"Lihat nanti balasan untukmu, Pendek."
~LoveXFight~
.
Chapter 6: Trouble.
.
By Himawari Ichinomiya
.
Rated M
.
Gendre: Romance, Drama.
.
Pairing: IchiHitsu, GrimmHitsu.
.
Summary: Hitsugaya kini bingung harus memilih siapa di antara Ichigo juga Grimmjow. sementara itu, bencana kembali datang dan menteror Hitsugaya. Bagaimana dengan Ichigo juga Grimmjow?
.
Warning: Fic ini mengandung unsure yaoi, banyak typo, OOC, Incest dan hal-hal tidak jelas lainnya. Jika memang tidak suka, silahkan meniggalkan fic ini, sebelum ada niat memberikan flame pada Hima.
.
~Dun like? Dun read!~
Tetap nekad baca?
Gak nanggung kalo jadi fujoshi ato fudanshi nantinya.
~Happy Reading!~
.
\(o_o\)o0o(/o_o)/
Saat ini SMA karakura terlihat lenggang dan sepi, hanya ada sebagian saja murid yang mulai memasuki gerbang, sedangkan cleaning sevice masih sibuk membersihkan bagian sekoah di sana-sini. Seorang pemuda berperawakan mungil dan bermata emerald sedang berjalan tergesa-gesa di koridor sekolah. Padahal jelas-jelas dia belum terlambat, karena bel masuk baru akan berdentang satu jam lagi.
"Ukh… aku belum siap…" gumam pemuda berambut keperakan itu lirih, kakinya masih berusaha untuk mempercepat langkah dan menuju kelas. Otaknya kembali mengingat kejadian yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu…
.
.
.
Saat ini seorang pemuda sama berambut perak dan bermata emerald seindah batu giok sedang membereskan buku pelajarnnya yang berantakan di atas bangku. Tangannya yang mungil dengan cekatan mengambil kertas-kertas yang bertuliskan berbagai rumus trigonometri dari atas meja dan menjejalkannya ke dalam tas.
Kegiatan khusyuk itu terhenti ketika seluruh teman-teman sekelasnya hening dan menahan napas. "Toushirou." Suara panggilan itu kontan membuat Hitsugaya menghentikan gerakan tangannya.
"Kurosaki..? Grimmjow-senpai?" gumamnnya heran, melihat dua biang onar SMA Karakura itu kini berada di hadapannya dengan wajah serius. "Ada apa?" lanjut Hitsugaya penasaran.
Ichigo dan Grimmjow berjalan mendekat menuju Hitsugaya yang masih terdiam di tempatnya. "Kami sudah kencan bergantian denganmu, aku harap kau segera memilih salah satu di antara kami berdua…" Ichigo menatap serius mata emerald lembut milik Hitsugaya.
"Hah…?" Pemuda mungil itu tercengang.
"Kami harap kau sudah memilih siapa yang pantas di antara kami berdua untuk menjadi kekasihmu, mungil…" sahut Grimmjow tidak kalah seriusnya dengan Ichigo. Hitsugaya berani sumpah, jika ini kali pertama dia melihat wajah sepasang rival itu begitu serius seperti saat ini.
"Kami tunggu jawabanmu dua hari lagi, Toushirou." Lanjut Ichigo pendek. Kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari posisi Hitsugaya.
Pemuda mungil itu melongo tidak percaya. "Bagaimana bisa mereka berdua lagi-lagi memutuskan sesuatu seenak jidat, tanpa melibatkan aku sama sekali." gerutu Hitsugaya pelan.
.
.
.
Dan di sinilah dia sekarang berjalan (atau lebih tepatnya hampir berlari) pada area koridor sekolah yang masih terlihat sangat minim siswa. Hitsugaya merasa nasibnya tidak akan baik-baik saja setelah ini jika mengatakan kepada dua orang itu kalau dirinya belum memiliki jawaban untuk pernyataan cinta mereka.
Pemuda mungil itu menghentikan langkahnya, ketika pundak mungilnya disentuh lembut dari belakang. Kilauan emerald itu mengedarkan pandangannya ke arah belakang.
"Kurosaki? Grimmjow-senpai?" Gumam Hitsugaya gugup.
'Mampus…' batinnya pelan, dan dilanjutkan dengan berdoa agar kedua senpainya itu tidak ingat apa-apa soal jawaban pernyataan cinta mereka.
Grimmjow berjalan mendekat menuju Hitsugaya. "Kami ingin mendengar jawabanmu sekarang, mungil."
'Mampus kuadrat…' pemuda mungil itu sungguh berharap punya kantong ajaibnya doraemon sekarang. Atau setidaknya pintu kemana saja. Hitsugaya menelan ludah.
