I Love You
Chapter 1
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Mengganti cerita sebelumnya, 'Finding My True Love'
Warning: OOC, gak jelas, n typo
Hope you like it…. ^^)
oOOo
Hinata, sang Heiress dari klan Hyuga, berjalan sendiri di keramaian Konoha. Tak ada Kiba dan Akamaru maupun Shino yang menemani langkahnya. Ia berjalan gontai. Tatapan matanya sendu. Kepalanya masih dipenuhi oleh kejadian yang tadi dia lihat. Yah, kejadian saat di rumah sakit. Naruto dan Sakura. Saat-saat dimana keduanya terlihat begitu akrab. Sakura merawat luka Naruto dengan sangat hati-hati. Dan kelihatan sekali kalau Naruto menyukainya. Syukurlah, paling tidak pria penggila ramen itu pada akhirnya mendapatkan kekasih yang benar-benar ia cintai.
Sesaat Hinata menghentikan langkahnya, berhenti tepat di depan sebuah toko roti. Matanya menatap roti-roti yang dipajang itu. Cantik. Bentuk mereka sungguh cantik. Mereka dipajang di etalase toko. Pasti banyak yang melihat. Pasti banyak yang suka dan membelinya. Tidak seperti dia yang selalu tersembunyi. Bahkan mungkin tidak akan ada yang melihatnya. Bahkan jika itu hanya sekedar menyadari kalau dia ada.
Hinata segera menepis semua pikiran buruk yang ada di dalam kepalanya itu. Ia nggak seperti itu. Masih ada kok, orang yang berbaik hati padanya. Bagaimana dengan Neji-nii dan Hanabi-chan? Kiba dan Shino? Akamaru juga. Bahkan guru Kurenai juga selalu membantunya. Ia masihlah Hinata yang beruntung, bukan? Lalu, bagaimana dengan Tou-san? Dia memang sudah agak berubah, tapi masih saja kurang peduli pada Hinata. Tapi, apa boleh buat? Hanabi memang lebih kemana-mana dibanding Hinata. Jadi itu semua bukanlah masalah, kan? Tapi dia ingin sekali…sekali saja merasakan kasih sayang seorang ayah dari Hiashi.
"Hinata?" panggil sesorang.
Hinata refeleks menoleh ke arah sumber suara itu. Kedua matanya melebar. Terkejut? Tentu saja. Bagaimana seorang yang terluka parah, yang harus dirawat di rumah sakit, bisa ada di hadapannya kini? Bagaimana cara dia menghindari perawat yang berjaga di sana? Bahkan bagaimana dia bisa lolos dari pengawasan Naruto dan Sakura? Sahabat yang selalu menjaganya?
Ia menatap pemuda itu lekat-lekat. Kulit pucat, rambut emo, mata onyx. Ia bahkan sudah tak mengenakan pakaian seorang pasien di rumah sakit Konoha, bukan juga pakaian seorang samurai yang biasa ia kenakan. Kali ini ia hanya mengenakan kaos hitam polos dan celana panjang abu-abu. Dan jangan lupakan sebuah jaket yang cukup hangat untuk melindunginya dari dinginnya malam. Perban juga masih melilit di kepalanya. Dialah itu. Mantan ninja yang paling dicari. Mantan kriminal yang telah membunuh tetua Danzou. Uchiha Sasuke.
Sementara itu, Sasuke yang melihat Hinata bengong berusaha sebisa mungkin untuk nggak tertawa. Dan tentu saja berhasil. Gadis di hadapannya ini memang lucu dengan caranya sendiri. Dia bukan seperti Sakura ataupun Ino yang sering bertingkah aneh + konyol, dia hanya seorang Hinata pemalu yang selalu gugup.
"U-Uchiha-san, k-kenapa a-ada d-di sini?"
"Jalan-jalan." Sahut Sasuke singkat.
