Disclaimer : Mashashi Kishimotosensei

Rated : T

Genres : -diutamakan- Adventure dengan bumbu – bumbu Romance dan Tragedy (?)

Pairing : TemexDobe slight KyuuxGaa dan NejixGaara

Warning ! (Warung mpok ningning)

Boys Love, OOC! AU, miss typo(s), alur cepat, pendeskripsian yang masih kurang baik, dll., dsb., dkk.

IF YOU DON'T LIKE? PLEASE DON'T READ! OKE!

.

.

~Kitsune VS Sharingan~

by : Zurue Pink-chan & Chocho mami-Riicho

Dua author menjadi satu XD

.

.

.

.

Chapter 3

"Silahkan, Sasuke…,"

Tanpa ba-bi-bu lagi, Sasuke langsung saja berjalan ke arah kursi yang akan menjadi miliknya dengan langkah tak lambat. Tanpa sadar seringai terukir kembali di wajah porselen-nya.

Sesampainya di kursi tersebut. Ia langsung mendudukan dirinya, tanpa niat membangunkan sang teman sebelah untuk mengajak berkenalan atau melakukan sesuatu hal, apa pun itu.

Kakashi yang melihat itu, langsung membuka buku orange favoritnya yang selalu dibawa ke mana – mana kembali sambil memberikan pelajaran ke anak – anak didiknya. "Nah, anak – anak, siapkan buku kalian kembali. Buka halaman 203. Hari ini kita akan mengulangi pelajaran kemarin, kuharap kalian masih mengingatnya…,"

Di saat sang teman sebelahnya bangun karena mendengar perintah sang guru, yaitu Kakashi yang kemudian mendongakan kepalanya untuk melihat sang guru. Dengan seringaian yang terus terukir di wajahnya, ia mendekatkan wajahnya ke telinga sang teman sebelah.

"Memimpikanku, Dobe?"

.

.

.

.

.

Chapter 4

Naruto POV

'Haa...Kami-sama, bagaimana caranya? Bagaimana supaya Hinata-chan sembuh? Ck... aku benar-benar tidak berguna.'

Sejak beberapa menit yang lalu, aku terus menenggelamkan wajahku di lipatan kedua tanganku ini. Aku terus berpikir dan berpikir serta berdoa kepada Yang di Atas agar aku dapat menolong seseorang yang tak berdaya karena kelalayanku waktu itu. 'Aku memang bodoh dan lemah, haa...'

Di saat aku mulai menyerah dan ingin berteriak marah, marah pada diriku sendiri, marah pada assassin tersebut, dan marah kepada bodyguard-bodyguard Clan Hyuuga. Tiba - tiba, aku terpikir sesuatu.

'Kaasan! Ya, Kaasan! Ah! Thanks, God. I love you so much.. much…' batinku girang karena menemukan solusi yang menurutku dapat menangani 'masalah' yang terjadi. Tanpa sadar aku tersenyum lebar, terasa gigi - gigiku yang putih cemerlang menyentuh kulit tan -ku yang halus mulus ini, hahaha... Narsis sekali aku, hehehe.

"Nah, anak–anak, siapkan buku kalian kembali. Buka halaman 203. Hari ini kita akan mengulangi pelajaran kemarin, kuharap kalian masih mengingatnya…"

'Ah! Ini suara Kakashi–sensei. Ck… mengganggu saja. Padahal aku baru saja senang... huh! Menyebalkan,' batinku geram. Sedikit mengerang tertahan karena kesal, aku mulai menggerakan tubuhku untuk bangun. Ku dongakan kepalaku untuk melihat Kakashi – sensei yang sedang mencatatkan rumus – rumus rumit nan menyebalkan di papan tulis tersebut dengan mata yang masih terasa perlu beradaptasi dengan intesitas cahaya di ruangan kelasku ini.

Namun, tiba–tiba…

"Memimpikanku, Dobe ?"

Mendengar hal itu, aku langsung terbelalak kaget. Iris mata sapphire-ku sedikit mengecil karena mendengar suara bass khas tersebut. Terlebih saat menangkap kata panggilan 'khusus' untukku. Sungguh tak terduga.

'Suara ini? Panggilan kasar ini—Tak mungkin.'

