Ahoooyy, ini adalah fic pertamaku yang sudah lama ingin Aku publish tapi baru sekarang bisa kesampean, haha… Mungkin akan ada banyak kekurangan mengingat Aku baru pertama kali bikin story yang bener-bener jadi (?).

Warning : maybe OOC, Typo, buat readers sekalian yang berkenan untuk membaca silakan, buat yang tidak berkenan tidak usah repot-repot membacanya karena author tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kekecewaan.

Summary : Naruto dan Sakura adalah sahabat baik sedari kecil. Namun suatu saat Sakura berkata kepada Naruto bahwa dirinya akan pindah jauh. Sebagai kenang-kenangan, Naruto memberikan sebuah gitar tua peninggalan almarhum ayahnya.

Disclaimer :

All Characters from Naruto belong to Masashi Kishimoto © 1999

Story by Rinzu15 © 2010

Pairing : NaruSaku

Genre : Romance/Friendship

Rate : T

Theme song : Tokyo performed by YUI

~~Happy reading, minna-san…!~~

Kokoro no Melody

Chapter 1 : An Old Guitar

"Sakura-chaaaann…!" teriak seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun. Dia berlari cepat menuju seorang gadis cilik berambut merah muda yang sedang duduk menunggu di sebuah bangku taman Konoha.

"Naruto."

"Maaf, menunggu lama…hosh, hosh," ucap bocah bernama Naruto. Keringat bercucuran di keningnya. Napasnya masih tersengal. Naruto berdiri di hadapan Sakura sambil memamerkan cengiran khasnya. Walaupun dia terlihat kelelahan sehabis berlari-lari demi menemui seorang sahabat yang sangat berarti baginya karena sedari kecil orang tuanya telah tiada dan kurang disukai oleh orang lain, toh wajahnya tak pernah absen untuk tersenyum. Sakura beranjak dari duduknya dengan alis yang sudah hampir bertaut.

"Naruto, kau ini…"

"Apa?"

"…"

"Apa? Apa, Sakura-chan?"

"BAKA!" semprot Sakura sambil cemberut. Kemudian dia merogoh sakunya. "Ini! Lap dulu keringatmu itu!" ucap Sakura lagi sambil menyodorkan sebuah saputangan berwarna biru langit yang berhiaskan bunga dan disalah satu sisinya terukir nama 'Sakura'. Naruto menerimanya masih dengan tersenyum.

"Terima kasih, Sakura-chan. Ehehehe…"

Sakura kembali duduk di bangku taman diikuti oleh Naruto yang kini telah duduk di samping Sakura.

"Ne, ne, Sakura-chan, kau tahu? Tadi Aku habis mampir di Kedai Ramen Ichiraku. Coba tebak apa yang baru saja terjadi?" tanya Naruto dengan penuh semangat. Sakura memandang Naruto dengan heran, sebelah alisnya terangkat.

"Kau memecahkan rekormu dengan makan mie ramen tiga mangkuk sekaligus, kan?" tebak Sakura.

Naruto kembali tersenyum. "Sakura-chan, tebakanmu selalu benar!"

"Sudah kuduga…"

"Tapi ada satu hal lagi," ucap Naruto, memotong kata-kata Sakura.

"Apa lagi?"

Naruto segera merogoh sesuatu di kantung celananya. Sakura terlihat penasaran dengan sesuatu yang akan ditunjukkan si blondie itu padanya. Naruto memang sering melakukan sesuatu yang diluar dugaan Sakura. Tapi, hal itulah yang membuat Sakura tertarik.

"Taraaa! Kupon makan gratis mie ramen Ichiraku!" seru Naruto dengan girang sambil menunjukkan dua buah kupn gratis bertuliskan Kedan Ramen Ichiraku.

"Hah?" Sakura hanya bisa melongo. Dia pikir ada sesuatu yang lebih mengejutkan yang akan ditunjukkan padanya, ternyata hanya dua buah kupon makan gratis.