Jalan-jalan? Bukankah alasan yang aneh? Apalagi Sasuke masih terluka parah. Masa hanya karena ingin jalan-jalan dia kabur dari rumah sakit, sih? Bisa-bisa penyakitnya tambah parah. Tapi Hinata bukanlah orang yang seperti itu. Dia selalu memahami orang lain. Atau paling tidak dia berusaha untuk memahaminya. Mencari sudut pandang yang tepat untuk alasan orang mau melakukan sesuatu. Mungkin Sasuke memang ingin jalan-jalan. Lagi pula siapa yang betah selama beberapa minggu ini terus di rumah sakit? Apalagi mencium bau obat-obatan yang sering bikin mual itu. Mungkin Sasuke memang butuh refreshing.
Merasa Hinata terus-menerus memandanginya, Sasuke mau tak mau merasa nggak enak juga. Seketika aja jantungnya rasanya berdetak dengan sangat cepat sehingga membuat nafasnya terasa sesak. Seolah ada badai besar yang sedang bergemuruh di dalam dirinya saat ini. Tapi anehnya bukan kerusakan efek yang ditimbulkannya, melainkan kedamaian. Kedamaian yang menyenangkan. Sasuke juga dapat merasakan wajahnya yang perlahan memanas. Mungkinkah ini? Kami-sama…
Hinata yang kali ini melihat lawan bicaranya bergantian bengong refleks tertawa dan membuat Sasuke sukses tersadar dan menatap Hinata. Anehnya, bukan marah atau kesal dengan Hinata karena sudah ditertawakan, ia justru jadi ingin tertawa juga. Benar-benar bukan seperti Sasuke. Cinta memang bisa merubah segalanya. Dalam hal ini, sifat Sasuke. Namun Sasuke tetaplah seorang Uchiha yang harus menjunjung tinggi sikap coolnya yang setinggi langit itu. Dia mana bisa begitu aja memperlihatkan ekspresinya. Gengsi dong. Maka dari itu dia hanya menaikkan sedikit, hanya sedikit, ujung bibirnya ke atas.
"Berada di rumah sakit selama berminggu-minggu pasti sedikit banyak telah membuat Uchiha-san bosan." Ujar Hinata begitu ia bisa mengendalikan tawanya.
Okay. Sekarang Sasuke boleh benar-benar terkejut sekarang. Hinata dapat berbicara dengan lancar sekali tanpa ada kegugupan dari suaranya. Kalimatnya juga agak panjang. Selain itu, gadis ini baru saja tertawa. Dan wajahnya yang bahagia seperti itu terasa sangat maniss….sekali bagi Sasuke. Sasuke merasa pikirannya sekali ini udah nggak waras. Rona merah di wajahnya yang berusaha disembunyikan mati-matian pun malah tambah parah.
"K-kau sedang a-apa?" Sasuke mencoba mengalihkan perhatian. Well, hancur sudah semua harga diri yang telah dibangunnya. Sepertinya kegugupan Hinata telah berpindah pada diri Sasuke. Gawat!
Hinata menggeleng. Raut wajahnya yang tadi berubah sendu lagi. Pandangannya teralih kepada pajangan roti-roti itu kembali. "Aku lagi ingin di luar." Sahut Hinata setelah jeda agak lama. Sebenarnya, itu sama sekali nggak nyambung dengan pertanyaan Sasuke, loh?
"…"
"Uchiha-san?"
"Hn?"
"Aku ingin ke taman Konoha"
oOOo
Di sinilah mereka sekarang. Di taman Konoha. Tempat ini sunyi, hanya ada mereka berdua. Sasuke dan Hinata duduk di sebuah kursi panjang yang ada di bawah pohon sakura. Tak ada satu pun yang mulai berbicara. Masing-masing menghargai ketenangan yang damai ini. Sasuke sendiri terus menatap ke depan walau tak ayal sesekali melirik Hinata dari sudut matanya. Dia sendiri tak habis pikir bagaimana dengan mudahnya dia menawarkan diri untuk menemani Hinata ke taman ini. Semua terjadi begitu saja. Hinata bagaikan sebuah lubang hitam yang menarik Sasuke ke dalam dan Sasuke sendiri tidak berdaya untuk melepaskan diri. Keheningan masih terus tercipta hingga tindakan berani Hinata selanjunya membuat Sasuke kehilangan kata-kata.
