Sadistic S. Kuro, in.

Untuk semua yang telah review, terima kasih banyak, bikin saya bangkit lagi dari berbagai masalah, juga menyemangati saya untuk terus menulis. Untuk semua yang menunggu fanfict abal ini (itu pun kalau ada) maaf saya baru bisa update setelah menghilang sekian lama.

Special thanks for :

Kiseki Amai, Kudo Widya-chan Edogawa, DarkNoah, Endou, Hikaru Uzumaki, Hikaru Uchiha, usil kipsi, Aoi no Kaze, Neko Raito-kun, Kuroi5, Za666, Syifa, Ruvina no Ookami Hime, Lee Lolina, eisa ayano, Uzumaki Winda, Akita Rei, Fi Suki Saki, Namikaze Narita-chan, yuchan desu, Puu Kyuukki, Ashahi Kagari-kun, and kitsune artix.

Serta salah satu fanfiction multichap abal dari author ini, alias Cinta yang Sadis, sudah saya hapus, karena saya baru sadar kalau alur ceritanya terlalu berantakan.

Setelah author ini lama menghilang, saya rasa ada banyak masalah di fanfic ini yang harus diperbaiki, tentunya dengan re-write. Jadi saya putuskan, saya re-write fanfic ini dari awal.

Serta saya umumkan kalau fanfic ini ganti nama, menjadi Another Crazy Version, karena inti dari fanfic ini adalah imajinasi liar dan gila seorang penggemar femNaru.

Naruto © Kishimoto Masashi-sensei

Another Crazy Version © Sadistic Shinigami Kuromaru

Rate : T

Genre : Hurt & Comfort

Pairing : Not yet, just (a lot of) hints

Update : Twice a month (Yes, slower… But I've some reasons as a 9th grader)

Warning :

OOC, OC, Fanon, femNaru, typo bertebaran, gaje, plot dan setting acak-acakan, diksi tak karuan, hasil menghayal dengan kemungkinan menjadi kenyataan 0,000000001%, bashing chara for civilian councils, strong-smart femNaru, good friend-sister Kyuubi, alur terlalu cepat atau terlalu lama.

Summary :

Naruto Universe berubah karena dua faktor. First : Kyuubi is not bad at all. Second : SHE is taking care of Naruko.

Start

Anak itu baru berusia lima tahun. Dia duduk termenung di tepi sungai itu. Rambutnya yang merah, sudah menyentuh pundak, dengan sebagian poni hampir menutup mata kanannya. Dia memakai kaus oranye lengan pendek dengan celana hitam panjang, banyak terkoyak dan noda darah. Mata beriris biru samudra dalam itu tertutup awan mendung, sisa-sisa tangisan yang tak sanggup ia tahan. Anak perempuan itu, Uzumaki Naruko.

Naruko's POV

Kenapa? Kenapa mereka membenciku? Mereka bilang aku membunuh orang-orang yang mereka sayangi lima tahun lalu. Tapi 'kan aku baru lahir waktu itu? Memangnya apa yang telah kulakukan? Kenapa mereka memakiku sebagai monster, bocah rubah, bocah Kyuubi, dan lain-lain? Kenapa mereka menyerangku? Aku tahu Kyuubi memang disegel dalam tubuhku… Tapi… Apa salahku?!

"Tak perlu menangis. Putri dari Yellow Flash dan Bloody Hurricane harus kuat. Orang tuamu mengharapkan itu."

Aku tersentak mendengar suara itu. Suara lembut, terdengar seperti suara wanita muda. Aku mengernyitkan dahi, berusaha mencari sumber suara. Kutolehkan kepala ke sekeliling, tak kutemukan apa pun. Siapa dia? Di mana dia?

"Aku di dalam tubuhmu. Aku Kyuubi no Youko."

Aku makin bingung dengan kalimat selanjutnya. Dalam tubuhku? Aku tak mengerti!

"Hey! Tunjukkan dirimu!" jeritku.

"Tak perlu berteriak, gaki. Aku dalam tubuhmu. Ayahmu menyegelku dalam tubuhmu, mengerti? Jika kau ingin melihatku, berkonsentrasilah. Ikuti suaraku."

Konsentrasi? Baiklah, kucoba lakukan. Kuingat-ingat suaranya sambil memejamkan mata. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Mengikuti naluri, aku berlari sebisa mungkin, karena aku masih lelah setelah dikejar-kejar mereka. Cukup lama berlari, aku merasakan hal yang aneh. Tubuhku tak lelah, bahkan setetes keringat pun tak muncul. Padahal aku yakin jarak yang sudah kutempuh cukup jauh.

Kutepis segala pikiran anehku. Aku mendengar suara lembut itu memanggilku. Aku tak perlu memejamkan mata, toh di sekelilingku hanya ada kegelapan melingkupi. Aku terdiam sebentar, lalu berlari menuju arah suara itu. Aneh, makin dekat aku dengan suara itu, makin jelas suara itu, aku makin merasa aman. Umumnya kau takkan merasa aman pada suara orang yang tak kaukenali.

Aku melihat setitik cahaya. Aku berlari ke sana. Dan secara kebetulan, cahaya itu seolah mendekatiku. Aku mulai mengenali bentuk di sekelilingku. Lorong panjang dengan dinding besi yang dingin. Makin dekat dengan cahaya itu, aku merasakan aura yang aneh. Dingin dan gelap, tapi menjanjikan rasa aman dan kehangatan yang terselip.

Akhirnya kulewati deretan lorong itu. Kini aku berdiri di ruangan besar. Sangat besar, mengingat tubuh kecilku yang baru lima tahun. Tak sempat kulihat sekeliling, perhatianku tersita oleh pintu besar dari besi berwarna emas di hadapanku. Tidak, ini bukan pintu. Jeruji kurungan. Di jeruji itu, aku melihat sehelai kertas melekat. Tertulis dalam Kanji. Bagus, kenapa tak dalam Hiragana saja? Apa pula maksud Kanji itu? Cih, seharusnya aku belajar Kanji saat bersembunyi di Great Library of Konoha.

