Author's mouth: Saya cuma mau menulis. Rasanya sudah lama sekali tidak menulis. Kali ini saya membuat sebuah kumpulan cerita ringan tentang L dan Light saat mereka berada dalam tim. Fiksi ini rencananya akan multichap. Er, saya minta maaf buat semua yang telah menantikan kelanjutan fic multichap saya. Saya benar-benar sedang mentok ide dan tengah berada dalam dark age. Lol

Okay, just enjoy the party! ^_^

Disclaimer

Genre: Humor and friendship

Note: No chain


Notice

Chapter one: Boredom


Yagami Light sangat membenci satu hal. Kebosanan.

Setelah manufernya yang menakjubkan sebulan yang lalu berhasil meyakinkan seorang detektif dari antah berantah, ia kini bergabung dalam tim si detektif tersebut.

Tak ayal, ternyata di dalam tim ini ia merasa lebih erat dengan musuh bebuyutannya.

Kebosanan.

Ia baru saja mendesah.

Si detektif menoleh dan menatapnya dengan ekspresi tak tertebak.

"Apa?" tanya Yagami Light. Entah kenapa nada itu terdengar menantang.

"Tidak… selain bahwa kau telah mendesah sebanyak dua puluh empat kali sejak kau duduk di kursi itu…"

"Lalu kenapa?"

"Kelihatannya kau bosan sekali ya?"

"Kelihatannya bagaimana?" sarcasm.

Detektif itu tidak menjawab.

Ia kembali menekuni layar di depannya setelah menatap Light dengan tatapan sedikit iba.

Kemudian hening.

Yagami Light memukul meja dengan tumpukan file di depannya dengan keras.

"Astaga, Light-kun…"

"Maaf…" Yagami Light merengut dan melanjutkan, "Aku kadang tidak tahan dengan kebosanan…" Light terlihat salah tingkah. Mirip sekali seperti ikan yang berada di atas penggorengan.

"Jadi… kau mau apa?" detektif itu bertanya.

"Aku tidak tahu… aku cuma benci jika tidak melakukan apa-apa… maaf, aku memang seperti anak kecil…" Light terlihat malu.

"Tidak apa-apa… aku pun terkadang seperti anak-anak…"

Light menatap sang detektif.

"Oh ya?" tanyanya ragu.

"Ya."

Light masih menatap si detektif. Kemudian ekspresinya merengut.

"Aku tidak bercanda…" kata si detektif lagi.

"Terima kasih, kau tidak perlu menghiburku…"

"Tidak, aku tidak sedang menghiburmu Light-kun… aku terkadang memang sangat kekanakan."

"Oh ya?" Light memberikan nada keraguan. Rasa geli menggelitik pikirannya.

"Saat aku muda… aku terbiasa dilayani… segala sesuatunya dibuatkan untukku… semuanya telah tersedia, jadi aku tidak perlu repot jika ingin melakukan sesuatu…"

"Ho... jadi terbawa hingga kini ya? Kelihatan sih..."

Sang detektif tidak menjawab.

"Um… apakah itu, er, maksudku, apa contohnya?"

"Aku tidak mandi seperti orang normal."

Light menatapnya tidak berkedip.

"Apa maksudmu? Cara seperti apa yang kau lakukan jika mandi?"

Detektif itu menatap Light dalam-dalam.

"Tidak akan kuberitahu…" ia tersenyum.

Light menyipitkan matanya.

"Apa sih…?" Light sweetdrop.

"Itu akan menjadi petunjuk kan buatmu?"

"Ha?"

"Aku tidak melupakan tentang kecurigaanku… kau masih tersangka dalam statusku, Light-kun... sedikit saja data tentangku bisa sangat berbahaya..."

Light menyipitkan matanya.

"Oh… baik…"

"Terkadang juga aku masih menangis seperti anak kecil, Light-kun… aku melihat dunia ini dalam mata seorang anak kecil… aku belum sepenuhnya ingin meninggalkan masa kanak-kanakku…"

"Mengapa demikian, Ryuzaki? Kita semua tumbuh dewasa..."

"Dewasa tidak berarti segalanya berubah kan?"

"Memang, aku tidak mengatakan yang dewasa itu berarti harus berubah... tapi setidaknya manusia bertumbuh dalam kedewasaan dan melupakan kanak-kanaknya secara otomatis..."

"Itu tidak terjadi padaku, Light-kun..."

"Ya, kau memang aneh..."

"Semua manusia aneh, Light-kun..."

"Tidak semua..."

"Mereka masih terkurung di dalam masa kanak-kanak mereka... dan saat usia mereka larut, maka masa-masa itu akan kembali menjemput mereka..."

Light mendesah.

"Manusia memang memiliki sisi kekanakan… walau kita tumbuh dewasa, sisi itu terkadang masih menempel kuat di balik pintu pikiran kita…" Light memandang sebuah pemandangan imajiner.

"Ya… benar. Jadi kau jangan takut merasa tidak enak… semua orang itu kekanakkan, Light-kun."

"Aku hanya tidak tahan terhadap kebosanan…"

"Jadi, itu yang membuatmu mencoba-coba melakukan hal baru?"

"Ya… terkadang…"

"Seperti mengatur sebuah hal… menjadikan segalanya tertib?"

"Ya… terkadang… aku ingin mengatur sebuah hal, dan menjadikannya baru dan disiplin…"

"Walau dengan cara yang salah?"

"Well… terkadang-what?! Apa maksudmu, Ryuzaki?" Light menolehkan kepalanya dengan gerakan yang mengerikan ke arah detektif di sampingnya.

"Apa? Aku kan hanya bertanya..." kata si detektif polos.

Light cemberut dan mengernyitkan dahi.