"Karena Aku adalah langganan terbaik Kedai Ichiraku, Paman Ichiraku memberikan kupon gratis ini sebagai tanda penghargaan, hehe…dengan ini kita bisa makan sama-sama, Sakura-chan, kau mau, kan?"

"Naruto…" Sakura menghela napas panjang dan kemudian menatap Naruto dengan tatapan sedih. Naruto tidak tahu apa yang tengah terjadi pada Sakura saat ini. Perlahan Sakura menundukkan kepalanya menatap kakinya. Dia berusaha menahan perasaannya. Melihat Naruto yang begitu riang saat ini, Sakura jadi merasa tidak tega untuk memberitahunya sesuatu yang mungkin akan menghilangkan senyum di wajahnya itu.

Sakura memegang erat bajunya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Sakura menggigit bibir bawahnya, berusaha untuk menahan airmatanya agar tidak jatuh di hadapan Naruto.

Naruto yang menyadari hal itu, langsung terlihat cemas. Senyumnya kini sirna. "Sakura-chan, kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya Naruto sambil menyentuh bahu Sakura dan merendahkan kepalanya agar bisa melihat wajah Sakura yang terus menunduk. Sakura hanya menggeleng pelan.

"Lalu kenapa?" Naruto semakin cemas karena terlihat butiran air yang menetes membasahi lutut Sakura. Naruto beranjak dari tempat duduknya. Kini ia berjongkok di hadapan Sakura. Naruto memegang lutut Sakura. Sakura sudah tidak bisa menahan airmatanya lagi. Kini terdengar suara isak tangis dari gadis cilik berambut merah muda itu. Naruto semakin panik, dia berusaha menenangkan Sakura.

"Sa-Sakura-chan…sebenarnya apa yang terjadi? Apa Aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanya Naruto pelan.

Sakura kembali menggeleng. Naruto semakin tidak mengerti.

"Na-Naruto…maaf…" ucap Sakura ditengah isak tangisnya. Naruto menanti kalimat yang akan diucapkan Sakura selanjutnya. "Aku…Aku…tidak akan bisa lagi menikmati ramen bersamamu. Aku…Aku juga tidak akan bisa bermain lagi denganmu…"

Naruto terkejut dengan pernyataan Sakura. "A-apa maksudmu, Sakura-chan?" tanya Naruto semakin cemas.

Dengan susah payah Sakura berusaha untuk berbicara. "Sore ini…Aku akan pergi jauh dari Konoha. Ayah bilang, beliau dipindahtugaskan ke Suna. Jadi…jadi kita akan berpsah, Naruto…" Akhirnya Sakura berhasil menyelesaikan kalimatnya. Sungguh berat hatinya untuk mengatakan hal ini. Bagaimana tidak? Sakura dan Naruto sudah menjadi teman baik selama ini. Bagaimana mungkin keduanya sanggup untuk berpisah? Mereka bahkan sudah seperti saudara.

Naruto menatap Sakura tak percaya. Matanya membelalak mendengar apa yang baru saja diucapkan Sakura. "Bo-bohong, kan? Sakura-chan, semua itu…bohong, kan? Kau sedang tidak bercanda, kan, Sakura-chan? Katakan kalau itu semua bohong!" teriak Naruto. Airmatanya mulai mengalir membasahi pipinya

Sakura hanya menangis tersedu dan tidak menjawab pertanyaan retorik Naruto. Sudah jelas itu semua bukanlah kebohongan.

Perasaan Naruto begitu campur aduk. Kaget, sedih, tidak percaya, semuanya menjadi satu. Semua ini baginya benar-benar terlalu mendadak. Naruto sama sekali belum siap untuk kehilangan satu-satunya sahabat baiknya.

"Kalau begitu…siapa nanti yang akan bermain denganku? Kalau kau pergi, siapa yang akan jadi temanku?"