"Itu dibaca 'fuin', segel."

Suara itu lagi. Asalnya jelas-jelas dari dalam sana. Tapi sejauh yang bisa kulihat, hanya ada kegelapan di balik jeruji itu. Tapi aku yakin, dia, Kyuubi no Youko, sudah menungguku.

Tiba-tiba kegelapan di sana sirna begitu saja, seperti ada yang menyalakan lampu. Kini kulihat sosoknya. Aku hanya mampu terbeliak, jatuh di lututku. Rubah besar berbulu oranye, matanya merah darah dengan pupil vertikal tajam menusukku, sembilang ekor melambai di belakangnya, menunjukkan kekuatan.

"Kau…"

"Kurasa kau ketakutan. Reaksi wajar. Gomennasai. Kupakai saja Human Form-ku."

Muncul asap menyelimuti rubah besar itu. Begitu asap itu hilang, yang kulihat adalah gadis cantik, usianya sekitar 19an. Rambut merahnya lurus, menjuntai bebas sampai pinggang. Irisnya merah darah, dengan pupil vertikal tajam, menatapku dengan lembut. Dia mengenakan kimono hitam dengan pola jilatan api berwarna merah di bagian bawah dan obi merah. Apa aku akan secantik dia saat sudah besar?

"Aku rubah besar yang tadi. Yang tadi itu Beast Form-ku."

"Kyuubi…"

Aku berdiri, lalu cemberut, sementara dia mengangkat alisnya dengan tanda tanya.

"Kalau kau punya Human Form, kenapa kau harus muncul dengan Beast Form yang menakutkan itu?!" protesku. Dia hanya tertawa, lalu mengisyaratkanku untuk mendekat.

"Aku lupa," jawabnya singkat, membuatku sweatdrop.

"Um, apa kau bisa pilih tempat yang lebih nyaman?" tanyaku. Jujur saja, aku tak suka ruangan dengan pencahayaan temaram seperti ini. Serta, agak aneh melihat lawan bicaramu di balik jeruji.

"Tempat ini adalam Mindscape-mu, dalam pikiranmu. Saat Minato-sama, ayahmu, menyegelku di sini, tempat ini memang begini. Berimajinasi saja, itu cukup untuk mengubah tempat ini."

Aku memejamkan mata, berkonsentrasi, membayangkan suatu tempat. Begitu mata terbuka, kami di tengah kolam, berdiri di atas permukaannya, dengan air terjun di dekat kami. Agak jauh dari sini, masih di tepian kolam, sebuah rumah tradisional berdiri, ukurannya sedang. Dia berdiri di hadapanku, tanpa terhalang jeruji.

"Tipikal Suiton User, nee?" gumamnya, tapi masih bisa kudengar.

"Sebelumnya aku ingin bertanya. Tadi kau menyebutku putri dari Yellow Flash dan Blood Hurricane. Kemudian berkata ayahku, Minato-sama, menyegelmu di sini. Yellow Flash adalah julukan dari Yondaime Hokage, Namikaze Minato. Apa benar kalau dia ayahku? Dia tak mirip denganku."

"Kau lebih mirip ibumu, Uzumaki Kushina, the Bloody Hurricane of Konoha. Rambutnya merah sepertimu. Dan menurutku, kau lebih mirip dia."

"Siapa dia? Bisa tolong ceritakan tentang ibuku?" Aku benar-benar ingin tahu sejarah keluargaku. Tak ada yang pernah memberitahuku. Hiruzen-jiichama bilang aku belum cukup umur untuk itu. Iya juga sih, kalau orang-orang tahu ayahku Yondaime Hokage, nyawaku dalam bahaya. Apalagi kalau informasi itu jatuh ke tangan Iwa yang punya dendam dengan Yondaime Hokage.

"Aku akan jelaskan nanti, karena ini cerita yang panjang. Aku…"

Dia menggantung kalimatnya. Aku menaikkan alis dengan tanda tanya. Tiba-tiba dia memelukku.

"Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Karena apa yang telah kuperbuat, darah yang telah kutumpahkan, kau yang tak tahu apa-apa malah ikut menanggung masalah yang kubuat sendiri."

Dia akhirnya melanjutkan kalimatnya, membuatku terdiam. Semua terlalu tiba-tiba. Hari-hariku memang aneh dan berbeda dengan anak-anak yang lain. Tapi aku takkan pernah menduga akan seaneh ini. Kyuubi no Youko, Bijuu terkuat sepanjang sejarah… Ah, tak sanggup kulanjutkan kalimatku. Yang terucap malah kalimat yang sering kulontarkan pada anah-anak yang lain, yang lebih sering berakhir dengan penolakan dari diskriminasi.

"Apa kau mau jadi temanku?"

Dia melepaskan pelukanku, lalu mengacak-acak rambutku.

"Justru itu yang ingin kukatakan padamu. Kau boleh memanggilku Kurama, itu nama asliku. Yakh, lebih enak didengar dari pada Kyuubi."

"Ummm, Kurama-neechan? Rasanya aneh. Bijuu sudah hidup lama, bahkan sebelum Konoha berdiri, aku bingung. Berapa umurmu sebenarnya?"

"Pakai hitungan siluman. Aku masih sembilan belas tahun dalam hitungan siluman, sementara menurut kalender manusia, aku sudah berusia 1955 tahun. Setahun bagi siluman adalah seratus tahun bagi manusia. Jadi, gunakan saja suffix '-neechan'. Tak ada yang pernah memanggilku begitu, tapi aku menyukainya. Asal jangan '-baachan'."

"Kalau begitu, Kurama-neechan, kau belum ceritakan padaku tentang sejarah keluargaku. Aku ingin tahu semuanya."

Dia tersenyum, lalu menyentuh dahiku. Aku merasa berbagai pengetahuan menyeruak masuk secara paksa.

Ibuku, Uzumaki Kushina, adalah Kenjutsu user yang hebat. Dia punya kekkai genkai Shoton, elemen kristal, dan Chain Release. Salah satu dari sedikit Shinobi Uzushiogakure yang tersisa setelah dihantam Iwa, Kumo dan Kiri. Okaasan pindah ke Konoha, memulai kehidupan baru dan bertemu Otousan. Ternyata Okaasan adalah Jinchuuriki Kyuubi sebelumku.

