Disclaimer : Masashi Kishimoto. Dialah yang mempunyai seluruh karakter dan cerita yang ada di dalam fic ini. Tanpa maksud komersial apapun.

| SasuSaku |

| AU | OOC | Typo | Garing |

| Romance | Humor |

| T |

| musuko-kun |

.


Hanya sebuah fiksi sederhana dari saya.

Happy reading and enjoy!


He Is Sakura


"Sakura! Kau tahu? Kau telah membuatku hampir mati! Kemana saja kau? Kenapa kau tak kabarin aku, hah!" Bertubi-tubi ocehan Ino dilontarkannya dengan nada yang amat kencang.

"Psst… Kau bisa kecilkan suaramu? Bisakah kau memanggilku dengan nama Saku? Kau ingin aku ketahuan dengan warga sekolah, hah!" Sakura membalas repet.

Sekarang ia membungkam mulut Ino yang asal ceplos tersebut. Mereka berdua sekarang berada di kantin, dan duduk di salah satu bangku yang tersedia.

Setelah Ino mulai tenang, Sakura melepaskan tangannya yang membungkam mulut Ino.

"Aku akan jelaskan satu per satu," Sakura menarik nafas. "Aku tinggal di rumah Sasuke,"

"APA? TINGGAL DI RUMAH SASUKE?" Sepertinya gadis berambut kuda ini tak dapat diajak kompromi, sudah dibilang untuk tak bersuara keras, ia malah berteriak lagi. Maka dari itu, Sakura kembali membungkam mulut gadis berambut krim tersebut.

"Ino! Kau ingin membunuhku, hah? Bisakah suaramu dijaga!" Sakura benar-benar kesal dengan tingkah Ino sekarang. Karena, tak sedikit siswa yang memperhatikan ocehan mereka. Tapi syukurlah, siswa yang datang ke kantin tidak terlalu banyak. Dan semoga mereka tak curiga.

"Bisakah setelah ini kau tenang?" Saat pertanyaan tersebut dilontarkan Sakura, Ino mengangguk. "Bagus…" Lalu Sakura melepaskan tangannya lagi dari mulut Ino.

"Maaf… Aku terlalu shok. B-bagaimana bisa kau tinggal di rumah pria dingin itu?"

"Ceritanya sangatlah panjang. Dan lebih baik aku tidak menjelaskannya di sini, aku takut ada yang mengetahuinya. Aku akan memberitahumu setelah pulang sekolah ini," Sakura berbisik pelan kepada Ino. Suatu cara agar tak ada yang mendengarnya.

"Saku jahat!" Tiba-tiba datang seorang gadis berambut coklat. Gadis itu melontarkan pukulan kecil di bahu Sakura, sepintas Sakura menjadi terkejut.

"Hah… Ten-ten?"

"Saku jahat! Kenapa tadi malam tak datang. Padahal kita kan mau nge-date!" kesal Ten-ten seraya memukul-mukuli pundak Sakura pelan.

"A… Aku…"

"Pokoknya, malam ini Saku harus datang ke rumah Ten-ten untuk nge-date!"

Sakura menjadi pusing. Kenapa masalah itu menjadi runyam. "Hah? T-tapi…"

"Nanti malam Saku akan nge-date denganku!" Ino tiba-tiba menjawab. Spontan Ten-ten terkejut dan bertanya-tanya.

"Benarkah Saku…?" Sakura hanya mengangguk saat Ten-ten bertanya. Wajah lesu nan kecewa tertampang di wajah Ten-ten, ia lalu tak ingin berlama-lama di situ karena tak tahan melihat keromantisan Ino dan Sakura. Kemudian berlalu pergi.

"Aku akan memesan makanan dulu. Kau jangan kemana-mana, ya?" seru Ino dan menjajakan kaki menuju ibu kantin.

Sakura lalu terhanyut dalam lamunannya. Ia terbengong sejenak. Sepertinya ada suatu pikiran yang membuatnya menjadi risau dan takut.

"Sasuke… Apa mungkin tadi dia tak curiga ya? Melihat tingkahku yang aneh saat di toilet tadi?" Tanya Sakura dalam batin. "Akh… Dia kan tak tahu kalau aku sedang dapet," Sanggahnya mencoba membangkitkan kepercayaan dirinya.

"Ha-hai… Saku…" Suara sapaan dari belakang Sakura berhasil memecahkan lamunannya.

"Hah? Oh… Sai, ada apa?" Ternyata suara halus itu berasal dari cowok putih bernama Sai.

Ia kemudian duduk di samping Sakura dan mencoba dekat.

"Apa kabar Saku?" Sai bertanya dengan ukiran senyuman manis di wajahnya. Sakura hanya membalas senyum, mungkin masih terbawa dengan lamunannya.