"Na-Naruto…"

"Kenapa kau harus pergi, Sakura-chan?" ucap Naruto pelan sambil terisak. Sakura kemudian mendekati Naruto dan tiba-tiba menjitak kepalanya.

"AWW!" teriak Naruto kesakitan.

"Baka Naruto! Kenapa kau malah jadi ikutan nangis? Kau ini, kan laki-laki!" ucap Sakura sambil menangis. Naruto sama sekali tidak menghiraukan perkataan Sakura. Bagaimana mungkin dia tidak menangis mendengar kabar ini.

Sakura kemudian memeluk erat sahabatnya itu. Naruto membalasnya. "Maafkan aku, Naruto. Aku tahu ini semua sangat mendadak, tapi awalnya Aku juga sangat sedih mendengar kabar ini dari Ayah. Aku bahkan menangis semalaman. Aku bingung harus memberitahumu atau tidak, karena Aku merasa berat untuk mengatakan hal ini padamu."

Naruto hanya mendengarkan Sakura sambil mengeratkan pelukannya. Sakura mengelus rambut kuning Naruto dengan lembut.

"Jangan khawatir, Naruto. Walaupun kita berpisah, tapi bukanberarti kita tidak berteman lagi. Bagiku, selamanya kau akan menjadi sahabat terbaikku."

Naruto melepaskan pelukannya dan menatap mata emerald Sakura. Tiba-tiba Naruto seperti mendapatkan ketenangan dan kekuatan dari kata-kata Sakura tadi. "Sakura-chan, berjanjilah untuk tidak melupakanku!"

"Tentu saja, Baka! Mana mungkin aku melupakanmu." Jawab Sakura sambil tersenyum.

Akhirnya Naruto pun bisa ikut tersenyum. "Bagiku, kau juga akan selalu jadi sahabat terbaikku, Sakura-chan! Aku pasti akan selalu merindukanmu."

"Aku juga, Naruto. Aku akan sangat merindukanmu. Aku percaya, kau pasti akan dapat banyak teman sepeninggalanku nanti. Aku juga pasti akan mendapatkan banyak teman di Suna. Kau orang yang menyenangkan, Naruto. Kau tidak akan kesepian."

"Terima kasih, Sakura-chan!"

Mereka pun kembali tersenyum dan menikmati kebersamaan mereka yang hanya tinggal sebentar itu.

"Sakura, sayang, kau sudah siap, Nak? Ayo, kita akan berangkat sekarang." ucap seorang wanita berambut merah muda yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibunya Sakura.

"Iya, Bu. Aku datang!" jawab Sakura. Sakura segera keluar dari kamarnya sambil menggendong tas kecilnya. Satu tangannya memegang boneka kelinci kesayangannya. Sakura sejenak menatap kamarnya dengan perasaan sedih.

Sumi nareta kono heya wo dete yuku hi ga kita

Atarashii tabidachi ni mada tomadotteru

(Today I have to leave this old room of mine

I'm still unsure about this new journey)

Sakura tba-tiba teringat dengan kata-kata yang dia ucapkan tadi pagi kepada Naruto. Sebenarnya dalam hatinya merasa cemas, apakah di Suna nanti dia bisa mendapat banyak teman seperti apa yang diucapkannya sendiri. Sakura mengatakan hal itu dengan mudahnya pada Naruto, padahal dirinya sendiri pun tidak yakin.

Tak lama kemudian tiba-tiba suara lembut ibunya menyadarkan Sakura dari lamunannya. "Sakura, apa yang kau lakukan di sana? Kita mau berangkat, Sayang. Ayo cepat!"

"Hah? I-iya, Bu." Jawab Sakura sedikit lemas. Sakura segera keluar dari rumah lalu menuju mobil yang terparkir di depan rumah. Terlihat ayahnya sudah bersiap di depan setirnya. Sakura pun masuk ke dalam mobil dan duduk di jok belakang.