Segel Jinchuuriki pada Kunoichi akan melemah saat waktu melahirkan. Jadi saat Okaasan melahirkanku, seorang Uchiha memanfaatkan celah itu. Dengan Mangekyou Sharinggan, dia kendalikan Kurama-neechan yang chakra-nya tak stabil karena dikeluarkan secara paksa dari tubuh Okaasan. Aku baru tahu kalau Bijuu dikeluarkan dari Jinchuuriki, Jinchuuriki itu akan mati. Tapi ada mengecualian untuk Uzumaki, karena kelebihan daya hidup dan stamina klan Uzumaki. Bahkan klan Uzumaki punya Doujutsu yang melebihi Sharinggan. Namanya keren, Takaringgan, Eyes of Eagle.

Kurama-neechan juga menceritakan kenapa ada Bijuu di dunia ini, bahkan soal Bijuu terkuat bernama Juubi. Pasti hanya segelintir orang yang tahu, mengingat kebanyakan orang hanya tahu Bijuu itu dari ekor satu sampai ekor sembilan. Serta pengalamannya dengan Rikudo Sennin. Aku serasa didongengi, karena kemampuan dan kekuatannya terdengar seperti bukan dari manusia. The Creator of Ninjutsu…

Entah berapa lama kuhabiskan waktu di sini, dengan sabar memproses semua informasi. Akhirnya Kurama-neechan mengajakku ke rumah itu, sekadar mencari tempat yang nyaman. Aku langsung membaringkan badan di lantai tatami, dengan tangan memijat dahi, aku pusing!

Setelah waktu-waktu melelahkan itu, Kurama-neechan memulai pembicaraan.

"Aku ingin mengajarkanmu teknik ninja. Serta Kekkai Genkai yang kaupunya. Dan Elemental Ninjutsu, mengingat kau punya tiga elemen."

Aku mengernyitkan dahi, memilih untuk diam dan membiarkannya bicara. Dia tahu aku pasti menanyakan, elemen apa yang kupunya.

"Fuuton, seperti ayah dan ibumu. Suiton, seperti kebanyakan Uzumaki. Terakhir, Doton, kau punya gen Senju dari Mito, nenekmu."

"Jadi aku punya tiga Kekkai Genkai?"

"Untuk Hyouton, elemen es gabungan Fuuton dan Suiton, serta Shoton, elemen kristal gabungan Fuuton dan Doton, aku yakin. Tapi untuk Moukuton, elemen kayu gabungan Suiton dan Doton, aku belum yakin. Meski ada, hanya sedikit gen Senju dalam tubuhmu, mungkin karena pengaruh kuat gen Uzumaki. Kemungkinanmu untuk mewarisi Chain Release Kushina cukup tinggi."

"Apa aku harus pindah dari rumah Hiruzen-jiichama? Mustahil menyelinap untuk latihan di bawah pengawasan ANBU. Aku hanya akan diburu 'mereka' kalau aku keluar rumah tanpa pengawasan ANBU atau tanpa bersama Ojiichama. Tapi kalau jauh darinya…"

"Kau akan jadi kuat. Sambil menunggu sampai kau jadi kuat, aku akan melindungimu."

"Tapi bagaimana? Kau disegel dalam tubuhku, tak bisa keluar 'kan?" tanyaku ragu. Ayolah, apa yang kau harapkan dari pengetahuan bocah berumur lima tahun tentang Fuinjutsu, teknik ninja paling rumit?

"Kau tahu Kuchiyose no Jutsu?"

Aku mengangguk. "Hanya beberapa kali mendengarnya. Yang kutahu, tiba-tiba sesuatu muncul dalam asap dari ketiadaan hanya karena beberapa tetes darah."

"Normalnya bocah lima tahun tanpa mengenal latihan sepertimu takkan bisa. Untungnya, karena hubungan Bijuu-Jinchuuriki kita, kau cukup menorehkan darahmu dan berkonsentrasi. Kebetulan ayahmu menggunakan tipe segel yang menguntungkan pergerakan chakra-ku. Sekarang kembalilah ke kesadaranmu di luar sana. Cukup berkonsentrasi."

Aku mengangguk, menurutinya. Kemudian, aku kembali ke posisiku tadi, di hutan. Benar-benar sama persis, saat aku berdiri. Aku yakin lebih dari tiga jam aku di Mindscape Area. Tapi matahari belum tergelincir, mungkin hanya lima belas menit.

Kulihat luka-lukaku. Sudah sembuh semua. Aku tersenyum tipis. Aku sudah terbiasa mengamati bagaimana lukaku menutup dengan cepat. Kuraih kunai di sakuku. Aku sudah mengenal kunai sejauh aku dapat mengingat. Kalau yang mengejar hanya seorang, aku masih bisa menjatuhkannya. Tapi kalau dikejar segerombolan, aku sudah terlatih untuk bersembunyi, bahkan dalam balutan pakaian oranye kesukaanku. Aku suka oranye. Yakh, mungkin aku harus mulai untuk menguranginya karena shinobi tak berpakaian mencolok. Apalagi dengan lingkungan hutan seperti Konoha, sama saja aku minta dibunuh. Kalau di padang pasir Suna sih masih mending…

Kugoreskan kunai itu di ujung jempol kiri. Beberapa darah menetes, aku berkonsentrasi, meneriakkan namanya dalam benakku. Darah yang menetes di tanah menguap menjadi asap. Saat asap itu hilang tertiup angin, kulihat rubah berbulu oranye kemerahan dengan mata yang sama dengan Kurama-neechan. Mungkin Animal Form.

'Tak perlu mengucapkan apa-apa kalau tak perlu, kita terhubung dengan telepati. Bilang saja kalau kau menemukan aku di hutan dan ingin memeliharaku karena bosan. Sekarang strategi untuk meninggalkan rumah Hiruzen. Manfaatkan emosi warga desa yang tidak suka kau tinggal bersama Hiruzen. Saat mereka ingin mengusirmu, berpura-pura mengalah dan katakan kalau kau sudah cukup besar untuk tinggal sendiri.'

