Koibito wa Maid-sama!
Summary : '"Oi, Maid! Nanti malam temani aku tidur LAGI, ya!" Dasar Sasuke brengsek!' Semua cewek memuja Sasuke. Semua… Kecuali Sakura. Karena sakura bosan selalu berada di dekatnya. Warning : AU, OOC, gaje, typo dimana-mana, dan hal2 abal lainnya. SasuSaku, sligh SasoSaku.
Disclaimer : Masashi Kishimoto (Tumben ga banyak disclaimer *plaak*)
A/N : Setelah lama HIATUS ga nulis apa-apa di , cuma jadi silent reader *ditendang rame2* Akhirnya saia kembali! Hahay! *lambai2 saputangan* Mumpung lagi kaya ide n semangat ngetik, akhirnya saia bikin nih chapter. Iyeeyy! *sombong gara2 publish fic tiap hari*
Fanfic ini ga ada hubungannya ama manga K**chou wa Maid-sama!, kok! Tenang aja, saia ga segitu keterlaluannya ampe ngebajak cerita orang *peace!*
Special dedicate to ALL my reader and reviewer
1st chapter : Maid vs Master
~*~ Koibito wa Maid-sama! ~*~
TEEEEET-TEEEEET-TEEEEET
Bel tanda istirahat berbunyi. Hampir semua siswa penghuni kelas Sakura berlarian keluar kelas dengan beringasnya. Hanya tinggal segelintir manusia saja yang tersisa di sana, termasuk Sakura.
"Nggak ke kantin?' Tanya Ino, teman sebangku Sakura.
Sakura menggeleng sambil mengeluarkan kotak bento. "Aku udah bawa bento kok! Kamu sendiri?"
"Hehehe!" Ino cengar-cengir. "Aku lagi diet, nih!"
"Badan kerempeng gitu masih diet? Bisa kena anoreksia, lho!" Sakura memperingatkan.
"Iya-iya, Bu Dokter! Lagian, alasan lain aku ga ke kantin adalah…" kata-kata Ino terpotong.
"KYAAAA! SASUKE-SENPAIIII! SASUKE-SENPAI!" teriak para siswi histeris. Ternyata mereka tadi tidak pergi ke kantin melainkan menunggu di depan kelas.
"Hn," jawab cowok bernama Sasuke itu singkat. Beberapa siswi semakin histeris.
"Udah dateng!" lanjut Ino. "Ahhh… Kalo aja cowok kayak dia udah ada sejak awal tahun, udah gue taksir kali!"
"Nyebut Ino, nyebut! Sai mau dikemanain?" kata Sakura.
"Yeee… Ama Sai kan belom resmi! Jadi boleh dong nyari cadangan," sahut Ino cengengesan.
"Terserah, deh…" Sakura mengalah.
"Tapi sering banget ya senpai baru itu lewat depan kelas kita. Jadi penasaran,"
Sakura menghela nafas, "Orang itu…"
Sakura' POV –Start-
Namaku Haruno Sakura, 16 tahun. Aku bersekolah di Konoha High School tahun pertama. Kedua orangtuaku berada di kampung sehingga aku tinggal sendirian di Konoha. Beberapa bulan yang lalu aku mendapat musibah. Tabunganku dibobol oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, membuatku mengalami krisis parah dan terpaksa keluar dari apartemen tempatku tinggal sehari-hari. Setelah itu, tanpa sengaja aku menemukan berita lowongan kerja;
Menjadi pembantu di sebuah keluarga elit, keluarga Uchiha. Yah, walaupun statusnya milik keluarga Uchiha tapi sebenarnya yang tinggal di sana cuma Uchiha Itachi, sang Tuan Muda Uchiha.
Saat itu aku benar-benar terdesak sehingga tanpa pikir panjang aku langsung menuju rumah mereka. Untungnya Itachi-sama langsung menerimaku. Mungkin dia kasihan melihat kondisiku yang mengenaskan, tanpa uang dan tempat tinggal.
Hari-hari menjadi pembantu di kediaman Uchiha tidak terlalu berat. Itachi-sama memberiku waktu kerja khusus, pagi hari sebelum berangkat sekolah dan sore hari setelah pulang sekolah. Aku benar-benar tertolong. Namun, baru saja aku merasa nyaman dengan pekerjaanku, dua minggu kemudian adik Itachi-sama, Sasuke—usianya terpaut satu tahun denganku, tiba-tiba datang dan mengatakan akan tinggal bersama Itachi-sama.