End of Naruto POV

Normal POV

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari teman sebangku barunya, Naruto langsung menolehkan kepalanya ke samping kiri dengan cepat untuk melihat siapakah orang yang sekarang duduk di sampingnya tersebut.

"Ka… Ka-kau…" Naruto yang melihat teman sebangku barunya tersebut langsung terdiam seribu bahasa. Ia tak tahu harus berkata apa. Namun, sosok teman sebangkunya yang bernama Sasuke itu hanya menyeringai kecil. "Hmm...?" gumam Sasuke kecil agar tak menarik perhatian penghuni kelas lainnya, masih mempertahankan seringaian kecilnya.

'Dia… si Sharingan itu? Di-dia tahu identitasku?' batin Naruto panik. Dia langsung gelagapan sendiri, mukanya memerah seketika, menahan amarah dan kesal akan dirinya dan orang di hadapannya. Namun, ia bisa mengendalikannya, dengan segera senyuman lebar terukir di wajah tan Naruto. 'Mana mungkin...pfft...' batinnya geli, 'Lihat, matanya saja beda. Pasti hanya kebetulan saja...Ya, Pasti,' batinnya lagi meyakinkan bahwa dugaannya yang pertama adalah SALAH BESAR.

"Ha…Hai! Hehehe...murid baru ya? Namaku bukan Dobe loh... Aku Namikaze Naruto, salam kenal, ya?" ucapnya ceria, walau dalam hati dia berusaha menahan diri untuk tidak menimpuk kepala sang teman baru dengan sepatunya karena telah menghinanya dengan sebutan 'Dobe', padahal belum kenal.

Sasuke yang melihat itu langsung tersenyum tipis. Entah sejak kapan, jemari pucatnya yang lihai mulai memainkan rambut pirang halus milik sang Namikaze bungsu. "Tak usah bersikap seperti itu, Dobe, Ah! Atau perlu kupanggil-" Sasuke diam sejenak, seringaiannya bertambah lebar. Ia lalu memajukan wajahnya, meletakan dagunya di bahu mungil tegap Naruto dan berbisik tepat di telinga Naruto dengan sedikit sengaja menghembuskan nafasnya, menggoda sang teman sebangku.

"-Kitsune..."

Tubuh Naruto langsung menegang. Ia melirik Sasuke yang masih betah menyandarkan dagunya di bahu Naruto. 'Ternyata... Orang ini benar-benar si Teme itu...?' batinnya kaget.

Naruto benar - benar tak menyangka, hal tak terduga ini dapat terjadi. Tetapi mengapa assassin satu ini membuka identitas-nya secara terang-terangan kepada Naruto? Padahal kalau dipikir secara logika, ia dan assassin satu ini merupakan musuh, dan jika mengetahui identitas asli musuhnya tanpa ketahuan seharusnya... bukannya... dibunuh?

Naruto terus melirik orang tersebut sambil memikirkan kemungkinan - kemungkinan tujuan orang ini memberikan identitasnya secara terang-terangan kepada Naruto. Bahkan sampai nekat bersentuhan biasa dengan dirinya? Seperti bukan musuh saja.

Sasuke yang melihat Naruto hanya diam sambil meliriknya tajam asyik menyandarkan dagunya di bahu Naruto langsung menyeringai lebar. Ia langsung membelai pipi tembem Naruto yang dihiasi tiga guratan tipis dengan lembut. "Hei, apa yang kau pikirkan, Dobe?" suara Sasuke yang sangat pelan hampir tak terdengar karena Sasuke menenggelamkan kepalanya di dekat leher Naruto, menghirup aroma citrus yang menguar dari tubuh Naruto terus - menerus, seakan aroma itu adalah 'narkoba'. Lalu, entah sadar atau tidak, Sasuke langsung menjilat - jilat leher Naruto tersebut.

Mendapat perlakuan seperti itu, Naruto langsung terbelalak kaget.

Namun, tak berhenti sampai di situ saja. Setelah puas menjilat - jilat leher tan tersebut, Sasuke langsung menggigitnya keras kemudian menghisap bekas gigitan tersebut dengan kuat, seperti menyeruput sebuah minuman. Kemudian, Sasuke menjilatnya kembali.

