Akhirnya... 31 Oktober.

Selamat hari hantu ya, hihihih. XD

Ternyata author bisa menyeleseikan dan mempublishnya hari ini. Dari tadi udah was-was mungkin ga sempet soalnya =_=a gara-gara author tadi diajak jalan-jalan. Tapi, hasilnya~ author dapat biola~ kyaaa~ bangga sekali diriku .

Yosh, happy reading!

.

WARNING : OC, OOC, OOT?, KERING, ngaco, abal-abal, Sebas x OC? Mungkin.

Spesial buat hari halloween, lebih spesial daripada nasi goreng gosong kebanyakan kecap ala author.

.

Dan, dengan segenap jiwa, author mempersembahkan...

'maybe' The Last Chapter of

"Hallo, Ween."

Dimiliki oleh : ariadneLacie

.

"Kuroshitsuji"

Dimiliki oleh : Yana Toboso

.

A/N : di chapter sebelumnya, waktu kalimat 'aku ingin melahirkan anakmu.' Kan ada tanda bintang? Saya lupa naruh A/N bahwa kata-kata itu pernah muncul di komik Kuroshitsuji, volume 3. Okeh?

.

Cerita Sebelumnya : Ciel akhirnya berhasil berdiri dan keluar kamar. Tapi, ia malah jadi dendam sama Sebastian karena ga nolong dia. Dan, Ciel pun berencana melakukan suatu niat jahat. Sementara, Alois, Claude dan Sebastian lagi di teror sama pocong, Lacie dan Grell malah santai keliling-keliling. Apakah para penghuni Phantomhive's mansion dapat menikmati halloween kali ini? Apakah Ciel dapet tunangan baru? Apakah cerita ini tamat sekarang? Baca aja!

.

"TOLOOOONG!" jeritan Claude dan Sebastian tersebut berhasil mengguncang Phantomhive mansion dan membuat gempa sebesar 11 skala ritcher yang berpotensi kiamat dunia. Ya, teriakan dahsyat tersebut, dikarenakan oleh suatu hal kecil saja. Pocong.

"Claude, pocongnya ngejar kita!" seru Sebastian.

"Kalau begitu lari! Jangan diem terus dong!" seru Claude.

Dan, mereka pun terus berlari, berlari, dan berlari. Sementara pocong melompat, melompat, dan terus melompat.

.

Sementara itu...

.

"Sial! Si Sebas dimana sih?" omel Ciel kesal. "Capek tau, dari tadi gue lompat-lompat terus nyariin lo! Gue kan bukan pebalap lompat karung profesional."

Dan, dengan semangat dendam kesumat, Ciel pun tetap berkeliling mansion untuk mencari si butler pecinta kucing itu. Dan, tanpa disengaja ia bertemu dengan Lacie dan Grell.

"Hei... kalian... liat Sebastian tidak?" tanya Ciel dengan suara yang agak aneh gara-gara ngos-ngosan.

"Eh? Eh? Siapa yang ngomong?" gumam Lacie heran. Ia tidak melihat siapa-siapa di depannya.

"Mungkin cuma perasaan lo aja," kata Grell.

"Gue! Ah, emang gue sependek apa sih sampe lo ga bisa liat gue!" seru Ciel kesal.

Lacie dan Grell pun melihat ke bawah. Dan, mereka menemukan sesosok benda berwarna putih yang pendek di depan mereka. Ya, pocong cebol.

"GYAAAA! POCONG CEBOL YANG TADI!" jerit Lacie histeris. Ia langsung berlari dan menabrak Ciel yang sempat tuli sesaat. Ciel pun terjatuh dan terguling di lantai.

"Heeei! Tunggu! Kau bilang kau akan menunjukan dimana aku bisa bertemu Sebby?" seru Grell sambil berlari mengejar Lacie. Tak lupa bin tak sengaja ia pun menginjak Ciel yang terkapar menyedihkan di lantai.

"..." Ciel hanya bisa meringis kesakitan. "SAKIIIIIT!" eh, ralat. Ia tidak meringis, ia menjerit.

"Sialan kalian! Gue ga cebol woy!" seru Ciel marah, ia pun mulai bergaya ala pelompat balap karung yang memenangkan rekor muri setelah menang dari kangguru profesional untuk mengejar mereka.