"Kau kenapa, Sayang? Kau baik-baik saja, kan?" tanya ibu Sakura cemas melihat Sakura yang terlihat lesu.

"A-aku baik-baik saj, Bu. Aku…hanya sedih harus berpisah dengan Naruto…"

Ibu Sakura mengusap rambut Sakura dengan lembut . "Jangan bersedih, Sayang. Nanti kita pasti akan berkunjung ke Konoha. Ayah sudah menyuruh seseorang untuk merawat rumah kita ini. Kau pasti bisa bertemu dengan Naruto lagi."

"Benarkah, Bu?"

Ibu Sakura mengangguk dan tersenyum lembut. Sakura mulai balas tersenyum.

"Hei, kalau begitu sekarang kau sudah siap pergi, putri kecilku yang manis?" tanya ayah Sakura.

"Ehm." Sakura mengangguk.

Mesin mobil dinyalakan. Perlahan mobil mulai bergerak meninggalkan rumah Sakura. Namun, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil Sakura dari kejauhan.

"Sakura-chaaaannn…!"

Sakura yang mendengar suara yang sudah tidak asing lagi itu segera menengok ke belakang. Matanya terbelalak kaget. Dilihatnya Naruto yang berlari, mencoba mengejar mobilnya.

"Naruto!" teriak Sakura yang kepalanya kini melongok ke luar jendela mobil.

"Sakura-chaaaann, tungguuuu!" teriak Naruto sambil melambai-lambaikan tangannya.

"Ayah, tolong hentikan mobilnya sebentar!" pinta Sakura. Ayahnya menuruti keinginan anak semata wayangnya itu. Mobil sedan berwarna silver itu pun kemudian menepi. Sakura dengan cepat membuka pintu mobilnya dan berlari menghampiri Naruto .

"Naruto? Apa yang kau lakukan?"

"Sakura-chan…ada sesuatu yang mau Aku kembalikan padamu." Ucap Naruto sambil mencoba mengatur napasnya.

"Kembalikan?"

"Iya, ini saputanganmu yang tadi pagi kau pinjamkan. Sudah Aku cuci bersih, kok, jadi tidak usah khawatir, hehe…"

"Jadi…kau berlari menyusulku hanya untuk mengembalikan saputanganku, Naruto?"

Naruto mengangguk sambil nyengir kuda.

"Ya ampun, kau ini benar-benar baka, Naruto!"

"He? Memangnya kenapa, Sakura-chan? Sesuatu yang dipinjam harus dikembalikan, bukan?" tanya Naruto dengan wajah polosnya. Sakura hanya menghela napas dan memutar bola matanya.

"Sudahlah, kau simpan saja saputangan itu, Naruto. Anggap saja itu kenang-kenangan dariku untukmu."

"Hah? Be-benarkah, Sakura-chan? Bukankah ini saputangan kesayanganmu? Memangnya tidak apa-apa kau berikan ini padaku?"

"Aku bilang simpan saja. Tidak apa-apa, kok!"

"Terima kasih, Sakura-chan. Aku pasti akan menjaganya dengan baik. Aku janji!"

"Bagus kalau begitu."

Dari arah mobil, suara ayah Sakura terdengar memanggilnya. "Hei, putri kecilku, kita harus segera berangkat sekarang!"

"Iya, Ayah, sebentar!" teriak Sakura.

Sakura kembali menatap Naruto. "Naruto, Aku harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik, ya!"

"Ah, Sakura-chan, tunggu sebentar! Aku juga punya sesuatu untukmu. Ini ambillah gitar punyaku. Selama ini, gitar ini benda berharga untukku karena ini satu-satunya benda peninggalan almarhum ayahku. Karena Aku tidak tahu harus memberimu hadiah apa, jadi aku putuskan untuk memberimu gitar ini saja."