"Jadi…? Gimana?" Ujar Ichigo memecah keheningan yang terasa ganjil di antara ketiganya. Salah satu kakinya dihentak-hentakan kecil kea rah tanah, salah satu pertanda bahwa kini pemuda berambut orange itu mulai tidak sabar.
Hitsugaya menundukan wajahnya, mata emerald itu tampak gelisah dan tidak nyaman."Um… aku nggak bisa jawab sekarang. Se-sebentar lagi bel masuk kelas." Oh, kebohongan yang parah! Jelas-jelas bel masuk kelas baru akan berdentang empat puluh lima menit lagi.
Grimmjow terkekeh sedikit mengejek. "Kau benar-benar nggak bakat berbohong, mungil…"
Hitsugaya menggigit bibirnya panik, di sisi lain banyak siswa yang mulai berdatangan dan melihat ketiganya di tempat umum begini. Hal ini jelas-jelas akan membuat pikiran si mungil itu makin down. Kakinya bergerak gelisah, berharap bisa kabur dari genggaman kedua senpai biang onar yang kini ada di hadapannya.
"Well, sebenarnya aku belum memutuskan sama sekali…" jawab pemuda berambut keperakan itu jujur. Dia benar-benar takut akan di culik atau di sekap seminggu gara-gara hal ini. Memang pikirannya sedikit hiperbola, tapi hey! Apa salahnya jika mengingat status Grimmjow dan Ichigo yang ketua geng berandalan?
"Hmmppff!" dengus Ichigo geli. Kemudian menepuk lembut rambut keperakan Hitsugaya dan mengacaknya. "Hey, jangan tegang begitu, Toushirou." Ujarnya sambil menahan tawa yang sebentar lagi akan meledak.
Grimmjow ikut terkekeh geli. "Ya, wajahmu itu seperti kami akan menculik dan membunuhmu saja, mungil." Lalu Ichigo dan Grimmjow tertawa lepas, tanpa melihat wajah Hitsugaya yang benar-benar cengok.
"Jadi… apa maksud kalian?" Tanya Hitsugaya yang merasa begitu konyol karena ditertawakan. Tangan mungilnya dilipat di depan dada, menuntut penjelasan dari kedua siswa lebih tua setahun darinya itu.
Ichigo terkekeh pelan, menatap Hitsugaya yang benar-benar nampak kesal. "Hentikan tinggkah anehmu itu, Toushirou. Dan bersikaplah seperti biasanya!" ujarnya masih sedikit terkikik.
"Kami tidak akan memarahimu, mun gil. Kami berdua tahu jika pasti kau akan sulit memilih. Jadi, kami berdua tidak akan memaksamu." Jelas Grimmjow yang sekarang angkat suara. Tangannya yang besar mengelus rambut keperakan itu lembut. Sinar matahari memantul sempurna dari rambut perak Hitsugaya, membuatnya semakin berkilau lembut.
Ichigo menggenggam tangan Hitsugaya erat. "Kami menyukaimu, Toushirou. Dan kami tulus mencintaimu apa adanya."
Hitsugaya tersenyum lembut kepada dua pemuda di hadapannya. "Aku tahu, kok…" entah mengapa, hati Hitsugaya terasa begitu hangat dan nyaman, saat kedua senpainya itu bersikap begitu baik dan tulus kepadanya. Pemuda mungil itu jelas tahu jika sikap mereka begitu jujur dan apa adanya, bukan sesuatu hal yang palsu atau semu.
"Tapi… jika ada orang lain yang mendekatimu…" ada jeda sejenak dalam ucapan Grimmjow yang menggantung itu. "Kami tidak akan segan-segan untuk menghajar siapa pun itu." disambut seringaian kejam dari Ichigo.
Hitsugaya menepuk dahinya frustasi. 'Rasanya aku harus menarik perketaanku tadi. Mereka tetap egois.' Pemuda bermata emerald itu berjalan meninggalkan Ichigo dan Grimmjow yang masih tertawa keras karena wajah Hitsugaya yang benar-benar cengok tadi.
Di balik pepohonan rimbun, angin bertiup pelan. Menggerakan helai rambut sehitam malam yang menatap pemuda mungil itu dengan sorot benci serta jijik. Tanpa diketahui ketiganya, gadis itu menguping diam-diam segala pembicaraan tadi. "Beraninya kau merebut Kurosaki juga Jeagerjaques! Lihat nanti balasan untukmu, pendek." Desisnya licik.
.
.
.
Langit terlihat begitu tenang dan damai, meniup untaian lembut untuk menerbangkan daun momiji kemerahan yang seakan hidup. Permata green sea itu memandang langit yang menggerakan buntalan kapas lembut dengan lambat. Angin sepoi-sepoi meniup wajahnya perlahan, membuat matanya terpejam sejenak. Kemudian berusaha sekuat tenaga untuk kembali di alam nyata.