"Ng...akkhh..." desah Naruto tak tahan. Sasuke menyeringai senang, ia terus melakukan hal tersebut.

Naruto yang diperlakukan sedemikian rupa, nafasnya tercekat dan jantungnya berdegup kencang. Ia langsung mendorong Sasuke dengan kuat yang dapat membuat orang terkapar jatuh di lantai marmer kelas tersebut. Namun, untungnya tenaga Sasuke lebih kuat, jadi dorongan super Naruto tersebut tak mempunyai dampak berarti baginya.

"Ck...Apa-apaan kau, Dobe," desis Sasuke geram. Ia menarik kerah seragam Naruto dengan kuat, hampir saja mereka berciuman apabila kedua tangan Naruto tak menahan di dada Sasuke, sehingga sekarang wajah dengan tiga goretan di setiap pipinya hanya berjarak 5 cm dari wajah porselen bak lukisan sang maestro milik Sasuke.

Wajah Naruto memerah, menahan kesal, amarah, malu, dan kecapaian akan hal tadi. Nafasnya memburu akan kejadian tadi, nafas hangat tersebut sukses mengenai wajah Sasuke dengan sempurna. "Ah...Hah...Ka-kau...Teme sialan...hah...hah... a-apa... ah.. .hah... maks... hah... udmu, heh?" desis Naruto tak kalah geram, walau masih kewalahan akan kejadian tadi. Kepala Naruto langsung berkunang - kunang kembali akibat kejadian tersebut, apalagi efek dari kejadian tempo lalu masih belum sepenuhnya hilang. Kesadaran Naruto semakin menipis.

Sasuke menyeringai tipis. "..'cause you're..."

Naruto yang sudah tak kuat lagi, tak dapat mendengar kata - kata yang akan diucapkan Sasuke sampai selesai dan dengan jelas. Ia langsung pingsan, tepat menimpa ke dada bidang Sasuke yang berbalut seragam sekolah tersebut.

"...Mine... my Kitsune... and my Dobe..." Sasuke tersenyum tipis, lalu mendekap Naruto, menjilat kembali bekas merah yang masih terpoles indah di leher tan Naruto. Ia juga menghirup aroma citrus dari tubuh Naruto dengan nafsunya.

Kemudian ia berdiri dengan perlahan dan menggedong Naruto dengan ala bridal style.

"Permisi, Sensei," Sasuke sukses mendapat perhatian dari Kakashi serta murid - murid lain yang ada di kelas tersebut. Mata mereka terbelalak kaget dengan sempurna, melihat Sasuke menggendong teman sebangkunya, Naruto, apalagi Gaara, ia sungguh panik.

"Ada apa dengan Naruto?" tanya Gaara kaget. Ia langsung berdiri dari kursinya dengan sedikit gebrakan meja yang mengiringi.

Sasuke mengangat sebelah alisnya, melihat kelakuan Gaara. 'Apa hubungannya dengan Dobe-ku?' batinnya bingung sekaligus kesal.

"Pingsan," jawab Sasuke singkat dengan ekspresi datar, kemudian berjalan ke arah pintu ruangan kelas tersebut. "Sensei...?"

Kakashi yang mendengar panggilan Sasuke, langsung mengangguk singkat. Sasuke langsung mengangguk dan membuka pintu geser tersebut dengan kakinya, lalu berjalan keluar. Saat Kakashi akan menutup pintu geser di ruangan itu, Gaara langsung menghampirinya. "Sensei, boleh aku ikut membawa Naruto?"

Kakashi yang mendengar itu, menghela nafas berat. "Gaara, sebaiknya kau kerjakan soal yang kuberikan tadi. Naruto biar si Uchiha itu yang mengurus. Mengerti "

Gaara tak menjawab, ia menatap Kakashi datar, tanda ia tetap ingin menemani Naruto, sahabatnya. "Menurutlah, Sabaku... atau… selamanya kau tak boleh sekelas, se-ekskul, dan sekelompok dengan sahabatmu itu,"

Mendengar itu, tanpa ba - bi - bu lagi, Gaara langsung kembali ke tempat duduknya, setelah memberikan deathglare andalannya terlebih dahulu ke gurunya yang berambut silver itu. Namun, Kakashi hanya angkat bahu saja. Sambil mengambil buku orange favorit dari kantungnya, Kakashi langsung menutup pintu tersebut.

"Nah, silahkan kerjakan kembali soal yang saya berikan kepada kalian..." kata Kakashi dengan senyumannya yang tak tampak (?).

Gaara yang mendengar itu, hanya memutar kedua bola mata beriris emerald-nya bosan.

"Sudahlah. Kau terlalu overprotective ke Naruto, Gaara," ucap seseorang yang sekarang menjadi teman sebangku Gaara, Hyuuga Neji. Walau Neji sedari tadi hanya mengerjakan soalnya, terlihat tak peduli dengan Naruto. Namun, sebenarnya ia mendengar semua percakapan di kelasnya itu sedari tadi dari awal sampai akhir.

"Dia sahabatku. Apa ada yang salah?" tanya Gaara datar. Neji hanya memutar kedua bola mata beriris lavender-nya malas. "Salah karena kau bersikap seperti orang tuanya," komentar Neji.

Untuk kedua kalinya remaja dari clan Sabaku tersebut mengeluarkan deathglare andalannya, kali ini kepada Neji. "Apa maksudmu?"

Neji yang sedang menulis, langsung menghentikan kegiatannya, ia menoleh ke arah Gaara. Menatap kedalaman mata emerald yang disukainya itu. "Kau tahu? Kau terlalu mengkhawatirkan dan melindungi Naruto. Anak itu telah berumur 15 tahun, sadarlah," komentar Neji kembali.

Gaara hanya menatap bingung Neji. Neji pun hanya bisa menghela nafas.

"Di saat pertandingan basket antar sekolah kau tak membiarkan Naruto bergerak bebas, takut ia cedera. Di saat lomba lari jarak jauh putra, kau terlebih dahulu mengancam lawan - lawan Naruto untuk membiarkan Naruto menang tanpa cedera. Di saat festival sekolah, kau selalu berada di samping Naruto, tak membiarkannya luput dari pandanganmu. Dan hal lainnya. Apa itu tak berlebihan?" tanya Neji yang berbicara dalam satu tarikan nafas. [A/N : Neji OOC? *pundung*]

Gaara sedikit membelalakan matanya mendengar itu. "I-itu tak berlebihan!" ucap Gaara tak mau kalah, diiringi oleh hembusan nafas lelah Neji.

"Terserah. Aku hanya ingin memberi tahumu, kalau kau terus begini, bukan kebaikan untuk Naruto yang didapat, melainkan sesuatu hal yang mungkin akan berbahaya baginya," jelas Neji, ia lalu melanjutkan kegiatan mengerjakan PR-nya.

Sedangkan Gaara?

Ia larut dalam perkataan Neji yang mencoba menasehatinya.

'Apa maksudnya? Ini...tak berlebihan kan?' Gaara sedikit menarik rambut merah maroon-nya. Ia lalu terlihat berpikir kembali.

'Ya! Pasti tak berlebihan. Ini untuk kebaikan Naruto. Ya...ya, pasti,' Gaara lalu mengangguk mantap, memastikan bahwa tindakannya memang benar.

.

~Kitsune VS Sharingan~

.

Di ruang UKS Tokyo International High School

Sasuke terus saja memperhatikan wajah teduh yang sedang tertidur lelap di hadapannya, sambil membelai - belai rambut pirang mulus orang yang tertidur lelap itu, Naruto.

"Dobe...ingatkah kau denganku ?" ucap Sasuke, ia mengelus 3 guratan di pipi tan sebelah kiri milik Naruto. Ia memandang teduh sang objek di hadapannya.

"..."

"Pasti tidak," jawab Sasuke sendiri sambil membaringkan kepalanya di samping kepala Naruto yang tertidur. "Aku sangat marah, Dobe. Kau terlalu lama melupakanku," desis Sasuke berang tepat di telinga Naruto.

"..."

"Ini semua karena wanita itu, Dobe. Cih! Brengsek..."

"..."

"...Tapi, ini juga salahku karena tak dapat berada di sampingmu saat itu..." ucap Sasuke, ia menjilat-jilat pipi sang Namikaze bungsu.

"Engh..."

"Ah Maaf," ucap Sasuke menyeringai. "Aku hanya ingin memberi tahumu, My Dobe...,"

"..."

"Kau tetap milikku, walau kau tak mungkin mengingatku. Kau hanya milikku. Milikku," ucap Sasuke menyeringai lebar dengan sangat possessive. Ia lalu mengecup pelan kissmark miliknya yang diberikan kepada Naruto beberapa menit yang lalu, yang menandakan bahwa remaja pirang yang hiperaktif ini hanya miliknya.

"Ingatlah itu dalam alam bawah sadarmu, Dobe..." Sasuke menggigit keras kembali kissmark yang dibuatnya, lalu menjilatnya lagi dengan lembut.

"ARGH!"

Sasuke menyeringai, melihat hasil yang dibuatnya. "Akhirnya bangun juga kau, Dobe," ucapnya meledek.

Naruto yang masih lemah, dengan cepat memegang lehernya -bekas gigitan sang Uchiha-. "A-apa yang kau lakukan, A-ass-assassin sialan," Naruto mendesis geram. Naruto juga memberikan deathglare terbaiknya kepada Sasuke yang tentu saja tak mempan bagi Uchiha tersebut.

Sasuke hanya menyeringai tipis. Ia mendekatkan wajahnya kepada Naruto sehingga hidung mereka hanya berjarak beberapa milimeter. "Hei, Dobe, kau punya identitas rahasia dan aku pun juga. Aku menjaga rahasiamu dan kau menjaga rahasiaku. Deal?" bisik Sasuke tepat di hadapan wajah sang 'Dobe'.

Naruto yang wajahnya merah karena marah, akibat merasakan hembusan nafas panas Sasuke wajahnya itu pun bertambah merah. Dengan cepat, ia mendorong Sasuke keras, hingga Sasuke yang tadi berdiri tepat di hadapannya yang duduk di tempat tidur UKS sekolah langsung mundur beberapa langkah karena tak ada persiapan.

"Apa - apaan kau!" tukas Sasuke marah. Naruto yang masih memandang Sasuke berang dengan muka memerah mulai turun dari ranjangnya, kemudian berjalan ke arah Sasuke.

"Kau...assassin. Identitasmu beda denganku, tak akan kuterima kesepakatan itu," desis Naruto tajam sambil menodongkan pistol perak tepat di kening sang Uchiha.

Sasuke yang melihat respon Naruto terhadapnya hanya memandang Naruto datar dalam diam. "Keputusanmu salah, Dobe," ucap Sasuke datar, diiringi dengan decak malas Naruto.

"Aku tak peduli keputusanku salah atau benar. Aku hanya ingin membela kebenaran, Teme!" teriak Naruto kesal tepat di hadapan wajah sang Uchiha. Tak sadar bahwa hal itu dapat merubah keadaan yang ada.

Namun, kesempatan itu tak di sia - siakan oleh Sasuke, ia langsung memelintir tangan Naruto yang menodongkan pistol ke arahnya ke belakang. Dengan cepat, tangan kirinya memeluk pinggang Naruto dari belakang, erat. Lalu, dengan tak kalah cepat, Sasuke telah mengambil pistol tersebut dan menodongkannya ke pelipis Naruto menggunakan tangan kanannya.

"Tak kusangka kau membawa barang begini ke sekolah, Dobe. Aku jadi meragukan, kau atau aku yang assassin," komentar Sasuke. "Tapi, walau begitu kau tetap saja kalah dariku," komentarnya lagi dengan senyum meremehkan.

Naruto yang mendengar komentar Sasuke itu, kemarahannya langsung naik ke ubun-ubun.

Dengan kecepatannya yang telah terlatih, Naruto menepis keras tangan Sasuke yang menodongnya sehingga pistol yang digenggam Uchiha tersebut terlempar cukup jauh dari tempat mereka. Bersamaan itu, Naruto juga membenturkan kepalanya ke dagu Sasuke membuat sang Uchiha mundur ke belakang beberapa langkah.

Tak menyiakan kesempatan, Naruto membalikan badannya dan berniat memukul wajah porselen Sasuke.

Namun, ternyata tak semudah yang dibayangkan, Sasuke langsung menahan tangan Naruto. Dengan keras, Sasuke meninju perut remaja yang merupakan bodyguard berjulukan 'Kitsune' itu.

"Wow. Kitsune-sama, kau orang yang mudah naik darah ternyata," ucap Sasuke dengan pandangan meremehkan kepada Naruto yang sedang merintih kesakitan karena perbuatan Sasuke.

Naruto menatap Sasuke sinis. "Bukan urusanmu, Teme," desisnya.

Naruto berniat menendang Sasuke kali ini. Tapi, apa daya...tubuhnya masih belum pulih.

"Uhukk!...uhukk!" Naruto hampir saja terjatuh ke lantai, jika Sasuke tidak sigap menangkap tubuh yang masih lemah tersebut.

"Kau terlalu memaksakan diri, Dobe. Efek kekuatan mataku padamu masih belum sembuh," ucap Sasuke khawatir, berniat menopang tubuh tersebut ke ranjang UKS.

Naruto menepis tangan Sasuke. "Pergi! A- uhukk! Aku tak butuh bantuanmu, Teme," ucap Naruto marah. Sasuke yang mendengar itu langsung menundukan kepalanya. Ia mencengkram bahu Naruto kuat sehingga membuat Naruto yang lemah merintih kesakitan.

"Apa—"

"Diam! Turuti perkataanku, Dobe!" bentak Sasuke. Ia menatap Naruto tajam dengan mata onyx-nya yang berubah menjadi mata beriris merah dengan inti hitam dan 3 koma yang mengelilingi inti tersebut, Sharingan.

Naruto tak mampu bergerak seketika, ia memandang Sasuke dengan ngeri. "Ma-mata kutukan..." gumam Naruto takut, hampir saja ia pingsan kembali karena tiba - tiba efek kejadian tempo hari.

Namun, Sasuke tiba-tiba memeluknya erat, "Jangan buat aku melakukan itu padamu lagi, Dobe," bisik Sasuke lembut. Ia menenggelamkan kepalanya di pundak Naruto.

Kesadaran Naruto mulai terkumpul kembali sedikit demi sedikit.

"Ke-kenapa, hah? Bukannya kita musuh, Teme," gumam Naruto sinis. Ia tak membalas mau pun menolak dekapan Sasuke, karena walau tubuhnya sangat menolak perlakuan Sasuke tersebut, namun hati kecilnya sangat menginginkan itu sehingga dia hanya diam saja.

Tubuh Sasuke sedikit menegang saat mendengar pertanyaan Naruto. Namun, Sasuke hanya diam saja, tak menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir Naruto.

Dengan pelan, ia melepaskan dekapannya pada Naruto yang membuat Naruto mendesah pelan karena kecewa. Lalu, Sasuke pun mendudukan dan membaringkan Naruto ke tempat tidurnya di UKS sekolah tadi dengan hati-hati. Tak lupa pula Sasuke menyelimuti Naruto.

"Tidur saja. Aku tak akan mengganggumu," bisik Sasuke kepada sang 'Dobe', kemudian ia berniat meninggalkan tempat itu setelah ia memungut dan mengantungi pistol perak milik Naruto.

Namun, sebelum benar - benar meninggalkan tempat itu, Sasuke berhenti di tempat saat dirasakannya ada sebuah kehangatan kecil yang diketahui asalnya dari Naruto, yang menahan tangannya. Tapi, Sasuke hanya diam menundukan kepala.

"Ma-mau ke mana, Teme?" tanya Naruto terbata sambil menundukan kepalanya. 'Bodoh! Apa yang kulakukan?' batin Naruto merutuki dirinya sendiri. Tak menyangka dia melakukan hal bodoh itu.

Sasuke tak kunjung menjawab. Ia hanya tetap diam menundukan kepala.

Sasuke menepis tangan Naruto. "I'm your enemy, aren't you?" ucap Sasuke datar, lalu ia pun benar-benar keluar dari ruang UKS sekolahnya tersebut.