Tetapi, tiba-tiba sesuatu yang tinggi, berambut panjang dan berbaju putih menghadang Ciel.

"..." gumamnya.

"Eh?" Ciel agak kaget. Ia belum sadar bahwa yang di depannya adalah...

"...^^..." ia pun tersenyum aneh ke arah Ciel.

"GYAAAA! KUNTILANAK!" jerit Ciel histeris sambil berlar—ralat, melompat, menjauhi sesosok kuntilanak itu.

"..." kuntilanak bisu tersebut hanya terdiam.

.

Sementara itu...

.

"Tuan Alois! Anda dimana?" seru Claude sambil ngos-ngosan.

"Hah... hah... pocongnya udah ga ngejar kita lagi..." kata Sebastian sambil jongkok dan ngos-ngosan.

"Tapi, dimana tuan muda-ku?" tanya Claude pasrah.

"Hhh... tadi dia pake lari duluan sih, jadi aja ilang..." jawab Sebastian. Ia pun mengecek sekelilingnya untuk memastikan kalau pocong tadi sudah menghilang.

"...!" terdengar suara orang menjerit dari kejauhan sana.

"Claude, apakah kau mendengar suara sesuatu tadi?" tanya Sebastian. Ia pun segera berdiri dan waspada.

"Suara? Tidak. Kau jangan menakut-nakuti aku deh, Sebas," kata Claude agak merinding.

"Hei! Aku serius, itu, ada suara seorang wanita menjerit... semakin dekat loh!" seru Sebastian lebay kayak orang baru aja salaman sama Lady Gagak.

"...ong!" jeritan tersebut terdengar semakin jelas... dan semakin dekat.

"Itu, sepertinya asalnya dari dia," tunjuk Claude pada orang yang sedang berlari menuju arah mereka. Tapi sepertinya ada dua orang?

"Sebas-chaan!"

"Sebby~!"

Nah, kalian pasti sudah tahu kan, siapa mereka?

"Lacie-san dan... Grell-san?" gumam Sebastian sweatdrop. "Kenapa Grell-san bisa ada juga?"

Dan, Lacie pun dengan sukses menabrak Sebastian. Untung aja Sebastian multi-talenta bin hebat, yah, jadi dia ga mental sampe kepalanya nyungsep di got, dia nangkep Lacie biar dua-duanya ga jatuh.

"Ada apa, nona butler?" tanya Sebastian.

"A—"

"Sebby~!" Grell sudah siap menerjang Sebastian dengan jurus andalannya, flying killer hug sepesial banci. Tetapi, buru-buru Sebastian menghindar dan membuat Grell menerjang kaca jendela dan melayang keluar, nyungsep ke got.

"Fiuh, syukurin, dasar makhluk gila," gumam Sebastian. "Nah, lalu, sebenarnya ada apa?" tanya Sebastian sambil berbalik ke Lacie yang lagi jongkok di lantai sambil menutup muka. Frustasi, singkatnya.

"Lacie-san?" tanya Sebastian lagi.

"Han..hantu..." gumam Lacie. Ia melirik mata merah Sebastian dengan matanya yang sama merahnya. "Hantu!"

"Hantu? Pocong, bukan?" tanya Claude.

"Bukan, pocong cebol," jawab Lacie sambil guling-guling.

"Eeh? Pocong cebol? Jangan-jangan..." gumam Sebastian.

"Siapa hah yang ngomong cebol?" seru seseorang dari belakang Sebastian. Sebastian pun langsung berbalik dan mendapati seorang pocong cebol di depannya dengan muka dendam kesumat.

"Pocong cebol!" seru Claude histeris. Ia langsung sembunyi di belakang semut.

"Pocong cebol yang tadi?" seru Lacie gak kalah histerisnya. Normalnya, ia sembunyi di belakang Sebastian.

"Hihihi, akhirnya kalian kutemukan..." kata pocong cebol (Ciel, pastinya) sambil menyeringai.

PLAK! Dengan motto menyiksa is the best, dan bersih adalah sebagian dari iman, Sebastian menggetok pocong cebol tersebut.

"Aww!" ringis pocong tersebut.

DUG! Kali ini Sebastian menendangnya sehingga membuat pocong tersebut terguling-guling di lantai.

"Sakit, Sebastian! Kau pikir apa yang kau lakukan pada tuanmu ini hah?" seru Ciel sambil menggelepar dan terkapar.

