sasuke POV

Ada apa dengannya? Sudah seminggu semenjak kejadian waktu itu. Sudah seminggi ini, dia tidak masuk kuliah. Ada apa sebenarnya Hinata?

Setiap hari semenjak hari itu aku ke Mansion Hyuuga. Tapi aku tidak di izinkan masuk. Mereka berkata Hinata tidak mau menemuiku. Aku semakin bingung. Beberapa kali aku mencoba memaksa masuk. Tapi, malah aku mendapat pukulan yang tidak bias di bilang ringan. Sekarang saja, pipiku masih lebam dan membuat kaasanpanik saat mengunjungiku.

Aku hanya mengatakan kalau aku menolong seorang teman dan kaasan percaya. Untung saja, aku tidak tinggal di rumah. Kalau tidak, aku pasti sudah di tanyai macam-macam oleh tousan. Aku menghela napas. Aku sangat merindukan Hinata. Aku merindukan suaranya. Aku merindukan wajahnya. Aku merindukan Tawanya. Aku benar-benar ingin bertemu dengannya, melihatnya, mendengar ceritanya dan saling melepas rindu. Jika, dia juga merindukanku.

0o0o0

Hinata POV

Sudah seminggu, aku berdiam diri di kamar. Sekarang aku lebih suka tidur, terkadang menangis. Para maid bergantian mengantarkan makanan ke kamarku pada jam-jam makan. Aku masih belum siap untuk keluar kamar, apalagi ke kampus. Aku masih bingung dengan perasaanku terhadap Sasuke, aku bingung harus bersikap seperti apa.

Tapi, aku merasa jauh lebih baik sekarang dibanding seminggu yang lalu. Aku juga mendengar dari para maid, kalau Sasuke selalu kemari, berusaha untuk bertemu denganku. Aku mengetahui keadaan Sasuke yang babak belur karena memaksa masuk ke tempat ini.

Aku merasa sakit. Aku merasa iba. Aku sedih, semua ini terjadi pada kami berdua. Entahlah… aku merasa naïf. Aku menyayangi pemuda itu, tapi kenapa aku merasa tak rela untuk bertemu dengannya. Aku tidak bisa begitu saja mengabaikan perasaanku padanya, tapi kenapa keinginanku untuk menemuinya tidak mendesakku. Aku tidak bisa begitu saja melupakan semua kebaikan dan perhatiannya padaku, tapi kenapa aku malah berdiam diri di kamar seperti ini mengabaikan kepeduliannya. Aku merasa naïf.

Mungkin, dari awal aku tahu alasannya. Karena, dia seorang Uchiha. Keluarga Uchiha yang telah membuatku kehilangan Okaasan dan Imouto-ku. Keluarga Uchiha yang membuatku merasa sendiri setelah kematian Okaasan. Keluarga Uchiha yang telah mengambil paksa adikku tersayang, dan membuatku semakin sendirian di rumah ini. Kalau memang itu alasannya, tetap saja aku tidak bisa membencinya. Bukankan aku begitu naif?

0o0o0

Normal POV

Seorang pemuda berambut hitam kebiruan tampak mendekati seorang gadis berambut indigo. Gadis itu tak menyadari si pemuda, hingga akhirnya si pemuda meraih lengan gadis itu. Onyx dan lavender bertemu. Hinata, gadis pemilik permata lavender, menarik perlahan lengannya yang dipegang Sasuke, pemuda pemilik permata onyx.

Sasuke dapat melihat ekspresi Hinata yang bingung. Pemuda itu tak pernah sekalipun melihat Hinata yang terlihat seperti ini. Sasuke dapat melihat semburat marah dan sedih di saat yang bersamaan. tatapan gadis itu tak sejernih biasanya, terkadang tatapannya penuh kebenciaan lalu berubah seperti menahan tangis. Hinata pergi begitu saja tanpa memandang Sasuke. Sasuke tidak berani mendekati gadis itu lagi, hari itu. Apalagi untuk mengikuti Hinata. Keberaniannya ciut seketika. Sasuke hanya berharap sikap Hinata akan melunak kepadanya.

Sasuke tidak mengetahui tetes demi tetes air mata yang mengalir dari permata lavender saat kakinya melangkah jauh meninggalkan Sasuke. Sasuke sibuk membeku di belakang Hinata. Sasuke hanya menatap Hinata sedih dan kecewa. Sasuke sedih akan perubahan sikap Hinata padanya. Sasuke kecewa pada Hinata yang tidak memberi kesempatan untuk mengetahui kesalahannya.

Sasuke POV

Ada apa dengan Hinata? Dia terlihat berbeda. Dia berbeda dalam arti yang kurang baik. Tubuhnya bertambah kurus. Wajahnya terlihat sangat kurang tidur dan… dia seperti habis menangisi sesuatu. Dia terlihat sangat sedih dan kesepian. Aku tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Dia menghindariku dan terkadang matanya, menyiratkan penyesalan yang mendalam.

Hinata POV

Maafkan aku Sasuke-kun. Sungguh, aku tidak tahu harus bersikap apa terhadapmu. Seseorang membisikkan kalimat 'aku merindukanmu'. Tapi, hatiku sakit karena merindukanmu. Seseorang membisikkan kalimat 'aku menyayangimu'. Tapi, hatiku mengingkarinya. Ada apa denganku Sasuke-kun? Aku bingung. Aku tidak bisa bersikap seperti dulu lagi.

Aku menyayangimu dan aku menjadi terluka karena perasaan itu. Tapi, mengabaikanmu seperti ini, juga menorehkan luka lain di hatiku. Sebenarnya aku ini manusia macam apa? Begitu naif.

To be Continued

Pendek banget… saya tahu itu. Terkutuklah saya yang tidak bisa membuat chap yang panjang.

Saya memang kurang bisa dalam hal pendeskripsian.

Jadi, kalimatnya pas-pasan bgt.

Saya merasa ada banyak kalimat gombal deh kayaknya. Udah gak tahu mo ngomong apa.

Yasud… review ya

Thx yang kemaren dah review… review lagi ya?

Maaf telat bgt