"Huh!" Sakura mendelik ke arah Sasuke.
Entah iblis apa yang telah merusak otak si Sasuke itu karena sesaat setelah bertemu denganku dia tiba-tiba meminta kepada Itachi-sama untuk menjadikanku pelayan pribadinya. Seorang MAID khusus milik Sasuke! Kalau aku disuruh melakukan hal-hal tidak senonoh bagaimana? Awalnya aku ingin menolak, tetapi mengingat kebaikan Itachi-sama dulu akhirnya aku setuju saja. Toh, Itachi-sama menjamin keselamatan dan kehormatan(?)ku. Lagipula jam kerjanya tidak berubah drastis. Dari setiap pagi buta~berangkat sekolah dan sore~hampir tengah malam menjadi KAPANPUN SASUKE BUTUH.
Setidaknya aku terbebas darinya selama sekolah, begitu pikirku. Tapi ternyata aku salah! Sasuke mengikutiku ke sekolah ini. Dia pindah ke sini keesokan harinya dan otomatis menjadi senpai-ku. Dua puluh empat jam aku harus siap sedia melayaninya? Yang benar saja! Tiba-tiba aku mendapatkan ide, setelah berdiskusi cukup lama dengan Itachi-sama dan Sasuke, akhirnya disepakati jam kerja baru : kapanpun Sasuke butuh, DI LUAR JAM SEKOLAH.
Memangnya aku bodoh mau melayaninya di sekolah? Bisa-bisa aku dipermalukan!
Sebenarnya, kalau dilihat secara fisik, wanita manapun pasti mau jadi maid-nya. Setidaknya mereka punya alasan untuk terus menempel Sasuke. Tapi tidak denganku. Aku malah menyesal setuju menjadi maid-nya.
Si Sasuke itu ya..! Memang fisiknya menarik, setidaknya kalau memandangnya tidak akan bosan dalam jangka waktu minimal 50 tahun kedepan, lah! Otaknya juga cerdas! Tapi yang bikin aku nggak kuat tuh sifatnya!
Sasuke tuh angin-anginan. Kalau di sekolah atau di tempat ramai sifatnya cenderung cool, pendiam, jalan pikirannya sukar ditebak, pokoknya misterius, deh! Tapi kalau di rumah—terutama kalau sedang sendirian, dia itu bisa berubah seperti IBLIS BALITA! Manjaaaaa banget! Kalau minta apa-apa harus dituruti secepatnya, paling nggak suka kalau dibantah, pengennya diperhatiin terus. Apalagi kalau sedang makan, dia sering tiba-tiba berhenti trus minta disuapin! Apaan coba? Persis banget deh sama anak balita yang haus kasih sayang.
Malahan beberapa hari yang lalu dia tiba-tiba minta ditemani pas mau tidur. Gila kali ya dia? Jelas aja aku menolak—demi kebaikan bersama. Tapi tahu nggak apa yang dia lakukan? Dia malah menggendongku masuk ke kamarnya! Padahal saat itu aku sudah tidur. Saat aku terbangun dan meminta penjelasan mengenai perbuatannya, dia malah menjawab dengan kesalnya, "Aku kan sudah bilang minta ditemani! Pokoknya kamu tetap di kamarku sampai aku tidur!"
Memang dasar dia itu IBLIS!—maaf, jadi emosi, hehe…
Sakura' POV –End-
"Huh… Heran deh!" Sakura geleng-geleng kepala.
"Heran kenapa?" Tanya Ino.
"Ah, enggak…" Sakura ngeles. Ino ga menjawab.
"Sasuke-senpai, nggak ke kantin?" Tanya salah satu teman Sakura.
"Ga," jawab Sasuke singkat. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kelas Sakura.
"KYAAAA! ITU SASUKE-KUUUN! SASUKE-KUUUN!" panggil beberapa siswi tahun kedua dan ketiga yang sedang lewat.
"Sasuke-sama—"
"Jangan panggil aku Sasuke-sama!" sambar Sasuke cepat. Entah kenapa dia terdengar agak marah.
"Gomen, Sasuke-senpai!" ucap siswi-siswi itu menyesal.