Hinata menoleh pada Sasuke, mengubah arah duduknya agar berhadapan dengan pemuda itu. Mengangkat salah satu tangannya dan menempelkannya pada dahi Sasuke. Sasuke diam. Ia tak mencoba menepis. Bahkan sesungguhnya ia mungkin merasa…nyaman. Sentuhan Hinata begitu berbeda dengan Sakura yang sering mengobati lukanya. Sentuhan Hinata, walau tanpa dialiri oleh chakra, bisa membuat Sasuke merasa tenang, hangat, dan menyejukkan di saat yang bersamaan. Tapi kenapa Hinata bisa bersikap seperti ini padanya? Sasuke menatap Hinata mencoba menemukan jawaban di sana.
Hinata menatap Sasuke dengan khawatir. Ia melihat mata onyx Sasuke yang menghujam mata lavendernya. Dalam. Ia rasa-rasanya tak bisa teralih untuk berhenti memandangi mata itu. Hingga akhirnya Hinata pun tersadar akan sesuatu.
"Ah!" pekiknya pelan. Hinata segera menarik telapak tangannya menjauhi Sasuke. Wajahnya memerah. Sejujurnya, Sasuke kecewa. Tapi melihat Hinata yang langsung menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merona itu, membuat Sasuke geli juga. Masih Hinata yang dulu.
"Maaf…"
Sasuke mengernyitkan dahinya.
"E-eto, wajah Sasuke-kun dari tadi memerah. Jadi aku k-kira demam. Ta-tapi sepertinya suhunya normal." Hinata mencoba memberi penjelasan.
Merah? Jadi ternyata Hinata memperhatikan wajah Sasuke yang dari tadi memerah? Sasuke kaget. Hinata ternyata menyadarinya. Untung dia bukan orang yang suka berpikir macam-macam. Kalau itu anggota rookie yang lain pasti sudah menertawakannya. Sangking sibuk dengan pikirannya itu, Sasuke bahkan nggak menyadari sebuah fakta lain yang baru saja disaksikannya. Hinata menyebutnya Sasuke-kun! Sasuke-kun!
Sasuke diam. Hinata diam. Sasuke bengong. Hinata sama. Kedua-duanya masih asyik dengan pikirannya sendiri.
Satu…
Dua…
Tiga…
"Hachoo!"
Hinata mendongak. Melirik Sasuke yang menutup mulutnya dengan tangan..
"Hachoo! Hachoo! Hachoo!" Sasuke bersin lagi. 'Dasar hidung!' rutuknya kesal. Habis Sasuke bandel, sih. Orang sakit malah keluar malam-malam. Jadi kena flu. Rasakan!
"Hmph…" Hinata membekap mulutnya supaya Sasuke tidak mendengar tawanya. Namun telinga Sasuke yang kelewat tajam setajam kunai itu bisa mendengarnya dengan baik. Sasuke menyipitkan matanya melirik Hinata, membuat sang Hyuga panik setengah mati. Bisa-bisa Sasuke ngamuk. "Hehe…anu…begini…"
"Sudahlah." Potong Sasuke.
"Aku mau pulang sekarang. Terima kasih sudah mau menemani Sasuke-kun." Hinata beranjak dai tempat duduknya.
"Aku akan kembali ke rumah sakit sebelum ada yang sadar aku kabur."
Hinata berhenti melangkah. Menyimak tanpa membalikkan badannya. "Kalau begitu, besok aku akan menjenguk Sasuke-kun."
"Hn." Sahut Sasuke diiringi senyum yang tak dilihat oleh Hinata.
TBC…
Garing, kan? Tapi, berhubung saya masih baru, harap dimaklumkan ya?
Satu lagi. Selesai dibaca, harap di review, ya? *bungkuk-bungkuk*
Arrigatou…