~Lhyn Hatake~
Fic Ini sebagai bentuk Kado Spesial untuk Shika Ino yng ultah tanggal 22-23 Ini.
"Happy B'Day Shikamaru… Ino…. LONG LIVE SHIKAINO!"
N' Sebagai bentuk pemenuhan janji Lhyn tentang squel Summer.
~Lhyn Hatake~
Naruto ® Masashi Kishimoto
Pair : ShikaInoSai
Warning : AU, Gaje, Aneh, gag Ngeh, Abal, OOC *mungkin* rate bisa berubah tergantung seberapa parah kerusakan otak Lhyn, KING TYPO, dll yg bikin fic ini jauh dari kata Sempurna
Py Reading
~Lhyn Hatake~
Ino menghela nafas bosan. Suasana begitu hening, hanya dengung AC ruangan yang terdengar mengisi keheningan itu. TV yang tidak menarik perhatiannya lagi telah dimatikan sejak dua jam yang lalu. Ino membaringkan tubuhnya disofa itu, menyandarkan kepalanya pada lengan sofa dan mengangkat kakinya hingga sedikit menyentuh lengan sofa yang lain.
Ternyata liburan di Suna tidak sesuai dugaannya, melihat jalanan Suna yang tertutup pasir dan angin kering yang senantiasa begitu setia menerbangkannya, membuat terik matahari yang terasa panas semakin panas. Sekarang jangankan berbelanja seperti rencananya, bahkan hanya melihat suasana kota Suna dari balkon apartement itu pun sudah membuatnya malas beranjak.
Ino melirik jam yang tergeletak cantik disisi kanan tivi flat itu, menunjukkan pukul dua siang, kemudian menguap bosan untuk kesekian kalinya lagi, 'Masih dua jam lagi' keluhnya saat mengingat sang kekasih menelfonnya dijam sebelas bahwa dia akan pulang dua jam lebih lama dari biasanya.
Ino meraih ponsel yang tergeletak manis disampingnya, sedetik setelah melihat foto sang kekasih yang tengah tertidur dilayar ponselnya dia mulai mengetik nomor-nomor yang telah dihapalnya diluar kepala.
Bunyi tut-tut pendek terdengar beberapa kali hingga seseorang menyahutnya pelan.
"Ada apa Ino?" suaranya terdengar malas.
"Aku bosan." Keluh Ino pendek.
"Hem?" gumam pria itu, Ino dapat membayangkan ekspresi wajahnya yang mengernyitkan alisnya.
"Aku bukan mulai tertular virus malasmu Shika… Tapi ini benar-benar membosankan. Cepatlah pulang Shika, Aku kebosanan…" Rengeknya, padahal berani bersumpah dengan apapun Ino bukan gadis yang suka merengek, kecuali benar-benar mendesak.
"Aku ada rapat dengan dewan direksi lima belas menit lagi Ino, nyalakan tivi atau coba jalan-jalan keluar." Kata sang Nara dengan nada yang susah payah dibuatnya agar terkesan menghibur. Jujur saja, dia bukan type orang yang mudah menghibur.
"Aku bosan dengan tivi, semua acaranya membosankan, dan diluar panas sekali aku malas keluar…"
"Tak perlu keluar dari gedung Apartement, kau mungkin bisa mengunjungi salah satu tetanggaku." Kata si pria dengan suara yang terdengar aneh. Mengunjungi tetangga? Benar-benar bukan saran yang menghibur.
"Apa ada yang tampan?" Tanya Ino sambil nyengir jail.
"Aa?Ada, penghuni nomor enam tiga, seorang pria tampan sepertinya cocok dengan seleramu yang suka pria berambut hitam, namanya Orochimaru… tapi aku biasa memanggilnya Kakek Oro." Dan setelah mengucapkan itu tawa dari suara dalam Shikamaru terdengar pelan.
"Hah Shika. Tidak lucu! Uhh… Aku jadi merindukan Konoha."