"He? Naruto, bagaimana mungkin kau memberikan benda paling berhargamu padaku? Tidak perlu sampai seperti ini, Naruto."

"Tidak apa-apa, Sakura-chan. Benda berharga ini Aku berikan pada sahabatku yang jauh lebih berharga. Aku akan sangat senang kalau kau mau menerimanya."

"Kau yakin, Naruto?"

"Tentu saja, Sakura-chan."

Mata Sakura mulai berkaca-kaca. Dan tak lama kemudian bulir-bulir airmata itu jatuh membahasi pipinya. Sakura memeluk Naruto untuk terakhir kalinya. Naruto membalasnya dengan erat. "Terima kasih, Naruto."

"Sama-sama, Sakura-chan!"

Orangtua Sakura hanya menatap kedua anak kecil itu dengan tatapan haru. Mereka menjadi merasa bersalah karena harus memisahkan mereka berdua. Persahabatan yang begitu tulus. Sungguh indah. Tapi tak ada pilihan lagi, pekerjaan yang memaksa mereka harus membuat keputusan ini. Walau bagaimana pun, tidak ada yang bsa menghalangi takdir. Jika memang mereka ditakdirkan bersama, suatu saat Sakura dan Naruto pasti akan bertemu kembali.

Sakura pun melepaskan pelukannya dan menerima gitar pemberian Naruto. "Naruto, Aku pergi, ya!"

"Ehm. Hati-hati di jalan, ya, Sakura-chan! Aku akan menunggumu kembali ke Konoha."

"Terima kasih, Naruto. Kapan-kapan Aku pasti akan main lagi ke Konoha. Kalau begitu sampai jumpa lagi, ya!"

"Bye, bye, Sakura-chan!"

Sakura segera berbalik dan menghampiri mobilnya. Perlahan mobil pun melaju meninggalkan Naruto. Sakura melambaikan tangannya pada Naruto lewat jendela mobilnya. Naruto pun balas melambai.

"Naruto…sehat-sehat, ya di Konoha! Jangan banyak makan ramen, itu tidak baik buat kesehatan, nanti kau bisa cacingan dan busung lapar karena kurang giziiiiii!" teriak Sakura kencang.

Naruto hanya nyengir. Sosoknya perlahan menghilang dari pandangan Sakura. Sakura kembali duduk. Dia meraih gitar pemberian Naruto dan meletakkannya di pangkuannya. Tangan kecil Sakura mengelus gitar itu dengan lembut, seakan takut membuatnya tergores.

Furui GITAA wo hitotsu motte kita

Shashin wa zenbu oitekita

Nanika wo tebanashite soshite te ni ireru

Sonna kurikaeshi ka na?

(All I brought with me was an old guitar

Leaving the rest of my old life behind

I take something and I get something

I ponder that cycle in my heart)

"Naruto…" setitik airmata jatuh perlahan membasahi gitar tua itu.

Mado no soto ni tsudzuiteru kono machi wa

Kawaranai de to negatta

(Life in my town continued on outside

I prayed that it'd never change)

To be continued…

Wuaaahh…akhirnya Chapter1 selesai juga. Hhh~ benar-benar melelahkan…mengetik selama kurang lebih tiga jam non stop, bikin punggung dan tanganku pegal-pegal plus perut yang sudah berdemo untuk meminta haknya, ahahaha…

Tentang theme song di chapter ini lagunya Yui yang Tokyo. Kalo denger lagu ini rasanya jadi sedih, Aku suka banget sama lagu ini. Cukup untuk melukiskan perasaan Sakura yang sedih karena harus pindah.

Minna, bagaimana chapter 1 ini?

Para readers sekalian yang udah bersedia meluangkan waktunya buat baca fic gajeku ini Aku ucapkan banyak terima kasih *membungkuk dalam*. Dan buat yang bersedia me-review Aku akan sangat senang sekali, itu akan jadi semangat buatku!^.^

Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya…