Halo, saya ada di sini.
Fic KH pertama. Semoga masuk akal ya. Semuanya AU, lho. Hahahaha :D
"For the sake of the Kingdom, we must perform the ancient ritual once again…"
"Demi Kerajaan ini, kita harus melaksanakan ritual kuno itu sekali lagi…"
Aku tersadar dari tidurku yang kurang nyenyak malam itu. Dahiku berkeringat, mataku basah, dan leherku terasa dingin. Mimpi itu; seorang lelaki tua berwajah keriput jelek dan berpakaian layaknya seorang pendeta, mendeklarasikan kalimat misterius itu lagi. Akhir-akhir ini, aku sering bermimpi tentang lelaki tua itu dan kalimatnya. Ritual kuno yang dia bicarakan, apa ada kaitannya denganku? Dan lagi, kerajaan. Kerajaan apa? Memangnya, apa yang sedang terjadi dengan kerajaan itu? Aku menggeleng kepala, mencoba untuk melupakan mimpi aneh itu. Itu hanya mimpi dan toh, mimpi hanya mimpi.
~Between Us~
Aku memutuskan untuk pergi ke dapur untuk menengak segelas air guna menghilangkan dahaga dan menenangkan diriku. Aku turun dari tempat tidurku dan mulai melangkah ke luar kamar. Di rumah ini, rumah sederhana berlantai dua ini, aku dan ibuku tinggal berdua. Ayahku, aku tidak pernah bertemu dengannya. Ibu bilang, dia sudah meninggal saat aku berusia 6 bulan. Dia meninggal karena menyetir saat mabuk berat. Akibatnya, kepalanya yang penuh dengan pikiran akan minuman keras itu, remuk digilas roda truk. Hidupnya yang tak berguna itu berakhir tragis di bawah roda truk dan dia meninggalkan aku dan ibuku yang waktu itu sangat melarat karena ayah. Untungnya, nenek mau membiarkan kami tinggal di rumahnya – rumah ini – tapi nenek sudah meninggal saat aku berusia 1 tahun. Itu semua adalah cerita ibu. Aku tidak pernah tahu seperti apa wajah nenekku yang baik hati itu – aku berani taruhan kalau wajahnya sangat cantik seperti ibu.
Di rumah ini tak ada satupun foto ayah, nenek, atau paman, atau bibiku. Yang ada hanyalah fotoku dan ibu. Kadang-kadang, aku merasa aneh dengan keluargaku ini. Sepertinya, beberapa anggota keluarga 'dirahasiakan' keberadaannya. Entah kenapa.
Setelah meniti tangga dan berjalan terseok-seok ke dapur – karena aku mengantuk – aku mencapai dapur yang cukup luas untuk dua orang. Di sini ada 8 konter, sebuah kompor besar, sebuah kulkas berpintu dua, dan sebuah meja makan persegi lengkap dengan 4 kursi. Kami jarang menerima tamu jadi dua kursi yang lain, jarang digunakan.
Setelah meminum segelas air segar dari dalam kulkas, aku yang tadinya berniat kembali ke kamarku, menghentikan langkah seraya melihat seorang wanita berambut coklat, dengan mata hijau zambrud-nya, sedang memperhatikanku.
"Mama?" kataku, memberinya tatapan ngantuk seraya meletakan gelas di atas konter tanpa membalikan badan.
"Sora, apa yang sedang kamu lakukan?" tanyanya lembut. Aku tersenyum padanya.
"Aku tadi kehausan, Ma. Jadi, aku ke dapur untuk mengambil segelas air."
"Oh, begitu. Ya, sudah kembalilah ke kamarmu. Kamu harus sekolah besok."
Dengan sebuah anggukan mantap, aku pun berjalan kembali ke kamarku, memejamkan mata, dan berusaha untuk tidur, menghabiskan sisa hari itu.
'Satu anak harus mati. Dikorbankan. Pengorbanannya akan membawa kedamaian bagi Kerajaan Speir ini. Karena Dewa Bas sudah menjatuhkan kutukannya pada kita, para pendosa. Penduduk mulai jatuh sakit, panen gagal, dan kejayaan Kerajaan Speir mulai oleng. Dewa Bas akan menarik kutukannya jika dia mendapatkan darah keturunan Lys. Ya, darah dari keturunan tertua Lys… saat dia berusia 15 tahun…'
"Tidak!" jeritku lagi. Kali ini aku bangun di pagi hari. Mimpi itu lagi. Pendeta tua keriput itu membicarakan tentang pengorbanan dan Kerajaan Speir, lalu Dewa Bas, dan keturunan Lys… apa maksud dari semua itu? Apa itu Kerajaan Speir, Dewa Bas, dan Lys? Mengapa mimpi itu terus menghantuiku? Apa salahku? Mungkin, kalau kubicarakan ini pada ibu, dia bisa memberiku suatu nasihat. Mungkin ini ada hubungannya dengan masa laluku? Hhh, tapi aku harap tidak.
TBC…. Tapi bukan Tuberkulosis… :D
Mind to review atau turutilah hati nurani Anda karena hati nurani tak perlu waktu lama untuk memberikan review.