"Eh? Ini baru hari ketiga kau disini Ino." Kini suara dari sebrang sana terdengar mengingatkan dan khawatir.
"Tapi kalau kau terus lebih mementingkan pekerjaanmu, seminggu saja aku disini bisa membuatku kering." Ino bergerak kecil, mempernyamankan diri. "Kau ingat? Kita bahkan baru sempat makan malam bersama satu kali, Cuma kemarin saja, dua hari sebelumnya kau lembur sampai malam."
"…"
"…"
Hening, Ino bangkit dari posisinya dan duduk. Sebuah jarum terasa menusuk dadanya. Dia baru saja mengatakan sesuatu yang membuat pria itu merasa bersalah. 'Bodoh.'
"Aku tahu, Maafkan aku."
"Maaf Shika aku tidak bermaksud—"
"Akan ku usahakan untuk lebih banyak waktu bersamamu."
Setelah mengucapkan itu Shikamaru berpamitan untuk segera masuk keruang rapat dengan canggung. Dan Ino hanya mengiyakan dan berkata akan mencoba berjalan-jalan di sekitar apartement itu.
"Hufh…." Dia mengembuskan nafas dengan berat. Kemudian meletakkan ponselnya dengan kasar dimeja didepanya. Namun baru saja ponsel itu menyentuh meja kecil itu sebuah panggilan membuatnya bergetar-getar keras.
'Shika?' Batin Ino berharap.
Tapi sebuah foto pria berambut hitam yang jatuh lurus kebawah dengan tatapan mata dingin dan senyum yang tampak dibuat-buat di wajah pucatnya membuat Ino kecewa. 'hah. Bodoh, kau terlalu berharap' runtuknya pada diri sendiri.
Ino termenung sesaat, dan kemudian menekan tombol hijau dan meletakkan ponselnya dipipi. "Moshi-Moshi Sai."
"Ino, Kau di Suna?" Tanya suara datar tanpa emosi milik Sai
"Dari mana kau tahu Sai?, Iyah aku di Suna ada apa?"
"Aku mencarimu kemarin, dan Kaa-san mu bilang kau ada di Suna. Kebetulan sekali hari ini aku juga ada projek di Suna. Aku ingin bicara denganmu, apa boleh?"
"Kau mencariku? Ada apa?" Tanya Ino penasaran, seumur hidup ini pertama kalinya Sai mencarinya. Untuk apa Mantan Kekasihnya ini mencarinya? Padahal saat pacaran pun Ino sangat yakin bahwa pria ini tidak pernah sekalipun mencarinya.
"Hanya ingin ngobrol denganmu." Oh, ya benar. Pria itu tadi menanyakan ini. Ino bertanya dalam hati, pembicaraan seperti apakah yang membuat pria ini mau mencarinya.
"Oh yah, tapi saat ini aku ada di apartement Shikamaru dan sepertinya agak malas keluar, kau tahukan bagaimana diluar itu? Panas sekali." Kata Ino ragu, mengutarakan penolakannya secara tidak langsung. Bodoh sekali kalau Ino menerima ajakan itu sementara dia telah menjadi pacar Shikamaru. Sejak Sai dan Ino berpacaran dulu hubungan kedua pria itu tidak begitu baik, ditambah lagi Ino putus dengan Sai karna masalah kecemburuan Sai pada Shika yang berlebihan, berlebihan atau memang benar pada saat itu Ino lebih menitik beratkan Shika sebagai sahabatnya? Tapi itu wajarkan? Shika itu sahabatnya sejak kecil.
"Aku bisa datang ketempatmu kalau kau tidak keberatan." Suara pria itu terdengar sedikit lebih mendesak.
Ino menghela nafas. "Sebenarnya Sai, aku ada di apartement Shika Sekarang." Jelas Ino menahan nafas.
Hening, Ino yakin Sai tengah berfikir.