"Sai… aku boleh bertanya?" dengan lemas Sakura bertanya. Sai mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai tanda iya. "Begini, menurutmu apa yang istimewa dariku? Yang akhirnya dapat membuat orang tertarik?"

Sai menoleh ke arah lain. Ia memasang wajah yang berbeda dari sebelumnya. Seperti malu, juga terlihat senyum-senyum sendiri.

"Menurutku, kau polos dan manis. Itulah yang membuat aku menyukaimu…" Tak sengaja pria putih ini menceploskan kata-kata itu. Berhasil, Sakura menoleh ke arah Sai. Ia bertanya-tanya, kenapa dengan Sai?

"Ap-apa?"

"Hah…! A-anu… Er… mak-maksudku… b-bagaimana ya…? Be-begini…" Sai kualahan menghadapi keadaan seperti ini, apa mungkin Sai menyukai Saku. "Oh ya, aku ada u-rusan, aku dipanggil Guru Kurenai. Dadah!" Sai terlihat terburu-buru, ia beranjak dari bangkunya dan berlari pergi.

"Hah…? Ap-apa mungkin Sai…" batin Sakura. Tak lama Ino datang menghampiri teman baiknya tersebut sembari membawa makanan.

"I-Ino… Er… Begini…" Sakura terlihat malu untuk mengatakan sesuatu. "Kau katanya menyukai Sai, ya?"

"Iya! Kenapa? Kau menyukainya juga?"

"Tidak! Hehehe… Tidak apa-apa kok!" cengir Sakura. Sebenarnya ia ingin menjelaskan hal tadi, tapi sepertinya malah akan menimbulkan masalah baru.

"Teng… Teng… Teng…" Sebuah bunyi yang tak diinginkan oleh sebagian besar siswa, akhirnya berkumandang juga. Ya, bunyi bel masuk yang jarang diinginkan kebanyakan siswa. Memang, jam istirahat sangatlah singkat waktunya.

Sakura dan Ino masuk ke dalam kelas setelah merasa puas mengemil. Sakura terduduk ragu saat melihat Sasuke di sampingnya.

"Huh… Untunglah Sasuke tidak merasa curiga denganku," batin Sakura seraya menghembuskan nafas sebagai tanda hatinya sudah lega.

"Hmm… Dia tak datang lagi, huh…" Suara kecil keluar dari mulut manis Sasuke. Sorot pandang Sakura langsung mengarah kehadapan Sasuke.

"Si…siapa maksudmu?" Sakura bertanya deg-degan.

"Hah? Oh, bukan siapa-siapa…" Sasuke sepert lemas. Itu terlihat dari wajahnya. Kenapa ia seperti itu.

"Oh…! Hehehe! Bagaimana dengan keadaanmu sekarang Sasuke?" Sakura mulai membuka pembicaraan. Dia melihat wajah pangerannya penuh tempelan plaster luka, di bagian tangan, dagu, hingga wajah.

"Hn… Aku tak apa,"

Beruntungnya Sakura, ia melewati waktu itu dengan baik tanpa rasa curiga dari Sasuke. Tapi, itu belum pasti, dia tak dapat menebak apa yang difikirkan oleh Sasuke.

Teng… Tong…. Teng…

Momen-momen yang ditunggu oleh siswa-siswa datang juga. Mereka terlihat antusias saat bel pulang berbunyi. Sakura dan Ino sengaja berdiam di dalam kelas, menunggu siswa-siswa lain untuk keluar, agar mereka bisa membahas masalah Sakura.

"Baiklah… Sekarang kelas sudah kosong. Ayo, jelaskan padaku bagaimana kau bisa tinggal bersama Sasuke?" Ino menuju bangku Sakura untuk berbicara empat mata.

Sakura menarik nafas, "Begini, aku berpura-pura tidak punya tempat tinggal, dan ia mau menerimaku untuk tinggal di rumahnya sementara,"

"Hah? Semudah itukah?" Ino benar-benar kaget. "Tak kusangka, Sasuke mudah percaya, ya?"

Prok… Prok… Prok…

Suara tepukan tangan terdengar dari balik pintu luar. Sakura dan Ino terkejut, mereka mencoba menoleh keluar, untuk mengetahui siapa orang tersebut.

Orang itu pun menampakkan dirinya. Ia memasuki kelas seraya bertepuk tangan, entah apa maksudnya.

"Hebat, hebat! Drama yang mengesankan!" seru Sasuke sembari bertepuk tangan. Pastinya Sakura dan Ino tak menyangka selama ini Sasuke menguping pembicaraan mereka dari luar. "Sudah kuduga, dari awal saat kau tinggal di rumahku aku mulai curiga denganmu. Sampai akhirnya, semua tampak jelas saat aku menemui benda ini. Nih, kau kelupaan untuk membuangnya!" seru Sasuke seraya melempar sebuah pembalut ke arah Sakura.