"Sudah kuduga, ini pasti anda, tuan," kata Sebastian sambil jongkok dan membuka ikatan tali pocong Ciel. "Anda sudah melewati jadwal sangat jauh. Sekarang sudah hampir jam makan malam! Anda benar-benar tidak bertanggung jawab!" seru Sebastian.

"Tapi kan itu juga salah lo! Gimana sih," kata Ciel kesal. Akhirnya ia terbebas dari jeratan kesetanan.

"Ah masa, tuan," kata Sebastian sambil menyeringai. Ia pun mulai membersihkan sisa kosmetik di muka Ciel dengan lap pel terdekat. "Nah, sudah bersih dan normal sekarang."

"Ck," Ciel hanya mendecak kesal. Ia pun berdiri. "Hei, hei, kau jangan bersembunyi terus. Sekarang, dimana calon tunanganku?"

"Ah, maaf, tuan. Mereka ada di ruang tamu. Mari, saya antar," kata Lacie.

"Eh tunggu! Tuan Alois belum ditemukan..." gumam Claude pucat.

"Kau bisa cari sendiri kan, Claude," kata Sebastian dan segera mengikuti Ciel dan Lacie yang sudah jalan duluan.

"Apa? Se... sendiri?" gumam Claude makin pucat. "Gue... gue takut! Huwaaa! Mamih!" tangis Claude sambil berlari menyusul Sebastian.

.

Sementara itu...

.

"Ah! Si mas-mas belah tengah itu mana sih!" seru gadis berambut abu yang hampir dilupakan oleh kita, readers dan author. "Laper... sebentar lagi kan makan malem..."

"Hosh... hosh... ah! Ada orang!" seru seseorang tiba-tiba.

"Siapa?" tanya gadis itu.

"Al... o...is... T...ran...cy..." kata Alois dengan tidak jelas karena ia sibuk mengatur nafasnya dan penampilannya.

"Oh, Alias Toren Cai. Pasti kamu tukang jual air sumur keliling ya? Nama gue Ween," kata Ween budek.

"Ia, panggil aja Al. Halo, Ween," kata Alois sama-sama budeknya. 'Eits dah, ni anak cantik bener. Ternyata, musibah ketemu pocong, membuat gue ketemu sama orang yang lebih cantik daripada Juling Peret! Kiyaa~ bahagianya hidupku~' batin Alois.

"Halloween? Ah, maaf, saya tidak punya permen," kata Ween dengan muka menyesal yang najis amit. Udah budek, najis lagi. Capcus deh ah!

"Hah? Halloween?" Alois tidak mengerti.

"Iya, biasanya hari Halloween ntu angker. Tuh, liat di belakangmu aja ada…" Ween menghentikan kalimatnya. Alois pun segera menengok ke belakang.

"GYAAAA! ADA TUKANG BECAK!" jerit Alois kaget.

"Heh! Sialan lo manggil gue tukang becak. Gue ini genderang tau, genderang bin genderuwo!" seru Bard kesal.

"Kalo gue Finny si pocong imut~ salam kenal!" seru Finny bersemangat sambil lompat-lompat.

"Saya kuntolinuk…" kata Maylene.

"Oh, trio emang becak ya? Dikirain apa…" kata Alois. "Eh, ada satu lagi. Yang itu siapa?" tanya Alois sambil menunjuk seorang cewek berambut panjang di belakang mereka.

"Eh? Rasanya hanya ada kita…" gumam Bard sambil menengok.

Mereka pun terdiam sesaat.

"ITU YANG ASLIII!" jerit mereka dan trio becak, Alois dan Ween segera berlari.

"…" kuntilanak tersebut hanya terdiam.

"Ran Mao, kau tadi menemukan orang? Dapat permen dan uang gak?" tiba-tiba sesosok pocong melompat-lompat mendekati kunti tersebut.

"…hihi…" kuntilanak tersebut hanya tersenyum.

"Ran Mao? Jangan-jangan…" Lau menyadari sesuatu yang aneh. "Lo asli?"

Kuntilanak tersebut hanya terdiam.

"KYAAAA!" jerit Lau kayak orang keracunan makanan jadi jerawatan. Ia pun segera ngibrit dengan cara menggelinding. Daripada lompat-lompat, lama bo.

BUG! Lau yang menggelinding menabrak sesuatu.