"Boleh aku ketempatmu, Ino?"
Ino cengo. Kami-sama, apa pria ini baru saja mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan otak? Atau meminum obat yang salah hingga mengacaukan fikirannya?
"Bo—boleh, Datang saja ke Suna Summer nomor tujuh tiga." Kata Ino ragu.
"Oh, itu bagus. Hotelku hanya dua blok dari apartementmu. Aku akan tiba lima belas menit lagi."
~Lhyn Hatake~
'Kami-sama bagaimana ini?'
Ino berjalan mondar-mandir didepan puntu sejak seorang security menelfon tentang tamu bernama Sai yang ingin mengunjunginya tiga menit yang lalu. Hatinya gelisah menanti kedatangan tamu itu. Hah, dia merasa bodoh sekali membiarkan Sai datang ke apartement Shikamaru, sementara Ino yakin jika Shikamaru sendiri tidak akan menerima Sai dengan baik di apartementnya.
Bagaimana kalau Shikamaru sampai tahu? Tapi dia pasti akan tahu saat mengecek laporan buku tamunya nanti. Hah, itu masih lama. Tapi bagaimana kalau Shikamaru tahu saat Sai masih disini? Bagaimana kalau keduanya bertemu? Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Ino harus mengusahakan agar Sai pulang sebelum jam empat. Lebih cepat lebih baik.
Teeettt… teeettt…
Ino hampir-hampir melonjak kaget mendengar suara bel pintu apartement Shika itu. Ino menarik nafas dalam-dalam, merapikan penampilannya sebentar dan membuka pintu ganda besar itu. Matanya langsung mendapati seorang pria bermabut hitam lurus yang dibiarkan jatuh menutupi bagian atas wajahnya dengan mata onyx yang menatap dengan tatapan tak terjelaskan kearah Ino.
Ino tersenyum kecil. "Hai Sai."
Sai juga tersenyum kecil, senyum yang masih sama sejak Ino mengenalnya. Dan kemudian sebuket bunga muncul dihadapan Ino. Sedikit terkejut Ino memandang buket bunga itu, kemudian memandang Sai yang masih tersenyum. "Untukmu."
Benar-benar tak masuk akal sekarang!. Seorang Sai datang ketempatnya dan memberikan sebuket bunga padanya. Suatu hal yang bahkan tak pernah pria itu lalukan saat mereka berpacaran.
"Oh, Terima kasih." Jawab Ino gugup menerima buket itu. "Masuklah Sai."
Sai memandang Ino ragu. "Apa dia ada?"
"Shika? Dia masih di kantornya." Kata Ino.
~Lhyn Hatake~
Shikamaru menatap bosan map berisi file-file membosankan itu. Dia berkali-kali menguap bosan sambil terus mendengarkan salah seorang Managernya mempresentasikan peningkatan demi peningkatan selama tiga bulan terakhir sejak perusahaan itu dipimpin oleh seorang yang biasa mereka sebut dengan 'Nara muda'.
Sungguh sejujurnya dia lebih memilih untuk tetap hidup di Konoha. Tidak jauh dari orang tua, tidak jauh dari teman-temannya dan yang terpenting tidak jauh dari Inonya. Meskipun saat Ini gadis itu tengah kebosanan di apartementnya, tapi tetap saja kedekatan jarak ini hanya sementara. Saat liburan musim panas usai gadis itu akan kembali kekota asal mereka. Tapi sepertinya dia harus berusaha keras agar gadis itu benar-benar disini selama liburan musim panas ini. Kalau tidak, jangankan sebulan. Baru tiga hari saja gadis itu telah mengeluh kebosanan hampir setiap jam di telfonnya.
Huft… Sekarang yang bisa dilakukannya hanya berharap agar rapat ini cepat selesai dan dia bisa segera menemui gadis pirangnya yang tengah kebosanan di apartementnya.