Nanao-sensei masih betah berlama-lama menjelaskan tentang rumus gravitasi dan hukum Keppler satu. Membosankan. Walaupun pemuda mungil itu tidak membenci atau pilih kasih dalam mata pelajaran, tetap saja dia merasa jenuh dengan segala rutinitas yang monoton itu.
"Hitsugaya-kun… kuharap kau tidak sedang melamun dan memandang jendela sedari tadi." Tegur Nanao-sensei dengan aksen membetulkan kacamatanya.
Hitsugaya merunduk gugup. "Gomenasai, sensei." Ujarnya lirih dan kembali menatap papan tulis dengan wajah sedikit memerah malu. Wanita berambut hitam dan berkaca mata itu mendesah pelan, karena tidak mau memperpanjang masalah. Jadi, Nanao-sensei kembali menjelaskan berbagai soal beserta antek-anteknya di papan tulis.
Hitsugaya mulai berkonsentrasi dan menyalin banyak rumus di buku catatannya dengan serius. Ketika tangannya asyik menari di atas kertas, dan menggoreskan bermacam angka serta symbol ilmiah, ponselnya bergetar. "Drrttt…. Drrttt…"
Pemuda mungil itu mendesah syukur karena sejak awal dia men-silent ponselnya. Jika tidak, dia yakin akan dikeluarkan dari kelas saat ini juga. Diam-diam, permata emerald itu melirik kolong mejanya, sedangkan tangan kanannya sibuk membuka SMS tanpa ketahuan.
From: Kurosaki 'ORANGE' Jelek.
Lagi apa, Toushirou? Lagi mikirin aku, ya? ;D
Hitsugaya berusaha sepenuh hati untuk tidak membanting ponselnya ke lantai. Kenapa juga seniornya yang kurang kerjaan itu sms di tengah pelajaran begini? Bagaimana jika dia ketahuan guru jika menyalakan alat komunikasi di dalam kelas? Sms nggak penting pula!
Belum sempat memaki-maki Ichigo lewat sms, ponsel Hitsugaya kembali bergetar lembut.
From: Grimmjow BAKA BLUE
Ngapain?
Kali ini Hitsugaya ingin sekali membenturkan kepalanya di tembok terdekat. SMS ini malah kelewat pendek dan kurang kerjaaan! 'Dasar nggak kreatif!' batin pemuda mungil itu sebal. Menurutnya percuma saja jika harus berdebat dengan tingkah semena-mena mereka berdua, hal itu hanya akan membuatnya semakin capek pikiran dan fisik. Lagi pula, biarkan saja mereka berdua terus bersikap seperti ini, 'kan ini adalah salah satu bentuk perhatian mereka.
.
.
.
Bel pulang sudah berdentang beberapa menit yang lalu, menyebabkan para siswa sudah sibuk membereskan berbagai peralatan sekolah mereka dan pergi pulang ke rumah masing-masing. Sedikit tergesa-gesa, pemuda berambut perak itu berlari lagi-lagi berusaha menghindari sergapan rutin dari kedua senpai yang mengejar-ngejarnya seharian ini.
Dimulai dengan sms nggak penting saat pelajaran, menarik Hitsugaya untuk makan dengan segerombolan murid senior, bahkan sampai mengantarkan ke kamar mandi! Semuanya Ichigo dan Grimmjow lakukan demi menarik perhatian si mungil. Dan ini jelas-jelas membuat Hitsugaya merasa risih dan jengkel.
Maka dari itu, Hitsugaya sekarang segera ngacir dari ruang kelas, untuk menghindari sergapan rutin dari Ichigo serta Grimmjow. Secara tidak sengaja, Hitsugaya menabrak seorang siswi di depannya, hingga membuat buku bawaan gadis itu terjatuh berantakan di lantai koridor.
"Ah, gomenasai! Hontou ni gomenasai!" ujar Hitsugaya gugup, sambil membantu membereskan buku yang tercecer di lantai. Setelah selesai, Hitsugaya menyerahkan tumpukan buku itu kembali pada si gadis yang tidak dikenalnya.
"Ah, apakah kau Hitsugaya Toushirou dari kelas sepuluh satu?" Tanya gadis berambut sehitam malam dan di kuncir dua itu.
Hitsugaya mengangguk pelan. "Ya… ada apa?"
Gadis itu menatap Hitsugaya sebentar. "Sebenarnya, Nanao-sensei tadi menyuruhmu untuk mengembalikan buku ini di perpustakaan." Dia menyerahkan tumpukan buku di tangannya pada Hitsugaya. "Sebaiknya kau cepat mengembalikan buku-buku ini. Sebelum, perpustakaan ditutup." Lanjutnya.