Naruto yang ditinggalkan pun hanya bisa diam tertunduk. "Kenapa rasanya 'sakit' disini?" gumam Naruto sambil meremas dada kirinya.

.

~Kitsune VS Sharingan~

.

Bel pulang sekolah telah berdenting beberapa menit yang lalu di 'Tokyo International High School' ini. Sekolah internasional ini pun mulai sepi karena sebagian para siswa - siswinya mulai meninggalkan sekolah tersebut.

Namun, ada juga sebagian para murid yang masih berada di sekolah tersebut. Entah itu menunggu jemputan, entah itu sedang menjalankan ekskul, beristirahat sejenak, atau pun itu hanya berduaan dengan sang kekasih.

Termasuk 2 orang berambut merah maroon dan pirang ini, 2 orang sahabat ini.

Gaara dan Naruto

"Naruto, kau tak apa?" tanya Gaara khawatir sambil mengukur suhu tubuh Naruto dengan menggunakan punggung tangannya. Mereka sedang di dalam mobil Gaara sekarang.

Naruto pun hanya mengangguk kecil. "Gaara...?"

"Ehm..?" perhatian Gaara masih tertuju ke Naruto, membelai kecil rambut sang 'kitsune'.

'Apa sebaiknya kukasih tahu soal si 'sharingan' itu kepada Gaara,ya?' batin Naruto bingung.

"Naru...?"

'Tapi-'

"Naruto, hei!"

Lamunan Naruto langsung buyar saat Gaara memanggilnya dengan keras. "Ada apa?" tanya Gaara.

"Eh ? Eum...a-eum..ak-ehem...kita pulang dulu saja, ya. Nanti malam baru kita jenguk Hinata. Kepalaku masih pusing, Gaara, lagian ada yang ingin kubicarakan dengan Kyuu-nii," jawab Naruto setelah sebelumnya bingung akan berkata apa.

"Membicarakan apa?" tanya Gaara kepada Naruto.

"Sudahlah, nanti malam kau akan tau," ujar Naruto sambil berjalan menjauhi Gaara yang terlihat sedang bingung dengan tingkah laku Naruto.

.

'Ada apa dengannya?' batinnya bertanya.

#_Kitsune VS Sharingan_#

Tap Tap Tap

BRAK!

"NIICHAN!" teriak Naruto dengan suara yang sangat lantang, dan membuat Kyuubi yang sedang sibuk dengan laptop-nya terkejut mendengar suara yang bisa membuat telinganya berdenging seketika.

"Berisik kau! Pendek!" teriak Kyuubi tak kalah keras dan tak lupa tatapan tajam yang ia berikan kepada adiknya. Naruto hanya menyengir-nyengir gak jelas melihat kakaknya marah dengan apa yang ia lakuin tadi.

"Ada perlu apa? kalau soal pekerjaan, hari ini kau tidak ada pekerjaan," kata Kyuubi sambil sibuk mengotak-atik laptopnya sambil sesekali menyeruput jus apel yang dibuat oleh Gaara.

"Bukan! aku ingin berbicara denganmu, ini mengenai Hinata-chan! Aku ingin menolongnya!" kata Naruto sambil menggebrak meja yang berada di depannya. Kyuubi yang sibuk dengan laptopnya langsung sedikit terlonjak kaget akibat ulah sang adik.

"Kau ini—geez! Aku juga sedang berpikir," kata Kyuubi dengan nada serius.

"Aku punya ide, nii... Kaasan!" Kyuubi yang mendengar Naruto bekata hanya mengernyitkan alisnya dan memandang heran ke sang adik.

"Maksudmu?" tanyanya. Naruto hanya mendecih kesal karena kakaknya tiba-tiba berubah menjadi bodoh.

"Apa nii lupa? Kaasan itu kan dokter terhebat! dia pasti bisa menyembuhkan Hinata-chan," kata Naruto lagi, seketika suasana menjadi hening.

Kyuubi menghela nafas, "Pemikiranmu benar! Tapi masalahnya... kau tahu kan kalau dua orang itu sedang bulan madu untuk yang keberapa kalinya," kata Kyuubi sambil melipat kedua tangannya di dadanya dengan kedua kaki yang dinaikkan ke atas meja, dan punggung yang bersandar di kursi.