Tiba-tiba para siswi yang yang sedari tadi berisik langsung terdiam. Sesosok laki-laki berambuh merah marun berjalan mendekati mereka.
"Sa-Sa-Sa-Sasori-senpai!" beberapa dari mereka bersuara.
"Anou… Sakura ada?" Tanya laki-laki yang dipanggil Sasori tadi pada siswi di depannya.
Sasuke menatap Sasori tajam.
"Sakura-chan, ya? Itu!" kata salah satu dari mereka.
"Sankyuu!" balas Sasori sambil masuk ke dalam kelas. Sasuke masih menatapnya tajam.
Sakura yang sedang asyik menikmati bento-nya terpaksa berhenti sebentar saat sebuah suara yang sangat ia kenal memanggilnya.
"Sakura-chan! Yamanaka-san! Konnichiwa!" sapa Sasori.
'Chan?' batin Sasuke risih.
"Ah, Sasori-senpai! Konnichiwa!" balas Sakura.
"Konnichiwa!" Ino ikut membalas. "Tumben ke sini, ada perlu sama aku ya?" lanjut Ino sekenanya.
"Sebenarnya sama Sakura-chan. Bisa ngomong sekarang?" Sakura mengangguk, kemudian memandang Ino. Yang dipandang memasang tampang inosen.
"Apa?" tanyanya tak mengerti, balas memandang Sasori dan Sakura. "Ooooh… Ya, aku ngerti," lanjutnya kemudian beranjak dari tempat itu.
Setelah jarak Ino lumayan jauh, Sasori mulai buka suara, "Jadi, Sakura-chan. Soal yang kemarin…"
Sasuke memandang Sasori dan Sakura tajam. Dia tidak memperdulikan celetukan dari siswi yang mengerubunginya. Ingin sekali dia mendekati mereka berdua, tapi kalau ia melakukannya bisa-bisa dia dimarahi Sakura. Selain pembebasan jam kerja saat sekolah, Sakura juga mengajukan syarat agar dia dan Sasuke menjaga jarak dan tidak menyebut-nyebut kalau Sakura itu maid. Kalau dilanggar, bisa-bisa dia mengancam akan mengundurkan diri. Bikin repot…
Sasori yang tadinya berdiri di depan Sakura kini mengambil kursi dan duduk di samping Sakura. Sasuke makin tidak tahan. Tiba-tiba muncul ide di kepalanya.
"Oi, Maid! Nanti malam temani aku tidur LAGI, ya?" seru Sasuke kemudian melangkah pergi. Para siswi langsung berpandangan kebingungan.
Tubuh Sakura menegang, kedua tangannya mengepal keras. 'Dasar Sasuke brengsek!' rutuk Sakura dalam hati.
"Maid? Siapa yang maid?" Tanya siswi-siswi itu.
"Sakura-chan, kamu ga apa-apa?" Tanya Sasori khawatir.
"Ga papa. Cuma sakit perut, kok!" Sakura beralasan. 'Awas kau, Sasuke!' batinnya kesal.
~*~ Koibito wa Maid-sama! ~*~
"Apa maksudmu tadi?" Tanya Sakura to the point. Dia berhasil menyeret Sasuke menuju belakang gudang sekolah sesaat setelah pulang sekolah.
"Apaan?' balas Sasuke, terlihat seperti orang bego.
"Teriak-teriak sambil nyebut 'Maid' segala! Kau melanggar kesepakatan!" bentak Sakura.
"Siapa yang melanggar kesepakatan? Aku kan ga pernah bilang kalau kamu itu maid," Sasuke membela diri.
"Tapi perkataanmu tadi jelas-jelas ditunjukkan buat aku!" Sakura masih ngotot.
"Itu kan karena kamu yang terlalu perasa. Toh anak-anak lain ga ada yang sadar, kan? Santai, dong!" Sasuke menenangkan, meskipun terdengar maksa.
"Huh! Pokoknya jangan dekat-dekat aku selama di sekolah!" Sakura akhirnya pergi meninggalkan Sasuke.
Sasuke sendiri masih bertahan pada posisinya, "Bukannya kamu yang ngedeketin aku? Lagian… kamu duluan kan yang mulai?" dumal Sasuke sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Akhirnya Sasuke mengikuti jejak Sakura untuk pergi dari tempat itu. Baru beberapa langkah meninggalkan belakang gudang, dia mendengar seseorang mengucapkan nama Sakura dari depan gudang. 'Siapa lagi?'