~Lhyn Hatake~
Mata biru sapphire membelalak terkejut mendengar ucapan itu. Kami-sama… apa tidak salah? Apa benar pria itu baru saja mengatakan bahwa dia masih mencintainya? Masih Mencintainya? Dulu saat masih pacaran saja dia ragu bahwa pria itu benar-benar mencintainya. Pria yang terlalu sibuk dengan canvas dan cat minyaknya, yang lebih mementingkan tentang keindahan suatu lukisan dari pada keceriaan diwajah Ino dan sekarang dia bilang dia masih mencintainya?
Yah. Meskipun kadang Ino merasa bahwa dia memiliki tempat dihati pria itu, kadang dia merasa pria itu sangat membutuhkannya, dan kadang pria itu begitu kalut karna kecemburuannya pada Shika. Tapi tetap saja itu hanya kadang. Kadang yang sangat jarang.
Ino menatap dalam mata onyx yang pancarannya jauh lebih lembut dari kebiasaan mata itu memancarkan kehidupannya. Dia yakin pasti dengan jawabannya akan perasaan hatinya, hanya saja dia tidak yakin dengan caranya menyampaikan keinginan itu.
'Satu kesempatan Ino, hanya beri aku satu kesempatan lagi untuk menunjukkan bahwa aku benar-benar mencintaimu'
Kalau saja Sai, kalau saja kau mengatakannya jauh sebelum hari ini, jauh sebelum Shika mencium Ino di bandara saat itu, kalau saja kau memikirkan ini saat kau memutuskan kisah yang seharusnya kita rajut dalam keindahan itu. Kalau saja saat itu kau memikirkannya, bukan hanya satu, beribu kesempatanpun akan Dia berikan untukmu. Tapi kau terlambat. Sangat terlambat. Hati gadis bermata biru yang selalu bisa membuatmu merasakan semangat kehangatan dalam dirimu itu hanya satu. Hatinya hanya satu dan kini bukan lagi untukmu Sai.
Ino mengeleng pelan. Dengan segera dia dapat melihat perubahan wajah dan pandangan pria itu. Wajah tegangnya berubah mengeras. Tatapannya mendingin. Meski ini memberatkan Ino –bukan, bukan berat seperti yang kau fikirkan, dia merasa berat karna dia tak suka melihat seorang sahabatnya bersedih, yah sahabat– tapi, tak ada yang bisa dilakukannya selain ini.
Dia telah memiliki tempat lain untuk mempercayakan hatinya.
Seorang Nara muda pemalas.
"Maafkan aku Sai." Kata Ino pelan. "Gomen ne Sai…" Ino membungkuk rendah. "…Aku tidak bisa untuk kembali mengisi hatimu." Ino kembali menatap onyx didepannya, onyx yang terlihat kecewa dan terluka, onyx yang terlihat berusaha tegar. Ino meraih tangan pucat pria itu, menggenggamnya lembut. "Maaf Sai, Tapi telah ada pria lain yang menjadi sandaran hatiku, bahkan saat dulu aku terluka."
Sai menggeleng pelan. "Bukan salahmu Barbie, Aku yang telah dengan bodoh melepasmu." Ino sedikit terhenyak mendengar panggilan itu panggilan sayang seorang Sai untuk Ino.
"Kau pria yang baik Sai, hanya saja kadang kau terlalu sibuk dengan lukisanmu, cobalah untuk membagi waktumu antara kehidupan bergerak dengan canvas. Aku yakin kau akan menemukan gadis yang cukup baik untukmu." Hibur Ino, sambil menawarkan senyum tulusnya.
Sai membalas senyum itu dan mengangguk pelan. "Baiklah, mungkin kau benar. Oh, ada satu lagi yang ingin ku sampaikan." Katanya sedikit lebih bersemangat dari biasanya, kemudian tangan kanannya meraih sesuatu dalam saku celananya. "Sebenarnya kemarin aku kerumahmu untuk mengajakmu mengunjungi pameranku di sini, tapi berhubung kau sudah disini lebih dulu… Jadi maukah kau datang ke pameranku?" tanyanya menyodorkan sebuah tiket pada Ino.