"Earl?" seru Lau kaget.

"GYAAAAA SEBASTIAN, POCOONG!" jerit Ciel kayak orang mau dinikahin sama kebo. Ia pun langsung melompat ala kangguru kebelet boker ke pelukan Sebastian.

"Tuan, itu Lau tuan," kata Sebastian kalem.

"Ah masa?" Ciel langsung mengecek apakah benar ia masih perawan atau tid—salah! Mengecek apakah itu adalah Lau atau bukan. "Ah, ternyata benar! Seb, kok mata lo tajem banget sih?"

"Mata saya bulat, tidak tajam kok, tuan. Anda ini ngaco aja deh," kata Sebastian sama ngaconya.

"Oh, be te we, Seb, lo bau ih. Udah berapa lama ga mandi?" tanya Ciel.

"Ih, tuan ini ga nyambung deh. Udah, sekarang kan waktunya makan malam tuan," jawab Sebastian ngeles. 'Padahal gue udah pake parfum emak-emak yang kemaren lewat. Ternyata kurang wangi ya?' batin Sebastian.

"Ah, jangan mengalihkan pembicaraan deh. Bau lo udah kayak emak-emak yang abis ngincer diskon keringetan terus jadi bau ketek tauk," kata Ciel.

Semua orang yang ada di sekitar Ciel dan Sebastian langsung sweatdrop. Ternyata seorang anjing penjaga ratu dan seorang butler perfect multi-talenta itu selalu membicarakan hal yang tidak penting seperti ini disaat mereka sedang bercengkerama bersama?

"Nah, nah, sudah. Sekarang, kenapa kau menggelinding seperti itu, tuan Lau?" tanya Lacie.

"Tadi aku liat penampakan… serem bo," kata Lau yang sudah melepas kostum pocongnya.

"Penampakan? Hei, Sebastian, sejak kapan mansion ini berhantu?" tanya Claude tiba-tiba nongol.

"Aku juga tidak tahu," jawab Sebastian.

"SEBASTIAAAN!" terdengar sekumpulan massa menjerit-jerit dan berlari ke arah Sebastian buat minta tanda tangan. Plus emak-emak yang parfumnya dijambret Sebas kemaren minta dibalikin parfumnya. Author pun segera mencoret naskah abal-abal ini dan meralatnya.

"SEBASTIAAAN!" seru si trio becak dan juga 2 tokoh tambahan.

"Hei, kalian dari mana saja?" tanya Sebastian.

"Tadi kami habis lihat penampakan!" seru Finny bersemangat. Wes, lo kagak takut?

"Hhh… kok banyak sekali yang melihat penampakan hari ini," gumam Sebastian. "Oh! Anda, nona rambut abu! Sedang apa anda disini?" tanya Sebastian saat menyadari kehadiran nona tersebut.

"Ah, panggil saja Ween," kata Ween.

Sementara yang lain sedang bercengkerama ria karena berhasil bertemu satu sama lain setelah cukup lama terpisah, Ciel tertegun. 'Tu cewek… cantik amat bo! Kyaaa~ apakah dia kandidat tunanganku? Kalo gini, gue bakalan lebih beruntung daripada si mas Syekireh Pejet itu, yang suka nikahin gadis balita!' batin Ciel.

"Ciel Phantomhive, kenapa kau melihat Ween seperti itu? Dia milikku!" seru Alois tiba-tiba.

"Apa? Dia itu kan calon tunangan gue!" seru Ciel.

"CIEEEL! TEGANYA DIRIMU!" tiba-tiba seseorang berseru dari kejauhan.

"Lizzie?" Ciel kaget. Ciel mendapati Lizzie sudah siap perang dengan membawa bambu runcing dan pasukan odong-odong plus dukun tambah paranormal sama dengan author *? "Ngapain kau lebay-lebay gitu bawa pasukan ke sini?"

"Aku mau ngusir hantu tau!" seru Lizzie. "Tadi aku ketemu pocong cebol… serem deh…" kata Lizzie sambil terisak. Ciel langsung muntah ngeliat tingkah Lizzie yang emang bikin dia pingin muntah, bukan boker.

"Ah, lalu?" tanya Ciel datar.

"AH! ITU!" seru Lizzie histeris sambil menunjuk kea rah belakang sana. Spontan semua yang ada langsung menengok ke belakang.