"Kadang aku pun ingin seperti itu Light-kun... membuat sebuah hal baru, menyingkirkan segala yang menghalangi... tapi aku tahu bahwa itu bukanlah sebuah hal yang nyata... itu hanya sebuah bagian dari mimpiku saja."

"Mimpi terkadang tidak selalu tertidur, Ryuzaki..."

"Iya, kau benar... tapi mimpi pun tidak seharusnya berada di dunia kita dalam waktu yang lama... ia bisa runtuh jika terlalu lama berada di luar pikiran kita..."

Light mendesah, "Setidaknya bairkanlah dia di luar sejenak..."

"Baik... give it try, then..." katanya sang detektif dan kemudian melanjutkan,

"Mimpi itu seperti sebuah asap... ia menghilang tanpa tahu bahwa ia pernah ada..."

"Terkutuklah yang memadamkannya..." Light mendesah.

"Kemudian, aku terkadang ingin sekali pergi ke sebuah tempat yang belum terjamah... seperti di Mars..."

"Ha?"

"Mars... kau tidak tahu Mars, Light-kun?"

"Tahu... bukan itu, maksudku... tapi kau..."

"Aku ingin ke sebuah tempat yang tidak ada siapapun, Light-kun."

Hening.

"Ryuzaki... kau menikmati kesendirian?"

"Semua orang menikmatinya, Light-kun..."

"Tidak semua... ada yang tidak menyukai kesendirian..."

"Oh..."

"Iya..."

"Kau tahu darimana?"

"He?"

"Kau tahu darimana bahwa setiap orang tidak menyukai kesendirian? Mereka seorang diri saat bermimpi pada malam hari... mereka sendiri saat berada dalam pikiran mereka..."

"Kau tidak bisa menyamakan semua orang sama sepertimu, Ryuzaki..."

"Kau yang tidak bisa menerima kenyataan, Light-kun..."

"Tidak masuk akal... kau tidak nyambung..." Light tidak sadar mulai panas.

"Apanya yang tidak nyambung, Light-kun? Kau yang tidak dapat menyamai pembicaraan kita..."

"Hieeeh... kau keluar topik!"

"Hanya orang yang kalah saja yang marah-marah di akhir pertandingan..."

Light bangkit berdiri.

"Jangan menyimpang ke arah lain! Kau yang tidak bisa mengimbangi topik! Dan-bahkan-kau selalu membelokkan arah pembicaraan!"

"Tidak, aku di jalurnya, kau saja yang selalu tidak setuju dengan argumenku..."

"Cih! Kita sudahi saja kalau begitu pembicaraan tak terarah ini!" Light berteriak kesal.

Saat itu pintu terbuka dan Matsuda melongok ke dalam.

"Er, guys? Mau ikut makan malam dengan kami? Mogi yang traktir..." Matsuda menyeringai tolol di ambang pintu.

Light dan sang detektif menatapnya sejenak sebelum sang detektif yang menjawab.

"Baik... tentu saja aku ikut... bagaimana denganmu, Light-kun?"

"Aku ikut!" Light berkata tegas sambil berjalan ke arah pintu.

"Yay! Lets rock!" Matsuda berlari keluar dengan semangat.

Meninggalkan dua orang yang baru saja bersitegang.

"Light-kun..."

Light berhenti dan menoleh. "Apa?" katanya sedikit kasar.

"Kau sudah tidak bosan lagi kan?" detektif itu tersenyum.

Light terperangah.

"Mari kita pergi... mereka sudah menunggu kita..." sang detektif bangkit dari kursi nyamannya dan melangkah ke pintu, melewati Light.

Light menatap punggung detektif itu dalam diam.

Kemudian ia mendengus sambil tersenyum.

"Brengsek kau, Ryuzaki..."

Light menyusul sang detektif, tidak mau tertinggal dalam acara makan malam yang hangat bersama anggota tim teraneh sepanjang masa.

Kali ini Ryuzaki berhasil membunuh kebosanan Light, setidaknya sampai waktu makan malam tiba. Namun ia tidak tahu bagaimana jika lain kali berhadapan lagi dengan musuh bebuyutan Light itu. Kadang memang sangat sulit membunuh kebosanan, namun kali ini Ryuzaki telah berhasil dengan baik membuat Light melupakan kebosanannya dan menggantikannya dengan adu argumen yang tidak penting sama sekali.

Walau begitu, setidaknya Light melupakan kebosanannya dan menikmati perdebatan tadi.

Ryuzaki memang jenius, di dalam perkataan-sambil-lalunya pun ia mempunyai maksud tersembunyi.

Ia tidak tahu apa lagi yang akan dilakukannya jika musuh Light itu datang kembali, namun ia selalu punya banyak sekali cara untuk mengusir semua hal yang mengganggunya. Kebosanan Light termasuk di dalamnya.

Nah Light, berterima kasihlah pada Ryuzaki!

Chapter one: Boredom – end


Author's mouth: Intinya, kumpulan cerita ini adalah rangkaian dari hal-hal yang tidak pernah diperhatikan oleh banyak orang saat L dan Light berada dalam satu tim. Hal-hal yang tidak terpikirkan dan yang sangat remeh. Mulai dari hal-hal yang serius hingga ke hal-hal yang konyol. Ya, saya akan membuat chapter konyol tentang mereka. Just wait. 8D

Jadi ini hanya sebuah cerita ringan di tengah kesibukan para pembaca. Saya berharap 'snack' ini berguna bagi anda semua dalam menemani malam-malam istirahat kalian.

Oh ya, mengenai hal bahwa L tidak mandi secara normal, itu adalah benar. Jika kalian membaca komik pendek buatan Takeshi Obata kalian akan menemukan bagaimana cara L mandi. (sebaiknya jangan, I have warned you! LOL)

Thanx very much for read and review.