Hmmmm, bagus juga. Tapi apa mereka akan seemosi itu sampai berani secara terang-terangan pada Ojiichama?

'Kalau dilihat dari luka yang mereka buat rasanya iya. Tunggu saja puncaknya.'

Okay. Tapi kenapa kau memanggil Ojiichama seperti itu?

'Apa urusanku memanggilnya dengan suffix yang menunjukkan kalau dia lebih tua, sementara kau tahu sendiri berapa umurku.'

Oo… tapi, soal rencana itu, kenapa tidak dari kemarin-kemarin kau memberitahuku hal ini?

'Lihat situasi.Baru kali ini kau kabur ke hutan sendirian. Dari dulu kalau kau ke hutan, pasti kau minimal berdua dan hanya sebentar, plus jarang. Kalau di rumah, aku merasa kurang aman.'

End of Naruko's POV, Normal POV

Naruko menuruti saran Kurama. Secara kebetulan, Civilian Council sedang mendesak Hokage, sementara warga desa juga mulai lebih sering menyerang. Naruko memanfaatkannya. Meski kebanyakan Shinobi Council tidak menyukai keputusan itu, akhirnya Naruko harus tinggal sendiri di apartemen yang cukup jauh dari rumah Hiruzen. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Hiruzen memerintahkan ANBU kepercayaannya, Dog, untuk tetap mengawasi Naruko.

Kini Naruko berdua dengan Kurama di apartemen baru mereka. Kurama sudah meletakkan beberapa segel kuat, membuat orang awam dan shinobi level rendah tak bisa masuk ke apartemen itu. Serta segel untuk melindungi apartemen itu dari serangan.

"Okay, kapan kita latihan? Penjelasan bisa sambil jalan. Yang penting praktiknya!" seru Naruko dengan bersemangat.

"Calm down… Shinobi harus tenang. Kau bisa terbunuh di medan perang hanya karena sebuah teriakan… Kita juga harus cari tempat yang aman untuk latihan," ujar Kurama, lalu memakai Human Form-nya. Kali ini dengan pakaian ANBU dan topeng rubah.

"ANBU? Jadi kau berpura-pura sebagai ANBU yang mengawasiku?"

Kurama hanya membalasnya dengan anggukan. Tiba-tiba dia menggendong Naruko di punggungnya, lalu melakukan Shushin no Jutsu. Kemudian mereka muncul di tengah-tengah hutan yang tampak mengerikan.

"Ini… Shi no Mori. Tempat yang bagus sekaligus mengerikan…" komentar Naruko.

"Cih, ini lebih mirip taman bermain bagiku," balas Kurama.

"Jadi, kita mulai dengan apa?"

"Latihan ringan. Aku tidak ingin menyiksamu."

'Ralat, belum.'

Sorenya, Naruko terkapar di hamparan rumput, kelelahan. Kurama terkekeh melihat bocah lima tahun itu. Wajar saja, metode latihan sadis Kurama tidak main-main.

'Well, sebaiknya aku desak dia dengan sparring untuk membangkitkan Takaringgan,'batin Kurama, menyeringai sadis.

Dia lalu menggendong tubuh Naruko di punggungnya, melakukan Shunshin no Jutsu untuk kembali ke apartemen mereka. Dengan sabar, dia menggantikan kaus oranye dan celana hitam Naruko dengan piyama. Kurama mengernyitkan dahi melihat pakaian Naruko.

'Hell, kadang aku bingung bagaimana caranya dia bersembunyi dengan kaus oranye mencolok seperti ini. Untungnya dia punya stok baju berwarna gelap di lemarinya.'

Sebulan berselang. Naruko sudah menguasai beberapa Ninjutsu, dengan perkembangan bagus pada stamina, kecepatan, dan sebagainya. Kurama sudah mulai melatihnya Kenjutsu dan gaya Taijutsu milik Kurama, Fox's Claw Style. Hari ini, Kurama ingin menguji Naruko dengan sparring dengannya.

Sparring berlangsung seru. Kurama tidak terlalu serius. Tapi sudah cukup untuk membuat Naruko kelelahan. Tiba-tiba, Kurama melancarkan serangan fatal. Dia menggunakan kombinasi Taijutsu dengan ketajaman cakarnya, membombardir Naruko. Seolah belum cukup, dilanjutkan dengan beberapa tehnik Fuuton. Cukup untuk membuat Naruko sekarat.

"Ukh… Kurama-nee!"

Chakra merah menyelimuti Naruko, mengobati lukanya. Tapi rasa sakit yang kuat menyerang mata Naruko. Dia mengerang, memejamkan matanya.

"Kurama-nee, kenapa mataku sakit?!" jerit Naruko. Tapi Kurama hanya diam tak jauh di hadapannya, dengan tatapan mengobservasi.

"Takaringgan-mu sudah aktif."

Naruko tak mengerti jawaban Kurama. Dia jatuh dengan lutut menyentuh tanah. Saat dia membuka mata, iris biru langitnya berubah. Sekarang pupilnya mirip Sharinggan level 3, dengan tiga tanda koma, tapi dengan iris putih seperti Byakugan.

"Tahan saja rasa sakitnya. Sebagai shinobi, kau akan melalui banyak penderitaan. Takaringgan-mu kini sudah bangkit. Tambahan informasi. Untuk membangkitkan Doujutsu, setiap user, tak peduli dari klan mana pun atau Doujutsu apa pun, akan mengalami rasa sakit yang hebat. Serta untuk membangkitkan Doujutsu itu, kau harus berada di situasi antara hidup dan mati atau sangat stress dan emosi. Itulah kenapa, tadi aku menyerangmu dengan sedikit niat membunuh, hanya ingin membuatmu sekarat. Maaf untuk itu. Tapi lebih baik Takaringgan-mu aktif. Untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan pengorbanan yang sesuai."