"Hah? Sas-Sasuke? Tunggu… aku akan menjelaskannya…" Sakura bangkit dari tempat duduknya dan terlihat bingung setengah mati.

"Kau terkejutkan? Tadinya aku datang untuk menjemputmu yang masih di kelas, dan ingin mengajakmu pulang bersama. Ternyata, aku mendapatkan kejutan hebat!"

"S…Sasuke…"

"Rupanya, selain aku pendiam, dingin, aku juga orang bodoh ya. Dengan mudahnya tertipu dengan akal bulusmu! Selamat! Kau lulus casting, dan bisa main sinetron!" Sasuke sangat marah sekali, bukan hanya dari cara bicaranya tapi juga tergambar jelas di wajahnya. Wajah yang selama ini tanpa ekspresi, berhasil berubah karena Sakura.

"Sasuke! A-aku… Aku tak seperti yang kau fikirkan, kumohon… Dengarkan penjelasanku dulu!" rintih Sakura. Ia benar-benar menyesal. Ia mencoba mendatangi Sasuke yang bersender di pintu kelas.

"Omong kosong! Kufikir, kau bisa kujadikan seorang teman yang berarti! Ternyata… Ternyata kau tak lebih dari seorang pembohong besar!" Sasuke mengeluarkan nada keras, membuat suaranya menggema ke seluruh sudut-sudut kelas. Sasuke lalu membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi.

Kristal putih nan bening menyelimuti mata emerald Sakura. Ia tak tahan lagi untuk menangis. Kemudian, ia berlari menuju Sasuke.

"SASUKE! Kumohon! Maafkan aku! Aku tahu, aku bersalah!" Sakura berteriak. Gerak langkah Sasuke terhenti seketika setelah Sakura memeluk erat tubuhnya. Ino hanya bisa menyaksikan mereka dari bangkunya. Ia tak berani ikut campur dengan masalah mereka berdua, karena masalah ini sangat serius.

"Lepaskan!" Sasuke melepas paksa pelukkan Sakura dan mendorong wanita berambut pink itu. Gadis emerald tersebut jatuh, pipinya sudah dibanjiri oleh tangisan. Sakura lalu meraih kedua kaki Sasuke seperti menyembah sujud. Ino tak tega melihat sahabatnya itu memohon maaf kepada Sasuke.

Tanpa berbicara, Sasuke melepaskan kakinya dari pengangan Sakura. Untung saja pada saat itu warga sekolah sudah pada pulang semua.

Dengan langkah biasa Sasuke pergi meninggalkan Sakura yang tergeletak di lantai, dengan tanpa menoleh ke Sakura sedikit pun.

Ino mendatangi Sakura. Ia mencoba membangkitkan Sakura yang terselungkup di lantai.

"I…Ino… A… A-apa… yang ha…harus…. Kulakukan… huhuhu…" Sakura merintih kesedihan seraya menangis dipelukan Ino.

"Kau harus mengejarnya. Katakan, kalau kau menyesal. Aku yakin, dia akan memaafkanmu…" Ino mencoba menenangkan Sakura yang berada dipelukkannya.

Sesal.

Itulah rasa yang tepat Sakura terima. Mungkin ini semua pantas ia dapatkan setelah apa yang ia lakukan kepada Sasuke. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Sasuke sudah begitu murka kepadanya. Padahal Sakura sudah berhasil mengambil hati Sasuke, sedikit lagi. Tetapi memang benar apa kata pepatah, sesuatu yang disembunyi-sembunyikan pastinya suatu saat akan tercium jua. Ia juga sudah tahu semua ini pasti akan terjadi. Sekarang, bagaimana cara untuk meminta maaf kepada Sasuke.

Sakura lalu bangkit, ia mendengarkan apa kata sahabatnya. Sakura menggerakkan kakinya perlahan, ia mencoba untuk berlari dan berharap dapat mengejar Sasuke.

"Sasuke! Tunggu!" Sakura terus saja berlari. Ia melihat Sasuke sudah di sebrang jalan. Tapi, suara Sakura yang keras tak dapat membuat seorang Sasuke menoleh. Kemungkinan Sasuke mendengar, tapi ia sengaja tak menggubrisnya.

"SAKURA AWAS!" Ino teriak dari kejauhan. Tetapi suaranya memang tak cukup sampai ke Sakura.

Karena begitu kacaunya fikiran dan hati Sakura, ia tak melihat sebuah truk melintas ke arahnya.

"SAKURA!"

Brugh…!

.

.

To Be Continued


Fiuh, yeyeye selesai juga! #jogetjogetgaje. Maaf atas keterlambatannya. #bows

walau musu berusaha buat ini ga garing. Toh, garing juga #headbang #pundung

Ga tau mau gimana lagi ungkapi permintaan maaf. Cuma bisa bilang sori minna! :'(

Akhir kata (walau malu bilangnya) Review?

Arigatou