Author kembali! Author mau nge-celebrate haloween, nih. Padahal author benci sama yang namanya setan/hantu^^' Yasud, tanpa banyak bacot happy reading, hope you enjoy this. Semoga cerita ini ga mirip sama cerita siapapun. Beneran, kalo ada yang mirip, berarti ga sengaja. Abal-abal soalnya ditamatin dalam sekitar 3 jam #lamaamat. DLRD, Don't like don't read. There's no need to say it three times, right?

.

Sedikit pesan untuk orang bernama White Wing:

For White Wing-san. Yang nge-flame, atau mengkritik fic saya yang The Black Butler's Days. Nah, maaf saya hapus review anda. Saya menghargai review anda, kok. Cuma, karena sebuah kepentingan, saya menghapusnya. Oh, nanti saya kasih balesannya waktu saya update fic The Black Butler's Days-nya, ya. Terima kasih sebelumnya.

.

Warning : OC, OOC, OOT, bagi penggemar Lizzie atau Ciel x Lizzie mungkin lebih baik ngga baca, bertele-tele, abal-abal, ngaco, kering, mengandung kata-kata yang dapat merusak moral, jorok, misstypo, dan mungkin... Sebas x OC.

.

"Hallo, Ween."

Punya : ariadneLacie

.

"Kuroshitsuji"

Punya : Yana Toboso

.

"Halloween! Halloween! Hore!"

Yah, itulah kata-kata(teriakan) yang sejak adzan shubuh mulai bergema terus diteriakan oleh para penghuni Phantomhive mansion. Maklum, mereka sangat senang(histeris) karena besok adalah hari yang sangat menyenangkan. Dimana mereka akan mendapatkan banyak uang dan permen.

"Kalian ini ribut sekali, sih!" jerit Ciel sambil menghentak-hentakan sepatu hak 20cm-nya itu di atas tangga. "Tenang dikit, kek."

"Habis, tuan, sekarang kan hari sepesial! Kayak nasi goreng yang biasa kita beli di warteg abang maho!" seru Finny sambil loncat-loncat dan menghancurkan lantai.

"Memang ada apa?" tanya Ciel.

"Ini kan halloween! Hal-lo-ween. Tuan." Jawab Maylene.

"Hallo ween? Hari ini kita kedatangan tamu bernama ween? Siapa dia? Cantik ga?" tanya Ciel dengan muka innocent.

"Tuan tidak cocok dengan wajah seperti itu. Tuan kan, banyak dosa." Kata Sebastian tiba-tiba nongol.

"Ah, kayak lu yang ngga punya dosa aja, deh. Muka lo aja kan lebih mesum dari gue!" timpal Ciel ga nyambung. "Buktinya, lo suka nonton blue film kan, tiap malem? Gue aja, ga sesering lo! Paling tiap seminggu sekali." Lanjut Ciel menyebar aib.

"Yah, saya kan menonton yang seperti itu buat pelajaran. Mungkin aja, nanti saya dapet istri." Jawab Sebastian mesum.

Maylene pun langsung blushing dan malu-malu badak. Idih, kege-eran lo? Lo kira lo bakalan jadi istrinya Sebas, hah?

"Baiklah, kembali ke permasalahan. Jadi, siapa si Ween ini?" tanya Ciel, masih belum konek juga.

"Ween itu, bahasa inggrisnya remaja.. itu loh.." jawab Bard.

"Itu, teen, Bard-san." Jawab Sebastian.

"Ah! Kalo teen itu kan, yang suka biasa minum teh kan?" sambung Finny.

"Hah? Siapa?" tanya Maylene heran.

"Tanaka! Wahahahaha!" jawab Finny garing.

"Ah, itu sih, jauh!" protes Bard.

"ho ho ho ho." Sambung Tanaka.

"Kalo jauh tuh, lagu kan? Yang... jauh bangun aku.. mengejarmu~" kata Maylene sambil nyanyi fales dan ngeliatin Sebastian geje.

"Itu jatuh." Jawab Bard.

"Nah, kalo jatuh itu kan..."

Sementara para pelayan Phantomhive sedang bermain tebak-tebakan aneh, Ciel pergi meninggalkan kerusuhan tersebut dan berjalan menuju ruang kerjanya. Sebastian pun segera mengikuti di belakang Ciel. Maylene pun kecewa karena Sebastian sudah pergi lagi. Author capek ngetik. Readers ga juga ketawa. Ah, sulitnya hidup ini.

"Ada apa, tuan?" tanya Sebastian. "Kenapa anda tiba-tiba pergi?"

"Tidak apa-apa." Jawab Ciel.