"A-anou, nee Sakura-san. Ada yang ingin aku katakan," katanya terbata-bata. Sasuke tidak terlalu jelas melihatnya karena terhalang Sakura.
"Apa?" Tanya Sakura manis.
"Sebenarnya, sudah lama aku menyukaimu. Maukah kau berkencan denganku?"
SEBUAH PERNYATAAN CINTA!
Sakura terdiam sejenak, dipandangi sosok di depannya. "Gomen nee, OOO-kun *wakakaka, namanya disensor!* Aku tidak bisa," ujar Sakura halus.
Orang itu terlihat agak syok. "Kenapa? Apakah sudah ada orang lain yang kau sukai?"
Sakra mengangguk pelan. Orang itu menunduk lesu.
"Tidak apa-apa. Semoga kalian bahagia. Maafkan aku sudah membuang waktumu. Sampai jumpa!" katanya kemudian berlari pergi meninggalkan Sakura sendirian.
Sakura memijit belakang lehernya. "Huuuh… Capek!"
Setelah berpikir sejenak, Sasuke memutuskan untuk keluar (?) dari persembunyiannya (?). Dia menghampiri Sakura yang masih diam mematung.
"Ternyata di sini. Ayo pulang!" katanya datar. Dia menepuk belakang kepala Sakura pelan.
"Aduh!" Sakura mengaduh meskipun tepukan tadi tidak sakit sama sekali. Wajahnya bersemu merah, 'Apa dia melihat yang barusan, ya?' batinnya resah.
Di dalam mobil Sakura maupun Sasuke tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Keduanya asyik dengan pikiran masing-masing. Sakura duduk di jok belakang di sebelah Sasuke—atas perintah Sasuke, jam kerja sudah dimulai. Kepalanya sedikit tertunduk dan matanya memandangi ujung sepatunya, sementara Sasuke hanya memandang keluar mobil.
Tiba-tiba pundak Sakura terasa berat. Ternyata tangan kiri Sasuke sudah melingkar dipundaknya, sementara pandangan Sasuke masih terfokus pada jalan. Sakura memilih untuk diam dan membiarkannya.
"Okaerinasai!' sambut Itachi yang sedang menonton TV di ruang tengah.
"Tadaima, Itachi-sama!" balas Sakura sambil sedikit membungkuk, kemudian melangkah menuju kamarnya di lantai dua—bersebelahan dengan kamar Sasuke. Jangan tanya, ini juga permintaan Sasuke.
"Tadaima, aniki!" ujar Sasuke malas. Dia langsung duduk di sebelah Itachi.
"Tumben pulang sore banget. Kenapa?" Tanya Itachi basa-basi.
"Nunggu Sakura selesai ditembak," jawab Sasuke ngasal.
"Apa? Siapa yang berani membahayakan Sakura-chan?" Itachi kaget.
"Bukan ditembak pake pistol, baka-aniki!" Sasuke gemas. "Tapi ditembak pake cinta! Hmm… kalo ga salah inget, ini udah yang ketiga dalam seminggu."
"Wah, hebat! Sakura-chan banyak yang naksir," Itachi memasang muka jahil. "Kayaknya bakal susah nih merebut hati seorang Sakura-chan."
Sasuke bangkit dari duduknya kemudian nyengir. "Ah, nggak juga tuh!" katanya dengan nada misterius sambil melangkah pergi.
Tinggal Itachi sendiri. Dia menghempaskan punggungnya ke sofa kemudian tersenyum puas.
~*~ Koibito wa Maid-sama! ~*~
Sakura meregangkan otot di punggungnya. "Ah, selesai juga! Laporan sialan," dengus Sakura sambil memandang kertas-kertas di depannya dengan puas.
Sakura sudah mengganti pakaiannya dengan piama berwarna pink lembut. Dia melirik ke arah jam di sudut meja belajarnya, 23.12 P.M, matanya terbelalak. Tiba-tiba dia merasa kehausan, membuatnya mau tak mau turun ke dapur.
Langkah Sakura terhenti sejenak di depan kamar Sasuke. Pintu kamarnya agak terbuka. Sakura mencoba mengintip ke dalam, ternyata Sasuke tertidur di meja belajarnya. Insting (?) maid-nya menyala, ia masuk ke kamar Sasuke.