Hitsugaya mengangguk pelan, kemudian mengangkat tumpukan buku rumus itu dengan sedikit kesulitan. "Baiklah, terimakasih telah memberitahuku." Balas Hitsugaya dengan senyum kecil, kemudian segera melangkahkan kakinya kea rah perpustakaan.
Gadis berambut kelam itu masih melihat sosok Hitsugaya yang menjauh, ketika tubuh mungil itu sudah jauh dari pandangan matanya, dia tersenyum penuh arti. "Rasakan kau, Hitsugaya Toushirou!"
.
.
.
Ichigo dan Grimmjow memasuki kelas sepuluh satu dengan tidak sabar. Mata tajam milik mereka tidak bisa menangkap sosok mungil yang dicari di dalam kelas. Sedikit jengkel, Grimmjow menendang salah satu bangku hingga membuatnya jadi rusak seketika, dan menimbulkan debaman keras pada lantai. "Sial!" runtuk pemuda bermata ocean blue itu.
Ichigo menghela nafas, melihat rivalnya yang sungguh temperamental itu. Ichigo melirik ke segala arah, teman-teman Hitsugaya benar-benar semakin takut dengan mereka berdua setelah melihat tingkah Grimmjow tadi. "Hey, kau! Apa kau tahu kemana, Toushirou?" ujar Ichigo menunjuk salah satu adik kelasnya yang tidak dikenal.
"Hitsugaya-kun sudah pergi dari kelas sedari tadi, senpai." Balasnya lirih dan dengan sikap takut-takut.
Ichigo mendesah pelan. Kemudian mata coklatnya melirik Grimmjow yang masih bertampang kesal. "Sudahlah, Grimm. Lebih baik kita 'cabut' sekarang." Ujarnya, kemudian beranjak pergi dari kelas yang hampir kosong itu.
"Ya, ya…" gumam Grimmjow jengkel, dan berjalan dengan uring-uringan menyusul rivalnya yang sudah berjalan duluan di depan. Semua murid yang lewat menjadi sasaran pelampiasan kemarahan pemuda berambut biru muda itu. Untung saja, mereka tidak mempelototi guru.
.
.
.
Hitsugaya berjalan dengan lambat menyusuri koridor yang mulai agak sepi. Memang tidaklah hal aneh jika lorong menuju perpustakaan sepi, karena selain siswa jarang sekali mengunjungi tempat sakral itu, letak perpustakaan SMA ini memang berada di belakang gedung sekolah, jadi lengkaplah penambah suasana sepi di area itu.
"Ada yang bisa ku bantu?" tawar seorang yang nampaknya satu angkatan dengan Ichigo serta Grimmjow. Rambutnya yang keperakan, dan senyumnya tampak sarat akan makna terselubung.
Berusha tidak berpikiran buruk, Hitsugaya berusaha tersenyum ramah. "Ya, dimana tempat buku kategori ini, senpai?" si mungil itu menunjukan tangannya yang mengangkat hampir sepuluh buku sekaligus.
"Jangan panggil senpai. Panggil saja aku Gin." Ujarnya dengan senyuman yang masih terasa ganjil itu. "Untuk kategori rumus fisika, ada di rak lima lemari ke tujuh." Jelas Gin menunjuk salah satu lemari penuh buku.
Hitsugaya menunduk pelan. "Arigatou, Gin." Balasnya, kemudian berjalan menuju lemari yang telah diberitahukan.
Gin tersenyum penuh makna, kemudian menutup perlahan pintu perpustakaan yang sudah tidak ada siapapun lagi selain mereka dan menguncinya dari dalam. "Bersiap-siaplah kau, Hitsugaya-kun." Desis Gin.
Sepertinya akan ada hal buruk yang benar-benar akan menimpa Hitsugaya kali ini.
.
.
.
~TBC~
.
.
Moshi-moshi minna~! X*
Ketemu lagi sama Hima~! *dipenggal* maaf sudah menelantarkan fic ini. Jujur aja kalau hima belum dapat mood buat ngelanjutin fic ini *galau*.(-_-;)
Tapi dari pada nggak ap det sama sekali, lebih baik ap det tapi sedikit, 'kan? (apanya?)
Niatnya pada chapter ini aku buat tamat. Tapi ternyata tangan hima berpikiran lain, jadi terbentuklah ap detan kacau seperti ini. *pundung*
Maaf untuk para readers yang telah menunggu lama fic nggak mutu ini.
Ok, sampai di sini aja dari Hima. Sampai jumpa di chap depan! Jaa, neeee~! XD
.
.
.
Repiu, biar hima semangat ap detnya dong~! X3 *digampar*