"Muka anda terlihat pucat, apakah anda tidak apa-apa?" tanya Sebastian lagi.

"Tidak." Jawab Ciel.

"Lantas, ada apa?" tanya Sebastian lagi.

"Gue... gue pingin punya tunangan baru." Jawab Ciel pasrah.

"Apa? Memangnya ada apa dengan nona Elizabeth?" tanya Sebastian heran. Padahal, rasanya selama ini hubungannya tuannya dengan nona gila itu baik-baik saja?

"Dia itu gila! Gue ga suka! Gue benci!" jerit Ciel kayak orang keracunan yang menggelepar.

"Paling tidak anda bisa memberi jawaban yang lebih jelas." Kata Sebastian.

"Yah, sesuai yang gue bilang, dia itu gila, aneh, ah pokoknya gue benci, deh." Jawab Ciel. "Sebastian, bisa ga lo nyariin gue tunangan yang baru?"

"Kalau begitu, nanti nona Elizabeth akan dikemanakan?" tanya Sebastian balik.

"Yah, buang ke sungai citarum juga bisa, kok. Ato kita jadiin makanan buat si Pluto juga boleh. Ah, kenapa ga kita sumbangin aja ke kawanan kanibal?" jawab Ciel sadis. Sebastian hanya geleng-geleng melihat kelakuan tuannya itu. Baru kepentok cula badak kali, ya?

"AGEN PENCARIAN JODOH, AGEN PENCARIAN JODOH. ANDA BUTUH JODOH BARU? ANDA INGIN DIPERTEMUKAN DENGAN JODOH? ANDA INGIN MEMILIKI JODOH? ATAU ANDA TIDAK INGIN MEMILIKI JODOH? SILAHKAN DATANG KE SAYA!" tiba-tiba seseorang dengan ributnya berteriak pake toa gereja dan terbang-terbang geje di sekitar Ciel dan Sebastian.

"Ah, Lacie-san. Kenapa anda bisa ada disini?" tanya Sebastian sambil sumbat hidung. Eh salah, kuping.

"Dibutuhkan ataupun tidak, diundang ataupun tidak, saya akan tetap berkeliaran di sekitarmu, Sebas." Jawab Lacie. Percaya ataupun tidak, Sebastian langsung blushing dikit.

"Lalu... beneran kau agen cari jodoh?" tanya Ciel.

"Iya." Jawab Lacie singkat.

"Bisa cariin saya jodoh, ga?" tanya Ciel.

"Ngga, gue bisanya nyariin lo kutu lo. Iya lah! Emangnya gue simpanse? Gue itu agen cari jodoh. Agen cari jodoh. Tak perlu saya sebutkan tiga kali, kan?" kata Lacie kesal.

"Oke. Belakangan ini rambut gue gatel. Mungkin ada kutunya. Bisa tolong nyariin ga?" jawab Ciel lemot. Maklum, dia ga pake koneksi internet Sepedah, sih.

Lacie hanya terdiam seribu kata. Ah, kata aja ga sampe seribu, jadi, harusnya dia sekarang ngomong, dong? "Oke. Gue ga boleh marah. Nanti bisa-bisa gue cepet tua dan Sebastian ga bakalan suka sama gue. Jadi, sebenernya, gue udah ada, kok. Calon jodoh buat lo." Kata Lacie.

"Wah? Beneran? Kayak gimana orangnya?" tanya Ciel tertarik.

"Hmm... nama mereka... sebentar, saya lihat dulu." Kata Lacie sambil membuka catatannya. "Grell Sutcliff, Ran Mao, Alois Trancy, Bayi Bisa Ngomong, Lus Lus Kalah, Pingsan Tepar Maot*, Plus Minus Rabun, Katarak Buta Tuli, Yhao wi Yhu ri..."

"Sudah, sudah! Aku pilih tiga nama pertama saja!" potong Ciel sambil berjalan menjauh. "Aku tunggu di ruang kerja, nanti kalau mereka sudah datang, kau bisa lapor padaku, Sebastian." Ciel pun segera berjalan cepat menuju ruang kerjanya.

"Yes, my lord." Jawab Sebastian sambil membungkuk hormat, tanpa kembali berdiri tegak lagi.

"Sebas-chan? Kau kenapa?" tanya Lacie heran.

"Tolong... encok gue kambuh..."

"..."


"Nona Elizabeth? Sedang apa anda di sini?" tanya Finny ketika ia melihat Elizabeth baru turun dari odong-odong.

"Tidak, aku mau menengok Ciel! Kan sudah lama, kami tidak penah kencan~" jawab Elizabeth narsis abis.