"GYAAAAAAAAAA!" semua langsung kompak menjerit. Kecuali Lau.

"Ah! Ran Mao!" seru Lau. Ah, dan yang ini benar Ran Mao. "Dasar, kau mengkhawatirkan saja. Cepat, buka kostummu!"

Ran Mao pun segera membuka kostumnya. Semua cowok langsung mimisan. Eits, dia masih pake baju daleman kok.

"Nah, kalau begitu… penampakan yang dari tadi kita liat, cuma orang biasa yang pake kostum kan?" kata Sebastian akhirnya. "Kalau begitu, kita bisa tenang dong sekarang. Ayo, sekarang, sudah waktunya makan malam!"

"Tapi sebelumnya…" kata Lizzie. "Cieel! Happy Halloween ya! Mana coklatnya Ciel?" seru Lizzie sambil menerjang dan memeluk Ciel sekaligus mencekiknya.

"Lizzie! Najis deh, kita bukan muhrim!" seru Ciel dan mendorong Lizzie.

"Ah! Ciel jahat!" seru Lizzie. "Kalau begitu, ayo kita rayakan Halloween!"

"Hore! Akhirnya, Happy Halloween semuanya!" seru semua yang ada disana.

"Hei, jangan manggil nama aku terus dong, risih tau," tiba-tiba Ween angkat bicara.

"Hah? Memangnya nama kamu siapa?" tanya Alois.

"Hallo Ween van Victoria," jawab Ween.

"Ooh…" semuanya hanya ber-oh-ria. Yah, memang hal itu tak penting, kan?

"Hihi, saya juga mau ikut dong," tiba-tiba sesosok orang berwajah pucat muncul.

"Eh, anda siapa?" tanya Ciel.

"Sebentar… Aku, Lacie, Claude, Alois, Ciel, Ween, Lau, Ran Mao, trio becak, Tanaka sih ga perlu diitung, Grell udah tenggelam hanyut dan nyungsep di citarum… berarti…" gumam Sebastian. "Kau…"

"…^^…" orang itu hanya tersenyum seram.

"ASLIII?" jerit semuanya.

"KABUURRR!" dan, mereka pun kabur.

.

The End

.

Intinya, para penghuni Phantomhive's mansion tidak dapat menikmati Halloween kali ini. Kalo lo nyamar jadi hantu, gawat kan kalo yang asli muncul?

.

Kecewa? Ck. Maaf, ni fic abal saya selesein dalam… kemarin dan hari ini. Hebat kan? yang penting saya udah publish di hari Halloween. Akhirnya aneh. Lama-lama saya merinding sendiri kalo terlalu banyak munculin hantu di fic ini. Terus, kayaknya judul nya ga nyambung. OOT banget lagi. Lama-lama ga ngebahas pencarian jodoh. Tau ah, author bingung!

DAN, akhirnya saya berhasil menamatkan sebuah fic! yeey! sebelumnya belum pernah loh~ bangga ih~

.

Thanks for the reviewers and silent reader. For silent readers, why don't you just review? itung-itung beramal, dek.

Arleena Lauren : wah masa? lo aja belum nyoba bikin fic humor ceu, coba aja dulu.

Sara Hikari : Iyey, akhirnya yang ini update lagi XD semoga anda ga kecewa. Jujur, saya ga pede sama yang chap ini =_=

xxnERURaiHimexx : salam kenal, saya Lacie. Pacarnya Sebas... #digampar ahaha makasih udah mau ketawa XD yosh, ini chap terakhir. review lagi yak^^

Kurara animeluver : ahaha makasih^^ kiyaaa~ makasih udah di do'a in. amiin amiin.

him 4 ever : sama kayak nama saya yang disini kok. cari aja. tapi aku lagi hiatus disana XD wah? tapi, saya jarang nangkring di rated M. maaf yak .

Maria-chan : Iya, dasar Alois bodoh #digampar masa segitu aja ga bisa nilai sih! wkwkwk. makasih udah mau ketawa XD saya terharu ada yang ketawa sama fic ini . ah, itu sih misteri author. ga tau, dia kemarin cerita ke aku kayak gitu... #ngayal Jani-chan? tau dari mana nama itu? O_O

.

So,

Reviews?

Cacian, Makian, Lawakan, Curhatan, bahkan request fic saya terima.