Dia memperhatikan buku-buku di depan Sasuke yang terbuka dan berserakan, segera saja ia membereskannya dan mengembalikannya ke tempat semua. Kemudian dia mengambil selimut dari atas ranjang king size Sasuke dan menyelimuti tubuh Sasuke.
"Dasar! Sejak kapan kau jadi rajin begini?" gumam Sakura pelan. Dia mencoba menyelimuti hingga kedua tangan Sasuke.
Tiba-tiba tangan Sasuke memegang erat tangan Sakura. "Kenapa baru datang?" ujarnya terdengar kesal. Dia menegakkan duduknya.
"Sa-Sasuke?" Sakura terperanjat, dia melepas genggaman Sasuke.
"No-no-no-no! SA-SU-KE-SA-MA. Ulangi!" perintah Sasuke.
"Bukannya kau tidak suka dipanggil begitu?" kata Sakura mengingat kejadian tadi di sekolah.
"Memang. Aku nggak suka dipanggil Sasuke-sama oleh orang lain. Aku cuma mau dipanggil seperti itu oleh satu orang saja. Kamu!" tegas Sasuke.
"Kok gitu?" Sakura protes.
"Biar spesial, dong! Lagian yang jadi maid-ku kan kamu," balas Sasuke. "Trus, kenapa baru datang sekarang? Aku tungguin juga!"
"Nunggu? Perasaan daritadi kamu—"
"SA-SU-KE-SA-MA!"
"Terserah! Pokoknya aku ga denger kalau di suruh ke sini!" Sakura mencoba membela diri.
"Lah? Sekencang itu kamu ga denger? Bukannya tadi di sekolah aku udah bilang keras-keras kalo aku minta ditemenin? Telingamu bermasalah?"
Sakura membelalak, mencoba menahan tawa. "Yang tadi itu serius? Kupikir cuma ejekan aja!" Sakura terkekeh.
Sasuke memalingkan muka. Ngambek ceritanya. Sakura sadar dan langsung menghentikan tawanya.
Sasuke sekarang sedang dalam 'Little Devil mode', kalau sampai membuatnya marah lebih dari ini, dia bisa nekat. Cukup sekali aja Sakura bangun dalam pelukan Sasuke di kamar ini.
"Oke, aku minta maaf. Lagian kam—SASUKE-SAMA *nada bicaranya sengaja dipertegas* tidak mengingatkanku lagi. Mana aku tahu kalau yang di sekolah tadi benar-benar perintah," Sakura berkata dengan lembut.
"Hn."
'Masih ngambek, nih' batin Sakura sambil menggaruk lengannya yang tidak gatal. "Baik-baik! Aku akan menemanimu. Sekarang tidur, ya?" bujuk Sakura.
"Ga usah ditemenin! Udah ga mood," kata Sasuke ketus. "Balik aja sana!"
'Yah, diusir…' Sakura dongkol. Dia berbalik dan menjauhi Sasuke.
"Sakura!" panggil Sasuke sesaat sebelum Sakura menutup pintu kamarnya. "Jangan dekat-dekat laki-laki lain. Aku ga suka!"
Sakura melongok ke dalam kamar Sasuke. "Apa…?"
~TBC~
~*~ Koibito wa Maid-sama! ~*~
A/N : Yeeeyyy! Chap pertama udah selesaiiiii *goyang dombret, bgm : cintasatumalam*
Oke, sebelum saia kumat erornya karena kelaperan n kehausan, saia sudahi dulu untuk chapter ini. Hahay!
Au : Sasu-kooooi! Aku juga mau jadi maid-muuuw!
Sas : Gue yang ogaaaah! Jauh-jauh, looo! *kaboor*
Au : *ngejar Sasu-koi naek odong-odong*
M.A.T.A., N.E.E.!
Mohon maaf, tidak menerima flame dalam bentuk apapun sebelum mendapat ijin dari Presiden setempat dan SekJen PBB. Jadi, hanya akan menerima review berupa saran, kritik yang membangun, pujian, dan caci maki (ini juga termasuk flame, kan?). Eh, caci maki tidak diterima juga!
Thursday, September 16th, 2010
20.47 P.M.
Ryuuta
(pemenang Nobel Perdamaian *ngarep, disepak Obama*)