"Wah, kebetulan. Mungkin nona bisa memberi saran pada tuan muda. Soalnya, tuan muda lagi cari jod—upp!" untung Sebastian datang tepat waktu dan segera membungkam mulut Finny yang hampir saja mengatakan hal yang sebaiknya tidak boleh dikatakan. Yah, kalo nona Elizabeth sampai tau, apa kata Author?

"Tidak apa-apa kok, nona. Tuan muda sedang mencari kostum yang cocok untuk dipakai saat halloween tahun ini." Kata Sebastian boong. Ia pun segera mengungsikan Finny ke septi tank terdekat.

"Halloween? Wah, tentu! Aku kan jagonya kalau soal kostum. Eheheh." Kata Elizabeth narsis abis lagi.

"Kalau begitu, silahkan masuk, nona." Kata Sebastian mempersilahkan Elizabeth masuk.

Lalu, mereka pun masuk. Sebastian segera mengantarkan Elizabeth ke ruang kerja Ciel.

Sementara itu...

TOK TOK TOK! Terdengar suara ketukan di pintu. Lacie pun segera membukakan pintu.

"Tuan Claude dan nona Alois! Selamat datang! Silahkan masuk!" seru Lacie sambil mengantarkan sang tamu ke ruang tamu.

"Hei, jangan panggil saya nona. Untuk apa aku diundang kemari?" tanya Alois.

"Tidak, lebih baik kalian tunggu saja dulu, ya. Saya mau memanggil tuan Ciel dulu." Kata Lacie sambil berjalan meninggalkan Alois dan Claude di ruang tamu.

"Claude, sebenarnya, untuk apa kita datang kemari?" tanya Alois.

"Saya juga tidak tahu, tuan." Jawab Claude.

"Yah... kalau begitu, bagaimana jika kita cari tahu? Sambil berkeliling mansion ini. Kelihatannya mansion ini lebih jelek dari mansion milikku soalnya!" kata Alois meremehkan.

"Yes, Your Highness." Jawab Claude sambil mengikuti Alois yang sudah berjalan duluan.

Sementara itu...

TOK TOK TOK!

Belum sempat Lacie sampai ke ruang kerja Ciel, sudah ada yang mengetuk pintu, lagi.

"Ah? Tuan Lau dan nona Ran Mao? Silahkan masuk." Kata Lacie. "Kalian tahu ruang tamu-nya dimana, kan? Kalian kesana sendiri saja, ya. Saya mau memanggil tuan Ciel dulu." Kata Lacie sambil meninggalkan Lau yang biasanya sotoy itu.

"Ran Mao, kau tahu ruang tamu-nya dimana?" tanya Lau. Ran Mao hanya diam, seperti biasa. "Baiklah, mungkin diarah sana? Coba kita lihat dulu." Kata Lau sotoy dan segera berjalan tanpa arah.

Dan, tanpa mereka sadari, ternyata tadi ada sesuatu yang berwarna merah menyelinap masuk di antara mereka. "Ah~ Sebby~ kau mengirimiku undangan~ kira-kira apakah kau akan melamarku ya?"


"Ciel~ kau tampak imut dengan kostum itu~" seru Elizabeth girang saat melihat Ciel yang sudah ia dandani.

"Lizzie... sebenarnya kau mau mendandaniku seperti apa?" gumam Ciel sambil melihat bayangannya di cermin. Yah, sekarang dia sudah terlihat lebih buruk rupa daripada rakyat melata yang biasa mengemis di pinggiran jalan!

"Lizzie... ini terlihat seperti badut..." gumam Ciel. "Lebih baik sekarang kau cari kostum-mu sendiri dulu. Kalau aku kan bisa belakangan."

"Ah, iya ya. Ya sudah, sampai jumpa Ciel!" seru Elizabeth sambil berlari ke luar ruangan. Sesaat setelah Elizabeth keluar ruangan, Sebastian masuk.

"Sebastian." Panggil Ciel. "Bisa kau dandani aku dengan dandanan yang menyeramkan? Kuharap si bodoh Lizzie itu kabur saat melihatku seperti itu."

"Tentu saja. Apa jadinya seora—"

"Iya, iya. Tak usah panjang lebar. Ayo, cepat. Sebelum ia kembali. Dan, aku bisa melanjutkan program pencarian jodohku itu." Potong Ciel kesal.

"Yes, My Lord." Jawab Sebastian.

Dan, dengan cekatan Sebastian membalutkan kain kafan ke badan Ciel dan melapisi muka Ciel dengan berbagai kosmetik dan juga properti lainnya. Dalam waktu kurang dari satu menit, Ciel sudah tampak seperti pocong cebol.

"Sempurna." Gumam Ciel puas.