"Apa mereka bulan madu di London lagi?" tanya Naruto sambil meletakkan jarinya di dagunya, layaknya berpose seorang detektive.

"Kurasa... tidak," kata Kyuubi sembari menyeruput jus apelnya lagi.

"Paris?"

"Tidak."

"Err-Hawai?"

"Tidak."

"Emm... A-"

"Sekali lagi kau bertanya, gelas ini akan melayang di kepalamu." Sejenak, Naruto kembali diam.

"Bagaimana mencari mereka?" tanya Naruto frustasi sambil mengacak-acak rambutnya yang memang sudah berantakan.

"Kau ini kelewat bodoh ya? Telepon saja mereka," kata Kyuubi sembari mengotak-atik laptopnya kembali.

"Tele-AAH! Kau benar! Kenapa tidak dari tadi kau memberitahuku!" kata Naruto sambil menjentikkan jarinya.

"Ck, kau tidak bertanya."

"Oke... akan kutelepon mereka dan akan kusuruh mereka pulang!" Naruto pun berlari ke arah pintu, dan membuka pintu itu untuk pergi ke ruang tamu tempat dimana telepon berada.

Tapi, seketika itu dia berbalik lagi...

"Niichan..." panggilnya kepada Kyuubi yang sibuk dengan laptopnya.

"Apa lagi?" tanyanya yang masih berkutat pada laptopnya.

"Nomornya Kaasan berapa?" tanya Naruto,tiba-tiba jari Kyuubi yang menari di atas laptop pun terhenti.

"..." Lagi-lagi suasana menjadi hening karena pertanyaan bodoh Naruto.

"Nii?" panggil Naruto lagi, tapi... tetap saja Kyuubi tidak bergeming.

"..."

"Nii-GYAA! APA SALAHKU!" teriak Naruto dengan keras, saat Kyuubi melemparkan pisau kecil tepat di samping kepala Naruto, untung saja pisau itu meleset dan menancap di pintu besar yang bewarna coklat itu. Poor Naruto...

.

TBC

A/N: Hola... Pink akan ambil alih... ^o^ , Gomen kalau lama bangeeeet updetnya, ini fict ampe berjamuran karena dua author gaje yang sibuk dengan urusan serta fictnya masing2. #plak

Oke, langsung saja balasan review:

Ttixz lone cone bebe: Sasuketeme kan memang sama Narutodobe, tpi kita buat menderita nantinya hahaha #ketawa nista# *digeplak imouto* Yup! Kyuu sama siapa ya? Pink juga gak tahu #dibunuh# oke... makasih sudah review. ^^

Aoirhue Kazune: Kita lihat saja di chap ini dan di chap selanjutnya #bletak#. makasih sudah review ^^.

KyouyaxCloud: ItaKyuu ya? Hahaha... tergantung kami aja ya... #plak, makasih sudah review, review again?

Okumura Arale: Oke... ini udah updet, dan maaf gak bisa kilat... :D , berniat review lagi?

Nyx Keilantra: Hahaha... ayo2 sepertinya anda dilema, Ita ama siapa ya? jangan2 ama Neji lagi? O.O (Hana: WHAAAT!) oke... bercanda ^^. makasih udah review.

Meg chan: Waduh, sampe review dua kali... maaf2 kami dua author lagi sibuk sih... #plak# oke ini sudah updet, makasih banyak udah review ^^.

Uchy-san: Ini dilanjutin... Lanjuuuut! ^o^ maaf lama banget updetnya... kami usahakan untuk updet agak cepat ^^, makasih sudah review.

AiChan-KIe: Gomen yang udah nungguin fict kami ampe berjamuran... merasa bersalah jadinya T.T dan makasih sudah ingatkan kami untuk updet cepat, Kira2 Kyuu sama siapa ya? Ita atau Gaa? Tapi seperinya Sasuke bakalan sama Naruto deh *Yaiyalah!* #gak nyambung# Lupakan. Oke, berniat review lagi kah?

.

(Noel2 Imouto) Nomornya Kaasan berapa sih? #plak# *dibunuh again*.

.

AKHIR KATA!

Review or Flame? O.o

Hanya menerima Flame yang membangun! ^^