Sambil menahan rasa sakit, Naruko mencoba mencerna penjelasan Kurama. Kepalanya terasa pusing, chakra merah di sekitarnya perlahan lenyap. Hanya menunggu waktu sampai dia ambruk menghantam tanah. Sebelum itu terjadi, Kurama sudah di dekatnya, menggendongnya.

'Kurama-neechan, tolong jelaskan tentang Takaringgan,' pinta Naruko dalam hati. Naruko biasanya lebih suka percakapan normal kalau bisa. Tapi saat ini bibirnya lelah untuk berucap, otot wajahnya terlalu malas untuk sekadar bergerak. Kurama memutuskan untuk menjawabnya nanti, karena dia tahu Naruko akan terlelap sebelum dia selesai menjelaskan.

Naruko menggeliat seperti kucing di kasurnya. Setelah beberapa kali berguling, dibuka matanya, kemudian duduk. Sedetik kemudian, matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar itu, mencari keberadaan Kurama.

"Aku di sini, gaki. Kau tertidur cukup lama. Aktifkan Takaringgan-mu dengan mengalirkan chakra ke kedua matamu. Yeah, kau bisa mengaktifkan Takaringgan hanya di salah satu matamu kalau mau."

Kurama ternyata dalam Animal Form-nya, duduk di samping bantal Naruko.

'Mind to explain more?' tanya Naruko lewat telepati, menatap Kurama dengan penuh harap.

"Kemampuan Takaringgan secara garis besar adalah gabungan kemampuan Sharinggan klan Uchiha, Byakugan klan Hyuuga dan Bijuu no Me (Mata Bijuu). Tidak seperti Sharinggan dan Byakugan yang dimiliki hampir setiap orang dalam klan mereka, hanya 25% dari bayi Uzumaki yang lahir dengan mata ini, meski kemungkinannya bisa naik dalam kondisi tertentu.

Pengguna Takaringgan bisa menguasai kelima elemen, meski kau harus tetap berlatih keras. Selain itu, dengan Takaringgan, kau bisa menguasai elemen dasarmu dengan lebih baik. Cara menonaktifkannya, cukup hentikan aliran chakra ke matamu. Chakra yang digunakan untuk Doujutsu ini tidak akan terbaca lawan, baik yang tipe deteksi chakra atau Doujutsu user lainnya. Jumlah chakra yang diperlukan juga terbilang sedikit, apalagi untukmu. Serta ada beberapa poin penting kelebihan Takaringgan daripada Doujutsu lain. Kau bisa menggunakan teknik-teknik Mangekyou Sharinggan secara bebas tanpa takut resiko kebutaan, meski agak makan chakra dan perlu latihan."

"Apa… Village Council tahu soal Takaringgan?"

"Tidak. Civilian Council, perwakilan penduduk awam, kujamin takkan tahu. Dan sebaiknya memang tak usah tahu. Mereka merepotkan. Sementara Shinobi Council, perwakilan shinobi… mungkin hanya Hiruzen dan jajaran orang dekatnya yang tahu. Kushina memaksanya tutup mulut."

"Kalau begitu, apa aku boleh la-"

"Tidak. Kau perlu istirahat seharian ini. Baru besok kau boleh mulai latihan."

Naruko merengut, bergulung-gulung dalam selimutnya dengan kesal. Kurama hanya menghela nafas.

"Tapi malam ini aku akan masak ramen. Deal?"

"Yay! Arigatou Kurama-neechan!" balas Naruko riang. Kurama hanya tersenyum melihatnya.

Hari ini, Naruko berulang tahun yang ke-6. Dia memutuskan untuk bangun pagi-pagi untuk latihan di Shi no Mori. Seharian dia hanya bersama Kurama, seharian dia tak muncul di Konoha. Banyak orang yang mencarinya, kebanyakan hanya ingin melampiaskan kebencian. Akhirnya mereka memutuskan untuk menyerang apartemen Naruko. Untungnya, Kurama memasang segel yang cukup kuat. Bahkan ada beberapa Jounin rendahan yang ikut serta, jurus mereka tak mampu menembus pertahanan segel barrier.

Hiruzen merasa khawatir Naruko tak muncul. Dia sempat mengira kalau Naruko diculik. ANBU kepercayaannya, Dog, melapor. Kali ini tidak sendiri, dengan ANBU bertopeng porselen hitam rubah dengan rambut merah panjang tergerai sampai pinggang. Hiruzen dan Dog diam-diam bersiaga. Dia yakin tak ada ANBU-nya memakai topeng berporselen hitam. Semua ANBU Konoha memakai topeng putih.

"Hiruzen, aku memang bukan ANBU Konoha. Tugas ANBU Konoha adalah melindungi desa di bawah pimpinan Hokage. Aku tidak mengemban tugas itu."

Dog menghunuskan pedangnya, dalam posisi siap menyerang si topeng rubah.

"Aku kemari untuk menyampaikan pesan. Naruko baik-baik saja, dalam perlindunganku, Kyuubi no Youko," ujarnya sambil melepas topeng itu.

"Tunggu dulu! Bagaimana kau bisa keluar dari tubuh Naruko?!" seru Hiruzen gusar. Jinchuuriki akan mati kalau Bijuu keluar dari tubuh Jinchuuriki.

"Sama sekali bukan urusan kalian. Yang pasti, aku masih terhubung dengan segel dan aku juga tak bisa sembarangan menggunakan kekuatanku. Aku takkan menghancurkan desa ini karena Naruko melarangku."

Dia berhenti sebentar, duduk santai di kusen jendela.

"Untuk segerombolan ANBU pengecut, tunjukkan diri kalian untuk menemui kematian kecuali kalau kalian segera pergi. Terutama untuk ANBU Nee milik Danzou si elang tua bangka sisa perang."

Baik Hiruzen mau pun Dog cukup terkejut menyadari ada ANBU Nee di antara ANBU kepercayaannya. Kurama menyadari mereka semua pergi, kecuali dua orang ANBU. Cat dan Owl. Mereka menampakkan diri. Cat berambut ungu panjang lurus, sepertinya perempuan. Owl berambut hitam panjang sampai punggung, dikuncir dua agak longgar.