"Sebentar lagi nona Elizabeth akan masuk, lebih baik saya permisi dulu. Lagipula sebentar lagi makan siang." Kata Sebastian dan segera menghilang.

Dan, benar saja Elizabeth langsung masuk. "Ciel~ aku sudah selesai berganti kostum~ bagaimana denganmu?" seru Elizabeth. Tetapi, di ruangan itu tidak ada siapa-siapa. "Ciel? Kau dimana?"

"Aku disini..." jawab Ciel dengan suara seangker mungkin. Elizabeth yang melihat Ciel yang sudah terlihat seperti pocong cebol itu pun segera berteriak ketakutan.

"HIYAAAAAA ada pocong cebol! Kamu jelek! Aku sukanya yang lucu! HUWAAA" jerit Elizabeth geje. Ia pun segera berlari sambil bersimbah air hidung keluar mansion.

"Fufufufu, berhasil juga rencanaku. Sekarang, saatnya menghapus make-up..." gumam Ciel. Lho? Tapi...

"Agh! Tanganku diikat! Kalau begini... aku tidak bisa menggunakan tanganku!" seru Ciel panik. Dan, seseorang tiba-tiba membuka pintu.

"Tuan Ciel? Anda di dalam? Para calon jodoh sudah datang!" kata Lacie. Tetapi, ia tidak mendapati seorang pun di ruangan Ciel. "Tuan Ciel?"

"Hei! Tolongin gue! Gue ga bisa gerak kalo kayak gini!" seru Ciel sambil loncat-loncat. Tetapi, malangnya ia malah tersandung dan jadi meringkuk di lantai.

"Loh? Itu apa?" Lacie heran saat melihat sesuatu yang tampak seperti guling tergeletak menyedihkan di lantai. Ia pun mendekati gulungan putih itu.

"Tolongin... gue..." Ciel berkata dengan suara yang agak angker sambil menggelepar kayak cacing kepanasan di lantai. Lacie yang melihat wajah Ciel yang udah mirip setan asli itu langsung pingsan seketika.

"Woy! Woy! Jangan pingsan! Gue Ciel! Kau ini bagaimana, sih?" seru Ciel sambil berusaha melepaskan iketan pocongnya.

Sementara Ciel berusaha melepaskan iketan pocongnya...

"Ah, ini yang namanya Phantomhive mansion, ya? Besar yaa..." kata seorang cewek berambut abu-abu panjang di depan pintu yang tingginya hampir 5 kali lipat tinggi badannya itu. "Pintu ini pasti berat... kira-kira gimana cara aku membukanya, ya?" gumamnya polos. Polos atau udik, sih? Tapi... untung saja...

"huwaaa! Tolong! Ada pocong cebol di kamar Ciel!" jerit Elizabeth. Dan, dengan tenaga badak bercula tiga, ia pun menyeruduk pintu itu dan berlari keluar tanpa menggubris orang udik yang sedang bengong di depan pintu.

"Wah? Tadi apa, ya? Kayak ada semut lewat, deh." Gumamnya tetap polos dan udik. "Ah, yang penting, aku masuk saja dulu."

Dan, ia pun masuk.

Kira-kira, bagaimanakah nasib Ciel yang sedang menggelepar geje di lantai? Bagaimanakah nasib Lacie yang lagi tepar? Apakah yang sedang dilakukan Alois, Claude, Lau dan Ran Mao? Dimanakah Sebastian? Apakah para Phantomhive's servants dapat menikmati halloween kali ini? Siapakah gadis aneh berambut abu-abu tersebut? Bagaimana nasib author yang harus melanjutkan cerita ini? Simak chapter selanjutnya! Special for haloween day. Chapter 2 will be released at haloween day!

To Be Continued


Bagi yang bingung siapa itu Lacie, baca fic "The Black Butler's Days" yang masih on-going itu loh. Atau buka profile saya. Sip. Dan...

Hiyaaa~ selamat untuk saya yang akhirnya tamat nonton Kuroshitsuji season I~!

Hhh... yah, saya akui. Saya ga suka Kuroshitsuji II, loh. Bukannya ga suka, sih. Cuma lebih suka Kuroshitsuji I. Gitu doang.

Nah, fic ini khusus buat memperingati halloween yang bentar lagi dateng. Tapi, karena fic ini kepanjangan, jadi saya publish skrg dulu. Ntar deh, lanjutannya waktu tanggal halloween, ya^^

Yosh, Kritik, Saran, Amukan, Curhatan, saya terima. :)

"After all, I'm just one 'hell' of a new author. Watashi wa akuma de 'new author' desukara."

#ngasal

XD