Ino berfikir sejenak. "Um.. sebenarnya Sai—"
"Kau boleh mengajak seseorang." Katanya lagi, dan kemudian mengeser sedikit ibu jarinya, membuat tiket yang sebelumnya terlihat hanya satu kini bertambah menjadi dua.
Ino tersenyum, kemudian menerima kedua tiket itu. Bukan. Bukan karna jumlah tiketnya yang membuat Ino menerimanya. Tapi senyum tulus yang mengembang di bibir pria yang tergolong dingin itu. "Arigatou Sai, akan ku usahakan untuk datang."
~Lhyn Hatake~
Jam menunjukkan pukul setengah empat saat Sai memutuskan untuk berpamitan. Ino sedikit lega, meski obrolan dengan Sai terasa sangat menghilangkan kebosanannya tapi tetap saja hatinya was-was setiap kali matanya terarah pada jam dinding yang tergantung dibelakang pria itu.
"Terimakasih untuk semuanya Ino." Ujar Sai saat Ino mengantarnya kepintu.
"Yah, sama-sama Sai. Aku senang kau datang, tadinya aku bosan sekali disini."
"Kau harus membiasakan diri dengan kegiatannya yang padat Ino." Kata Sai lembut sambil mengusap rambut pirang Ino ringan tanpa menyadari adanya sepasang mata onyx yang terkejut melihat keberadaannya.
Wajah Ino sedikit memerah, bukan karna tangan Sai yang mengusap rambutnya, tapi karna sindiran kecil Sai tentang Shikamaru. Ino mengangguk pelan.
'Greb'
'Deg'
Begitu cepat, Sai menariknya kedalam pelukannya. Ino membatu jantungnya jadi berdetak lebih cepat. Sementara pria berambut nanas yang tengah berjalan mendekat dengan tangan terkepal kini menghentikan langkahnya.
"Sampai Jumpa." Bisik Sai pelan di telinga Ino dan…
'Cup'
Sai mencium pipi Ino, kemudian melepaskan pelukannya. Ino menatap mata onyx itu tak mengerti, atau begitu mengerti? Mengerti tentang perasaan yang tengah dirasakan pria itu padanya?. Ino mengangguk pelan, dan bersiap untuk kembali masuk kedalam apartement itu ketika sesuatu yang janggal di lihatnya pada gerakan tubuh Sai yang berubah kaku.
Ino memandang pria itu, kemudian perlahan dia mengikuti arah pandangan pria itu dan…
'Kami-sama… Shika?'
Hatinya terasa mencelos. Shikamaru berdiri sekitar lima belas meter darinya, berdiri kaku dengan tangan yang mengepal erat, mata onyxnya menatap tajam mata onyx lain didepan Ino.
~TBC~
Balesan Rifyu Summer yg gag Log In :
Narahatake : Arigatou untuk dukungannya. Iyah ini Lhyn penuhin janji bikin squelnya mesi gag rate M. Arigatou dah rifyu…
Memel : Iyan ini squelnya tak bikin meski belom rate M, Arigatou dah rifyu…
Aka' no 'shika' : Um… Iyah, Lhyn emg niat bkin rate M, tapi mental gag siap mulu… tunggu otak Lhyn rusak dulu ya? Kalo rusak baru deh bisa bikin rate M. Arigatou dah rifyu…
Chrysothemis : Arigatou untuk dukungannya… iyah ini squel di bikin…
ILA : Arigatou tuk Pujiannya…
~Lhyn Hatake~
BUAT SMUANYA ARIGATOU YAH! MAAP KALO PARAH FIC INI..
Kritik saran dukungan pujian cacian makian dll, Lhyn terima memalui rifyu…
ARIGATOU
~Lhyn Hatake~