"Cat, atau Uzuki Yugao the Kenjutsu Mistress of Konoha. Dog, atau Hatake Kakashi the Copy Ninja. Owl, atau Uchiha Izuko, si burung hantu yang punya seribu mata. Hiruzen, apa mereka tahu siapa orang tua Naruko?" tanya Kurama.

"Ya. Lalu apa maumu?" balas Hiruzen.

"Masukkan aku dalam daftar ANBU-mu. Tapi aku akan menolak misi apa pun darimu selain menjaga dan melatih Naruko, atau ada hubungannya dengan Bijuu. Pakai saja nama Natsuki dan codename RedFox. Serta tarik semua ANBU dari misi mengawasi Naruko. Aku akan melatih Naruko semua teknik yang kutahu, dengan atau tanpa persetujuan siapa pun. Rahasiakan ini dari Village Council. Kalau sampai rahasia ini bocor, kupastikan tak seorang pun dari mereka lolos hidup-hidup dan utuh dalam satu bagian."

"Kenapa hanya Civilian Council yang kau jadikan sandera?" tanya Izuna.

"Kau juga tahu kalau mereka sumber masalah yang sebenarnya. Katakan, Hiruzen, berapa kali mereka jadi sumber sakit kepala karena mulut cerewet tak berotak mereka? Mereka bermimpi mengendalikan Shinobi Council, tapi aku bertaruh kebanyakan dari mereka tak becus melempar shuuriken," sindir Kurama, menoleh pada Hiruzen.

"Aku tidak tahu dan takkan mau menghitungnya," balas Hiruzen sambil tertawa miris.

Naruko asyik memainkan segenggam kristal berwarna biru jernih di tangannya. Hanya mengubah-ubah bentuknya menjadi berbagai jenis shuuriken, untuk dilempar, kemudian dikendalikan seperti rudal agar gerakannya tak terduga, lalu kembali ke tangan Naruko. Sementara itu beberapa puluh Kagebunshin-nya latihan. Naruko bosan menunggu Kurama.

"Hey, gaki. Berhenti melamun. Bangunlah, ada yang ingin aku tunjukkan."

Naruko langsung berdiri, menatap Kurama dengan bersemangat. Kurama hanya menyeringai tipis, lalu merapal Kuchiyose no Jutsu untuk memanggil sebuah gulungan yang cukup besar.

"Apa itu?" tanya Naruko.

"Hadiah ulang tahunmu. Otanjoubi omedetou, Naru-chan. Summon Sign Scroll of Fox. Tulis namamu dengan darahmu di sini," ujar Kurama sambil menunjukkan kolom kesepuluh yang masih kosong. Naruko melihat kolom-kolom di sebelahnya. Uzumaki Kushina, di kolom kesembilan. Di sebelahnya, di kolom kedelapan, Uzumaki Mito. Lalu tujuh nama lain, dia yakin mereka Jinchuuriki terdahulu. Tapi… mereka semua memakai nama Uzumaki. Apa maksudnya?

"Jadi aku bisa memanggil rubah untuk membantuku? Seperti para Jinchuuriki terdahulu?" tanya Naruko antusias, dibalas dengan senyuman Kurama.

"Arigatou, Kurama-neechan!" seru Naruko senang, menubruk Kurama dan memeluknya.

Sudah dua tahun Kurama melatih Naruko di Shi no Mori. Area itu sekarang tak ubahnya taman bermain bagi bocah delapan tahun itu. Naruko sengaja mengatur agar poninya menutupi mata kanannya yang selalu mengaktifkan Takaringgan. Dengan sistem latihan Kagebunshin, kemampuan Naruko berkembang jauh.

Dia sudah menguasai Kekkai Genkai alaminya, Hyouton (Ice Release) dan Shoton (Crystal Release). Kurama melatih Naruko kelima elemen, dengan bantuan Takaringgan, Fuuton tetap elemen utama Naruko, dengan penguasaan Suiton dan Doton yang baik, hanya kelemahan dalam penguasaan Raiton dan Katon. Untungnya, Kurama menutupi kelemahan itu karena elemen utamanya adalah Katon dan Fuuton. Sementara untuk Raiton, Kurama biasa memanggil rubah pengguna Raiton dari Dimension of Youko Clan. Mereka berhasil membuat teknik All-Five Elements Barrage, kombinasi lima elemen yang mematikan.

Di bidang Taijutsu dan Kenjutsu, Naruko berkembang pesat karena cocok dengan Fox's Claw Style yang merupakan gaya tarung original Kurama dan Youko Clan. Kurama juga mengajarinya Uzumaki Hurricane Style. Masih jauh dibandingkan Kushina, tapi mengesankan bagi anak seusianya.

Untuk Fuinjutsu, karena Uzumaki memang dikenal sebagai Fuinjutsu user yang hebat, berjalan lancar. Naruko berhasil mengutak-atik berbagai segel, lalu membuat percobaan dengan segelnya, agar dia dan Kurama bisa jadi partner bertarung yang lebih baik.

Sementara Genjutsu adalah lahan memanen korban bagi Naruko. Baik Naruko mau pun Kurama dan para rubah summon sama-sama iseng. Bukan hal baru kalau setiap shinobi yang ingin menyerang Naruko, kalau kembali tanpa luka, pasti dengan trauma hebat seolah habis disiksa Morino Ibiki the Sadistic Introgator.

Sejauh ini, belum ada yang tahu tentang rahasia Kyuubi, kecuali Hokage dan orang-orang kepercayaan. Untungnya, penyerangan kepada Naruko mulai berkurang secara perlahan. Kebanyakan orang hanya bisa melempar death glare yang dianggap angin lalu oleh Naruko.

Sore ini, Naruko masih berlatih. Kali ini, dia berlatih Suiton di tepi sungai. Tapi sebelum sempat merapal jurus, Naruko menyadari ada seseorang yang sudah cukup lama di tempat itu, di sisi lain sungai.

Gadis yang sepertinya baru delapan tahun, sebaya dengan Naruko. Rambut pendeknya berwarna biru gelap dengan poni rapih. Irisnya berwarna lavender pucat tanpa pupil, membuat Naruko yakin kalau dia seorang Hyuuga. Gadis itu duduk termenung sedih dengan kepala tertunduk di tepi sungai. Matanya terlihat sembab habis menangis.

Naruko memutuskan untuk menyeberang sungai ke sisi gadis itu. Tampaknya dia tak menyadari keberadaan Naruko. Saat tangan kanan Naruko menyentuh bahu kiri gadis itu dari belakang, gadis itu langsung menoleh dengan ekspresi ketakutan.

"Tenang saja. Aku Uzumaki Naruko. Kau siapa?" sapa Naruko ramah sambil tersenyum tipis.

Dia hanya terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab, dengan suara amat lirih, "Hyuuga Hinata."

"Hmmm, jadi kau Heiress dari Souke Hyuuga yang hampir diculik Shinobi Kumogakure waktu itu. Kau masih trauma?" tanya Naruko setelah Hinata pelan-pelan menjelaskan apa yang terjadi.

"B-bukan itu… A-ku merasa… sangat lemah dan tidak berguna. J-juga membuat orang lain repot… dan…"

Hinata tak melanjutkan kalimatnya, mulai menangis.

"Kalau kau tak sanggup melanjutkan, tidak apa-apa. Menangis dulu sampai kau puas, baru bicara," ujar Naruko sampil menyodorkan selempar sapu tangan berwarna oranye. Hinata menerimanya dengan ragu-ragu, lalu melanjutkan tangisannya. Naruko terus menunggu Hinata selesai menangis, meski dia tahu akan cukup makan waktu. Ya… hanya 15 menit, tapi bagi Naruko, menunggu tanpa melakukan apa-apa selama 15 menit benar-benar membosankan. Dia harus menahan diri untuk tidak menguap.

"Bisa tolong lanjutkan apa yang tadi ingin kau katakan?" tanya Naruko, yang dibalas anggukan Hinata.

"A-aku… Aku ingin bisa melingdungi diriku sendiri dan orang-orang yang kusayangi. Aku tidak mau terus-terusan dilindungi. A-aku… Aku ingin… jadi orang kuat dan percaya diri," ujar Hinata pelan, agak tersendat dengan malu-malu.

"Kalau kau mau, kita bisa latihan bersama. Hampir tiap hari aku latihan. Kalau kau mau, sekarang juga bisa. Tapi… dengan kimono seperti itu…" ujar Naruko, tak melanjutkan kalimatnya, hanya menggaruk kepalanya sambil sweatdrop.

"Baik, aku pulang dulu untuk ganti baju," ujar Hinata, kali ini agak keras dan bersemangat.

"Okay, kutunggu di sini," balas Naruko. Hinata mengangguk, lalu segera pergi.

"Gaki, apa kau yakin dia bisa mengikuti cara latihan kita yang tanpa ampun?" tanya Kurama dengan ragu. Dia, dalam Animal Form, dari tadi bersembunyi di atas pohon. Dia lalu melompat ke bahu Naruko, lalu masuk ke jaket hitam Naruko.

'Kurama-nee, kalau dia langsung latihan seperti latihan pertamaku, dia pasti langsung ambruk. Fisiknya agak rapuh karena kurang percaya diri. Gerakannya saja ragu-ragu. Proyek kita, melatihnya menjadi kuat dan percaya diri.

Dia hampir sama dengan diriku yang dulu. Kau pernah bilang, ibunya sudah meninggal saat melahirkan adiknya, Hanabi. Sementara Hiashi-san, ayahnya, adalah ketua klan yang super sibuk dan kaku. Pasti Hiashi-san repot gara-gara para tetua sisa-sisa perang itu.

Kita takkan memberi tahu Hinata soal rahasia kita. Tunggu saat aku benar-benar bisa percaya padanya. Lagi pula, terlalu berbahayaa. Kalau Hinata membocorkan rahasia, pasti Village Council, terutama dari sisi Civilian Council, bakal ribut. Danzou akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menjadikanku mesin perang dengan dalih melatihku agar tak diambil alih Kyuubi. Oh tidak… Kau tahu tanpa latihan dari ANBU Nee, aku sudah cukup untuk menghancurkan separuh Konoha jika aku di sisi lawan. Big NO! Aku tidak mau jadi alat para dedengkot sialan itu! Kita harus rahasiakan ini!' seru Naruko lewat telepati, mengakhiri ceramahnya.

'Gaki, aku setuju. Jika Danzou sampai menyentuhmu, masalah akan makin rumit. Pemikiran jenius,' respon Kurama, lewat telepati.

Akhirnya mereka memutuskan untuk latihan ringan sambil menunggu Kurama.

'Lama. Pasti dia repot karena harus berurusan dengan ayahnya,' batin Naruko.

"19 menit 37 detik. Hampir dua puluh menit," ujar Naruko pelan saat melihat Hinata muncul.

Hinata sekatang memakai celana ¾ berwarna biru gelap, dengan sepatu sandal ninja normal berwarna biasa. Atasannya kaus hitam ¾ lengan. Kaus itu terlihat didobel dengan kaus fishnet lengan panjang yang tembus. Hinata memanggul sebuah tas ransel berwarna coklat krem berukuran sedak, sedikit terlihat penuh, berisi perlengkapan standar untuk latihan. Setelah sekadar menyapa dan meletakkan ransel itu di dekat ransel hitam Naruko yang tergeletak di bawah pohon, Hinata menghampiri Naruko, mengatakan dia siap untuk latihan.

Naruko lalu melepas jaketnya dan membiarkan Kurama turun. Dia memakai kaus hitam tanpa lengan, celana trainnging panjang berwarna hitam, serta sepatu sandal ninja berwarna biru gelap.

"Mulai dengan pemanasan ringan," ujar Naruko, mulai menginstruksi.

Latihan pertama selalu terasa sulit, karena tubuh harus membiasakan diri. Hinata terengah-engah, duduk menyenderkan punggung pada sebatang pohon. Hinata menatap Naruko yang sedang berlatih Kenjutsu dengan pedang dari es.

'Dia, seperti seorang kakak. Rasanya hangat, membuatku merasa nyaman. Aku ingin punya kakak seperti dia. Dia berbeda dengan kakak-kakak sepupuku yang dingin, apalagi kakak dari Bunke…' batin Hinata.

"Hinata, sebaiknya kau pulang setelah cukup istirahat. Ini sudah jam lima sore. Kalau besok mau latihan, cari saja aku di Training Ground #44 Gate #13. Jam delapan biasanya aku sudah di sana, tapi sebaiknya kau datang jam dua saja," ujar Naruko setelah selesai latihan. Tanpa menunggu jawaban Hinata, Naruko keburu melesat ke arah hutan.

"Ha'I, Oneesan," ujar Hinata pelan, lalu segera berkemas. Sebenarnya, Naruko tidak benar-benar pergi. Setelah yakin kalau Hinata tak melihatnya, dia langsung memakai jubah hitam dan diam-diam mengawasi Hinata. Setelah Hinata berjalan sampai depan gerbang Hyuuga Compound, Naruko lalu berhenti mengawasi Hinata karena merasa Hinata sudah cukup aman. Dia segera melanjutkan latihannya.

Sudah dua bulan sejak pertemuan itu. Naruko dan Hinata selalu latihan bersama tiap sore, dari jam dua sampai jam lima sore. Setiap Hinata pulang, Naruko selalu mengawasi Hinata sampai depan gerbang Hyuuga Compound tanpa sepengetahuan Hinata. Sejauh ini, belum ada yang curiga. Naruko juga melum merasakan ada yang mengintai mereka.

Hinata sudah mulai percaya diri dan berani bicara, tapi mungkin hanya di depan Naruko, karenya hanya Naruko yang mau dengan sabar menunggunya untuk bicara.

Kemampuan Hinata berkembang pesat, terutama kegesitannya. Gaya bertarung Hinata tidak setangguh kebanyakan Juuken user. Tapi dia mengandalkan gerakan yang fleksibel. Hinata sudah menguasai Shugo Hakke Rokujuuyon Shou dengan baik, meskipun Naruko harus membombardir Hinata dengan hujan kunai, shuuriken dan sebangsanya.

Naruko sampai saat ini masih merahasiakan soal Kurama dan Kekkai Genkai-nya. Naruko bahkan belum memberitahu di mana apartemennya, karena dia selalu datang ke Trainning Ground dan pergi duluan. Sejauh ini, Hinata belum bertanya terlalu jauh, entah dia kelelahan karena latihan atau tidak berani.

Kecuali, soal orang tua Naruko. Naruko saat itu hanya menjawab pendek, "sudah pergi," dengan aura suram nan pekat, membuat Hinata langsung mengerti kalau itu topik tabu bagi Naruko. Sejak itu Hinata tak pernah menanyakan soal itu lagi.

Hinata bisa dibilang satu-satunya teman sebaya Naruko. Sementara Hinata lebih menganggap Naruko sebagai kakak. Bagi Hinata, Naruko adalah seorang yang dapat diandalkan, sikapnya cenderung dewasa, terbiasa mandiri, cocok jadi figur seorang kakak. Hinata kadang memanggil Naruko dengan suffix "-neesan". Naruko tak keberatan dengan itu.

Sore ini, seperti hari-hari sebelumnya, mereka latihan bersama. Sekarang, adalah waktu istirahat sebelum pulang bagi Hinata.

"Naruko-neesan…" panggil Hinata pelan.

"Hn? Kenapa?" respon Naruko.

"Apa aku boleh ke apartemenmu?" tanya Hinata.

Naruko hanya menghela nafas, terdiam sambil memejamkan mata. Tampak berpikir.

"Tidak boleh ya?" tanya Hinata, khawatir Naruko tersinggung.

"Ya. Bereskan perlengkapanmu dan pakai jubah untuk menyembunyikan identitasmu."

Kali ini bukan Naruko yang menjawab. Tapi sesosok gadis 19 tahun dengan rambut merah tergerai sepunggung, dengan topeng rubah hitam dan mengenakan pakaian ANBU.

"Anda siapa?" tanya Hinata sopan.

"Kyuubi no Youko, panggil aku Kurama."

Tsuzuku

Kira-kira… bagaimana reaksi Hinata? Apa dia akan menerima Naruko, atau berbalik membencinya setelah rahasia yang terungkap?

Memang sih, bagian penculikan Hinata oleh shinobi Kumo, di canon-nya dia lebih muda. Kalau tak salah baru tiga tahun. Tapi ada sangkut-pautnya dengan alur.

Untuk OC, di chapter ini muncul Uchiha Izuko. Adik dari Mikoto, hanya terpaut jarak sepuluh tahun. Bayangkan Mikoto, hanya rambutnya dikuncir seperti Tsunade, dengan poni seperti Konan. Ada alasan tersendiri untuk itu.

Kenapa saya buat female Naruto? Saya sulit membuat sesuatu dari sudut pandang laki-laki, karena saya sendiri perempuan.

Kenapa rambut Naruko merah, bukan kuning? Karena dia di fanfict ini lebih mewarisi darah Uzumaki daripada Namikaze. Ada alasan tersendiri. Dua alasan. Pertama, berhubungan dengan alur cerita. Kedua, alasan pribadi.

Bayangkan wajah Minato. Lalu gambarkan enam garis khas kumis kucing Naruto, dan voila! Wajah Naruto versi dewasa. Harusnya di canon penduduk Konoha menyadari persamaan itu! Hanya Naruto dan Minato yang punya rambut kuning mencolok di Konoha! Bahkan pirangnya Yamanaka dan Tsunade pun masuk kategori pirang pucat. Paling tidak, jenius Nara pasti menyadarinya!

Okay… cukup ocehan tidak perlu barusan… Just move to next chapter, nee?

Words : 5.422

Pages : 18

Mind to review?

Sadistic S. Kuro, out.